KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LABIOPALATOSKISIS
DISUSUN OLEH :
(Kelompok 1)
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya
kami dapat menyusun makalah Kepeawatan Anak dengan sub tema Asuhan
Keperawatan Pada Labiopalatosikis, dengan lancar. Tugas ini tidak dapat kami
selesaikan tampa bantuan dari pihak-pihak terkait, oleh sebab itu kami berterima kasih
kepada pihak yang telah membantu. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
kepada semua pihak yang telah membatu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyusun makalah ini sebagai bahan pembelajaran kami di semester IV ,
sebagai bahan penambah pengetahuan untuk bekal kami sebelum melakukan praktek
keperawatan langsung ke pasien.Dengan menyusun makalah ini di harapkan kami
dapat memperdalam pengetahuan kami tentang Asuhan Keperawatan Pada
Labiopalatosikis sehingga dapat memeberikan penyuluhan dan edukasi kepda pasien
dan masyarakat dengan benar dan tepat dalam rangka meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik yang membangun dari pembaca kepada
penulis diharapkan dapat menyempurnaan makalah selanjutnya. Demikanlah makalah
ini kami susun, semoga bermanfaat.
(Kelompok 1)
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................vi
BAB II.............................................................................................................................1
Tinjauan Pustaka.............................................................................................................1
2.1.Pengertian Labiopalatoskisis.........................................................................1
2.2.Epidemiologi.................................................................................................1
2.3.Embriologi.....................................................................................................3
2.4.Patofisiologi.................................................................................................10
2.5.Pathway.......................................................................................................11
2.6.Etiologi........................................................................................................12
2.7.Klasifikasi....................................................................................................15
2.8.Manifestasi Klinis........................................................................................19
2.9.Pemerisaan Penunjang.................................................................................19
2.10. Penatalaksanaan.....................................................................................21
2.11. Prognosis................................................................................................27
2.12. Komplikasi.............................................................................................27
3.1.PENGKAJIAN............................................................................................29
iii
3.2.DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................30
3.3.INTERVENSI.............................................................................................31
BAB IV..........................................................................................................................36
4.1.Kesimpulan..................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................37
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.2 RumusanMasalah
1) Apa yang dimaksud dengan labiopalatoskisis ?
2) Bagaimana klasifikasi labiopalatoskisis ?
3) Bagaimana etiologi labiopalatoskisis ?
4) Bagaimana patofisiologi labiopalatoskisis ?
5) Bagaimana manifestasi klinis labiopalatoskisis ?
6) Apa saja pemeriksaan penunjang pada labiopalatoskisis ?
7) Bagaimana penatalaksanaan labiopalatoskisis ?
8) Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada labiopalatoskisis ?
9) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada labiopalatoskisis ?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan labiopalatoskisis.
2) Untuk mengetahui klasifikasi labiopalatoskisis.
3) Untuk mengetahui etiologi labiopalatoskisis.
4) Untuk mengetahui patofisiologi labiopalatoskisis.
5) Untuk mengetahui manifestasi klinis labiopalatoskisis.
6) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada labiopalatoskisis.
7) Untuk mengetahui penatalaksanaan labiopalatoskisis.
8) Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada labiopalatoskisis.
9) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada labiopalatoskisis.
vi
BAB II
Tinjauan Pustaka
palatum yang berarti langit-langit, dan skisis yang berarti celah. Jadi,
merupakan bagian dari suatu sindrom atau berdiri sendiri. Defek yang ada
2.2. Epidemiologi
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan, labioskisis dan celah
banyak pada perempuan. Angka prevalensi celah berbeda untuk tiap ras.
