Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 - 348, Agustus 2020 e-ISSN 2621-2978

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2685-9394

UPAYA MENURUNKAN PERILAKU MENCEDERAI DIRI PASIEN SKIZOFRENIA


DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KLINIK ONLINE
Fabrila Hasti Endah Ramadani, Ice Yulia Wardani*
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat,
Indonesia 16424
*iceyulia1@yahoo.com

ABSTRAK
Perilaku mencederai diri merupakan suatu tindakan yang dapat mengancam keselamatan klien dengan
skizofrenia. Selama masa pandemik Covid-19, pemberian asuhan keperawatan diberikan melalui
pembelajaran praktik online. Perilaku mencederai diri dialami oleh seorang laki-laki berusia 23 tahun
dengan diagnosis medis Skizofrenia Paranoid. Klien melakukan perilaku mencederai diri saat merasa
tertekan dan depresi dengan masalah yang dialaminya. Penerapan standar asuhan keperawatan jiwa
bertujuan untuk menetapkan harapan dan masa depan, sehingga klien merasa hidupnya lebih optimis.
Intervensi keperawatan yang dilakukan diantaranya melatih mengidentifikasi aspek positif diri sendiri,
keluarga dan lingkungan, mendiskusikan harapan dan masa depan serta cara mencapainya, dan
melatih kegiatan untuk mencapai masa depan. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk
menganalisis upaya penurunan perilaku mencederai diri dalam pembelajaran praktik klinik online
pada masa pandemic Covid-19. Metode yang digunakan adalah case report. Hasil karya ilmiah ini
menunjukkan bahwa klien mengalami penurunan perilaku mencederai diri setelah mendapatkan
asuhan keperawatan jiwa secara daring. Keberhasilan penerapan standar asuhan keperawatan kepada
klien ditandai dengan perubahan kategori perilaku mencederai diri klien dari psikopatologi menjadi
self-harm ringan.

Kata kunci : pembelajaran praktik online; perilaku mencederai diri; skizofrenia; standar asuhan
keperawatan jiwa

EFFORTS TO REDUCE SELF-INJURING BEHAVIOR IN SCHIZOPHRENIA


PATIENTS IN ONLINE CLINICAL PRACTICE LEARNING

ABSTRACT
Self-injury is an action that can threaten the safety of patients with schizophrenia. During the Covid-
19 pandemic, nursing care was provided through online practice learning. Self-injuring behavior
experienced by a 23-year-old man with a medical diagnosis of Paranoid Schizophrenia. Clients have
self-injury behavior when feeling depressed and depressed about the problems they are experiencing.
The application of mental nursing care standards aims to set hope and the future, so that clients feel
more optimistic about their lives. Nursing interventions include training in identifying positive aspects
of oneself, family and environment, discussing hopes and the future and how to achieve them, and
training activities to achieve the future. This scientific paper aims to analyze efforts to reduce self-
injury in learning online clinical practice during the Covid-19 pandemic. The method used in this
paper is a case report. The results of this research indicate that the client has decreased self-injury
behavior after getting online nursing care. The successful application of nursing care standards to
cilent is characterized by a change in the category of client self-injury from psychopathology to mild
self-harm.

Keywords: online practice learning; self-injuring behavior; schizophrenia; mental nursing care
standards

PENDAHULUAN secara menyeluruh. Kesehatan jiwa


Kesehatan jiwa merupakan salah satu merupakan sebuah kondisi terjadinya
komponen yang perlu dimiliki setiap keharmonisan fungsi jiwa, kesanggupan
individu untuk memenuhi kriteria sehat menghadapi masalah, mampu

335
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

menyesuaikan diri dengan diri sendiri, menjelaskan bahwa depresi berhubungan


orang lain, masyarakat serta lingkungan dengan tindakan mencederai diri di masa
(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016). Individu lalu dan memprediksi tindakan mencederai
yang tidak mampu mempertahankan diri di masa yang akan datang (Pluck,
kesejahteraan mentalnya, berisiko Lekka, Bath, Sharif, & Woodruff, 2013).
mengalami stress yang berakibat pada Sehingga dorongan untuk melukai diri pada
gangguan jiwa. Gangguan jiwa juga orang dengan Skizofrenia lebih tinggi
didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang disebabkan karena depresi dan
dapat memengaruhi pola berpikir, perasaan, ketikakpatuhan minum obat.
dan perilaku individu (National Association
for Mental Health, 2016). Salah satu jenis Pengalaman terkait perilaku mencederai
gangguan jiwa adalah Skizofrenia. diri pada klien dengan Skizofrenia dialami
oleh seorang laki-laki berusia 23 tahun.
Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa Klien tidak patuh minum obat karena
Skizofrenia/psikosis sebanyak 7 per 1000 merasa tidak memberikan efek apapun
penduduk dengan penyebaran prevalensi terhadap dirinya, sehingga klien hanya
tertinggi terdapat di Bali dengan 11 per meminumnya saat ingat saja. Pengobatan
1000 penduduk (Riskesdas, 2018). Di klien tidak dikontrol oleh keluarga karena
samping itu, berdasarkan materi FGD yang hanya ibunya yang mengetahui kondisinya
bertemakan Optimalisasi Pelayanan dan ibu klien sudah mempercayakan
Penyakit Kejiwaan di Era JKN, pada 23 pengobatan kepada klien. Rendahnya
April 2019 dipaparkan data penyakit kesadaran klien dan keluarga akan
terbanyak rawat inap di RS. Dr. H. pentingnya mengonsumsi obat dalam
Marzoeki Mahdi diantaranya 50,6% jangka panjang merupakan salah satu
Skizofrenia paranoid, 25,7% Skizofrenia peyebab penghambat kepatuhan
tidak terinci, 10% skizoafektif, 8,7% pengobatan (Wardani, Hamid, Wiarsih, &
gangguan bipolar, 3% psikotik akut, 2% Susanti, 2012). Dampak dari
mild cognitive disorder. Individu yang ketidakpatuhan mengonsumsi obat yaitu
mengalami Skizofrenia akan menunjukkan munculnya perilaku mencederai diri pada
berbagai gejala. klien. Klien pernah melakukan percobaan
bunuh diri dan mencederai diri dalam satu
Salah satu gejala yang muncul adalah tahun terakhir karena berbagai tekanan
perilaku mencederai diri. Sebuah penelitian dalam hidup yang membuatnya depresi.
menyebutkan bahwa melukai diri Klien mengatakan tidak ada maksud khusus
merupakan hal yang lazim terjadi pada saat mencederai diri. Klien merasa puas
orang dengan Skizofrenia (Mork, Mehlum, saat mencederai diri dan merasa sedikit
Barret, & Agartz, 2012). Penelitian lain menyesal setelah mencederai diri karena
juga menyebutkan bahwa didapatkan merasa sakit.
22,59% orang dengan Skizofrenia
mencederai diri dan 10% diantaranya Salah satu upaya yang dapat dilakukan
melakukan percobaan bunuh diri (Jakhar, untuk menangani klien dengan perilaku
Beniwal, Bhatia, & Deshpande, 2017). mencederai diri adalah penerapan standar
Tindakan yang mengancam keselamatan asuhan keperawatan risiko bunuh diri.
individu seperti mencederai diri merupakan Menurut Keliat, et al. (2019) intervensi
hal yang sangat dikhawatirkan. Orang yang dapat dilakukan diantaranya 1).
dengan Skizofrenia mencederai dirinya Perawat mengamankan lingkungan klien;
disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu 2). Perawat membangun harapan dan masa
penyebabnya ialah munculnya halusinasi depan klien; 3). Perawat melatih cara
dan depresi yang dirasakan (Pookala, mengendalikan dorongan bunuh diri, 4).
Pardal, & Diwakar, 2011). Penelitian lain Perawat memberikan dukungan dalam

336
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

membangun harapan dan mengendalikan pembelajaran, peningkatan tingkat


dorongan bunuh diri, 5). Perawat kemandirian mahasiswa dalam belajar
mendorong klien menghubungi caregiver (Firman, 2020). Kendala pembelajaran
dan pelayanan kesehatan jika ada dorongan secara daring diantaranya adalah
bunuh diri, 6). Perawat memberikan penguasaan teknologi yang kurang,
pengawasan yang intens jika klien memiliki penambahan biaya kuota internet,
dorongan bunuh diri. Sebuah penelitian komunikasi antara siswa dan fasilitator
menunjukkan bahwa pemberian asuhan terbatas (Purwanto, Pramono, Asbari, &
keperawatan pada klien Skizofrenia dengan Santoso, 2020). Meski demikian, penelitian
risiko bunuh diri menunjukkan hasil yang lain menunjukkan efektivitas pembelajaran
siginifikan (Dewi & Erna, 2020). Sehingga, daring menunjukkan capaian yang
penulis memberikan asuhan keperawatan signifikan (Darmalaksana, et al., 2020).
jiwa pada klien dengan perilaku Oleh karena itu, pemberian asuhan
mencederai diri. keperawatan dalam pembelajaran praktik
online tetap bisa diupayakan untuk
Pada masa pandemik Covid-19, menurunkan perilaku mencederai diri
pembelajaran praktik peminatan pasien Skizofrenia.
keperawatan jiwa tidak dapat dilakukan
secara langsung di lahan praktik. Sehingga, METODE
penulis memberikan asuhan keperawatan Penulisan karya ilmiah ini menganalisis
kepada klien secara daring. Pelaksanaan penerapan standar asuhan keperawatan jiwa
praktik klinik secara daring ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mencederai diri
untuk mengidentifikasi masalah klien dengan metode case report. Tulisan
dengan perilaku mencederai diri, berdasarkan pengalaman dari praktik
menggambarkan pelaksanaan asuhan peminatan keperawatan jiwa yang
keperawatan yang diberikan serta dilakukan secara daring. Penulis mencari
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan dan mendapatkan informasi mengenai klien
dalam menurunkan perilaku mencederai melalui salah satu grup pemerhati
diri klien dengan Skizofrenia. Pemberian kesehatan jiwa di media sosial. Sebelum
asuhan keperawatan jiwa secara daring memberikan asuhan keperawatan penulis
penting untuk dilakukan karena perilaku sudah mendapatkan persetujuan dari klien
mencederai diri adalah tindakan yang dapat untuk memberikan asuhan keperawatan
membahayakan klien. Sebuah penelitian secara daring. Klien mengisi lembar
menunjukkan bahwa dari 270 pasien informed consent secara online. Kasus
Skizofrenia, 61 orang dilaporkan kelolaan ialah seorang laki-laki berusia 23
melakukan perilaku mencederai diri, dan 10 tahun dengan perilaku mencederai diri.
orang diantaranya telah melakukan Pengukuran perilaku mencederai diri
percobaan bunuh diri (Jakhar, Beniwal, menggunakan instrumen Self Harm
Bhatia, & Deshpande, 2017). Inventory. Instrumen ini sudah dilakukan
uji validitas dan reabilitas oleh Agustin,
Berdasarkan data tersebut, asuhan Fatria & Febrayosi (2019) yang
keperawatan jiwa pada klien dengan menunjukkan bahwa nomor 6, 7, dan 11
perilaku mencederai diri tetap perlu tidak valid. Sehingga penulis hanya
diberikan walaupun tidak secara langsung. melakukan pengukuran dengan 19 item
Sebuah studi menjabarkan beberapa pertanyan.
dampak pandemik Covid-19 terhadap
pembelajaran meliputi: perubahan proses HASIL
belajar dari tatap muka menjadi Pengkajian Keperawatan
permbelajaran daring, peningkatan Klien adalah seorang laki-laki berusia 23
pemanfaatan teknologi dalam praktik tahun saat ini tidak bekerja, sehari-hari

337
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

aktivitas klien adalah mencari lowongan diri, penyebab dan kemampuan


kerja dan bermain bersama teman- mengatasinya; 2). Perawat menegakkan
temannya. Setiap hari klien merasa tertekan diagnosis dengan menjelaskan proses
berada di rumah, kondisi keluarganya yang terjadinya dan akibat dari bunuh diri serta
tidak harmonis dan masalah ekonomi skor skala intervensinya; 3). Perawat
membuatnya semakin depresi. Sehingga, mengamankan lingkungan dari risiko
sering terlintas dalam pikiran klien untuk bunuh diri; 4). Perawat membangun
melukai diri, sebagai bentuk pelampiasan harapan dan masa depan klien, dengan
emosi yang dirasakan. Klien didiagnosis mendiskusikan tujuan hidupnya,
skizofrenia sejak 1 tahun yang lalu. Klien membangun harapan terkait diri sendiri,
tidak memiliki riwayat gangguan jiwa pada orang terdekat, mendiskusikan cara untuk
masa lalu. Selama ini klien hanya mencapai harapan dan masa depan, serta
mengonsumsi obat saat ingat saja karena melatih kegiatan mencapai harapan dan
klien merasa obat yang dikonsumsi tidak masa depan; 5). Perawat melatih cara
memberikan efek apapun kepadanya. mengendalikan dorongan bunuh diri,
dengan mendiskusikan dan membuat daftar
Klien memiliki berbagai trauma dalam aspek positif dari diri dan lakukan afirmasi
kehidupannya, yang memicu klien positif dari diri sendiri, orang yang berarti,
mengalami gangguan jiwa. Klien tertekan dan dari lingkungan, serta melatih semua
dengan kondisi orang tuanya yang selalu aspek positif yang dimiliki dari diri sendiri
ribut masalah ekonomi dan ayah klien yang dan orang yang terkasih, serta melakukan
melakukan perilaku kekerasan kepada evaluasi perasaan dan pikiran setelah
ibunya. Klien juga merasa tidak berharga melakukan latihan; 6). Perawat
karena hanya lulusan SMP. Klien juga memberikan dukungan untuk membangun
menceritakan bahwa dirinya juga pernah harapan dan mengendalikan dorongan
menjadi korban pelecehan seksual. Tahun bunuh diri; 7). Perawat meminta klien
2018 klien terdiagnosa HIV/AIDS. Satu menghubungi caregiver (keluarga) dan
tahun terakhir, klien juga mendapatkan tenaga kesehatan jika terdapat dorongan
tekanan pekerjaan yang membuat klien bunuh diri; 8). Perawat memberikan
semakin merasa tertekan dan depresi. Pada pengawasan ketat jika klien memiliki
saat itu pertama kalinya klien melakukan dorongan bunuh diri.
percobaan bunuh diri. Saat ini, klien sudah
tidak memiliki keinginan untuk mati, Implementasi dan Evaluasi
namun klien masih memiliki keinginan Implementasi pertama yang dilakukan pada
yang tinggi untuk mencederai diri sebagai pasien dengan risiko bunuh diri yaitu
bentuk pelampiasan emosinya. Klien masih membina hubungan saling percaya antara
rutin kontrol ke psikiater terkait kondisinya. perawat dengan pasien, mengidentifikasi
Klien mengonsumsi dua jenis obat yaitu beratnya masalah risiko bunuh diri (isyarat,
olanzapine 10 mg dan amytriptiline ancaman, percobaan), mengidentifikasi
hydrochloride 10 mg yang dikonsumsi 2 benda-benda berbahaya dan mendorong
kali sehari pagi dan sore. pasien untuk mengamankannya, melatih
cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Intervensi Keperawatan dengan membuat daftar aspek positif diri
Intervensi yang dapat diberikan kepada sendiri dan latihan afirmasi positif. Klien
klien dengan perilaku mencederai diri mampu menyebutkan aspek positif yang
adalah asuhan keperawatan risiko bunuh ada pada dirinya. Klien juga bersedia untuk
diri. Berdasarkan Keliat, et al., 2019, melatih aspek positif yang masih bisa
tindakan keperawatan ners yang dapat dilakukan. Analisis masalah yang
dilakukan diantaranya: 1). Perawat didapatkan yaitu membina hubungan saling
mengkaji tanda dan gejala risiko bunuh percaya teratasi, identifikasi beratnya

338
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

masalah risiko bunuh diri teratasi, Implementasi interaksi keempat


mengidentifikasi benda-benda berbahaya dilaksanakan bersamaan dengan interaksi
dan mendorong pasien untuk kedua. Setelah mendiskusikan harapan dan
mengamankannya teratasi sebagian, masa depan serta cara untuk mencapainya,
melatih cara mengendalikan dorongan pada interaksi keempat perawat melatih
bunuh diri dengan membuat daftar aspek cara meraih masa depan yang dipilih. Klien
positif diri sendiri dan latihan afirmasi mampu menyebutkan kegiatan yang dapat
positif teratasi. dilakukan untuk mencapai masa depan.
Analisis masalah yang didapatkan yaitu
Implementasi yang dilakukan pada melatih kegiatan untuk mencapai harapan
interaksi kedua diantaranya mengevaluasi dan masa depan teratasi sebagian.
kegiatan berpikir positif tentang diri
sendiri, memberi pujian, mengkaji ulang Pengukuran perilaku mencederai diri klien
risiko bunuh diri, melatih cara dilakukan pada pertemuan pertama
mengendalikan diri dari dorongan bunuh implementasi asuhan keperawatan risiko
diri dengan membuat daftar aspek positif bunuh diri. Pengukuran dilakukan
keluarga dan lingkungan, serta melatih menggunakan instrumen Self Harm
afirmasi postif tentang keluarga dan Inventory yang terdiri dari 19 pertanyaan.
lingkungan. Klien mampu menyebutkan Pada pengukuran pertama, skor perilaku
aspek positif yang ada pada keluarga dan mencederai klien yaitu 13. Hal ini
orang-orang terdekatnya. Analisis masalah menunjukkan bahwa klien memiliki
yang didapatkan yaitu melatih cara kecenderungan psikopatologi karena telah
mengendalikan dorongan bunuh diri melakukan 13 jenis perilaku mencederai
dengan membuat daftar aspek positif diri dirinya. Pada pengukuran kedua, skor
sendiri dan latihan afirmasi positif teratasi. perilaku mencederai diri klien yaitu 6.
Implementasi interaksi ketiga dilaksanakan Klien menjawab 6 item yang sama pada
bersamaan dengan interaksi kedua. Setelah dua kali pengukuran yaitu nomor 1, 2, 6,
mengkaji aspek positif keluarga dan 11, 16 dan 17. Item 2, 6, dan 16
lingkungan, interaksi ketiga diantaranya menyatakan bahwa klien melukai diri
mendiskusikan harapan dan masa depan, dengan sengaja, menggores diri sendiri, dan
serta melatih cara-cara mencapai harapan sengaja membuat cedera diri. Kemudian
dan masa depan. Klien mampu Item 11 menyatakan bahwa klien pernah
menyebutkan harapan dan masa depan, dengan sengaja menjauhkan diri dari Tuhan
serta cara untuk mencapainya. Analisis sebagai bentuk hukuman, sedangkan item
masalah yang didapatkan yaitu melatih cara nomor 17 menyatakan bahwa klien sengaja
mencapai harapan dan masa depan secara menyiksa diri dengan pikiran yang
bertahap teratasi sebagian. Rencana tindak menghancurkan diri sendiri. Berdasarkan
lanjut untuk pasien yaitu berlatih berpikir hasil pengukuran tersebut dapat
positif diri sendiri, keluarga, dan disimpulkan bahwa terjadi penurunan
lingkungan serta berlatih cara-cara gejala perilaku mencederai diri pada klien
mencapai masa depan. dari skor 13 menjadi 5 yang tergolong
dalam self-harm ringan.

