Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN

HIPERTENSI DI PONKESDES JADI KECAMATAN SEMANDING


Rohmad Nur Amin1, Endah Kumarijati2, Erna Eka Wijayanti3
1,2,3
Program Studi Ners STIKES Nahdlatul Ulama Tuban
gtdanish01@gmail.com

Abstrak

Hipertensi merupakan penyakit yang harus selalu dikontrol agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung
pada kematian. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan berobat pada pasien
hipertensi di Ponskesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban
Penelitian desain Analitik Korelasional dengan pendekatan waktu case control. Pengambilan sampel ini
menggunakan simple random sampling dengan jumlah 24 responden. pengambilan data dengan kuesioner dan data
skunder. Uji statistik menggunakan uji Koefisien Kontingensi.
Hasil yang di dapatkan pasien hipertensi yang patuh berobat lebih banyak didapatkan pada responden yang
memiliki motivasi kuat yaitu 91.7%, sedangkan responden yang tidak patuh berobat lebih banyak didapatkan pada
responden yang memiliki motivasi lemah yaitu 100%. Hasil uji statistik menunjukan dengan tingkat kemaknaan α =
0,05 diperoleh nilai Phi = 0,001 dimana 0,001 < 0,05 artinya terdapat Hubungan Motivasi pasien Hipertensi dengan
Kepatuhan Berobat pasien Hipertensi. Disarankan edukasi petugas bahwa walaupun tidak merasa pusing tetap harus
rajin berobat.

Kata Kunci : Hipertensi, Motivasi Pasien, Kepatuahan Berobat

Pendahuluan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang sering ditemukan pada
masyarakat di Negara maju maupun berkembang. Data WHO menunjukkan sekitar 1,13 miliar
orang di dunia mengalami penyakit hipertensi. Oleh karena itu hipertensi perlu di deteksi dini
dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009). Kurangnya motivasi tenaga
kesehatan akan bedampak pada pasien hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau
melkaukan pengobatan secara teratur (Dinkes, 2018).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi dalam
berobat yaitu kurangnya pendidikan, akomodasi, dukungan keluarga, interaksi tenaga kesehatan dan
motivasi (Yulike dkk, 2017). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan morbiditas
hipertensi adalah berobat atau konsumsi obat antihipertensi, namun masih sedikit penderita
hiperteni yang berobat secara teratur (Dinkes, 2018).
Motivasi berobat untuk penderita hipertensi sampai saat ini dianggap sebagai penyakit biasa
sehingga banyak dari masyarakat merasa dirinya masih sehat karena mereka beranggapan bahwa
hipertensi merupakan penyakit yang tidak ada. Sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk
meninggkatkan kepatuhan berobat pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan motivasi dari
dirinya sendiri, dukungan keluarga, kesadraan dalam beobat, tingkat pengetahuan pasien dan
mengikuti kegiatan cek tensi di posbindu daerah setempat. Berdasarkan hal tersebut , maka peneliti
ingin meneliti “hubungan motivasi dengan kepatuhan berobat pasien hipertensi di poskesdes jadi
kecamatan semanding kabupaten tuban tahun 2020”

1
Method
Penelitian ini mengguanakan metode Observasional dengan desain Analitik Korelasional.
dengan pendekatan waktu case control responden penelitian yaitu pasien hipertensi di ponkesdes
Jadi Kecamatan Semanding sebanyak 24 responden ditentukan menggunakan teknik Simple
Random Sampling. Variabel independen Motivasi pasien variabel dependen adalah Kepatuhan
Berobat. Pengambilan data dengan kuesioner dan data skunder. Uji statistik menggunakan uji
Koefisien Kontingensi.
Hasil uji menunjukan hubungan antara Motivasi dengan Kepatuahan Berobat yaitu dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai Phi = 0,001 dimana 0,001 < 0,05 maka H 1 diterima
artinya terdapat Hubungan Motivasi pasien Hipertensi dengan Kepatuhan Berobat pasien Hipertensi
di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban, terdapat korelasi kuat dibuktikan
dengan nilai c = 0,608.

Hasil

Adapun karakteristik pasien hipertensi meliputi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan.
Data Umum
Umur
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban Tahun 2020.
No. Umur Frekuensi Presentase (%)
1. 40-50 Tahun 8 33.3%
2. 51-60 Tahun 5 20.8%
3. 61-70 Tahun 11 45.8%
Total 24 100%
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa hampir setengahnya responden berumur 61-70 tahun
berjumlah 11 (45.8%) dan sebagian kecil berumur 51-60 tahun berjumlah 5 (20.8%).

Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban Tahun 2020.
No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1. laki-laki 10 41.7%
2. Perempuan 14 58.3%
Total 24 100%

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar Jenis Kelamin responden Perempuan
yaitu berjumlah 14 (58.3%) dan hampir setengahnya berjenis kelamin laki-laki berjumlah 10
(41.7%).

Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban Tahun 2020.
No. Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1. SD 17 70.8%
2. SMP 4 16.7%
3. SMA 3 12.5%

2
Total 24 100%

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar Pendidikan responden SD berjumlah
17 (70.8%) dan sebagian kecil berpendidikan SMA berjumlah 3 (12.5%).

Pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban.
No. Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
1. Tani 14 58.3%
2. Swasta 5 20.8%
3. IRT 3 12.5%
4. Tukang Batu 2 8.3%
Total 24 100%
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani
sebanyak 14 (58,3%) dan sebagian kecil berkerja sebagai tukang batu sebanyak 2 (8.3%).

Data Khusus
Motivasi pasien Hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi pasien Hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban Tahun 2020.
No. Motivasi Pasien Frekuensi Presentase (%)
1. Kuat 12 50.0%
2. Sedang 6 25.0%
3. Rendah 6 25.0%
Total 24 100%
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa setengahnya responden di Ponkesdes Jadi Kecamatan
Semanding memiliki Motivasi Kuat yaitu 12 (50%).

Kepatuhan Berobat pasien Hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten


Tuban.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Berobat di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding
Kabupaten Tuban Tahun 2020.
No. Kepatuhan Berobat Frekuensi Presentase (%)
1. Patuh 14 58.3
2. Tidak Patuh 10 41.7
Total 24 100%

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Ponkesdes Jadi Kecamatan
Semanding Patuh dalam Berobat yaitu 14 (58,3%).

Kepatuhan Berobat menurut Motivasi pada Pasien Hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan
Semanding Kabupaten Tuban.

3
Tabel 5.7 Kepatuhan Berobat menurut Motivasi pada Pasien Hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan
Semanding Kabupaten Tuban Tahun 2020.
Kepatuhan Berobat
Total
No. Motivasi Patuh Tidak Patuh
F % f % f %
11 91.7% 1 8.3% 12 100%
1. Kuat
3 50.0% 3 50.0% 6 100%
2. Sedang
0 0% 6 100% 6 100%
3. Lemah
Total 14 58.3% 10 41.7% 24 100%

Berdasarkan tabel 5.7 dari hasil di atas bahwa responden yang patuh berobat hampir seluruhnya
didapatkan pada responden yang memiliki motivasi kuat yaitu 91.7%, dibandingkan responden
yang memiliki motivasi lemah yaitu 0%, sedangkan responden yang tidak patuh berobat lebih
banyak didapatkan pada responden yang memiliki motivasi lemah yaitu 100%, dibandingkan
dengan responden yang mempunyai motivasi kuat yaitu 8.3%.

Pembahasan
Motivasi pasien di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban Tahun 2020.
Setengahnya pasien hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding memiliki Motivasi
Kuat yaitu 50% dan sebagian kecil memiliki motivasi sedang dan rendah yaitu 25.0%. Menurut
standford, terdapat tiga poin penting dalam pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang dirasakan jurang oleh
seseorang baik bersifat fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Suarli &
Bahtiar, 2013).
Pasien hipertensi yang motivasinya lemah sebagian besar mengaku karena setiap tidak
pusing mereka merasa sudah sembuh dari hipertensi kemudian tidak melanjutkan pengobatanya.
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki tanda/ gejala khusus. .
Disinilah peran keluarga sangat penting. Perlu ditekankan pada anggota keluarga untuk terus
memantau perkembangan sanak saudara yang menderita hipertensi terkait dengan gejala yang mulai
mereda dan kondisi tekanan darahnya. Dan untuk pasien sendiri harus menyadari akan pentingnya
pemulihan kesehatan pasca hipertensi. Karena memang tidak ada tanda-tanda gejala yang spesifik
yang berkaitan dengan hipertensi. Serta sangat perlu bagi pasien untuk menjaga pola makan dan
olahraga secara teratur.
Pasien hipertensi yang memiliki motivasi lemah sebagian besar mengaku lama pengobatan
membuat mereka tidak yakin kalau mampu berobat sampai 6 bulan. Untuk mengatasi hal tersebut
bisa dilakukan dengan memberikan dukungan kepada pasien, dan dukungan bisa dilakukan oleh
petugas kesehatan maupun dari keluarga pasien tersebut, hal ini agar pasien bersemangat dalam
menjalankan pengobatanya serta dapat meningkatkan motivasi dalam dirinya untuk mencapai
kesembuhan.
Pasien hipertensi yang mendapat motivasi kuat lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki.
Sedangkan menurut umur motivasi yang kuat terdapat pada umur 40-50 tahun. Menurut (Lestari,