Prevalensi labiopalatoskisis lebih rendah pada kulit hitam dan lebih tinggi
dua kali lebih sering pada sisi kiri dari pada kanan. labiopalatoskisis memiliki
angka kejadian sekitar 1:500-600 kelahiran hidup, dan untuk celah palatum saja 1
dari 1000 kelahiran hidup. Insidensi lebih tinggi ditemukan pada kelompok Asia
(1:500) dan lebih rendah pada kelompok kulit hitam (1:2000). 1-5
melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk
bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap
Hal itu mungkin terjadi karena untuk mendapatkan tindakan medis dalam
kriteria Rule of ten yang meliputi Berat badan >10 pon (5 kg), Usia > 10
2.3. Embriologi
2
Pada akhir minggu ke-4, processus facialis terbentuk secara
primer oleh sel mesenkim yang berasal dari krista neuralis. Proses
pembentukan facial secara keseluruhan di mulai dengan berpindahnya sel
dari regio facial ke sel mesenkim. Processus maxillaris dapat dikenali di
sebelah lateral stomodeum, dan processus mandibularis di sebelah caudal
stomadeum. 7
Gambar 1. A. Pandangan dari sisi lateral embrio pada akhir minggu ke-4
menunjukkan posisi dari arkus faringeal. B. Pandangan dari arah frontal
embrio minggu ke 5 menunjukkan processus mandibula dan maxilaris. C.
Electron micrograph embrio manusia dengan usia minggu sama dengan B.
7
C. Electron micrograph dari embrio seekor tikus dengan usia minggu sama
dengan B. 7
Selama 2 minggu selanjutnya, ukuran processus maxillaris terus
bertambah dan tumbuh ke arah medial, sehingga mendesak processus nasalis
medial ke arah garis tengah. Selanjutnya celah diantara processus nasalis medial
dan processus maxillaris menutup secara perlahan, kedua processus maxillaris
dan kedua processus nasalis medialis yang berdifusi bergabung membentuk
segmen inter maxillaris. Segmen inter maxillaris membentuk 1 komponen
labium superior (membentuk filtrum dari labium superior), komponen rahang
4
atas (alveolus dan 4 gigi insisivus), dan palatum (palatum primer triangular).
Processus nasalis lateralis tidak ikut membentuk labium superior. Labium
inferior dan rahang bawah dibentuk oleh processus mandibula yang menyatu di
garis tengah.7
5
Struktur yang terbentuk oleh kedua processus yaitu processus
maxillaris, yang terdiri dari (a) komponen labialis, yang membentuk
filtrum dari labium superior; (b) komponen rahang atas, yang berisi 4 gigi
insisivus ; dan (c) komponen palatum, yang membentuk palatum
trianguaris primer. 7
minggu ke-3, manakala terdapat dua gabungan proses yaitu pada minggu
4. Skisis facial tipe non syndromic dan syndromic merupakan dasar genetik
bagian utama palatum tetap dibentuk oleh dua lempeng dari processus
minggu ke-6 perkembangan dan mengarah ke bawah secara oblik pada sisi
7
mandibula dan lingua diangkat. Lempeng-lempeng palatina mengarah ke
8
terlihat. C. Electron micrograph dari seekor tikus dengan usia minggu
dengan B.7
Teori fusi dan teori klasik menyatakan bahwa labioskisis terjadi akibat
yang berperan adalah dua macam regulator pertumbuhan yaitu TGFα dan
β. TGFα adalah suatu mitogen kuat, yang berperan di dalam aktivasi enzim
Cyclin Dependent Kinase 1 (CDK 1) pada fase G1 siklus sel yang akan
9
2.4. Patofisiologi
nasi
Adany
Adanya a
disfungsi tuba ganggu
Reflex mengisap Bayi rewel, Adanya eustachi yang an
ASI, yang menangis, sumbing dapat pertum
terganggu akibat tidak dapat pada bibir mengakibatkan buhan
adanya patologis, beristirahat dan terjadinya otitis anatom
pucat, turgor dengan tenang palatum media serta i
kulit jelek, kulit dan nyaman,
gangguan nasofar
kering, perut sulit menhisap
pendengaran, ing,
kembung, BB dan menelan
adanya sifat adanya
menurun ASI.
kurang garis
menerima, jahitan
sensitive, pada
daerah
10
2.5. Pathway
Insufisiensi zat
untuk tumbuh Toksikosis Infeksi Genetic
kembang selama
kehamilan
Resti
trauma
sisi Resti
Resti trauma Ganggua
Perubahan pembed perubahan
sisi n rasa
nutrisi kurang ahan menjadi
pembedahan nyaman,
dari kebutuhan orangtua
tubuh nyeri
Referensi :
11
2.6. Etiologi
Seperti kebanyakan kasus kelainan kongenital, celah orofacial
kelamin individu yang mengalami kelainan celah. Pada celah bibir dan
unilateral.1,2,5
orang tua, memiliki anak dengan celah adalah 1:600-700. Seperti yang
telah dijelaskan, etiologi kelainan ini masih belum jelas. Beberapa faktor
teratogen seperti fenitoin, asam retinoid, dan beberapa agen anestetik juga
12
dapat memicu terjadinya kelainan ini. Ibu yang merokok pada masa
Gen lain yang juga berperan adalah MSX1 dan TGFB3 yang terbukti
menyebabkan kelainan celah pada uji coba hewan pengerat. Terakhir,
beberapa gen yang telah ditemukan berkaitan dengan kelainan
labiopalatoskisis adalah gen D4S192, RARA, MTHFR, RFC1, GABRB3,
PVRL1, dan IRF6. 3,5,10,12
2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik
kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal). Zat – zat yang
berpengaruh adalah: a. Asam folat
3. Vitamin C
4. Zn
1) Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat,
vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat
tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa
embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga
13
berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa
embrional.
2) Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
Jamu
Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat
berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis.
Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital
ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut.
5. kontrasepsi hormonal.
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi
hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin,
karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
6. Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio
palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
1) Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
2) Aspirin (Obat – obat analgetika)
3) Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream pemutih)
7. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio palatoschizis,
yaitu:
8. Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat
berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung
pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ
selama masa embrional.
9. Gangguan metabolik (DM)
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan
terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.
10. Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi
penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat
mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.
14
11. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi
virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya
kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
12. Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula
resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan
menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan
dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet
baru selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35tahun maka sel-sel
telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat
bawaan tidak bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu.
13. Stress Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada
binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang
meningkat pada keadaan hamil menyebabkan cleft lips dan cleft palate.
14. Trauma
Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil
minggu kelima.
2.7. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi labiopalatoskisis ditujukan untuk
bila skisis inkomplit dituliskan dengan huruf kecil. Skisis mikro dapat
15
ditulis dengan asteriks. Dengan demikian, penulisan LAHSHAL
dan alveolus, dengan skisis komplit palatum mole yang melebar hingga
Gambar 6. Tipe labioskisis: (a) unilateral inkomplit, (b) unilateral komplit, (c)
bilateral komplit.1
Gambar 7. Tipe palatoskisis: (a) inkomplit, (b) unilateral komplit, (c) bilateral komplit.1
inkomplit. Dikatakan komplit bila skisis mencapai dasar hidung (nasal floor) dan
inkomplit bila di bagian cranial dari skisis tersebut masih terdapat kulit dan
(simonart'sband).1,3
16
Gambar 8. (A) Labioskisis unilateral inkomplit, (B) Labioskisis unilateral
Palatoskisis.12
Pada skisis palatum molle tunggal yang selalu memiliki defek di bagian tengah,
tidak terlalu tampak adanya skisis pada palatum mole, namun muskulus dektra
dan sinistranya tidak menyatu sehingga akan tampak adanya uvula bifida.
2) Palatoskisis nonsindrom
17
4) Palatoskisis sindromik
gambar berikut:
18
2.8. Manifestasi Klinis
1. Pada Labio skisis
1) Distorsi pada hidung
2) Tampak sebagian atau keduanya
3) Adanya celah pada bibir
2. Pada Palato skisis
1) Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen
incisive.
2) Adanya rongga pada hidung.
3) Distorsi hidung
4) Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan
jari.
5) Kesulitan dalam menghisap/makan.
6) Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan
7) Gangguan komunikasi verbal
2. Pemeriksaan Diagnosis
1) Foto Rontgen
Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan USG
prenatal, namun tidak terdapat skrining sistemik untuk celah
orofasial. Diagnosa prenatal untuk celah bibir baik
unilateral maupun bilateral, memungkinkan dengan USG
pada usia janin 18 minggu. Celah palatum tersendiri tidak
dapat didiagnosa pada pemeriksaan USG prenatal. Ketika
diagnosa prenatal dipastikan, rujukan kepada ahli bedah
19
plastik tepat untuk konseling dalam usaha mencegah.
20
2.10. Penatalaksanaan
Karena banyaknya masalah yang di hadapi, maka kelainan ini
harus ditanggulangi bersama-sama interdisipliner. Ahli bedah plastik
melakukan pembedahan pada cacat yang ada, ahli THT mengobati
masalah telinga, speech therapist membantu bicara yang benar,
orthodontist mengatur rahang dan gigi yang biasanya dilakukan
menjelang tumbuhnya gigi permanen, pekerja sosial dan psikolog
membantu mengatasi keluhan kejiwaan setelah penderita dilahirkan.2
dental.2,3,5,7,13
22
Salah satu teknik untuk koreksi labiopalatoskisis adalah
dan nasal diinsisi (A dan B). Bagian bawah cavum nasi dijahit (C).
23
Teknik penutupan celah submukosa sebenarnya serupa dengan penutupan
molle. Metode ini lebih baik pada pola penutupan sirkular atau koronal,
koreksi celah yang meliputi maxillaris anterior. Dengan adanya union dari
primer dan sekunder (2 tahap). Material graft dapat diperoleh dari hip,
2.11. Prognosis
Kelainan labiopalatoskisis merupakan kelainan kongenital yang
kondisi ini melakukan operasi saat usia masih dini, dan hal ini sangat
labiopalatoskisis.3,7
2.12. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
1. Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori.
Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring
terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau.
2. Maloklusi – pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan
tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga
disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.
3. Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder. Dengan
adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii
terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.
4. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan
reflek menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat
terjadi aspirasi.
28
5. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat
ditolong secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan
6. Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan
palatum dapat mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan
bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman – kuman dan bakteri
dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.
7. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya
celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan
menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi
kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
8. Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung “ alar
cartilago ” dan kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi
celah menyebabkan asimetris wajah.
9. Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan
dengan celah yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang
permukaan akar di dekat aspek distal dan medial insisiv
pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal.
10. Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali
paroksimallnya menonjol dan lebih rendah posterior
premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan
terjadinya crosbite.
11. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir
dan palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan
perubahan harga diri dan citra tubuh.
29
BAB III ASKEP TEORITIS
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu ; Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu
pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan
nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah
ibu pernah stress saat hamil.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang ; Mengkaji berat / panjang bayi saat lahir, pola
pertumbuhan, pertambahan / penurunan berat badan, riwayat otitis media dan
infeksi saluran pernafasan atas.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga ; Riwayat kehamilan, riwayat keturunan,
labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit sifilis dari orang tua laki-laki.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing.
b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d) Kaji tanda-tanda infeksi
e) Palpasi dengan menggunakan jari
f) Kaji tingkat nyeri pada bayi
Pengkajian Keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri / mekanisme koping dari anak/orangtua
c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan
di rumah.
30
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Pasca Pembedahan
31
3.3. INTERVENSI
Rencana Keperawatan
N Dx Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
o Keperawatan
1. Resiko aspirasi Tidak akan Pantau tanda- Perubahan yg
berhubungan mengalami aspirasi: tanda aspirasi terjadi pada
dengan Menunjukkan selama proses proses pemberian
gangguan peningkatan pemberian makanan dan
menelan. kemampuan makan dan pengobatan bisa
menelan. pemberian saja menyebabkan
Bertoleransi thd pengobatan.
asupan oral dan Tempatkan aspirasi.
sekresi tanpa aspirasi. pasien pada posisi Agar
Bertoleransi thd semi- fowler atau mempermudah
pemberian perenteral fowler. mengeluarkan
tanpa aspirasi. Sediakan kateter sekresi.
penghisap Mencegah sekresi
disamping tempat menyumbat jalan
tidur dan lakukan napas, khususnya
penghisapan bila kemampuan
selama makan, menelan
sesuai dengan terganggu.
kebutuhan.
32
2. Ketidakseimba Menunjukkan status gizi : Pantau Memberikan
ngan nutrisi Mempertahankan kandungan nutrisi informasi
kurang dari BB dalam batas dan kalori pada sehubungan dgn
kebutuhan normal. catatan asupan. keb nutrisi &
tubuh Toleransi thd diet Ketahui keefektifan terapi.
berhubungan yang dianjurkan. makanan Meningkatkan
dengan refleks Menyatakan kesukaan pasien. selera makan
menghisap keinginannya Ciptakan klien.
pada anak untuk mengikuti lingkungan Meningkatkan
tidak adekuat diet. yang sosialisasi &
menyenangkan memaksimalkan
untuk makan. kenyamanan klien
bila kesakitan
makan
menyebabkan
malu.
34
kebutuhan dosis /
frekuensi
analgesik.
Derajat nyeri
sehubungan
dengan luas dan
dampak psikologi
pembedahan
sesuai dengan
kondisi tubuh.
35
pengetahuan Menghindari sumber anak untuk dirasakan klien
keluarga kecemasan bila mengalihkan ras sekarang.
tentang mungkin. cemasnya. Untuk
penyakit. Menggunakan teknik Berikan mengurangi
relaksasi untuk penyuluhan pada kecemasan yang
menurunkan klien dan keluarga dirasakan klien,
kecemasan. tentang penyakit berikan suasana
dan proses yang tenang dan
penyembuhannya. nyaman.
Untuk
mengetahui
bagaimana untuk
memudahkan
memberikan
support atau
penyuluhan.
4.1. Kesimpulan
Celah bibir dan langit-langit (Cleft lip and palate) adalah suatu
cacat/kelainan bawaan berupa celah pada bibir, gusi, dan langit-langit. Labio /
Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada
struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167).
Klasifikasi labiopalatoskisis dibagi menjadi palatum primer dan palatum
sekunder.
Penyebab labiopalatoskisis diantaranya faktor genetik, insufisiensi zat untuk
tumbuh kembang organ, pengaruh obat teratogenik, dan faktor lingkungan.
Manifestasi klinis labiopalatoskisis antara lain deformitas pada bibir, kesukaran
dalam menghisap/makan, kelainan susunan archumdentis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan penunjang
dan pemeriksaan diagnosis.
Asuhan keperawatan pada labiopalatoskisis meliputi pengkajian (biodata,
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik), diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
1) http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MWYyZjljNTJj
MzhiMTQxOThkMDI1ZWMzZjJkMDQ5MGI2MjI3OTNmYQ==.pdf
2) http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1150
3) http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/723/579
4) https://www.slideshare.net/evhamariaefriliana/askep-labiopalatoskisis
5) https://www.academia.edu/15363433/Asuhan_Keperawatan_Labiopalatoskisis
6) askeplabiopalatoskisis-130928073244-phpapp01.pdf
7) Stoll C, et al. Analysis of polymorphic TGFB1 codons 10, 25, and 263 in a
German patient group with non-syndromic cleft lip, alveolus, and palate
compared with healthy adults. BMC Medical Genetics 2004, 5:15 [cited on 8th
a. 2350/5/15
8) Gulli LF,et al. Cleft Lip Repair. In Encyclopedia of Surgey. 2012 [cited on
a. Fi/Cleft-Lip-Repair.html
9) Freitas, et al. Rehabilitative treatment of cleft lip and palate: experience of the
Hospital for Rehabilitation of Craniofacial Anomalies/USP (HRAC/USP) - Part
1: overall aspects. J. Appl. Oral Sci. vol.20 no.1 Bauru Jan./Feb. 2012 [cited 8th
August, 2012]. Available on: http://dx.doi.org/10.1590/S1678-77572012000100003