Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Feeding Plate
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA (K)., M.Si
Daftar Isi i
Daftar Tabel ii
Bab I Pendahuluan 1
3.1 Pencetakan 7
Bab V Kesimpulan 23
Daftar Pustaka 24
i
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
paling sering terjadi, mempengaruhi sekitar satu bayi dari setiap 700 kelahiran.
Celah orofasial merupakan kelainan kongenital yang bermanifestasi pada saat lahir
keparahan celah orofasial tergantung pada luas daerah yang dapat mencakup bibir,
linggir alveolar dan palatum. Celah bibir dan palatum dihubungkan dengan
berbagai masalah yang perlu diselesaikan untuk keberhasilan rehabilitasi. Bayi baru
lahir dengan celah palatum akan mengalami kesulitan menyusui yaitu tidak
pernapasan sehingga menyebabkan bayi tersedak serta air susu keluar melalui
hidung. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusui lebih lama sehingga perut bayi
Keberadaan celah membuat kemampuan bayi untuk menutup rongga mulut dan
menciptakan isapan tidak memadai sehingga bayi tidak mampu menarik cairan ke
kraniofasial pada manusia yang sering terjadi dengan insidensi 0,28-3,74 per 1.000
kelahiran. Celah bibir terjadi pada 20-30% kasus, celah palatum pada 30-45% kasus
serta celah bibir dan palatum sekaligus pada 35-50% kasus. Perawatan bedah dapat
1
2
dilakukan pada usia 2-3 bulan, untuk menggeser premaksila yang protrusif ke
posisi lebih distal yang bertujuan untuk membantu proses mengisap. Celah bibir
dan palatum dapat berupa sindrom maupun non sindrom. Termasuk sindrom antara
lain yaitu sindrom Pierre Robin, sindrom Treacher Collins, sindrom Down, sindrom
Masalah yang paling serius dihadapi pada bayi baru lahir dengan celah
antara lidah dan langit-langit keras, tetapi mekanisme ini juga tidak efektif jika
celah lebar. Regurgitasi nasal makanan, asupan udara yang berlebihan dan tersedak
adalah komplikasi lain sering terjadi pada bayi dengan celah palatum. Bayi dengan
fungsi yang tidak sesuai dari port velopharyngeal (VP) yang terdiri dari dinding
faring lateral dan posterior dan langit-langit lunak). Katup otot ini bertugas
mengontrol saluran udara antara oro- dan nasofaring. Ketika penutupan yang tepat
membuat tekanan negatif yang penting untuk menghisap dan menelan serta
mengatasi keluhan pada bayi dengan celah bibir dan langit-langit sehingga
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah feeding plate yang
membahas secara rinci mengenai cara pembuatan, bahan yang digunakan dan cara
pemakaian feeding plate serta kontrol pasien yang menderita celah bibir dan langit-
BAB II
Kelainan kongenital atau defek lahir “birth defect” merupakan abnormalitas yang dijumpai
saat lahir dan terkadang tidak terdiagnosis sampai beberapa bulan atau tahun berikutnya. Kelainan
ini dapat terjadi secara alami pada saat konsepsi, periode penting embrio (8-16 minggu) atau
periode embrio (sampai akhir masa kehamilan).3,4 Kelainan kongenital dapat menyebabkan
mortalitas bayi dan morbiditas anak-anak yang mencapai 2-3% dari keseluruhan kasus.11
Kelainan orofasial telah ditemukan dalam berbagai ras dan etnik. Ilmu kedokteran telah
berkembang pesat dan melakukan berbagai penelitian sehingga penderita dengan kelainan
orofasial dapat dirawat dengan baik. Penderita-penderita tersebut mendapatkan kesempatan hidup
yang normal dan lebih baik lagi karena kemajuan dalam pembedahan, protesa maksilofasial,
ortodontik, perkembangan bicara dan ilmu perilaku masyarakat. Rehabilitasi penderita dengan
kelainan kraniofasial dan maksilofasial telah berkembang dengan baik dan dirawat secara
komprehensif.3
Feeding plate atau obturator adalah suatu alat dental yang dibuat untuk menutup celah yang
terjadi pada palatum keras atau lunak untuk meningkatkan kemampuan bicara. Feeding plate
didefinisikan juga sebagai sejenis gigi tiruan rahang atas yang menggantikan jaringan yang hilang
dari palatum keras maupun palatum lunak untuk meningkatkan kemampuan bicara, mastikasi dan
penelanan. Feeding plate menciptakan bentuk plat yang kaku agar bayi dapat mengisap susu.