4
2015) bahwa faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi lingkungan dan
kondisi seseorang, meliputi: kondisi fisik lingkungan, keadaan atau kondisi kesehatan, umur dan
sebagainya. Jadi dapat diambil kesimpulan dari data terkait dengan teori yang ada, bahwasanya
wawasan kesadaran atas pentingnya kesehatan perlu ditingkatkan. Dikarenakan semakin
bertambahnya usia seseorang, kesadaran akan pentingnya kesehatan cenderung menurun.

Kepatuhan Berobat di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban Tahun 2020.
Sebagian besar pasien hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Patuh dalam Berobat
yaitu 58,3% dan hampir setengahnya tidak patuh sebesar 41.7%. Dari 41.7% (10 orang) yang tidak patuh
dalam melakukan pengobatan, mereka berdalih apabila tidak merasakan pusing tidak melanjutkan
pengobatannya. kepatuhan berobat adalah perilaku untuk mentaati saran-saran atau prosedur dari dokter
tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh proses konsultasi antara pasien dengan dokter
atau perawat sebagai penyedia jasa kesehatan (pratita, 2012).
Berdasarkan data dari ponkesdes ada 10 pasien hipertensi yang tidak patuh dalam berobat,
diantaranya tidak melanjutkan kontrol tekanan darah pada bulan ke 4. Dikarenakan dari sepuluh
pasien hipertensi merasa sudah tidak merasakan pusing dan tanda hipertensi yang lainya. Kepatuhan
merupakan perilaku yang tidak mudah untuk di jalankan, karena untuk mencapai kesembuhan dari
suatu penyakit diperlukan kepatuhan atau keteraturan berobat bagi setiap pasien. Pasien dianggap
patuh dalam berobat/pengobatan adalah yang menyelesaikan proses pengobatan secara teratur dan
lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan (Depkes RI, 2000).
Pasien hipertensi yang patuh dalam berobat yaitu yang memiliki tingkat pendidikan SMP
sebesar 75% sedangkan pasien hipertensi yang tidak patuh dalam berobat yaitu memiliki tingkat
pendidikan SD sebesar 41.2%. Menurut Notoatmodjo (2005) faktor yang mempengaruhi kepatuhan
adalah pengetahuan, motivasi, keterjangkauan pelayanan kesehatan, dukungan petugas kesehatan
dan dukungan keluarga. Kebanyakan pasien hipertensi yang tidak patuh berobat memiliki
pendidikan rendah yaitu SD, dapat diketahui bahwa pengetahuan berpengaruh dalam melakukan
pengobatan secara konsisten dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan di atasnya,
sehingga dapat diketahui bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap kepatuhan berobat.

Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Berobat Pasien Hipertensi di Ponkesdes Jadi


Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban Tahun 2020.
Pasien hipertensi yang patuh berobat lebih banyak didapatkan pada pasien yang memiliki
motivasi kuat yaitu 91.7%, dibandingakn pasien yang memiliki motivasi lemah yaitu 0%,
sedangkan pasien yang tidak patuh berobat lebih banyak didapatkan pada pasien yang memiliki
motivasi lemah yaitu 100%, dibandingkan dengan pasien yang mempunyai motivasi kuat yaitu
8.3%. Sementara itu menurut Niven (2002) bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan,
adalah sikap atau motivasi pasien ingin sembuh, keyakinan, dukungan keluarga, dukungan sosial
dan dukungan dari petugas kesehatan.
Analisa dalam penelitian ini menggunakan uji Koefisien Kontigensi dengan menggunakan
Software SPSS For Windows dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai Phi = 0,001
dimana 0,001 < 0,05 maka H1 diterima artinya terdapat Hubungan Motivasi pasien Hipertensi
dengan Kepatuhan Berobat pasien Hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten
Tuban, terdapat korelasi kuat dibuktikan dengan nilai c = 0,608.
Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa motivasi dari pasien hipertensi di Ponkesdes
Jadi hampir seluruhnya memiliki motivasi kuat dengan kepatuhan berobat patuh dikarenakan
mereka memiliki harapan untuk sembuh dari hipertensi sangat tinggi agar mereka tidak merasakan
kesakitan kembali. Sebaliknya rosponden yang memiliki kategori motivasi lemah dengan kepatuhan
berobat tidak patuh, cenderung memiliki pengetahuan yang sangat minim sekali sehingga mereka
menganggap penyakitnya itu dianggap sebagai hal biasa. Dan terdapat satu pasien hipertensi yang

5
memiliki motivasi kuat namun tidak patuh dalam berobat pasien tersebut mengatakan bahwa terlalu
sibuk dengan pekerjaanya sebagai wiraswasta sehingga tidak memperhatikan kapan jadwal kontrol
berobat . Ada juga yang memilih untuk tidak kontrol tekanan darahnya dikarenakan kurangnya
pengetahuan, kesibukan, hingga takut dengan diagnose penyakitnya. Disarankan keluarga berperan
aktif untuk memberikan dorongan kepada keluarga yang menderita hipertensi agar patuh dalam
melakukan pengobatan.
Untuk kedepanya sebaiknya para tenaga kesehatan mengoptimalkan lagi kepada pasien
dengan kepatuhan sedang dan lemah, baik dari segi pengetahuan maupun dari segi motivasi
sehingga pengobatan dapat berjalan dengan baik hingga waktu pengobatan yang telah di tentukan
dan berharap semua pasien hipertensi bisa patuh dalam berobat dan mempunyai motivasi yang kuat.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Setengahnya pasien hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban
Tahun 2020 memiliki motivasi kuat.
2. Sebagian besar pasien hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban
Tahun 2020 patuh berobat.
3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi pasien dengan kepatuhan berobat pasien
hipertensi di Ponkesdes Jadi Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban Tahun 2020.

Saran

Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:


1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan
variabel lain dengan kepatuhan berobat pada pasien hipertensi.

2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini biasanya dijadikan pengembangan kurikulum dan meningkatkan kualitas
para anak didiknya terkait dengan hipertensi.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya
dan memperluas tentang motivasi dengan kepatuhan berobat pasien hipertensi.
4. Bagi Responden
Diharapkan responden dapat menambah wawasan tentang penyakit hipertensi sehingga menjadi
pengaruh baik bagi responden dan masyarakat setempat.

Reference
Alfeus M, 2018, Terapi Perilaku Kongnitif Pada Pasien Hipertensi, Wineka Media, Malang

Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes
RI.

Dewi,S 2018, ‘Hubungan Motivasi Keluarga Dan Kepatuhan Kontrol Berobat Klien Gangguan Jiwa, Skripsi
Keperawatan’, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Media, Jombang

6
Exa P, Eka O, Yunita D.P.S 2017, Peran Keluarga dan Petugas Kesehatan dalam Kepatuhan Pengobatan Penderita
Hipertensi, J. Kesehatan. Masy. Indonesia. 12(2): 2017. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/
download/3172/3056. Diakses tanggal 12 Februari 2017.

Kemenkes, 2013, Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013,


http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Data%20Riskesdas%202013.pdf . Diakses 1 Desember 2013.

Puspita N,H 2014, ‘Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat Dan Keberhasilan Terapi Pada Pasien Diabetes
Mellitus’, Skripsi Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Putu B.T, Wayan S. 2013. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Anti hipertensi pada Pasien Hipertensi.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/13833 . Diakses 25 Maret 2015.

Rano K.S, Dika P. D, Irma M.P, Ajeng D. 2018. Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Juni 2018. Vol. 7 No. 2, hlm 124–133.
http://jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/download/16375/pdf . Diakses 9 Apil 2019.

Rizki A, 2018, Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi, Skripsi Farmasi, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.

Yulike M, Sefti R, Rivelino S.H. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Hipertensi
. e-journal keperawatan, Vol 5 No 1, mei 2017. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/15829 .
Diakses 12 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai