Anda di halaman 1dari 6

Prinsip Desain Kelas III

Klasifikasi Kennedy membagi semua rahang yang tidak bergigi sebagian


menjadi empat golongan dasar. Klasifikasi Kennedy klas III merupakan keadaan
dimana daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral. Bila terdapat daerah tidak bergigi
tambahan oleh Kennedy disebut sebagai modifikasi, kecuali klas IV tidak ada
modifikasi (Loney, 2011).
Secara klinis, dijumpai keadaan:
a. Daerah tidak bergigi sudah panjang.
b. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.
c. Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai
goyangnya gigi secara berlebihan.
d. Beban oklusal berlebihan
Unilateral bounded saddle
Saddle memiliki gigi abutment pada tiap ujung, tetapi tetap membutuhkan support
gigi dari keseluruhan saddle (Tyson et al, 2007)

A B
Gambar 2.3.2. A. Klas III. B. Klas III Modifikasi I

1. Desain Prinsip Kennedy Kelas III


Kelas ini ditandai dengan adanya kebutuhan akan revisi dari struktur pendukung
gigi tiruan untuk memungkinkan diperolehnya fungsi gigi tiruan yang adekuat.
Kriteria diagnostik dari klas ini menurut (Loney, 2011) yaitu :
a. Tinggi sisa tulang 11-15 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang
bawah terendah pada radiografik panoramik.
b. Morfologi sisa lingir sedikit berpengaruh dalam menahan pergerakan
horizontal dan vertikal basis gigi tiruan; rahang atas tipe C.
c. Lokasi perlekatan otot cukup berpengaruh terhadap retensi dan stabilitas
d. gigi tiruan; rahang bawah tipe C.
e. Hubungan rahang klas I, II atau III.
Kondisi-kondisi yang membutuhkan perawatan gigi tiruan :
a. Prosedur modifikasi jaringan keras minor, termasuk di dalamnya
alveoplasti.
b. Pemasangan implan sederhana; tidak membutuhkan augmentasi.
c. Pencabutan beberapa gigi yang menghasilkan edentulous penuh untuk
pemasangan gigi tiruan immediate.
d. Keterbatasan ruang antar rahang 18-20 mm.
e. Pertimbangan psikososial tingkat sedang dan/atau manifestasi penyakit
sistemik atau kondisi-kondisi seperti xerostomia dalam tingkatan sedang.
f. Gejala-gejala TMD.
g. Lidah besar (memenuhi ruang interdental) dengan atau tanpa
hiperaktivitas.
h. Hiperaktivitas refleks muntah.
Area edentulous bounded anterior dan posterior oleh abutment. Dapat
unilateral atau bilateral. Apabila tidak ada modifikasi space, gigi yang berbatasan
dengan edentulous space harus diberi clasp untuk sisi dentulous dari klas II,
modifikasi 1. Pada sisi yang tidak ada jarak (space), clasp diletakkan sejauh
mungkin, dapat dibagian anterior maupun posterior (Paulose, 2005).
Apabila space modifikasi tidak tersedia pada sisi lawan dari lengkung
rahang, semua empat gigi abutment harus diberi clasp dengan tipe sederhana dari
12
berbagai pilihan clasp yang tersedia. Apabila satu atau kedua gigi abutment
posterior lemah karena kehilangan tulang, dapat disarankan unuk diletakkan clasp
yang retentif pada gigi tersebut, tetapi ditempatkan pada occlusal rest untuk
support vertikal dan clasp yang non-retentif untuk menahan pergerakan lateral
(Paulose, 2005).
1. Retensi direk
Retensi didapatkan dengan sedikit efek potensial yang membahayakan gigi
abutment. Posisi dari undercut yang retentif untuk gigi penyangga (Paulose,
2005).
2. Clasp
Posisi quadrilateral untuk retainer direk
Tipe clasp yang dipilih tidak critical
Bracing arms harus rigid (Paulose, 2005).
Tooth support dari gigi tiruan sebagian lepasan (kennedy klas III) tidak didukung
oleh struktur yang resilient dan ditransmisikan seluruh kekuatan pada prothesa
sepanjang long axis dari gigi abutment. Gigi penyangga sebagian lepasan dapat
menjadi stress karena tipe dari kekuatan yang tidak terlibat, tidak adanya garis
fulkrum disekitar gigi tiruan yang dapat rotasi (Veeraiyan, 2007).

Prinsip Desain Kelas I


Klasifikasi Kennedy membagi semua rahang yang tidak bergigi sebagian
manjadi empat golongan dasar. Klasifikasi Kennedy kelas 1 merupakan keadaan
dimana daerah tidak bergigi bilateral letaknya pada bagian posterior dari gigi asli
yang masih tinggal pada bagian anterior (bilateral free end) (Garry, 2002).

1. Prinsip Desain Kennedy Klas I


Prinsip desain Kennedy kelas I salah satunya adalah membagi
beban antara gigi dan ridge. Selain itu, beban sebisa mungkin dikurangi
dengan membagi beban seluas-luasnya atau menyebarluaskan beban
tersebut.
Pengurangan beban dapat dilakukan dengan cara mengurangi
jumlah anasir gigi yang diganti, seperti gigi molar ketiga yang tidak
diganti, kemudian memperkecil luas permukaan gigi yang diganti,
seperti gigi molar yang hilang digantikan oleh premolar. Penggunaan
plat akrilik yang luas sebagai outline sadle juga berguna untuk
mengurangi beban (McGivney, 1994).
Pembagian beban seluas-luasnya dapat dilakukan dengan
melibatkan sisa gigi dalam konstruksi splinting atau menggunakan
retainer indirek. Retainer indirek dapat berupa res pada sisi oklusal,
insisal, singulum dari gigi yang hilang maupun berupa embrassure
hook, continuous clasp, cummer arm, bar, dan plat.

2. Ciri rahang yang memerlukan desain Kennedy Kelas 1


Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy, yaitu
keadaan rahang tidak bergigi pada bagian posterios dan berada pada
kedua sisi (bilateral free end). Keadaan ini sering dijumpai pada
rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.
Secara klinis dijumpai:
1. Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.
2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi
stabilitas gigi tiruan yang akan dipasang.
3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya
sudah mengecil.
4. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam
berbagai posisi.
5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya
sekitar 6 10 gigi.
7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi
temporomandibula. Indikasi terapi prostodonsia adalah gigi
tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan
perluasan basis distal
3. Desain Klas I
Klas I Kennedy merupakan gigi tiruan yang berujung bebas untuk
sadel bilateral (Watt and McGregor; 1992). Dengan kata lain, klas I
memiliki bilateral edentulous area terletak posterior gigi asli. Biasa
disebut free end partial denture atau distal extention partial denture
dengan atau tanpa modifikasi. Pada kasus ini biasanya dibutuhkan
perawatan dengan dua free end saddle. Kasus ini lebih sering dijumpai
pada maxilla dibandingkan dengan mandibula.
Gambar 2.5.3 Kelas I Klasifikasi Applegate-Kennedy

Secara klinis, dijumpai keadaan sebagai berikut:

.a Derajat resorpsi residual ridge bervariasi.


.b Tengang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi
stabilitas geligi tiruan yang akan dipasang.
.c Jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah biasanya
sudah mengecil.
.d Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai
posisi.
.e Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
.f Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya
sekitar 6-10 gigi.
.g Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula

DAFTAR PUSTAKA
Watt M David and A Roy McGregor. 1992. Penentuan Desain Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.
Alih bahasa Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates. pp 116-25.

McGarry et al, 2002. Classification system for partial edentulism. J Prosthodont. 200
Sep;11(3):181
93.
Tyson K, Yemm R, Scott B. 2007. Understanding Partial Denture Design. New York: Oxford
University Press Inc.pp 12-16
Loney, Robert W. 2011. Removable Partial Denture Manual.Dalhousie University.
source:http://cute-snoopy-cute.blogspot.com/2009/10/gigitiruansebagianl epasan.html?
showComment=1359972240779#c7220196357548849423
Paulose, G 2005, Review of Removable Partial Dentures, Jaypee Brothers, Medical Publishers
Ltd., New Delhi, pp.10-17.
Veeraiyan DN. 2007. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Ajanta Offset & Packagings Ltd.pp

395-396.

Anda mungkin juga menyukai