Feeding plate juga menutup celah dan merestorasi pemisahan yang terjadi di antara kavitas oral
5
dan nasal, menciptakan suatu platform rigid ke arah bayi dapat menekankan puting dan memerah
susu. Feeding plate juga memfasilitasi proses menyusui, mengurangi regurgitasi nasal,
mengurangi insidensi tersedak serta memperpendek lama waktu yang diperlukan untuk menyusui.1
Feeding plate/obturator dapat melekat baik pada gigi tiruan lengkap atau sebagian.5
Menurut Boucher, obturator merupakan suatu protesa yang digunakan untuk menutup palatum
yang terbuka baik karena kelainan kongenital maupun dapatan.6 Prosthetic feeding plate
merupakan alat prostodontik yang dibentuk sesuai anatomi rahang atas, dapat menutup celah
palatum, mengembalikan kondisi rongga mulut dan hidung yang terpisah serta membantu dalam
pemberian makan.1
Alat ini dibuat untuk menutupi celah pada langit-langit dengan tujuan antara lain:5
1. Agar bayi dapat memperoleh nutrisi yang baik sehingga kesehatan dan pertumbuhan /
3. Membuat kondisi optimal dari segmen rahang atas untuk berkembang dan tumbuh.
5. Memberi efek psikologis yang positif karena pembuatan alat ini merupakan perawatan awal
Pemasangan feeding plate atau obturator biasanya dilakukan pada bayi umur 1 hari sampai
usia 18 bulan, karena prosthodontist menyarankan lebih cepat dipasang lebih baik agar dapat
membantu proses menyusui. Sebuah obturator supaya nyaman harus ringan, stabil, tidak
menyebabkan iritasi, sederhana dalam desain, mudah dilepas, dan mampu memulihkan baik kontur
dan fungsi fisiologis, seperti berbicara dan menelan. Bayi akan menulusuri dengan lidahnya dan
mencoba untuk membiasakan diri dengan feeding plate atau obturator tersebut.5
7
BAB III
3.1 Pencetakan
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan sendok cetak bayi. Setelah ukuran sendok
cetak yang sesuai dipilih, pasien dipasangkan tabung oksigen untuk mencegah anoksia. Pencetakan
dilakukan dengan menggunakan bahan cetak elastomer. Setelah bahan cetak setting, sendok cetak
dikeluarkan dari dalam mulut dengan hati-hati (Gambar 3.1). Hasil cetakan di-boxing dan dicor
dengan meggunakan dental plaster type II (Gambar 3.1). Setelah mengeras, bagian defek dan
undercut pada model gips (Gambar 3.2) diindentifikasi dan ditutup dengan malam. Obturator
feeding plate dibuat dengan menggunakan akrilik (Gambar 3.2 dan 3.3).4
Setelah obturator feeding plate selesai dibuat, dilakukan try in pada pasien (Gambar. 3.4).
Setelah obturator dapat terpasang dengan baik, soft liner diaplikasi dengan metode direct (Gambar.
3.4 dan 3.5). Ibu bayi kemudian diinstruksikan untuk menyusui bayinya. Bayi terlihat lancar
menyusui dan tidak tersedak lagi. Orangtua pasien kemudian diajarkan cara merawat dan
membersihkan obturator. Kontrol dilakukan pada hari ke-1, ke-3, dan ke-7 hari setelah insersi
(Gambar 3.5).4
8
Gambar 3.1. Hasil cetakan dengan menggunakan bahan cetak elastomer. Hasil cetakan kemudian
di boxing dan di cor.4
Gambar 3.3. Obturator feeding plate pada model kerja. Bagian intaglio obturator feeding plate
sebelum pengaplikasian soft liner.4
9
Gambar 3.4. Try in obturator feeding plate pada bayi. Pengaplikasian soft liner pada obturator
feeding plate kemudian dengan teknik direct diaplikasikan langsung ke pasien.4
Gambar 3.5. Bagian intaglio obturator feeding plate setelah aplikasi soft liner. Obturator feeding
plate setelah diinsersikan.4
Bahan yang diperlukan untuk membuat feeding plate adalah bahan untuk mencetak rahang.
Bahan cetak yang ideal dapat mencetak struktur rongga mulut secara akurat, dikeluarkan dari
mulut tanpa distorsi, dan dimensinya tetap stabil selama proses laboraturium atau ketika diisi stone.
Bahan ini antara lain: Alginat Tipe I (Fast Setting) dan Rubber Base atau Elastomer atau bahan
cetak karet. 6
10
Bahan cetak untuk pencetakan pertama (primary impression) adalah alginat atau dengan
dimanipulasi dan cepat mengeras. Bahan heavy-body polysiloxane elastomer lebih aman
dibandingkan dengan alginat karena pada akhirnya akan meninggalkan sisa fragmentasi yang
Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Contoh dari
bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter, polisulfida. Polisulfida rubber impression terdiri
dari 2 tube yaitu polisulfida rubber base dan oxidizing agents. Polisulfida rubber base adalah cairan
ditambah dengan beberapa komponen filler sehingga membentuk pasta. Bahan polisulfida ini
mempunyai working time dan setting time yang panjang. Bahan elastomer ini dapat lebih kuat
dengan flow yang sama dan dianjurkan konsistensi sedang. Konsistensi dempul (putty) sebagai
sendok cetak (primer), diatasnya konsistensi sedang (medium) (sekunder). Kerugiannya bahan
elastomer ini lama keras (dalam mulut 45 detik, maksimal 1 menit), bila undercut besar, dan luka
Bahan cetak kompon juga merupakan pilihan, yang saat ini sudah diperbaharui
kekerasannya yaitu though impression compound. Keuntungan bahan ini adalah di saat darurat
dimana cetakan harus segera dikeluarkan dari mulut bayi walaupun belum mencapai waktu
pengerasan. Namun kerugiannya adalah dapat menyebabkan luka bakar pada bayi karena bersifat
termoplastik.6
11
Obturator palatum adalah suatu protesa yang digunakan untuk menutup jaringan yang
terbuka secara kongenital atau diperdapat, terutama bagian palatum keras atau lunak serta struktur
alveolar yang berdekatan. Bahan material yang biasa digunakan dalam penggunaan obturator yaitu
untuk bagian palatum keras pada kasus edentulous dapat digunakan resin akrilik sedangkan pada
kasus dentulous digunakan krom kobalt atau kombinasi krom kobalt dan resin akrilik. Sedangkan
untuk bagian palatum lunak dan pharyngeal projection dapat digunakan akrilik resin.6
Celah di regio palatum pada model kerja diisi dengan wax untuk memaksimalkan kontur
dan sendok cetak dibuat dengan bahan akrilik tipe cold cure. Kemudian dihaluskan dan dipoles.7
Sendok cetak perorangan dibuat menggunakan bahan cetak kompon pada pencetakan
pertama lalu permukaan yang membutuhkan detail khusus dikurangi 0,5mm untuk memberikan
Sendok cetak untuk bayi tidak tersedia di pasaran atau dibuat secara manual dengan self
curing akrilik dari model yang sudah ada. Untuk retensi dibuat lubang-lubang atau rim di pinggir
sendok cetak. Bahan akrilik keras dengan permukaan anatomi tidak perlu dikilapkan. Pegangan
Pada pencetakan tahap dua, bahan cetak yang dapat digunakan adalah alginate atau dengan
menggunakan sendok cetak perorangan. Bahan cetak silikon juga dapat dijadikan pilihan untuk
pencetakan tahap kedua. Dengan menambahkan bahan cetak silikon tipe medium atau regular
14
(contoh :Reprosil, Dentsply Caulk, Milford, DE) bagian anatomi yang membutuhkan detail yang
tepat dari struktur pendukung dan celah dapat tercetak, tanpa menimbulkan trauma pada jaringan
lunak bayi. Bahan ini dicampur dan ditempatkan sebagai lapisan tipis di atas permukaan sendok
cetak perorangan. Kemudian dimasukkan ke dalam mulut dengan memegang wajah bayi searah
Akrilik resin merupakan suatu resin transparan dan sangat stabil. Bahan ini tidak mempunyai
efek terhadap sinar ultra violet. Bahan ini juga stabil secara kimia terhadap panas dan menjadi
lembut pada temperatur 1250C. Mold dari bahan ini dapat dibuat sebagai bahan termoplastis dan
cenderung mengabsorbsi air. Struktur kimia yang ‘non-crystalline’ memberikan sumber energi
yang tinggi. Molekul-molekul polimer ini dapat berdifusi dalam resin karena pengaktivasian
Menurut American Dental Assosiation (ADA) 1974, terdapat dua jenis resin akrilik, yaitu
heat cured polymer dan self cured polymer. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung
gugus vinil dalam rumus strukturnya. Dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi yaitu
kelompok turunan asam akrilik, CH2 = CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik CH2 =