339
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Grafik 1. Instrumen Self Harm Inventory

PEMBAHASAN (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,


Analisis Masalah Keperawatan dengan 2019). Konflik keluarga memberikan risiko
Konsep terkait Kasus sebesar 1,13 kali terhadap kejadian
Berdasarkan hasil pengkajian yang Skizofrenia dibandingkan dengan keluarga
dilakukan, klien menderita Skizofrenia yang tidak mengalami konflik keluarga
paranoid sejak 1 tahun terakhir yaitu usia (Erlina, Soewadi, & Pramono, 2010).
22 tahun pada tahap dewasa awal. Kondisi
ini sesuai dengan teori yang menyebutkan Kedua, ayah klien adalah seorang
bahwa Skizofrenia lebih sering muncul pengumpul barang bekas sedangkan ibunya
pada usia remaja akhir hingga dewasa awal tidak bekerja, sehingga untuk memenuhi
dengan prognosis lebih buruk pada laki-laki kebutuhan sehari-hari, bertumpu pada
jika dibandingkan dengan perempuan pendapatan ayahnya selama klien tidak
(Zahnia & Sumekar, 2016). Usia remaja bekerja. Hal ini juga menjadi masalah baru,
dan dewasa awal memiliki risiko tinggi karena pendapatan keluarga yang tidak
mengalami Skizofrenia karena berada pada menentu, tidak mampu mencukupi
tahap kehidupan yang penuh dengan kebutuhan sehari-hari dan membayar
tekanan (Andari, 2017). Puncak angka kontrakan rumah, sehingga setiap hari
kejadian onset Skizofrenia pada laki-laki terjadi pertengkaran dalam keluarga karena
antara 15-25 tahun, dengan 75% gejala masalah ekonomi. Faktor ekonomi menjadi
Skizofrenia muncul pada individu berusia stressor lain yang menyebabkan gangguan
16-25 tahun (National Institute of Mental jiwa Skizofrenia (Mashudi, Rahayu, Dwi,
Health, 2008; Shives, 2012). Sehingga, & Lukitasari, 2019). Di Aceh sebanyak
dapat disimpulkan bahwa klien mulai 57,50% orang mengalami Skizofrenia
mengalami Skizofrenia dan menunjukkan disebabkan karena masalah keuangan
berbagai gejala psikosis pada tahap dewasa (Noviyanti, 2017).
awal karena berbagai stressor yang dialami.
Pengalaman traumatis lain yang
Klien mengalami berbagai pengalaman menyebabkan klien mengalami gangguan
buruk dalam kehidupannya yang menjadi jiwa adalah pelecehan seksual yang dialami
faktor penyebab dirinya menderita waktu kecil. Pelecehan seksual pada masa
Skizofrenia. Faktor predisposisi pertama anak-anak merupakan salah satu faktor
yang menjadi stressornya adalah keluarga. risiko terhambatnya perkembangan
Klien sering kali melihat ayahnya kesehatan mental pada usia dewasa
melakukan kekerasan dalam rumah tangga (Hillberg, Giachrisis, & Dixon, 2011).
pada ibunya. Hal ini menimbulkan trauma Klien yang memiliki trauma pelecehan
bagi klien. Masalah dengan orang tua seksual memiliki skor signifikan yang lebih
merupakan salah satu penyebab Skizofrenia tinggi pada gejala positif dan negatif

340
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Skizofrenia, kecemasan dan kemarahan melakukan percobaan bunuh diri. Faktor-


(Yildirim, et al., 2014). Selain itu, klien faktor yang dapat memengaruhi ide bunuh
merasa kecewa rendah diri dan kecewa diri diantaranya masalah keluarga, tekanan
karena hanya lulusan SMP, sehingga klien psikologis, permasalahan yang dihadapi,
kesulitan dalam mencari pekerjaan. kurang memperoleh perhatian, harga diri
Penurunan harga diri dapat memberikan rendah, tekanan sosial dan ekonomi, putus
respons afektif seperti perasaan putus asa, asa, ketakutan pada masa depan, dan
tidak bahagia dan depresi (Savarese, et al., kegagalan (Pratiwi & Undarwati, 2014).
2013). Sehingga hal tersebut dapat menjadi
faktor pendukung yang memicu timbulnya Klien merasa tidak berdaya dalam
gangguan jiwa pada klien. menghadapi berbagai persoalan hidup yang
dialaminya. Ketidakberdayaan yang
Klien juga mengalami beberapa hal yang dirasakan seseorang memang dapat
membuatnya depresi dalam dua tahun berdampak pada perilaku bunuh diri
terakhir. Faktor presipitasi pertama adalah (Valentina & Helmi, 2016). Hal ini
klien terdiagnosa penyakit HIV/AIDS pada disebabkan karena seseorang merasa tidak
tahun 2018. Penyakit fisik menjadi salah memiliki harapan di masa depan dan tidak
satu penyebab munculnya gangguan jiwa mampu menemukan solusi atas masalah
pada seseorang (Pusat Data dan Informasi yang dihadapinya. Hingga saat ini, klien
Kemenkes RI, 2019). Orang dengan masih memiliki keinginan yang kuat untuk
HIV/AIDS (ODHA) menunjukkan gejala mencederai diri, terutama saat lukanya
depresi seperti ketakutan, kemarahan, rasa sudah mulai mengering. Hal tersebut
bersalah serta sebagian dari ODHA menunjukkan bahwa klien belum mampu
melakukan percobaan bunuh diri (Schade, memanfaatkan sumber koping yang
Grootheest, & Smit, 2013). Faktor dimiliki. Sumber koping merupakan
presipitasi yang kedua adalah klien pilihan-pilihan yang dapat membantu
mengalami tekanan dalam pekerjaannya. seseorang menentukan apa yang dapat
Pada tahun 2019 lalu, klien mendapatkan dilakukan dan merupakan faktor
tekanan pada pekerjaannya, hingga klien pendukung seperti keyakinan spiritual,
dikeluarkan dari pekerjaannya. Pekerjaan keterampilan menyelesaikan masalah,
menjadi salah satu stressor psikososial yang keterampilan sosial, modal material,
dapat menyebabkan gangguan jiwa (Pusat pengetahuan intelegensi, serta identitas ego
Data dan Informasi Kemenkes RI, 2019). yang kuat. (Stuart, Keliat, & Pasaribu,
Klien mengatakan bahwa masalah 2016). Hal ini menunjukkan bahwa
pekerjaan yang dihadapinya dan berbagai mekanisme klien berfokus pada emosi,
masalah hidup lainnya membuat klien karena klien hanya berfokus untuk
merasa sangat depresi dan untuk pertama mengurangi tekanan emosionalnya dan
kalinya melakukan percobaan bunuh diri. bersifat destruktif.
Menurut Belayneh, Abebaw, Amare, Haile,
& Abebe (2019), dijelaskan bahwa Analisis Intervensi Keperawatan
pengangguran dan masalah finansial berdasarkan Teori Terkait
memiliki hubungan yang signifikan Tindakan pertama yang dilakukan saat
terhadap penyebab Skizofrenia. Sehingga, berinteraksi dengan klien adalah
dari berbagai pengalaman tidak menerapkan komunikasi terapeutik. Tugas
menyenangkan yang dialami klien pada tahap ini yaitu membangun rasa
berdampak pada masalah kesehatan jiwa percaya, pengertian, penerimaan,
klien. komunikasi terbuka serta membuat kontrak
dengan klien (Stuart, Keliat, & Pasaribu,
Sejak klien mendapatkan masalah dalam 2016). Komunikasi terapeutik yang
pekerjaannya, klien berulang kali diterapkan dengan baik akan membuat

341
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

klien merasa puas terhadap pelayanan Kemudian, perawat mendorong klien untuk
keperawatan (Kozier, Berman, & Snyder, mengidentifikasi daftar aspek positif diri
2012). Hubungan saling percaya akan sendiri dan latihan afirmasi aspek positif
terbentuk antara perawat dan klien jika yang dimiliki diri sendiri (Keliat, et al.,
komunikasi terapeutik diterapkan dengan 2019). Perawat meminta klien
maksimal. Bina hubungan saling percaya menyebutkan kelebihan yang dimilikinya
perlu dibentuk di awal pertemuan, karena dan pernah membuatnya bahagia, lalu
kepercayaan klien kepada perawat akan memberikannya pujian dari aspek positif
berpengaruh terhadap proses asuhan yang disebutkan. Hal ini bertujuan untuk
keperawatan yang akan diberikan. Sebuah meningkatkan harga diri dan memberikan
penelitian menjelaskan bahwa penerapan harapan yang realistis kepada klien (Stuart,
bina hubungan saling percaya dengan Keliat, & Pasaribu, 2016). Klien mampu
komunikasi teraputik oleh perawat menyebutkan beberapa aspek positif yang
meningkatkan kepuasan terhadap proses dimilikinya. Sebuah penelitian
rawat jalan (Kusumo, 2017). Penelitian lain menunjukkan bahwa, semakin tinggi
juga menyebutkan bahwa melalui bina kemampuan individu dalam
hubungan saling percaya klien merasakan mengidentifikasi aspek positifnya, maka
kenyamanan selama menjalani perawatan terjadi penurunan tingkat keputusasaan
(Yularsih, 2014). yang mengarah pada perilaku mencederai
diri hingga bunuh diri (Johnson, Gooding,
Selanjutnya perawat mengidentifikasi Wood, & Taylor, 2010).
beratnya masalah risiko bunuh diri dengan
menganalisis risiko bunuh diri yang dialami Klien juga berlatih untuk mengidentifikasi
klien termasuk dalam isyarat bunuh diri, aspek positif keluarga dan lingkungan
ancaman bunuh diri, atau percobaan bunuh (Keliat, et al., 2019). Perawat mendorong
diri (Keliat, et al., 2019). Pada saat klien untuk menyebutkan hal-hal yang
dilakukan pengkajian risiko bunuh diri, masih bisa disyukuri dari keluarga dan
klien menjelaskan bahwa sebelumnya klien lingkungan sekitar klien. Pada interaksi kali
telah melakukan lima kali percobaan bunuh ini, klien lebih stabil dan mampu
diri, sehingga, risiko bunuh diri klien sudah menyebutkan aspek positf keluarga serta
tergolong dalam percobaan bunuh diri. Saat lingkungan sekitarnya. Selama ini, salah
ini, klien sudah tidak memiliki keinginan satu tujuan klien mencederai diri dan
untuk bunuh diri, namun masih memiliki melakukan percobaan bunuh diri salah
keinginan kuat untuk mencederai diri. Oleh satunya agar mendapat perhatian dari
karena itu, langkah selanjutnya perawat orang-orang di sekitarnya. Dukungan
mengidentifikasi benda-benda berbahaya di keluarga dan teman sebaya diperlukan
sekitar klien (Keliat, et al., 2019). Perawat dalam membantu pemulihan perilaku
berusaha untuk mengarahkan klien dengan mencederai diri klien (Stuart, Keliat, &
menyingkirkan benda-benda berbahaya Pasaribu, 2016). Dukungan sosial dari
yang dapat mendorongnya mencederai diri keluarga dan lingkungan sekitar klien dapat
saat emosinya sedang labil. Hal ini dimaksimalkan sebagai program
disebabkan karena perilaku mencederai diri pencegahan bunuh diri, karena berdasarkan
dapat terjadi akibat tekanan luar biasa yang penelitian yang telah dilakukan terdapat
dirasakan seseorang dan sebagai bentuk penurunan upaya bunuh diri pada individu
pelarian dari masalah karena merasa tidak yang mendapatkan dukungan sosial yang
nyaman atau tidak tahan dengan tekanan baik (Kleiman & Liu, 2013).
yang dihadapi (Stuart, Keliat, & Pasaribu,
2016). Identifikasi aspek positif pada diri, keluarga
dan lingkungan sangat penting untuk dilatih
oleh klien dengan risiko bunuh diri. Klien

342
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

dengan risiko bunuh diri memiliki berbagai dan perasaan bahagia kepada individu,
pikiran negatif saat merasa depresi atas sehingga keinginan untuk membahayakan
masalah yang dihadapinya (Choon, Talib, diri berkurang (U.S. Departemen of Health
& Yaacob, 2014). Sehingga, jika pikiran and Human Services, 2015). Klien
klien dipenuhi pikiran negatif maka akan menyebutkan berbagai harapan dalam
membuat klien semakin sedih dan putus hidupnya, dan hanya bisa tercapai jika klien
asa. Perasaan depresi merupakan faktor kembali mendapatkan pekerjaan.
risiko terjadinya bunuh diri pada seseorang
(Hor & Taylor, 2014). Selain itu, perasaan Tindakan keperawatan berikutnya yaitu
depresi dan ketidakmampuan klien dalam melatih kegiatan yang dapat dilakukan
menghadapi masalah juga dapat untuk mencapai harapan dan masa depan
menyebabkan harga diri rendah. Harga diri klien (Keliat, et al., 2019). Perawat
rendah memiliki kaitan yang erat dengan mendorong klien untuk mengidentifikasi
risiko bunuh diri. Oleh karena itu, klien cara yang dapat dilakukan supaya klien
perlu didorong untuk mengkaji aspek dapat bekerja kembali. Klien
positif yang ada pada diri sendiri, keluarga menyampaikan bahwa dirinya sudah
dan lingkungan sehingga klien mampu berusaha maksimal untuk mencari kerja
menjalani kehidupan dengan lebih positif dan mengikuti interview pada beberapa
dan optimis. perusahaan. Namun, klien tidak kunjung
berhasil mendapat panggilan kerja.
Sebuah studi menjelaskan bahwa melatih Selanjutnya, perawat mengidentifikasi
kegiatan positif pada klien dapat kegiatan positif lain yang masih bisa
meningkatkan harga diri klien (Wandono, dilakukan, sehingga klien lebih terarah dan
Ayisna, & Pratiwi, 2017). Mengidentifikasi tidak berfokus pada masalah saat ini yang
aspek positif dalam keluarga dan membuat klien bersedih. Kegiatan positif
lingkungan sosial juga perlu dilakukan. Hal yang dilakukan oleh seseorang dapat
ini disebabkan karena pada umumnya klien meningkatkan produksi neurotransmitter
Skizofrenia mengalami kegagalan dalam seperti dopamine dan serotonin, melalui
menjalankan perannya baik dalam keluarga peningkatan hormon-hormon tersebut
maupun kehidupan sosial (Pardede, 2017). gejala masalah kesehatan mental individu
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa seperti kegelisahan akan menurun (World
peningkatan keberfungsian sosial dengan Health Organization, 2019). Sehingga klien
melalui keluarga, sahabat dan support dapat lebih terkontrol suasana hatinya jika
group dapat menurunkan risiko bunuh diri melakukan suatu aktivitas.
pada klien gangguan jiwa (Banfatin, 2013).
Sehingga, perawat perlu membantu klien Selama pemberian asuhan keperawatan
untuk menggali aspek positif diri, keluarga dalam 10 hari, perawat telah mengukur
dan lingkungannya secara maksimal agar perubahan perilaku mencederai diri klien.
meningkatkan harapan dan semangat hidup Klien mengalami penurunan perilaku
klien. mencederai diri dari skor 13 menjadi 6.
Klien memilih lima item yang sama pada
Perawat dan klien juga mendiskusikan pengukuran pertama yaitu nomor 1
harapan dan masa depan klien serta cara (overdosis), nomor 2 (melukai diri dengan
untuk mencapai harapan tersebut (Keliat, et sengaja), 6 (menggores diri sendiri dengan
al., 2019). Perawat meminta klien untuk sengaja), 11 (menjauhkan diri dari Tuhan
menyebutkan harapan-harapan yang sebagai bentuk hukuman), 16 (mencederai
dimilikinya, kemudian memintanya untuk diri sendiri dengan sengaja), dan 17
memilih harapan untuk diwujudkan dalam (menyiksa diri dengan pikiran yang
waktu dekat. Membangun harapan tentang menghancurkan diri sendiri). Hal ini
masa depan dapat memberikan semangat menunjukkan perubahan status klien yang

343
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

sebelumnya tergolong dalam psikopatologi Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016).
berubah menjadi self-harm ringan karena Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
terjadi penurunan skor, setelah Jiwa. Yogyakarta: Indomedia
mendapatkan asuhan keperawatan risiko Pustaka.
bunuh diri. Sebuah penelitian menunjukkan Banfatin, F. (2013). Identifikasi
bahwa klien dengan risiko bunuh diri yang Peningkatan Keberfungsian Sosial
mendapatkan asuhan keperawatan risiko dan Penurunan Risiko Bunuh Diri
bunuh diri selama tiga hari, setelah Bagi Penderita Gangguan Kesehatan
dievaluasi tidak memiliki keinginan bunuh Mental Bipolar Disorder di Kota
diri lagi (Gugarni, 2017). Penelitian serupa Medan melalui Terapi Pendampingan
juga menjelaskan bahwa penerapan standar Psikososial. Welfare State, 3. vol. 2,
asuhan keperawatan jiwa risiko bunuh diri no. 3, 2013
pada klien dengan Skizofrenia,
menunjukkan hasil yang signifikan yang Choon, M., Talib, M., & Yaacob, S. (2014).
dibuktikan dengan respon verbal dan non- Negative automatic thoughts as a
verbal klien (Puspita & Erawati, 2020). mediator of the relationship between
Studi lain menyebutkan bahwa pemberian depression and suicidal behaviour in
asuhan keperawatan berupa praktik berpikir an at-risk sample of Malaysian
postif akan menjadi faktor protektif dan adolescents. Child and Adolescent
koping yang berpotensi menurunkan ide Mental Health . doi:
bunuh diri klien (Martin, 2019). Sehingga https://doi.org/10.1111/camh.12075
dapat disimpulkan bahwa pemberian Darmalaksana, Wahyudin, Hambali,
asuhan keperawatan jiwa risiko bunuh diri, Ahmad, Masrur, Muhlas, & Ali.
efektif dalam menurunkan perilaku (2020). Analisis Pembelajaran Online
mencederi diri pada klien dengan Masa WFH Pandemic Covid-19
Skizofrenia. sebagai Tantangan Pemimpin Digital
Abad 21. Digital Library UIN Sunan
SIMPULAN Gunung Jati.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
klien dengan perilaku mencederai diri dapat Dewi, I., & Erna, E. (2020). Asuhan
membahayakan dirinya. Pemberian asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien
keperawatan jiwa dalam pembelajaran Skizofrenia dengan Risiko Bunuh
praktik secara online efektif dalam Diri. Jurnal Keperawatan Jiwa, 211-
menurunkan perilaku mencederai diri. 216. doi:
Penelitian selanjutnya dapat meneliti https://doi.org/10.26714/jkj.8.2.2020.
mengenai perbandingan antara penerapan 211-216
asuhan keperawatan secara tatap muka dan Erlina, S., Soewadi, & Pramono, D. (2010).
secara daring. Determinan terhadap timbulnya
skizofrenia pada pasien rawat jalan di
DAFTAR PUSTAKA rumah sakit jiwa prof. hb saanin
Agustin, D., Fatria, R., & Febrayosi, P. padang sumatera barat. Berita
(2019). Analisis Butir Self Harm Kedokteran Masyarakat. doi:
Inventory. Jurnal Muara Ilmu Sosial, HYPERLINK
Humaniora dan Seni, 396-402. doi: "https://doi.org/10.22146/bkm.3471"
https://doi.org/10.24912/jmishumsen. https://doi.org/10.22146/bkm.3471
v3i2.3880
Firman, F. (2020). Dampak Covid-19
Andari, S. (2017). Pelayanan Sosial Panti terhadap Pembelajaran di Perguruan
Berbasis Agama. Jurnal PKS, 195- Tinggi . BIOMA: Jurnal Biologi dan
208.

344
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Pembelajarannya, (20). Vol.2, No.1. 16%2Fj.brat.2010.05.013" \t "_blank"


doi: https://ojs.unsulbar.ac.id 10.1016/j.brat.2010.05.013
Gugarni, E. (2017). Asuhan Keperawatan Kleiman, E., & Liu, R. (2013). Social
Risiko Bunuh Diri pada Tn. M support as a protective factor in
dengan Skizofrenia Paranoid di suicide: Findings from two nationally
Ruang Bima RSUD Banyumas. representative samples. Journal of
Purwokerto. affective disorders, 540-545. doi:
https://doi.org/10.1016/j.jad.2013.01.
Haddad, P., Brain, C., & Scott, J. (2014).
033
Nonadherence with antipsychotic
medication in schizophrenia: Kozier, B., Berman, A., & Snyder, S.
challenges and management (2012). Kozier & 7 erb’s fundamental
strategies. Patient Related Outcome of nursing: concepts, process, and
Measures, 43-62. doi: practice. New Jersey: Pearson
https://doi.org/10.2147/PROM.S4273 Education, Inc.
5 Kusumo, M. (2017). Pengaruh Komunikasi
Hillberg, T., Giachrisis, C., & Dixon, L. Terapeutik Perawat Terhadap
(2011). Review of Meta-Analyses on Kepuasan Pasien di Rawat Jalan
the Association Between Child RSUD Jogja . Jurnal
Sexual Abuse and Adult Mental Medicoeticolegal dan Manajemen
Health Difficulties: A Systematic Rumah Sakit, 72-81. doi:
Approach. Sage Journals. doi: HYPERLINK
https://doi.org/10.1177/15248380103 "https://doi.org/10.18196/jmmr.6130"
86812 https://doi.org/10.18196/jmmr.6130
Hor, K., & Taylor, M. (2014). Suicide and Martin, M. (2019). Suicidal Ideation and
schizophrenia: a systematic review of Mindfulness Practice in LGBTQ
rates and risk factors. Journal of Youth Youth. Portland State
Psychopharmacology (Oxford, University , 743. doi: https://doi.org/
England), 81-90. doi: HYPERLINK
https://doi.org/10.1177/13597868103 "https://doi.org/10.15760/honors.760"
85490 10.15760/honors.760
Jakhar, K., Beniwal, R., Bhatia, T., & Mashudi, S., Rahayu, V., Dwi, S., &
Deshpande, S. (2017). Self-harm and Lukitasari, E. (2019). Analisis Faktor
suicide attempts in Schizophrenia. Penyebab Skizofrenia di Ponorogo.
Asian Journal of Psychiatry, 102- Prosiding 1st Seminar Nasional dan
106. doi: Call for Paper.
https://doi.org/10.1016/j.ajp.2017.08. Mork, E., Mehlum, L., Barret, E., &
012 Agartz, I. (2012). Self-Harm in
Johnson, J., Gooding, P., Wood, A., & Patients with Schizophrenia Spectrum
Taylor, P. (2010). Resilience to Disorders. the International Academy
suicidal ideation in psychosis: for Suicide Research, 111-23. doi:
Positive self-appraisals buffer the https://doi.org/10.1080/13811118.201
impact of hopelessness. Behaviour 2.667328
Research and Therapy, 883-889. doi: National Association for Mental Health.
https://doi.org/ HYPERLINK (2016). Understanding Mental Health
"https://www.researchgate.net/deref/h Problems. London: Mind 2016.
ttp%3A%2F%2Fdx.doi.org%2F10.10

345
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Noviyanti, S. (2017). Penyebab Skizofrenia Coping And Clinical Symptoms In A


pada Pasien Rawat Jalan di Aceh. Group Of Young Adults: A Brief
Idea Nursing Journal. Report. European Scientific Journal,
1-6. doi: HYPERLINK
Pardede, S. (2017). Penerapan terapi
"https://doi.org/10.19044/esj.2013.v9
suportif dengan teknik bimbingan
n29p%25p"
untuk mengurangi dorongan bunuh
https://doi.org/10.19044/esj.2013.v9n
diri pada pasien skizofrenia. Jurnal
29p%25p
Bimbingan dan Konseling, 89-96.
doi: https://doi.org/10.26539/117 Schade, A., Grootheest, G., & Smit, J.
(2013). HIV-infected mental health
Pluck, G., Lekka, N., Bath, P., Sharif, O., &
patients: characteristics and
Woodruff, P. (2013). Clinical and
comparison with HIV-infected
neuropsychological aspects of non-
patients from the general population
fatal self-harm in schizophrenia.
and non-infected mental health
European Psychiatry, 344-348. doi:
patients. BMC Psychiatry. doi:
https://doi.org/10.1016/j.eurpsy.2012.
https://doi.org/10.1186/1471-244X-
08.003
13-35
Pookala, S., Pardal, P., & Diwakar, M.
Stuart, G., Keliat, B., & Pasaribu, J. (2016).
(2011). Self-harm by severe glossal
Prinsip dan Praktik Keperawatan
injury in schizophrenia. Industrial
Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore:
Psychiatry Journal, 134-135. doi:
Elsevier.
https://doi.org/ HYPERLINK
"https://www.researchgate.net/deref/h U.S. Departemen of Health and Human
ttp%3A%2F%2Fdx.doi.org%2F10.41 Services. (2015). A Journey Toward
03%2F0972-6748.102524" \t Health and Hope: Your Handbook for
"_blank" 10.4103/0972-6748.102524 Recovery After Suicide Attempt.
United States: Substance Abuse and
Pratiwi, J., & Undarwati, A. (2014).
Mental Health Services
Suicide Ideation pada Remaja di Kota
Administration.
Semarang. Developmental and
Clinical Psychology. Valentina, T., & Helmi, A. (2016).
Ketidakberdayaan dan Perilaku
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., &
Bunuh Diri:. Buletin Psikologi, 123-
Santoso, P. (2020). Studi Eksploratif
135. doi:
Dampak Pandemi COVID-19
https://doi.org/10.22146/buletinpsikol
Terhadap Proses Pembelajaran
ogi.18175
Online di Sekolah Dasar. Journal of
Education, Psychology and Wandono, Ayisna, W., & Pratiwi, A.
Counseling, 2716-4446. (2017). Upaya Peningkatan Harga
Diri Rendah Pada Pasien Depresi.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Electronic These and Dissertations.
(2019). Info Datin Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Kemenkes RI. Wardani, I.Y, Hamid, A., Wiarsih, W., &
Susanti, H. (2012). Dukungan
Puspita, I., & Erawati, E. (2020). Asuhan
Keluarga: Faktor Penyebab
Keperawatan Jiwa pada Klien
Ketidakpatuhan Klien Skizofrenia
Skizofrenia dengan Risiko Bunuh
Menjalani Pengobatan. Jurnal
Diri. Jurnal Keperawatan Jiwa.
Keperawatan Indonesia. doi:
Savarese, G., Carpinelli, L., Fasano, O., https://doi.org/ HYPERLINK
Mollo, M., Pecoraro, N., & "http://dx.doi.org/10.7454/jki.v15i1.4
Iannaccone, A. (2013). Study On The 0" 10.7454/jki.v15i1.40
Correlation Between Self-Esteem,

346
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

World Health Organization. (2019). Motion


for Your Mind: Physical activity for
mental health promotion, protection
and care. Europe: WHO Regional
Office for Europe.
Yildirim, M., Yildirim, E., Kaser, M.,
Guduk, M., Fistikci, N., Cinar, O., &
Yuksel, S. (2014). The relationship
between adulthood traumatic
experiences and psychotic symptoms
in female patients with schizophrenia.
Comprehensive Psychiatry, 1847-
1854. doi: https://doi.org/
HYPERLINK
"https://www.researchgate.net/deref/h
ttp%3A%2F%2Fdx.doi.org%2F10.10
16%2Fj.comppsych.2014.08.049" \t
"_blank"
10.1016/j.comppsych.2014.08.049
Yularsih, D. (2014). Penerapan
Komunikasi Terapeutik Pada Proses
Penyembuhan Pasien Di Bangsal
Keperawatan RSUD Kota Semarang.
The Messenger, 8-16. doi:
HYPERLINK
"http://dx.doi.org/10.26623/themesse
nger.v6i2.189"
http://dx.doi.org/10.26623/themessen
ger.v6i2.189
Zahnia, S., & Sumekar, D. (2016). Kajian
Epidemiologis Skizofrenia. Majority,
161.

347
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 335 – 348, Agustus 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

348

Anda mungkin juga menyukai