Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZIS

Dosen pengampu : Tri Suci Dewiwati SKM M. KM

Disusun Oleh:
Ririn rianti
200119017

PROGRAM STUDI D – 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PUTRA ABADI
LANGKAT
STABAT
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang mengenai Labioskizis dan
labiopalatoskizis. Makalah ini telah penulis buat berdasarkan ide pemikiran dan referensi
lainnya sehingga menghasilkan makalah yang kiranya dapat dipertanggungjawabkan
hasilnya.
Penulis berterimakasih kepada seluruh pihak terkait yang turut serta dalam pembuatan
makalah kesehatan ini, khususnya kepada dosen pengampu yang selalu meyertai kami.
Mungkin di dalam pembuatan makalah mengenai Labioskizis dan labiopalatoskizis ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran guna
menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
Makalah Labioskizis dan labiopalatoskizis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Penulis berharap kiranya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terimakasih.

Stabat, 5 Juni 2022

Penulis
Ririn rianti
200119017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3


A. Defenisi ................................................................................................................. 3
B. Klasifikasi............................................................................................................... 3
C. Etiologi ................................................................................................................ 4
D. Faktor Resiko ...................................................................................................... 5
E. Patofisiologi .......................................................................................................... 5
F. Risiko Kejadian Sumbing Pada Keluarga ......................................................... 5
G. Komplikasi ........................................................................................................ 5
H. Penatalaksanaan ............................................................................................... 6
I. Syarat Labioplasti (Rule of Ten) ........................................................................ 6
J. Syarat Palatoplasti .......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 8


A. Kesimpulan............................................................................................................... 8
B. Saran ......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan
pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan
bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus,
bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa
kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis, labiopalatoskizis, atresia esofagus,
atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresia
duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu
kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah labioskizis dan
labiopalatoskizis.
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang
masih menjadi masalah di tengah masyarakat. Antara Februari - Mei 1992, IKABI
cabang Padang mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan
Solok berbentuk operasi bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126
penderita yang dilakukan operasi. Hardjowasito dengan kawan-kawan di propinsi Nusa
Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada
1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di
antara 3 juta penduduk.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut
labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu pada
kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan
mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi
dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak
sumbing.
Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing
mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran
minum, walaupun bayi dapat menghisap naun bahaya terdesak mengancam. Bayi
dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering

1
menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi.keadaan umu yang kurang baik
juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwasannya
rumusan masalahnya adalah :
• Apa yang dimaksud dengan labioskizis dan labiopalatoskizis
• Bagaimana proses terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis
• Faktor apasaja yang dapat menyebabkan terjadinya labioskizis dan
labiopalatoskizis

C. TUJUAN
Tujuan adanya makalah ini adalah :
• Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan labioskizis dan labiopalatoskizis
• Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya labioskizis dan
labiopalatoskizis
• Untuk mengetahui resiko terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis pada
keluarga
• Untuk mengetahui syarat labioskizis dan labiopalatoskizis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZIS


Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan
fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti
disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah
kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan
kegagalan fusi dengan septum nasi. (sumber : Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan
Anak Balita, 2010)
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa
celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan
embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
(sumber : )

B. KLASIFIKASI
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi,
bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir,
alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-
struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.

3
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di
belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai berikut.
1. Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
2. Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya
sitostatika dan radiasi.
3. Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin B6,
asam folat, dan vitamin C.
4. Faktor keturunan.
5. Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum
atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang
berdiri sendiri non syndromik clefts.
6. Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom
(trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan
dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin,
infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.
4
7. Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik
dan pengaruh lingkungan.

D. FAKTOR RESIKO
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan
salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai
labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%.
Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam
keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang
mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap
fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan tersebut.

E. PATOFISIOLOGI
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris
dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior.
Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu,
palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum
durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.

F. RISIKO KEJADIAN SUMBING PADA KELUARGA


Risiko labioskizis Risiko
Risiko sumbing pada anak berikutnya dengan atau tanpa palatoskizis
palatoskizis (%) (%)
- bila ditemukan satu anak menderita sumbing
- Suami istri dan dalam keturunan tidak ada yang sumbing. 2-3 2
- dalam keturunan ada yang sumbing 4-9 3-7
- Bila ditemukan dua anak menderita sumbing 14 13
- salah satu orangtuanya menderita sumbing 12 13
- Kedua orangtuanya menderita sumbing. 30 20

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi pada kelainan ini adalah :
1. Otitis media

5
2. Faringitis
3. Kekurangan gizi.
4. 10% penderita palatoskizis akan Menderita masalah bicara, misalnya suara
sengau.

H. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai refleks
mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit
menekan payudara.
2. Bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bottles). Untuk
mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol
maka susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika anak
tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3. Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara
celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi
deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah.
4. Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter
anak, dokter THT, serta ahli wicara.

I. SYARAT LABIOPLASTI (RULE OF TEN)


1. Umur 3 bulan atau > 10 minggu.
2. Berat badan kira-kira 4,5 kg/10 pon
3. Hemoglobin > 10 gram/dl
4. Hitung jenis leukosit < 10.000

J. SYARAT PALATOPLASTI
Palatoskizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar
bicara, yang penting dalam operasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu bagian
belakangnya agar anak bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan
suara, operasi dapat saja dilakukan berulang-ulang. Operasi dilakukan jika berat badan
normal, penyakit lain tidak ada, serta memiliki kemampuan makan dan minum yang
baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut
belajar bicara antara 1-2 th.
• Jika sengau harus dilakukan tetapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara)
6
• Jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan
faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.

Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang kemudian


didekatkan satu sama lain. Pada faringoplasti hubungan antara faring dan hidung
dipersempit dengan membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring ke
palatum molle. Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah segmen-
segmen agar pembicaraan dapat dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah sebagai berikut.
• Menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih
• Bayi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan kedua
tangannya.
• Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau bubur saring
selama 3 minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok.
• Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.

Figure 1 Teknik Operasi Labiopalatoskizis

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau bawaan
yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem
medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi
tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi
akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle
terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya
dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 bulan
menjelang anak belajar bicara.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut
:
• Untuk Labioskizis dan Labiopalatoskizis sangat penting diperlukan pendekatan
kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan
untuk perawatan anaknya.

8
DAFTAR PUSTAKA

dr. H.R Krisnabudhi, S. -K. (2021, Februari 26). Labioskizis (Bibir Sumbing). Retrieved from
Hermina Hospital: https://herminahospitals.com/id/articles/labioskizis-bibir-sumbing

mubarokah, k. (2014, November 13). LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZIS. Retrieved


from Prezi.com: https://prezi.com/l94gdqrejnyn/labioskizis-dan-labiopalatoskizis/

Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.

Pittara, d. (2022, May 17). Bibir Sumbing,penyebab Bibir Sumbing,operasi Bibir Sumbing.
Retrieved from Alodokter: https://www.alodokter.com/bibir-sumbing

Anda mungkin juga menyukai