C(CH3)COOH. Kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan resin poli (metilmetaktilat). Resin
akrilik terdiri dari poli (metilmetakrilat) yang berbentuk bubuk disebut polimer, dan
metilmetakrilat yang berbetuk cairan disebut monomer. Resin akrilik terbentuk saat dicampur
dengan cairan monomer metilmetakrilat dan bubuk polimerpoli (metilmetakrilat), dan campuran
mengalami polimerisasi.6
Keuntungan dari polimetil metakrilat ini antara lain harga murah dan pembuatan mudah,
mudah dipreparasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik sangat baik, dan memiliki ikatan kimia
yang baik. Sedangkan kerugian dari polimetakrilat adalah daya tahan fisik rendah dan
konduktivitas rendah.6
Bahan resin akrilik jenis self-curing merupakan pilihan untuk membuat obturator palatum
karena ekonomis, efektif dan sederhana, higienis dan tepat untuk memenuhi tujuan. Bahan ini
menciptakan dataran yang kaku, dapat menekan ke arah puting susu dan makanan. Bahan ini juga
dapat mengurangi resiko tersedak dan mengurangi regurgitasi nasal sehingga menghambat adanya
2. Silikon
Bahan silikon dapat digunakan dalam pembuatan obturator palatum untuk mengembalikan
fungsi organ berserta jaringan sekitarnya. Silikon adalah suatu suatu polimer sintetik yang terdiri
dari rantai polisiloksan, dimana rantai polisiloksan adalah poli-dimetil-siloksan dengan kelompok
terminal hidroksil. Silikon yang digunakan saat ini adalah silikon vulkanisasi panas (HTV) dan
vulkanisasi temperatur ruangan (RTV). Silikon vulkanisasi temperatur ruangan (RTV) dikemas
dalam bentuk pasta tunggal. Protesa dapat dipolimerisasi dalam mold stone buatan, meskipun
moldyang lebih tahan lama dapat dibuat dari epoksi resin atau logam. Silikon yang divulkanisir
dengan panas umumnya dikemas dalam bentuk bahan separuh padat atau menyerupai dempul yang
memerlukan penggilingan, pemadatan dengan tekanan, dan aplikasi siklus panas 180o C selama
30 menit.9
Keuntungan menggunakan bahan silikon adalah tidak tertekannya dan tidak mengiritasi
mukosa dan gingiva. Bahan ini juga memiliki biokompabilitas yang baik. Namun proses
3. Logam Titanium
Pada umumnya, logam yang digunakan untuk pembuatan obturator adalah logam titanium
karena logam ini memiliki biokompatibilitas yang tinggi dan tahan terhadap korosi. Namun, logam
titanium ini memiliki kekurangan antara lain kurang padat dibanding dengan logam campuran
yang lain.9
Pencetakan biasanya dilakukan pada bayi usia 2-3 hari, sehingga harus hati-hati. Sebelum
dicetak, pasien terlebih dahulu harus diperiksa oleh dokter spesialis anak, untuk mengetahui
18
apakah ada kontra indikasi dilakukannya prosedur pencetaka. Prosedur pencetakan dilakukan pada
saat bayi dalam keadaan sadar, di ruang khusus, di bawah pengawasan dokter spesialis anestesi,
Penting: kepala lebih tinggi dari badan. Ibu bersandar di sandaran dental chair, kepala bayi ada di
dada ibu; sebaiknya badan miring, kepala sedikit naik dari badan. Alat harus lengkap saat prosedur
pencetakan dilakukan adalah adanya O2, serta bahan cetak dengan memperhatikan mixing time
Setelah gips keras, dibuat pola lilin dengan 2 lapis base plate wax (± 4 mm), menggunakan
lilin keras dan lilin lunak, setiap undercut besar diblok secukupnya, segmen prosesus minor
dibentuk hingga mendekati normal. Batas hard akrilik di tengah processus alveolaris. Hotz
membuat pemanjangan akrilik lunak ke posterior. Beri tanda pada pola untuk akrilik keras.2
Kuvet dibuka setelah dihangatkan, tetapi lilin jangan sampai cair, hanya lunak saja. Satu
lapis lilin dipotong/ dibuang, untuk tempat akrilik keras. Sisa lilin dibersihkan semua. Adonan
akrilik lunak dimasukkan pada tempat yang kosong, dan potongan lilin yang lain ditempatkan pada
kuvet atas. Diberi selofan, lalu lakukan press percobaan. Kuvet dibuka, keluarkan potongan lilin
dan selofan, ruangan diisi dengan adonan akrilik keras, press kembali, sehingga terdapat 2 lapis
akrilik. Feeding plate tipe Hotz terdiri dari 2 bagian: akrilik lunak menghadap mukosa dan akrilik
Harus diperhatikan, bahwa kelebihan akrilik perlu digerinda, permukaan mekanis harus
halus dan mengkilap, permukaan anatomis harus diperiksa dan diratakan, bagian yang tajam
dibuang. Penting untuk diperhatikan bahwa selama proses ini harus basah, supaya tidak retak.
21
BAB IV
Feeding plate yang dipasangkan pada pasien celah bibir dan langit-langit bertujuan untuk
memudahkan pasien untuk melakukan fungsi pengunyahan, penelanan dan berbicara. Pada
penderita celah bibir dan langit-langit yang masih bayi makanan diberikan dalam bentuk cair dan
memerlukan kemampuan menghisap, menelan dan bernafas. Instruksi kepada orang tua bayi,
meliputi:
1. Tentang cara pemasangan, alat dipakai 24 jam dan dilepas hanya pada waktu dibersihkan
setiap habis minum dan direndam dalam air matang yang dingin pada tempat tertutup.
2. Setelah 24 jam pemasangan dilakukan kontrol apakah ada iritasi, bila ada harus dikurangi dan
dihaluskan kembali.
4. Kontrol berkala. Setiap 2-4 minggu, tergantung keadaan pasien, ditimbang berat bayi, dan F.P.
digrinding. Setiap control, celah diukur memakai jangka sorong . Setelah bayi berumur 3
5. Melakukan koordinasi dengan dokter anak untuk pengontrolan nutrisi, imunisasi dan
perawatan lainnya.
Perawatan dini pada bayi celah bibir dan langit-langit adalah penting, idealnya dirawat dan
dievaluasi oleh suatu tim karena bayi dengan celah bibir dan langit-langit akan mengalami
gangguan pada saat makan dan minum sehingga terdapat hambatan dalam pertumbuhan dan
22
perkembangan fisik, mental, sosial. Penggunaan prosthetic feeding aids secara dini sangat
membantu bayi celah bibir dan langit-langit untuk mendapatkan nutrisi, membuat kondisi optimal
segmen rahang atas untuk berkembang dan tumbuh serta memberi efek psikologis yang baik bagi
Sebelum insersi pasien harus dipuasakan 2-3 jam, agar bayi merasa lapar dan mau
a. Bagian posterior dapat terjadi distorsi karena adanya penekanan pada langit-langit
sehingga pasien tidak nyaman. Bila hal ini terjadi, bagian anatomisnya digerinda sedikit
b. Bagian perluasan kearah hidung harus membebaskan jalan nafas; permukaan mekanisnya
digerinda
c. Retensi dan stabilisasi. Seperti halnya pada insersi GTL akrilik, jika retentif, maka bayi
akan nyaman, dan dapat dipakai tanpa muntah. Apabila kepanjangan ke posterior maka
d. Percobaan minum. Setelah retensi dan stabilisasi baik, coba untuk minum. Minum dari
botol dan dot biasa, kecuali ada kesulitan, pakai dot khusus. Pertama dilakukan oleh dokter
yang merawat, lalu oleh orang tua. Posisi bayi harus tegak, supaya tidak tersedak
1. Kontrol pertama dilakukan 1 minggu setelah alat dipasang.Kontrol pertama kesehatan umum
bayi dipantau, kenaikan berat badan bayi, refleks isap, retensi alat, dan iritasi di permukaan
rongga mulut .
23
2. Dua minggu kemudian dilakukan kontrol kedua, periksa kesehatan umum, kenaikan berat
badan bayi, retensi alat, refleks hisap, pemasangan ikatan ekstra oral, dan penambahan bahan
3. Tiga minggu berikutnya pada kontrol ketiga, periksa kesehatan umum, berat badan bayi,
dilakukan penambahan tissue conditioner pada premaksila jika terlihat masi kurang.
4. Tiga minggu kemudian dilakukan kontrol ke empat, Periksa kesehatan umum, berat badan
bayi, aktivasi ikatan ekstra oral untuk mengarahkan premaksila mundur dan ke arah sisi yang
diinginkan.
5. Pada kontrol kelima, empat minggu berikutnya, Periksa kesehatan umum, berat badan bayi,
penambahan soft liner di bagian anatomi anterior dan lateral kiri premaksila.
6. Dua minggu kemudian pada kontrol keenam, Periksa kesehatan umum, berat badan,
pengurangan permukaan anatomi di posterior dan medial premaksila, penambahan soft liner
7. Selanjutnya pada kontrol ketujuh, tiga minggu berikutnya, Periksa kesehatan umum, berat
badan bayi, penambahan soft liner di bagian anatomi anterior dan lateral premaksila, aktivasi
8. Dua minggu kemudian pada kontrol kedelapan. Periksa kesehatan umum, berat badan bayi
jika sudah mencukupi untuk dilakukan pembedahan, ditambahkan soft liner di bagian anatomi
anterior dan premaksila, penambahan ikatan ekstra oral pada button kanan. Selanjut-nya bayi
BAB V
KESIMPULAN
Celah orofasial merupakan kelainan kongenital yang bermanifestasi pada saat lahir yang
menyebabkan kesulitan dalam menyusui dan bernafas.Pada bayi baru lahir yang mengalami celah
bibir dan lagit-langit akan menghadapi kesulitan dalam menyusui, yaitu tidak efisiennya
penghisapan saat menyusui dan kemungkinan susu masuk ke saluran napas sehingga menyebabkan
Bayi dengan celah bibir dan langit-langit memiliki kesulitan dalam pemberian makan
sehingga mempengaruhi status kesehatan pasien dan bertindak sebagai blok psikologis dalam
tonggak perkembangan normal. Salah satu pilihan perawatan dini terutama pada kasus operasi
Feeding plate dapat menutupi celah dan menjembatani hambatan yang terjadi pada pasien
yang malnutrisi dan kekurangan cairan yang memadai. Feeding plate juga dapat membantu
mencegah distorsi lidah, iritasi septum hidung, mengurangi jumlah infeksi telinga, dan membantu
DAFTAR PUSTAKA
1. Kummer AW. Cleft Palate and Craniofacial Anomalies Effects on Speech and Resonance.
2nd ed. Thomson. 2008.
2. Beumer J., et al. Maxillofacial Rehabilitation Prosthodontic and Surgical Consideration.
Ishiyaku Euro America Inc. 1996; 234-40.
3. Lowry RB., Evans JA., Kohut R. Congenital Anomalies in Canada 2013: A Perinatal
Surveillance Report. Public Health Agency of Canada. 2013; 6:42-9,77.
4. http://pdgimakassar.org/journal/file_jurnal/1607010530316vinsensia-4.pdf
5. http://etnodental.blogspot.co.id/2014/03/manfaat-pembuatan-feeding-aids-pada.html
6. Gupta R, Singhal P, Mahajan K, Singhal A. Fabricating feeding plate in CLP infants with
two different material: A series of case report. Journal of Indian Society of Pedodontics
7. Porwal P, et al. Fabrication of a feeding plate for infant with cleft : A review. Heal Talk;
6(5);26-27:May-June 2014.
8. Narendra R, et al. Feeding obturator- A Presurgical Prosthetic Aid for Infants with Cleft
Lip and Palate- Clinical Report. Annals and Essences of Dentistry; 5(2);1-5;Apr-June
2013.
9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37649/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y
10. Jamayet NB, et.al. A Novel Method of Obtaining Impression from Three-dimensionally
Printed Skull and Incorporating Medical Grade Silicone Elastomer in Fabricating Silicone
Palatal Feeding Obturators for Cleft Lip and Palate Cases. J of Int Oral Health; 10(1);40-
43:Jan-Feb2018.
26
11. Mossey P., Castilla E. Global Registry and Database on Craniofacial Anomalies: Report
of a WHO Registry Meeting on Craniofacial Anomalies. Geneva. World Health
Organization. 2013; 1.