Anda di halaman 1dari 5

B.

Asuhan keperawatan defisit perawatan diri secara umum

1.Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi keluh kesah klien yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, dikatakan dan diperlihatkan melalu bentuk perilaku. Terkadang dalam
menghadapi klien dengan perasaan keluh kesah, intervensi sebenarnya terjadi pada saat
pengkajian. Ada beberapa percakapan yang mungkin muncul pada saat pengkajian yang
seharusnya ada di saat tahap intervensi ketika klien memahami dengan lebih baik apa yang
dipikirkan dan dirasakan. Tiga area utama yang perlu dikaji :
a. Persepsi yang adekuat mengenai defisit perawatan diri
b. Dukungan yang ade kuat ketika mengalami defisit perawatan diri
c. Perilaku koping yang kuat selama proses defisit perawatan diri
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian tentang persepsi defisit perawatan diri
Pengkajian harus dimulai dengan mengkaji persepsi klien tentang defisit perawatan diri yaitu :
1) “apa artinya defisit perawatan diri bagi klien ?”, pertanyaan tersebut biasanya memiliki
jawaban yang berbeda-beda setiap klien dan harus ditanggapi sebagai intervensi yang penting.
2) Apa yang klien pikirkan dan rasakan tentang defisit perawatan diri, pada saat mengkaji
pertanyaan tersebut dianjurkan menggunakan bahasa yang jelas sehingga mudah dipahami oleh
klien dan dapat membuat klien mengungkapkan persepsi yang mungkin memerlukan klarifikasi
3) Bagaimana keputusasaan akan berdampak kehidupan klien ?
4) Informasi apa yang harus diklarifikasi atau diberikan kepada klien?, Perawat harus harus
menggugnakan pertanyaan yang terbuka dan membantu mengklarifikasi persepsi klien yang
keliru.
b. Pengkajian tentang perilaku yang adekuat
Pengkajian yang bertujuan tentang system pendukung klien adalah cara membantu klien yang
mengalami defisit perawatan diri untuk menyadari sumber-sumber disekelilingnya yang dapat
memenuhi kebutuhanan emosional dan spiritual klien akan rasa aman dan dicintai.
c. Pengkajian tentang perilaku koping yang adekuat
Perilaku klien mungkin memberi perawat informasi yang paling mudah dan kongkret tentang
keterampilan koping klien. Perawat harus cermat mengamati klien yang mengalami defisit
perawatan diri dan jangan berasumsi bahwa klien berada pada fase tertentu. Perawat harus
menggunakan ketarampilan dalam berkomunikasinya untuk mengkaji bagaimana perilaku klien
terhadap koping masalah yang dihadapi
d. Pengkajian terhadap faktor predisposisi
1) Faktor genetic
2) Kesehatan jamani
3) Kesehatan mental
4) Pengalaman penyakit terdahulu
5) Struktur kepribadian
e. Pengkajian faktor presipitasi
1) defisit perawatan diri kesehatan
2) defisist perawatan diri fungsi seksualitas
3) defisit perawatan diri peran dalam keluarga
4) defisit perawatan diri posisi dimasyarakat

2. Diagnosa Keperawatan
Merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien yang mencakup baik respon
sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang (Stuart & Sundeen, 1995 dalam
Robby 2016).
3. Intervensi
a. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial) adalah memberi
kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara berikut.
1) Dorong pasien mengungkapkan perasaan dalam masalah defisit perawatan diri
2) Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan defisit perawatan diri
pasien secara emosional.
3) Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan menghukum dan menghakimi.
4) Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada individu yang mengalami
defisit prawatan diri
5) Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, menepuk bahu, dan
merangkul.
6) Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana, jelas, dan singkat.
7) Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.
b. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah dengan memberikan
dorongan dan memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan marahnya secara verbal tanpa
melawan kemarahannya. Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi
frustasi dan ketidakberdayaan :
1) Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah, menangis).
2) Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.
3) Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung Implementasi
c. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar (bargaining) adalah membantu
pasien mengidentifikasi perasaan bersalah dan perasaan takutnya.
1) Amati perilaku pasien.
2) Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.
3) Tingkatkan harga diri pasien.
4) Cegah tindakan merusak diri.
d. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi tingkat
depresi, risiko merusak diri, dan membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
1) Observasi perilaku pasien.
2) Diskusikan perasaan pasien.
3) Cegah tindakan merusak diri.
4) Hargai perasaan pasien.
5) Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.
6) Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.
7) Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.
e. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance) adalah membantu
pasien menerima masalah defisit perawatan diri yang tidak dapat dihindari dengan cara berikut.
1) Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.
2) Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.
4. Implementasi
Tindakan Keperawatan Pada Pasien
1. Tujuan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2) Pasien dapat mengenali peristiwa dalam masalah defisit perawatan diri yang dialami
pasien.
3) Pasien dapat memahami hubungan antara defisit perawatan diri yang dialami dengan
keadaan dirinya.
4) Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi defisit perawatan diri yang
dialaminya.
5) Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
2. Tindakan
1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
2) Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan
spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa didalam defisit perawatan diri serta hubungan
antara kondisi saat ini dengan peristiwa defisit perawatan diri yang terjadi).
3) Berdiskusi cara mengatasi defisit perawatan diri yang dialami.
4) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
5) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
6) Cara sosial (sharing melalui self help group).
7) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
8) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk saling
memberikan pengalaman dengan saksama.
9) Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
10) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas
Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mengenal masalah defisit perawatan diri
2) Keluarga memahami cara merawat pasien yang defisit perawatan diri berkepanjangan.
3) Keluarga dapat mempraktikkan cara memberi motivasi pasien keputusasaan
disfungsional.
4) Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.
b. Tindakan
1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah defisit perawatan diri dan dampaknya pada
pasien.
2) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi defisit perawatan diri yang dialami oleh
pasien.
3) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan disfungsional.
4) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan oleh
keluarga untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri yang dialami oleh pasien.
5. Evaluasi
a. Pasien mampu mengenali peristiwa defisit perawatan diri yang dialami
b. Memahami hubungan antara defisit perawatan diri yang dialami dengan keadaan dirinya.
c. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi defisit perawatan diri yang dialaminya.
d. Memanfaatkan faktor pendukung.
e. Keluarga mengenal masalah defisit perawatan diri
f. Keluarga memahami cara merawat pasien defisit perawatan diri berkepanjangan.
g. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien defisit perawatan diri disfungsional.
h. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai