Anda di halaman 1dari 139

SKRIPSI

HUBUNGAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II DI DESA TAHULU
KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

Oleh :

SULTHON ARIS NURROHMAD WAHID

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2020

i
ii

SKRIPSI

HUBUNGAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II DI DESA TAHULU
KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

Oleh:
SULTHON ARIS NURROHMAD WAHID

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN

ii
iii

HUBUNGAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II DI DESA TAHULU
KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program


Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama

Oleh:

SULTHON ARIS NURROHMAD WAHID


NIM. 16.09.2.149.036

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2020

iii
iv

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid
NIM : 16.09.2.149.036
Judul : Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan
Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini


adalah hasil karya saya sendiri, didalamnya tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan
lembaga pendidikan lainnya. Semua sumber baik yang dikutip maupun yang
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Tuban, 10 Agustus 2020

Sulthon Aris Nurrohmad Wahid


16.09.2.149.036

iv
v

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II DI DESA TAHULU
KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

Sulthon Aris Nurrohmad Wahid


16.09.2.149.036

Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Skripsi pada
tanggal 10 Agustus 2020

Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Karyo, S.Kep., Ns., MM., M.Kep. Mokhamad Nurhadi, S.Kep., Ns., M.Kep., MM.
NIDN. 0702018002 NIDN. 0722048005

v
vi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid
NIM : 16.9.2.149.036
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia
Memanfaatkan Posyandu Sehat II Di Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji skripsi
Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nahdlatul Ulama Tuban
pada tanggal : 10 Agustus 2020

Panitia Penguji,
Tanda Tangan

Ketua : Suhartono, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0712108803

Penguji I : Karyo, S.Kep., Ns., MM., M.Kep.


NIDN. 0702018002

Penguji II : Mokhamad Nurhadi, S.Kep., Ns., M.Kep., MM.


NIDN. 0722048005

Mengetahui,
Ketua STIKES NU Tuban

Dr. H. Miftahul Munir, S.KM., M.Kes., DIE


NIP. 19710412 199703 1 004

vi
vii

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Tuban, 1 Januari 1998
Alamat : Desa Sokogrenjeng Kecamatan Kenduruan
Kabupaten Tuban
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Sokogrenjeng 1 Tahun 2003 – 2010
2. MTs Salafiyah Asy-Syafi’iyah Tahun 2010 – 2013
3. MA Salafiyah Asy-Syafi’iyah Tahun 2013 – 2016
4. STIKES NU Tuban Tahun 2016 – sekarang

vii
viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama


Tuban, yang akan bertanda tanggan dibawah ini:

Nama Lengkap : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid


NIM : 16.09.2.149.036
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Hak Bebas Royalti
Neoneksklusif atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu
Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royality
Neoneksklusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama berhak
menyimpan, mengalih media/ format, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tuban
Tanggal : 10 Agustus 2020
Yang menyatakan

Sulthon Aris Nurrohmad Wahid


16.09.2.149.036

viii
ix

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadiran Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan
Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II Di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban”
Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak sehingga
selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE selaku Ketua STIKES
NU Tuban.
2. Bapak Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep., MM selaku Ketua Program
Studi Ners STIKES NU Tuban.
3. Bapak Karyo, S.Kep., Ns., MM., M.Kep selaku pembimbing 1 yang telah
berkenan memberikan waktu dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Mokhamad Nurhadi, S.Kep., Ns., M.Kep., MM. selaku
pembimbing 2 yang telah berkenan memberikan waktu dan arahan kepada
penulis guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Suhartono, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji, yang telah
memberikan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Moh Thohiron S.Kep., Ns., selaku penanggung jawab Posyandu
Lansia Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
7. Responden yang sudah mau memberikan waktu dalam pengambilan data
untuk penelitian.
8. Seluruh Dosen Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nadhlatul Ulama Tuban yang turut memberikan saran dan
kritik dalam pembuatan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan sepenuhnya,
baik moral, materil maupun spiritual kepada peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
10. Keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dalam pembuatan
skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama
Tuban, khususnya angkatan 9 Program Studi S1 Keperawatan yang telah
memberikan saran dan kritik dalam pembuatan skripsi ini.
12. Serta semua pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan dan kritik yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tuban, 10 Agustus 2020

Penulis

ix
x

DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Halaman Judul..................................................................................................i
Lembar Persyaratan Gelar................................................................................ii
Lembar Pernyataan Orsinalitas.........................................................................iii
Lembar Persetujuan..........................................................................................iv
Lembar Pengesahan Skripsi..............................................................................v
Lembar Riwayat Hidup.....................................................................................vi
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi........................................................vii
Kata Pengantar..................................................................................................viii
Daftar Isi...........................................................................................................ix
Daftar Tabel......................................................................................................xii
Daftar Gambar..................................................................................................xiii
Daftar Singkatan...............................................................................................xiv
Daftar Lambang................................................................................................xvi
Lampiran...........................................................................................................xvii
Abstrak..............................................................................................................xviii
Abstrack............................................................................................................xix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................5
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................6
1.4 Tujuan................................................................................................6
1.4.1 Tujuan Umum.........................................................................6
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................7
1.5.1 Manfaat Teoritis......................................................................7
1.5.2 Manfaat Praktis.......................................................................7
1.6 Ruang Lingkup Masalah...................................................................7
1.7 Riset Pendukung................................................................................8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Sikap.....................................................................................9
2.1.1 Pengertian Sikap......................................................................9
2.1.2 Komponen Sikap.....................................................................9
2.1.3 Sifat Sikap...............................................................................11
2.1.4 Ciri-ciri Sikap..........................................................................11
2.1.5 Tingkatan Sikap......................................................................12
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap..............................12
2.1.7 Cara Pengukuran Sikap...........................................................13
2.1.8 Pengukuran Sikap....................................................................14
2.2 Konsep Dasar Lansia.........................................................................17
2.2.1 Pengertian Lansia....................................................................17

x
xi

2.2.2 Karakteristik Usia Lansia........................................................18


2.2.3 Teori-teori Proses Menua........................................................18
2.2.4 Tipe-tipe Lanjut Lansia...........................................................24
2.2.5 Tugas Perkembangan Lanjut Usia..........................................25
2.2.6 Masalah Yang Dihadapi Lansia..............................................25
2.3 Konsep Pelayanan Kesehatan Lansia................................................29
2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan Lansia.................................29
2.3.2 Tingkatan Pelayanan Kesehatan Lansia..................................29
2.3.3 Pelayanan Keseahatan dan Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Lanjut Usia
..........................................................................................................
30
2.3.4 Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Lansia..............................33
2.3.5 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia..............33
2.4 Konsep Dasar Keaktifan Lansia........................................................28
2.4.1 Pengertian Keaktifan...............................................................28
2.4.2 Batasan Frekuensi Mengikuti Posyandu Lansia.....................29
2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia............30
2.5 Konsep Pemanfaatan Posyandu.......................................................34
2.5.1 Pengertian Pemanfaatan Posyandu.........................................34
2.5.2 Indikator Pemanfaatan Posyandu............................................36
2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu.............36
2.6 Konsep Teori Lawrence Green.........................................................38

BAB 3 KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Konseptual........................................................................46
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep............................................................47
3.3 Hipotesis Penelitian...........................................................................48

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian...............................................................................49
4.2 Populasi dan Sampel.........................................................................49
4.2.1 Populasi Penelitian..................................................................49
4.2.2 Sampel Penelitian....................................................................49
4.2.3 Besar Sampel...........................................................................50
4.2.4 Teknik Sampling.....................................................................51
4.3 Kerangka Operasional.......................................................................52
4.4 Variabel Penelitian............................................................................53
4.4.1 Variabel Independen...............................................................53
4.4.2 Variabel Dependen..................................................................53
4.5 Definisi Operasional Variabel...........................................................53
4.6 Instrumen Penelitian..........................................................................56
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................56
4.7.1 Uji Validitas..............................................................................56
4.7.2 Uji Reliabilitas..........................................................................57
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................57

xi
xii

4.9 Prosedur Pengambilan Data..............................................................57


410 Analisa Data.....................................................................................59
4.11 Etika Penelitian...............................................................................63
4.10.1 Informed consent...................................................................63
4.10.2 Anonymity..............................................................................64
4.10.3 Confidentiality.......................................................................64
BAB 5 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
5.1. Hasil Penelitian...................................................................................65
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................65
5.1.2 Data Umum Responden......................................................................66
5.1.3 Data Khusus Responden.....................................................................67
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan........................................................................................70
6.1.1 Sikap Lansia di Posyandu Sehat II Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020.........................................70
6.1.2 Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020..........72
6.1.3 Hubungan antara Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia
Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020.........................................74
6.2 Keterbatasan Penelitian......................................................................76
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan.........................................................................................78
7.2 Saran...................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................80
LAMPIRAN

xii
xiii

DAFTAR TABEL

Judul
Halaman
Tabel 1.1 Riset Pendukung Hubungan antara Sikap
Lansia dengan Keaktifan Lansia
Memanfaatkan Posyandu Sehat II Di Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten 8
Tuban..

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan antara Sikap


Lansia dengan Keaktifan Lansia
Memanfaatkan Posyandu Sehat II Di Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten 54
Tuban.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Yang 66


terdaftar di Posyandu Sehat II Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban pada
Tahun 2020

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin Pada Lansia Yang Terdaftar di 67
Posyandu Sehat II Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban pada Tahun 2020

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Lansia di Posyandu 67


Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2020

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Keaktifan Lansia 68


Memanfaatkan Posyandu Sehat II Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
Tahun 2020

Tabel 5.5 Tabel Silang Hubungan antara Sikap Lansia 68


dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan
Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020

xiii
xiv

DAFTAR GAMBAR

Judul
Halaman
Gambar 2.1 Precede Proceed Modal (Green LW. & Kreuter
MW, 1991) 42

Gambar 2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Kesehatan (Green LW dan Kreauter MW, 44
1991)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Sikap Lansia


dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan
Posyandu Sehat II Di Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban 46

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan


Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia
Memanfaatkan Posyandu Sehat II Di Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten 52
Tuban

xiv
xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buang Air Kecil
BPPK : Badan Pusat Pemeliharaan Kesehatan
BBPPKS :Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial
BPS : Badan Pusat Statistik
Depkes : Departemen Kesehatan
DIE : Doktor Ilmu Ekonomi
Dkk : dan kawan-kawan
DNA : Asam Deoksiribonukleat
Dr. : Doktor
H : Haji
H1 : Hipotesis Diterima
H202 : Hidrogen Peroksida
Kep. : Keperawatan
KMS : Kartu Menuju Sehat
Lansia : Lanjut Usia
LHK : Laporan Hasil Kegiatan
MA : Madrasah Aliyah
Menua : Menjadi Tua
MTs : Madrasah Tsanawiyah
MM : Magister Manajemen
M.Kep : Magister Keperawatan
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NIK : Nomor Induk Karyawan
No. : Nomor
Ns. : Ners
NU : Nahdlatul Ulama
O² : Oksigen
PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PMT : Pemberian Makan Tambahan
Prodi : Program Studi
Puskesmas : Pusat Keseahatan Masyarakat
RI : Republik Indonesia
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama

xv
xvi

SMA : Sekolah Menengah Atas


S.Kep : Sarjana Keperawatan
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIKES NU : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama
UU : Undang-undang
WHO : World Health Organization

xvi
xvii

Daftar Lambang

N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
% : Prosentase
. : Titik
, : Koma
? : Tanda Tanya
< : Kurang Dari
> : Lebih Dari
≥ : Lebih Dari atau Sama Dengan
≤ : Kurang Dari atau Sama Dengan
= : Sama Dengan
- : Tanda Hubung
( : Kurung Buka
) : Kurung Tutup
: : Titik Dua
; : Titik Koma
: Mempengaruhi
: Diteliti
: Tidak Diteliti

xvii
xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Surat Survey Awal
Lampiran 5 : Surat Balasan Survey Awal
Lampiran 6 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 7 : Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian
Lampiran 9 : Sertifikat Uji Etik
Lampiran 10 : Sertifikat Toefl
Lampiran 11 : Kuisoner Sikap Lansia
Lampiran 12 : Lembar Observasi Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu
Lampiran 13 : Lembar Tabulasi Data Umum
Lampiran 14 :Lembar Validasi Sikap Lansia
Lampiran 15 : Lembar Validasi Data Keaktifan lansia Memanfaatkan Posyandu
Lansia
Lampiran 16 : Lembar Hasil Uji Statistik
Lampiran 17 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 18 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 1
Lampiran 19 : Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing 2

xviii
xix

ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II DI DESA TAHULU
KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN
Oleh : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid

Sikap sebagai kesiapan seseoarang untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu,
dalam sikap positif ataupun sikap negatif (Notoatmodjo, 2007). Perilaku aktif dalam
mengikuti kegiatan Posyandu Lansia dapat meminimalkan permasalahan kesehatan
Lansia yang muncul akibat proses penuaan, karena penyakit dapat dideteksi secara dini.
Selain itu aktif mengikuti Posyandu Lansia juga dapat meningkatkan derajat kesehatan
serta Usia Harapan Hidup (Mamik, 2013). Tujuan Penelitian untuk Mengetahui
Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di
Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.
Penelitian ini menggunakan desain “ analitic observasional” dengan pendekatan
waktu cross sectional yang melibatkan 56 lansia di Posyandu Sehat II Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Teknik pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling dan data diambil menggunakan kuesioner dan observasi,
sedangkan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 49 Orang (100%) responden didapatkan
keaktifan yang aktif memanfaatkan posyandu sehat II dengan sikap lansia yang positif 19
(95%) responden dan lansia yang tidak aktif 1 (5%) responden. Sedangkan lansia yang
tidak aktif dengan sikap lansia yang Negatif 29 (100%) responden. Hasil uji statistik uji
Chi square tingkat kemaknaan α=0.05 didapatkan nilai p=0,00 dimana p= 0,00 < α = 0.05
maka di simpulkan H1 diterima berarti ada hubungan yang signifikan, dengan hubungan
antara sikap lansia dengan keaktifan lansia memanfaatkan posyandu sehat II di Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.
Berdasarkan penelitian ini disarankan lansia lebih aktif memanfaatkan posyandu
lansia untuk menghindari keluhan fisik yang memburuk, keaktifan lansia memanfaatkan
posyandu berasal dari kesadaran sikap lansia yang baik (positif) tentang posyandu lansia
bahwa penting mengontrol kesehatan setiap bulan untuk menjaga agar tetap hidup sehat
dan produktif tanpa perlu menunggu keluhan fisik/sakit saja dalam memanfaatkan
posyandu lansia, diharapkan lansia secara rutin setiap bulannya menghadiri posyandu
lansia agar kondisi kesehatan lansia terpantau dengan baik

Kata kunci: Sikap Lansia, Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu

xix
xx

ABSTRACT

RELATIONSHIP of ELDERLY WITH THE ACTIVE of THE ELDERLY


UTILIZING HEALTHY POSYANDU II in the VILLAGE TAHULU MERAKURAK
District TUBAN

By: Sulthon Aris Nurrohmad Wahid

attitude as a readiness to act specific to the particular situation, in a positive


attitude or negative attitude (Notoatmodjo, 2007). Active behavior in following the
activities of elderly Posyandu can minimize elderly health problems arising from the
aging process, because the disease can be detected early. In addition to actively
following POSYANDU elderly can also increase the degree of health and the age of life
expectancy (Mamik, 2013). The purpose of research to know the relationship of elderly
with the active age utilizing healthy Posyandu II in the village Tahulu Merakurak District
Tuban.
This research uses the design of an "observational analytic" with a cross
sectional time approach involving 56 elderly in health Posyandu II Tahulu Village
Merakurak District Tuban. Sampling techniques using simple random sampling and data
were taken using questionnaires and observations, while the statistical tests used were
Chi square tests.
The results of the research revealed that from 49 people (100%) Respondents
acquired active activity utilizing healthy Posyandu II with positive elderly attitude 19
(95%) Respondents and the inactive elderly 1 (5%) Respondents. While the elderly are
not active with an elderly attitude negative 29 (100%) Respondents. Results of the test
statistical test Chi square level of efficacy of α = 0.05 obtained the value P = 0.00 where
P = 0.00 < α = 0.05 then in the conclusion H1 acceptable means there is a significant
relationship, with the relationship between elderly attitude with the activation of the
elderly utilizing healthy Posyandu II in the village Tahulu Merakurak District Tuban.
Based on this research suggested elderly are more active utilizing elderly
Posyandu to avoid worsening physical complaints, the activation of seniors utilizing
posyandu derived from the awareness of a good (positive) elderly attitude about the
elderly posyandu that it is important to control the health of each month to keep healthy
and productive lives without the need to wait for physical/sick complaints in the use of
elderly Posyandu, expected the elderly routinely every month attending the elderly
Posyandu so that the elderly

Keywords: attitude of the elderly, the active use of the elderly Posyandu

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah memiliki kewajiban untuk menjamin ketersediaan pelayanan

kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia agar tetap dapat hidup sehat,

mandiri, serta produktif. Hal ini diperkuat dengan adanya peraturan Undang-

Undang No. 36 Tahun 2009 Pasal 138 bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi

lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif

secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Kecenderungan peningkatan populasi Lansia perlu mendapatkan perhatian khusus

terutama peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan

kesehatannya. Pemerintah telah merumuskan berbagai peraturan dan perundang-

undangan, yang diantaranya seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pada pasal 19 disebut bahwa kesehatan

manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan dan

kemampuannya agar tetap produktif serta pemerintah membantu penyelenggaraan

kualitas hidupnya secara optimal (Kepmenkes RI, 2017

Secara global United Nations (PBB) telah memprediksikan pertambahan

usia lanjut hingga 2,6 %. Pertambahan jumlah ini melebihi pertambahan populasi

keseluruhan yaitu (1,2%). Jumlah usia lanjut tersebut meningkat menjadi 700 Juta

di tahun 2009 dan diproyeksikan di tahun 2050 mencapai 2 milyar, 3 kali lebih

tinggi dibandingkan yang terjadi di tahun 2009. Pertumbuhan ini terjadi lebih

cepat di negara sedang berkembang dibandingkan dengan negara maju. Di China

sejak tahun 1999 komite Aging melaporkan bahwa penduduk usia lanjut
2

diprediksikan mencapai 400 juta atau sekitar 30 % dari total jumlah penduduk

(Song et.all, 2013).

Menurut WHO (2006) lansia dikelompokkan menjadi empat kelompok,

lansia usia pertengahan yaitu rentang 45-59 tahun, lansia elderly rentang 60-74

tahun, lansia tua rentang 75-90 tahun, dan usia sangat tua yaitu usia diatas 90

tahun.

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di

Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014,

jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan

diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa. (Depkes

RI, 2015). Data Badan Statistic (BPS) jawa timur jumlah lansia tahun 2017

12,25% sebanyak 4,8 juta jiwa (Badan Statistik Jawa Timur, 2017), sedangkan

kabupaten tuban jumlah lasia 2017 umur 60 tahun keatas diperkirakan sebanyak

178.083 jiwa (Badan Statistic Kab.Tuban, 2017).

Hasil Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Merakurak

pada tanggal 16 september 2019, di wilayah Kecamatan Merakurak jumlah lansia

diperkirakan sebanyak 4.852 Lansia, dan jumlah lansia di Desa Tahulu sebanyak

562 lansia. Di Desa Tahulu terdapat Posyandu Sehat II yang mengikuti posyandu

lansia tahun 2019, 69 orang yang masuk kriteria diteliti 56 lansia yang di

laksanakan setiap satu bulan sekali pada tanggal 20, dari data kunjungan

posyandu lansia bulan juni 2019 sebanyak 22 lansia atau 61,1%, pada bulan juli

2019 sebanyak 8 lansia atau 14,2%, pada bulan agustus 2019 sebanyak 9 lansia

atau 16% Data tersebut mempunyai arti bahwa 3 bulan terakhir kunjungan lansia

mengalami ketidak stabilan kunjungan lansia di Posyandu Lansia Desa Tahulu


3

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Berdasarkan data (LHK) Laporan Hasil

Kegiatan Tahunan Posyandu Sehat II tanggal 20 Maret 2019., Kunjungan ke

Posyandu Sehat II Mempunyai 482 kunjungan, Posyandu mempunyai target 298

kunjungan per-tahunnya (62%), dan capaian kunjungan hanya 171 kunjungan

(35,47%) dari data tersebut terdapat kesenjangan harapan target dengan

capaiannya selisih 26,53%. Berdasarkan wawancara terhadap 5 orang lansia pada

tanggal 25 september 2019, sebanyak 2 orang lansia mengatakan datang ke

Posyandu Lansia jika ada keluhan fisik/sakit saja. Jika tidak ada keluhan

fisik/sakit para lansia lebih memilih dirumah dan beraktivitas lainnya, 1 orang

lansia mengatakan terkadang lupa jadwal posyandu, 2 orang lansia mengatakan

posyandu lansia sangat bermanfaat untuk mengontrol kesehatan.

Pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga lansia di Indonesia boleh

dikatakan pelayanannya belum maksimal dibanding Negara maju, misalnya

Amerika dan Australia, Indonesia sangat tertinggal dalam hal pemberian

kesejahteraan bagi lansia ini (Martono, 2009). Kegiatan posyandu lansia yang

berjalan dengan baik akan memberi kemudahan pelayanan kesehatan dasar,

sehingga kualitas hidup masyarakat lanjut usia tetap terjaga dengan baik dan

optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan

banyak memberikan manfaatbagi para lansia di wilayahnya. Seharusnya para

lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar

kesehatan paralansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal

Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di

Posyandu Lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan

baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi
4

tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam

jiwa mereka. Penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat Posyandu Lansia perlu

terus ditingkatkan dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga,

pemerintah maupun masyarakat itu sendiri (Sulaiman, 2016).

Sikap sebagai kesiapan seseoarang untuk bertindak tertentu pada situasi

tertentu, dalam sikap positif ataupun sikap negatif (Notoatmodjo, 2007). Perilaku

aktif dalam mengikuti kegiatan Posyandu Lansia dapat meminimalkan

permasalahan kesehatan Lansia yang muncul akibat proses penuaan, karena

penyakit dapat dideteksi secara dini. Selain itu aktif mengikuti Posyandu Lansia

juga dapat meningkatkan derajat kesehatan serta Usia Harapan Hidup (Mamik,

2013).

Berdasarkan masalah diatas keaktifan lansia memanfaatkan posyandu

lansia masih belum sesuai harapan target yang ditetapkan. Dari rendahnya

kunjungan lansia sangat berdampak dengan status kesehatan.. Lansia yang tidak

aktif dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia, kondisi

kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan baik dan dikhawatirkan dapat

berakibat fatal dan bisa mengancam jiwa mereka.

Upaya untuk mengatasi masalah di atas didapatkan solusi dengan cara

peneliti melakukan penyuluhan memberikan edukasi tentang pentingnya

mengikuti kegiatan pelayanan posyandu lansia. Keaktifan lansia memanfaatkan

posyandu berasal dari kesadaran sikap lansia yang baik tentang posyandu lansia

bahwa penting mengontrol kesehatan setiap bulan untuk menjaga agar tetap hidup

sehat dan produktif tanpa perlu menunggu keluhan fisik/sakit saja dalam

memanfaatkan posyandu.
5

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut peneliti ingin meneliti

Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat

II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

1.2 Idenntifikasi Masalah

Hasil Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Merakurak

pada tanggal 16 september 2019, diwilayah kecamatan Merakurak jumlah lansia

diperkirakan sebanyak 4.852 Lansia, dan jumlah lansia di desa tahulu sebanyak

562 lansia. Di desa tahulu terdapat Posyandu Sehat II yang mengikuti posyandu

lansia tahun 2019, 69 orang yang masuk kriteria diteliti 56 lansia yang di

laksanakan setiap satu bulan sekali pada tanggal 20, dari data kunjungan

posyandu lansia bulan juni 2019 sebanyak 22 lansia atau 61,1%, pada bulan juli

2019 sebanyak 8 lansia atau 14,2%, pada bulan agustus 2019 sebanyak 9 lansia

atau 16% Data tersebut mempunyai arti bahwa 3 bulan terakhir kunjungan lansia

mengalami ketidak stabilan kunjungan lansia di Posyandu Lansia Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Berdasarkan data (LHK) Laporan Hasil

Kegiatan Tahunan Posyandu Sehat II tanggal 20 Maret 2019. Kunjungan ke

Posyandu Sehat II Mempunyai 482 kunjungan, Posyandu mempunyai target 298

kunjungan per-tahunnya (62%), dan capaian kunjungan hanya 171 kunjungan

(35,47%) dari data tersebut terdapat kesenjangan harapan target dengan

capaiannya selisih 26,53%. Berdasarkan wawancara terhadap 5 orang lansia pada

tanggal 25 september 2019, sebanyak 2 orang lansia mengatakan datang ke

Posyandu Lansia jika ada keluhan fisik/sakit saja. Jika tidak ada keluhan

fisik/sakit para lansia lebih memilih dirumah dan beraktivitas lainnya. 1 orang
6

lansia mengatakan terkadang lupa jadwal posyandu 2 orang lansia mengatakan

posyandu lansia sangat bermanfaat untuk mengontrol kesehatan.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah ada Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia

Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia

Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Hubungan Sikap Lansia di Posyandu Sehat II di Desa

Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

2. Mengidentifikasi Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di

Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

3. Menganalisis Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia

Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban.
7

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan khasanah kajian

ilmiah dibidang kesehatan terutama pengembangan keperawatan gerontik dan

komunitas. Sebagai rujukan untuk metode pendekatan, sikap lansia dengan

keaktifan lansia memanfaatkan ponyandu lansia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai rujukan mahasiswa kesehatan perawat dan petugas kesehatan

dalam pelayanan kesehatan di masyarakat untuk aplikasi praktik

keperawatan.

2. Bagi Institusi Tempat Penelitian

Memberikan gambaran tetang sikap lansia dan dapat dijadikan pedoman

untuk langkah-langkah yang tepat dalam pemberian pendidikan kesehatan

pada lansia.

3. Bagi Responden

Menambah pengetahuan tentang pentingnya kegiatan posyandu lansia bagi

kesehatan lansia.

1.6 Ruang Lingkup Masalah

Dari Segi Masalah, Penelitian ini merupakan bidang ilmu keperawatan

gerontik dan komunitas.


8

1.7 Riset Pendukung

Dari judul “ Hubungan antara Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia

Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban. Yang peneliti ambi, terdapat penelitian yang hampir serupa

yang peneliti sajikan pada table 1.1

Table 1.1 Riset Pendukung Hubungan antara Sikap Lansia dengan


Keaktifan Lansia dalam Memanfaatkan Posyandu Sehat II di
Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

Pendekatan/
No Judul Penulis Instrumen Tahun metode
penelitian
1. Analisis faktor Aplonia Kuisoner 2017 Deskriptif
kehadiran lansia Amaral,
dalam mengikuti Joko
posyandu di desa Wiyono,
pagersari kecamatan Erlisa
ngantang kabupaten Candawati
malang
2. Faktor yang Novy Kuisoner 2019 Cross
berhubungan Ramini Sectional
dengan pemanfaatan Harahap
posyandu lansia di
wilayah kerja
pueskesmas
kambesko tahun
2018
3. Faktor-faktor yang Mindianata Kuisoner 2018 Analitik
berpengaruh Putri Observisional
terhadap niat
keaktifan lansia
dalam mengikuti
posyandu lansia
4. Pemanfaatan Viena Kuisoner 2015 Cross
Posyandu Lansia di Vicktoria Sectional
Wilayah Kerja Mengko,
Puskesmas Teling G. D.
Atas Kota Manado Kandou,
R. G. A.
Massie
9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sikap (attitude)

2.1.1 Pengertian Sikap

Sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon

(secara positih dan negatif) terhadap orang, obyek, dan situasi tertentu. Dengan

kata lain sikap merupakan kecenderungan berfikir, berpersepsi dan bertindak.

Sikap memiliki karakteristik seperti mempunyai daya pendorong, relatve lebih

menetap dibanding emosi dan fikiran. Menurut Saifudin Azwar (2010) sikap

diartikan sebagai reaksi atau respon yang muncul dari seorang individu terhadap

objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut

dengan cara tertentu.

2.1.2 Komponen Sikap

Sikap yang ditunjukan seorang individu terhadap objek, mempunyai

struktur yang terdiri dari beberapa komponen. Saifudin Azwar (2010),

menjelaskan komponen dalam struktur sikap yaitu:

1. Kognitif, yaitu

1) Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik

sikap

2) Berisi persepsi, kepercayaan, dan steoreotipe yang dimiliki individu

mengenai sesuatu (Mann, 1969)

3) Sesuatu yang yang telah terpolakan dalam fikiran.

4) Tidak selalu akurat

9
10

5) kepercayaan dan pemahaman seorang individu pada suatu objek

melalui proses melihat, mendengar dan merasakan. Kepercayaan dan

pemahaman yang terbentuk memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai objek tersebut.

2. Afektif, yaitu

1) Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

2) Perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu

3) Banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai

sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud

4) komponen yang berhubungan dengan permasalahan emosional

subjektif individu terhadap sesuatu.

3. Konatif, yaitu

1) Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan

sikap yang dimiliki oleh seseorang.

2) Bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap

stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan

dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

3) Kecenderungan berperilaku belum tentu akan benar ditampakkan

dalam bentuk perilaku yang sesuai.

4) kecenderungan berperilaku seorang individu terhadap objek yang

dihadapinya.

Sikap individu perlu diketahui arahnya, negatif atau positif. Untuk

mengetahui arah sikap manusia dapat dilihat dari komponen-komponen

sikap yang muncul dari seorang individu.


11

2.1.3 Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif atau negatif Purwanto (Maemanah,

2014)

1. Sifat positif kecenderungan untuk mendekati, menyayangi, mengajak

objek tertentu.

2. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci

pada objek tertentu.

2.1.4 Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998)

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan buka dibentuk atau dipelajari

seoanjang perkembangan itu dalam hubungan obyeknya. Sifat ini

membedakan dengan sifat motif-motif boigenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah-ruban pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkenan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupaka suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.


12

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang

dimiliki orang.

2.1.5 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2010), yaitu:

1. Menerima (receiving)

Bahwa seseorang (sunyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan,

emgerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Subyek atau seseorang memberi nilai yang positif terhadap obyek

atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan

mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk

merespon.

4. Bertanggung jawab (presponsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakinkan. Seseorang

yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia

harus berani ambil resiko bila ada orang lain yang tau adanya resiko

lain.

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Oskup dan Schult, 2005):

1. Pengetahuan
13

Pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun

pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya. Dengan adanya

pengetahuan maka dapat mengubah keyakinan dan paradigma individu

terhadap sesuatu yang akhirnya menimbulkan sikap individu terhadap

sesuatu tersebut.

2. Kepercayaan

Sikap individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan terhadap

sesuatu hal. Misalnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan rumah

sakit tertentu akan mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih berobat

kerumah sakit yang sudah dipercaya.

3. Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan, kondisi (agama,

pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan dapat mempengaruhi

sikap individu untuk menerima maupun menolak sesuatu.

2.1.7 Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dikalukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimay yang mengatakan sesuatu

mengenai sesuatu objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung atau memihak

pada pobjek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favorable.

Sebaiknya pernytaan sikap mungkin pula berisi hal- hal negatif menganai suatu

onjek sikap yang bersikap tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.

Pernyataan ini disebut juga dengan pernyataan yang tidak favorable.

Suatu skala sikap dapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan

favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikia
14

pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua gegatif yang

seolah-olah memihak atau tidak memihak sama sekali objek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Sacara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat/pernyataan responden

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataanhipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoadmojo, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap (hadi,

1971).

1. Keadaan subjek yang diukur

2. Situasi pengukuran

3. Alat ukur yang digunakan

4. Penyelenggaraan pengukuran

5. Pembacaan atau menilaian hasil pengukuran

2.1.8 Pengukuran sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam spikologi sosial adalah

bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap

antara lain: Skala Trustone, Likert, unobstrusive Measure, Analisis

Skalogam, dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

1. Skala Thurstone

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan

kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat favorable terhadap

suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah

aitem sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Tahap yang


15

paling kritis dalam penyusunan alat ini seleksi awal terhadap pernyataan

sikap dan perhitungan ukuran yang mencerminkan derajat favorabilitas

dari masing-masing pernyataan, derajat (ukuran) favoribilitas disebut nilai

skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, membuat

skala harus membuat sample pernyataan sikap sekitar 100 buah atau lebih.

Pernyataan-pernyataan itu diberikan kepada orang peneliti. Penilai ini

bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing

pernyataan. Favorabilitas penilai diekspresikan melalui titik skala ranting

yang dimiliki 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat

setuju tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya

mereka terhadap pernyataan itu.

Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap sistem ini

kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem. Pembuatan

skala kemudian menyusun aitem mulai dari aitem yang memiliki nilai

skala terendah sampai tertinggi dalam aitem-aitem tersebut, pembuat skala

kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya.

Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini diberikan kepada responden.

Responden diminta untuk menunjukan beberapa besar kesetujuan atau

ketidak setujuan pada masing-masing aitem tersebut.

Tehnik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran

sikpa seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala yang sama.

Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan sama

pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari
16

ranting para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu.

Penilai melakukan ranting terhadap aitem dalam tatanan yang sama

terhadapa isu tersebut.

2. Skala likert

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala thurstone yang

terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok yaitu favorable

dan unfavorable. Sedangkan aitem yang netral tersebut, likert

menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden

dilakukan untuk melakukan egremen atau disegremen untuk masing-

masing aitem dalam skala yang terdiri 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-

ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua aitem favorable kemudian

diubah nilainya dalam angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, sangat

tidak setuju nilainya 1 sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai

skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju

nilainya 5. Seperti halnya skala thurstone, skala rikert disusun diberi skor

sesuai dengan skala interval sama (equal, interval, scale).

3. Unobstrusive Measure

Metode ini berakat dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat

aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam

pertanyaan.

4. Multidimensional Scaling
17

Tehnik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan

dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian,

pengukuran ini dikadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai

stabilitas struktur dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan

pada orang lain, lain isu, dan lain skala aitem.

5. Pengukuran involuntary Behavior (pengukuran terselubung)

1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat

dilakukan oleh responden

2) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh

kerelaan responden

3) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-

reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu

yang bersangkutan

4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari

fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil

mata, dekat jnatung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya.

2.2 Konsep Dasar Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

World Health Organisaion (WHO), lansia adalah sesorang yang

telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur

pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.

Kelompok yang di kategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang

disebut Aging Precess atau proses penuaan. Menurut World Health

Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia


18

60 tahun keatas. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan

merupakan tahap perkembangan normal yang akan di alami oleh individu

yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat

dihindari. (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Karakteristik Usia Lansia

Menurut World Health Organisation (WHO) dalam Mubarak dkk

(2006), lanjut usia meliputi :

1. Usia pertengahan (Midle age) Usia 45-59 tahun

2. Usia lanjut (Elderly) usia 60-74 tahun

3. Usia tua (Old) 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (Very old) usia di atas 90 tahun

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia

menjadi :

1. Viralitas (Prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)

2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa

usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)

3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degenerative

(usia > 65 tahun)

2.2.3 Teori-Teori Proses Menua

Teori-teori proses menua adalah sebagai berikut (Nasrullah, 2016)


19

1. Teori Biologi

1) Teori Genetik Clock

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya

program genetik di dalam nuklei. Jam ini berputar dalam jangka

waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka akan

menyebabkan berhentinya proses miosis. Hal ini ditunjukan oleh

hasil penelitian, dari teori itu ditunjukan dengan adanya teori

membelah sel dalam kultur dengan umum spesies mutase somatic

(teori errocatastrophe). Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan

dalam menganalisis faktor penyebab terjadinya mutase somatik.

Radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini

terjadi mutase progresif pada DNA sel somatic akan menyebabkan

terjadinya penurunan fungsional tersebut.

2) Teori Error

Menurut teori imi proses menua diakibatkan oleh penumpukan

berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat

kesalahan tersebut akan berakibat kerusakan metabolisme yang

dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

3) Teori Autoimun

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protei pasca tranlasi

yang dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan sistem imun

tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutase

somatic dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan

sel maka hal ini akan mengakibatkan menggangap sel mengalami


20

perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Hal

ini dibuktikan dengan makin bertambahnya pravelansi antibody

pada lanjut usia. Dalam hal lain sistem imun tubuh sendiri daya

bertahannya mengalami penurunan pada proses menua, daya

serangnya terhadap antigen menjadi menurun , sehingga sel-sel

patologis meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.

4) Teori Free Radikal

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas

dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : Suproksida

(O2), radikal hidroksil, dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak

karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA,

protein dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak

terbentuk radikal bebas sehingga proses perusakan terus terjadi,

kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

5) Teori Kolagen

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan

kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel

jaringan.

2. Teori Psikososial

1) Activity theory

Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan secara

langsung
21

2) Continitis theory

Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebakan adanya

suatu pola perilaku yang meningkatkan stress

3) Dissaggement theory

Putusnya hubungan dengan luar seperti dengan masyarakat,

hubungan dengan indiviu lain.

4) Theory Strafikasi Usia

Karena orang digolongkan dalam usia tua dan mempercepat proses

penuaan.

5) Theory kebutuhan manusia

Orang yang bias mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan

tisak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.

6) Jung Theory

Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam

perkembangan kehidupan.

7) Course Of Human Life Theory

Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat

maksimum.

8) Development Task Theory

Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai

dengan usianya.

3. Teori Sosiologis

1) Teori interaksi sosial


22

Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu asas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok sosisal excharge

theory antara lain ;

(1) Masyarakat terdiri atas actor sosial yang beruapaya

mencapai tujuan masing-masing

(2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial memerlukan

biaya dan waktu.

(3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor

mengeluarkan biaya.

2) Teori aktivitas atau kegiatan

(1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia

yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-

ikutan serta dalam kegiatan sosial.

(2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat

melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas

tersebut selama mungkin.

(3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pad acara hidup

lanjut usia.
23

(4) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan

individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai

lanjut usia.

3) Teori kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang

lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang

dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalm

siklus kehidupan lanjut usai. Dengan demikian, pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat

ini ia menjadi lanjut usai. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup,

perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun

ia telah lanjut usia.

4) Teori pembebasan / penarikan diri (Disengogement Theory)

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

Teori ini pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori

ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia, apalagi

ditambahnya dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya

atau menarik diri pergaulan pergaulan sekitarnya. Keadaan ini

mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara

kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami

kehilangan ganda (triple loss) ;


24

(1) Kehilangan peran (loss of role)

(2) Hambatan kontak sosail (restriction of contact and

relationship)

(3) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores

and values).

2.2.4 Tipe-Tipe Lanjut Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik. Mental. Sosial, dan ekonominya

berdasarkan (Nugroho, 2000) dalam (Maryam, 2008). Tipe tersebut

dijabarkan sebagai berikut :

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan,

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas


25

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabra, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak

menunutut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengiskan diri, minder, menyesal, pasif,

dan acuh tak acuh.

2.2.5 Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011, menjelaskan tahap kehidupan, lansia

memiliki tugas perkembangan. Tujuh kategori utama tugas perkembangan

lansia meliputi :

1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

2. Menyesuaikan terhadap masa pension dan penurunan pendapatan.

3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan.

4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup.

6. Mendifinisikan cara untuk mempertahankan kualitas hidup.

Dengan mengetahui tugas perkembangannya, orang yang berusia

lanjut diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan


26

maupun kesehatan, mencari kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk

mengisi kekosonganggya. Disamping ini, sebagaian orang yang berusia

lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan

maupun dalam keluarga, seperti kehilangan pasangan hidupnya, maupun

menghindari kesepian dengan ikut serta dalam kelompok lansia.

2.2.6 Masalah Yang Dihadapi Lansia

Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lanjut usia dapat

dikelompokkan menjadi masalah fisik, kesehatan, psikologis, ekonomi, dan sosial:

1. Masalah Fisik

Memasuki masa tua berate mengalami kemunduran fisik yang ditandai

dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,

pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, serta gerakan badan yang

mulai melambat dan postur tubuh yang tidak proposional, sebagai akibat

dari kemunduran sel yang berlangsung secara alamiah (BBPPKS, 2009).

Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Padila (2013) menyebutkan

Bahawa menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat

sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain wajah keriput, beruban,

gigi mulai lepas, penglihatan dan pendengaran berkurang, mudah lelah.

Mudah terserang penyakit, nafsu makan menurun, penciuman mulai

berkurang, gerakan kurang lincah, dan pola tidur berubah. Akibat

kemunduran fisik pada diri lansia berpengaruh pada perhatiannya terhadap

seksualitas, lambat laun hilang kepercayaan diri, menjadi merasa kurang

mampu, serta hilang aktivitas dan vitalitas diri. Kondisi ini dalam keadaan
27

lanjut berpengaruh pada perubahan jaringan badan, fungsi, dan

kemampuan badan secara keseluruhan.

2. Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan pada umumnya merupakan masalah yang paling

dirasakan oleh lanjut usia. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel

karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ dan

timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degenerative (Siti

Partini S, 2011). Masalah kesehatan para lansia dipengaruhi oleh faktor

psikologis, karena reaksi kejiwaan berupa kecemasan dan ketakutan yang

tak terkendalikan, atau depresi. Penyakit yang biasanya menyerang para

lansia diantaranya penyakit tulang dan persendian, hipertensi, penyakit

jantung, stroke, serta gangguan penglihatan dan pendengaran (BBPPKS,

2009)

3. Masalah Psikologis

Akibat penurunan fungsi kognitif dan psikomotor, berubah pada aspek

psikososial, khususnya berkaitan dengan perubahan kepribadian lansia.

Menurut Siti Partini (2011), masalah psikologis yang dihadapi lansia pada

umumnya meliputi kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan,

perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran

terutama pada lansia miskin, pada post power syndrome.

4. Masalah Ekonomi

Masa lanjut usia ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja,

memasuki masa pensiun, atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini


28

berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian berkaitan pada

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan, papan,

layanan kesehatan, rekreasi, kebutuhan social. Kondisi lanjut usia yang

tidak memungkinkan menyebabkan sebagian besar masyarakat lanjut usia

tidak produktiv lagi dah berkurang atau bahkan tidak memiliki

penghasilan sama sekali. Sementara disisi lain, lanjut usia dihadapkan

pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan

asupan makanan yang bergizidan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara

rutin, serta perawatan dari sakityang disebabkan oleh penuaan. Menurut

Wirakartakusumah dalam Siti Partini S (2011), secara ekonomis,

penduduk lanjut usai dapat diklasifikasiakan kepada tingkat

ketergantungan atau kemandirian mereka. Dalam hal ini penduduk lanjut

usia dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

1) Kelompok lanjut usia yang sudah uzur, pikun, yakni meraka yang

sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan dasar mereka

2) Kelompok lanjut usai yang produktif, yakni mereka yang mampu

memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak bergantung pada pihak

lain.

3) Kelompok lanjut usia yang miskin, yang termasuk mereka yang secara

relative tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri, seperti pekerjaan

atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan hidupnya.

5. Masalah Sosial

Pada umumnya, setelah memasuki masa tua atau lanjut usia, seseorang

akan mengalami berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota


29

keluarga, masyarakat di lingkungan tempat tinggal, rekan-rekan di

kantornya yang terputus hubungan kerja karena pension. Dan apabila dia

tidak aktif dalam kegiatan masyarakat, maka akan muncul ketergantungan

hanya beraktivitas dalam rumah. Disamping itu, perubahan nilai social

masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat individualistic,

berpengaruh bagi para lansia yang kurang mendapatkan perhatian,

sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat yang terlantar.

Kurangnya kontak sosial ini menimbulkan kesepian, murung, dan hal ini

tentu tidak sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang

dalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain (Siti Partini S,

2011). Dengan demikian, permasalahan yang umum dialami lansia

berkaitan dengan kondisi jasmaniah, rohaniah, psikologi, sosial, dan

ekonomi para lansia. Keadaan tersebut mendorong semakin pentingnya

kebutuhan pelayanan sosial bagi lansia untuk membantu mengatasi

permasalahan yang dihadapinya, sehingga lansia dapat menikmati masa

tua yang menyenangkan tanpa memikirkan beban permasalahan yang

dialaminya.

2.3 Konsep Pelayanan Kesehatan Lansia

2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan Lansia

Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna

dasar dan menyeluruh di bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi

peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Tempat

pelayanan kesehatan tersebut bias dilaksanakan di Puskesmas-Puskesmas

ataupun Rumah Sakit serta Panti-Panti dan institusi lainnya. Teknologi


30

tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah teknologi yang

mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya

yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh

masyarakat sesuai dengan azas manfaat.

2.3.2 Tingkatan Pelayanan Kesehatan lansia

Tingkatan pelayanan kesehatan bagi lansia dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Pelayanan kesehatan lanjut usia di masyarakat (Community based

geriatric service)

1) Mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat termasuk para

lansianya.

2) Puskesmas, dokter praktek swasta merupakan tulang punggung

layanan tingkat ini

3) Puskesmas berperan dalam membentuk klub/kelompok lanjut usia

2. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat berbasis rumah sakit (Hospital

based community geriatric service)

1) Pada layanan tangkat ini, RS bertugas membina lansia baik langsung

atau tidak langsung melalui pembinaan pada puskesmas di wilayah

kerjanya “Transfer of Knowledge” berupa lokakarya, symposium,

ceramah.

2) Rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari

layanan kesehatan yang ada di masyarakat.

3. Layanan kesehtan lansia berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Geriatric

Service)
31

RS menyediakan berbagai pelayanan bagi para lanjut usia dari yang

sederhana (poliklinik lansia) sampai pada yang maju (bangsal akut, klinik

siang terpadu “nursing hospital”, bangsal kronis dana tau panti werdha

“nursing home”.

2.3.3 Pelayanan Kesehatan dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Lanjut Usia

Pelayanan lanjut usia ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara

lain:

1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut

agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri,

keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa penyuluhan,

dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting

sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara

lain adalah :

1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini

penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan

memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan

kesehatan lainnya.

2) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan

kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.

3) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi

seimbang.

4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan keapa Tuhan

Yang Maha Esa.


32

5) Membina keterampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau

hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.

6) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan

kelompok sosial.

7) Hidup menghindari kebiasaan yang tidak baik seperti : merokok,

alkohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.

8) Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.

2. Upaya preventif, yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan

terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh

proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan:

1) Pemeriksaan kesehatan secara teratur berkala dan teratur untuk

menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.

2) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan

dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.

3) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya

kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat

memberikan karta dan tetap merasa berguna.

4) Penyluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya

kecelakaan pada usia lanjut.

5) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

3. Upaya kuratif, yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa

kegiatan :

1) Pelayanan kesehatan dasar


33

2) Pelayanan kesehatan spesifikasi melaui system rujukan.

4. Upaya rehabilitatif, yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah

menurun. Yang dapat beruapa kegiatan :

1) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang

penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain-

lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa

berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.

2) Mengembalikan kepercayaan pada siri sendiri dan memperkuat mental

penderita.

3) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas di

dalam maupun di luar rumah.

4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita

5) Perawatan fisio terapi.

Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah

penting adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan

bagian integral daripada setiap program kesehatan. Adapun tujuan

khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut

ditujukan kepada:

(1) Kelompok usia lanjut itu sendiri

(2) Kelompok keluarga yang memiliki usia lanjut

(3) Kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut

(4) Penyelengaraan kesehatan. Lintas sektor (Pemerintah dan

swasta)

2.3.4 Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Lansia


34

Pelayanan kesehatan di posyandu lansia. Pelayanan kesehatan di

Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental

emosiolnal. Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia sebagai alat pencatat dan

pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi

dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat

perkembangannya dalam buku pedoman Badan Pusat Pemeliharaan

Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim

digunakan di Puskesmas

2.3.5 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap

Lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan

adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :

1. Tahap pertama : Pendaftaran Lansia sebelum pelaksanaan pelayanan

2. Tahap kedua : Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia,

serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

3. Tahap ketiga : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehtan dan

pemeriksaan status mental

4. Tahap keempat : Pemeriksaan air seni dan kadar darah (labolatorium

sederhana)

5. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling (Depkes RI, 2003)

2.4 Konsep Dasar Keaktifan Lansia

2.4.1 Pengertian Keaktifan

Keaktifan Merupakan Sesuatu kesibukan yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh sesuatu. Ramirez (2005) mengatakan bahwa


35

keaktifan merupakan sesuatu bentuk keterlibatan individu dalam suatu

kegiatan tertentu dan diyakini dapat meningkatkatkan pengetahuannya.

Keaktifan lansia mengikuti kegiatan ke posyandu lansia adalah

suatu frekuensi keterlibatan dan keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan

posyandu secara rutin setiap bulan dan merupakan salah satu bentuk

perilaku kesehatan lansia dalam upaya memelihara dan meningkatkan

kesehatan diriya secara optimal.

2.4.2 Batasan frekuensi Mengikuti Posyandu Lansia

1. Aktif : jika mengikuti kegiatan ≥ 8 kali/tahun

2. Tidak aktif : jika mengikuti kegiatan < 8 kali/tahun

(Depkes RI, 2010)

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia

Faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu

lansia menurut Suddart dan brunner (2002) seperti dikutip di Ghana Syakira

adalah :

1. Pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu lansia

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat poyandu lansia dapat menjadi

kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia.

Pengetahuan yang salah tentang tujuan dan manfaat posyandu dapat

menimbulkan salah persepsi yang akhirnya kunjungan ke posyandu rendah

(Purnama, 2010).

2. Sikap
36

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunujukan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang didalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap ini masih meruapakn reaksi yang tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo,

2003)

3. Motivasi lansia

Motivasi lansia adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak,

motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang

dihadapinya (Nursalam, 2008)

4. Kondisi fisik lansia

Mengingat kondisin fisik yang lemah sehingga mereka tidak dapat leluasa

menggunakan berbagai sarana dan fasilitas khusus bagi lansia. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah lansia melakukan aktifitasnya dengan

melibatkan peran serta masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007)

5. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Keluarga bias

menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk

mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingat lansia jika

lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala


37

permasalahan bersama lainsia. Menurut Friedman (1998) Dukungan

keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota keluaraga dipandang sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

6. Peran kader

Menurut sukarmi (2004), kader kesehatan bertanggung jawab terhadap

masyarakat setempat, mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku

dari sebuah sistem kesehatan. Kader bertanggung jawab kepada desa dan

supervisor yang ditunjuk oleh petugas kesehatan/tenaga pelayanan

pemerintah. Peran kader baik disebabkan oleh kader selalu mengajak

lansia untuk datang ke posyandu, mereka menjelaskan kepada lansia untuk

datang ke posyandu, mereka menjelaskan kepada lansia akan manfaat dari

posyandu lansia, serta kader memberi tahu kepada lansia tentang jadwal

pelaksanaan posyandu , sehingga dengan peran kader tersebut diharapkan

lansia secara aktif dapat mengikuti kegiatan posyandu.

2.5 Pemanfaatan Posyandu

2.5.1 Pengertian Pemanfaatan Posyandu

Pemanfaatan posyandu merupakan suatu proses pengambilan keputusan

yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, kesadaran

akan kesehatan, dan nilai-nilai sosial budaya, pola relasi gander yang ada

dimasyarakat akan mempengaruhi pola hidup dalam masyarakat (Kemenkes,

2012)
38

Pelayaan kesehatan adalah sebuah system pelayanan kesehatan yangtujuan

utamanya adalah untuk pelayanan preventif (pencegahan), dan promotif

(peningkatan kesehatan) dengan sasarn masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

2.5.2 Indikator Pemanfaatan Posyandu

Seseorsng dikatakan memanfaatkan posyandu apabila ia dapat

memberikan konstribusi besar dalam upaya menurunkan masalah kesehatan yaitu

dengan mengunjungi posyandu lansia secara rutin 3 dalam 3 bualn terakhir tanpa

menggangu aktivitas sehari-hari. Semakin rendah angka kesakitan, menunjukkan

derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Sebaliknya, semakin tinggi angka

kesakitan, menunjukkan derajat kesehatan penduduk semakin buruk (Kemenkes,

2012)

2.5.3 Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu

Menurut Pender dkk (2001). Faktor yang mempengaruhi posyandu

meliputi :

1. Persepsi manfaat tindakan (Perceived benefits of action)

Kesadaran akan manfaat tindakan merupakan hasil positif yang diharapkan

dan akan diperoleh dari perilaku sehat. Manfaat yang dirasakan diusulkan

secara langsung memotivasi perilaku serta secara tidak langsung

memotivasi perilaku melalui menentukan tingkat komitmen untuk rencana

aksi yang terlihat dalam perilaku dari manfaat yang diharapkan akan

dihasilkan. Kesehatan lansia akan pentingnya pemanfaatan posyandu


39

lansia agar status kesehatan lansia menjadi baik, kesehatan terkontrol

(Pender, Mundaugh, & Parsons, 2001)

Tindakan pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di

posyandu lansia, antara lain :

1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar

dalam kehidupan, seperti makan atau minum, berjalan, mandi,

berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar ataun kecil dan

sebagainya.

2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan

mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh

(IMT).

4) Pengukuran tekanan darah menggunkan tensimeter dan stetoskop serta

perhitungan denyut nadi selama 1 menit

5) Pemeriksaan haemoglobin menggunakan talquits, sahli atau

cuprisulfat

6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya

penyakit gula (diabetes militus)

7) Pemeriksaan adanya zal putih telur (protein) dalam air seni sebagai

deteksi awl adanya penyakit ginjal.

8) Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.

9) Penyuluhan kesehatan
40

10) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat dilakukan sesuai

kebutuhan dan kondisi setempat dengan memperhatikan aspek

kesehatan dan gizi lanjut usia.

11) Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai untuk

meningkatkan kebugaran.

12) Program kunjungan lansia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan

sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatan puskesmas

setempat (Sulistyorini & dkk, 2010)

2. Persepsi Hambatan

Menurut Pender dkk (2001), persepsi hambatan merupakan aspek negatif

terdapat pada suatu tindakan kesehatan tertentu, yang mungkin menjadi

penghalang untuk melakukan perilaku pencegahan penyakit, misalnya rasa

malas, malu, takut, rasa sakit. Kesadaran akan hambatan diantisipasi telah

berulang kali ditunjukkan dalam studi empiris untuk mempengaruhi niat

yang terlibat dalam perilaku tertentu dan pelaksanaan actual dari perilaku.

Hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata.

Hambatan ini terdiri dari persepsi mengenai :

1) Ketidaktersediaan

Yang dimaksud ketersediaan disini adalah tersedianya alat-alat

kesehatan dan tempat posyandu lansia yang memadai seperti fasilitas

yang ada diposyandu diantaranya : spigmomanometer, timbangan

injak, alat tes gula darah, asam urat, kolesterol dan tempat yang

nyaman dan sejuk agar lansia tetap semangat untuk melakukan

kegiatan posyandu dengan rutin. Serta mekanisme pelayanan


41

posyandu seperti meja 1-5 apakah digunakan semua atau hanya

beberapa meja saja yang digunakan saat melakukan posyandu lansia.

2) Ketidaknyamanan

Ketidaknyamanannya tempat untuk posyandu lansia dapat menjadikan

salah satu faktor lansia untuk tidak mengunjungi posyandu lansia

seperti ruangan yang panas tidak ada kipas angina atau AC, tempatnya

sangat sempit, tidak ada kursi atau tempat duduk untuk lansia, dan

mengantri lama sehingga lansia bosan menunggu

3) Biaya

Biaya yang dikeluarkan biasanya seperti biaya kas perbulan yang

sydah disepakati oleh kader dan lansia mungkin dapat mempengaruhi

lansia untuk mengunjungi posyandu lansia.

4) Kesulitan atau menggunakan waktu untuk tindakan khusus, seperti

waktu yang bersamaan dengan jadwal posyandu lansia dengan jadwal

acara keluarga dirumah atau yang lainnya yang dapat menjadikan

salah satu alasan lansia tidak mengunjungi posyandu lansia.

Menurut Depkes RI (2013), faktor rendahnya pemanfaatan

pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Jarak yang jauh (faktor geografi).

2. Tidak tau adanya kemampuan fasilitas (faktor informasi).

3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi).

4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya).

2.6 Konsep Teori Lawrence Green


42

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua factor

pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan

(nonbehavior causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan

pengelolaan manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan,

intervensi sampai dengan penilaian dan evaluasi. Proses pelaksanaannya

Lawrence Green menggambarkan dalam bagan berikut ini :

Gambar 6.1 Precede proceed model (Green LW. & Kreuter MW, 1991)

Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya

model pengkajian dan penindaklanjutan (Precede Proceed model) yang

diadaotasi dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah

perilaku manusia dan faktor yang mempengaruhinya, serta cara


43

menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau

meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses

pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindaklanjutan pada

tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki

perilaku kesehatan adalah penerapan keempat proses pada umumnya

kedalam model pengkajian dan penindak lanjutan.

1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang

pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat

sesejatateraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin

tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan.

Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga

semakin tinggi.

2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang

kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan menggambarkanmasalah

kesehatan yang sedang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap

derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.

3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang

langsung/tidak memengaruhi derajat kesehatan.

4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena

adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya.

Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup

merupakam pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang


44

dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam

kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya

Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan

reaksi atau perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku ini sendiri ditentukan

atau terbentuk dari 3 faktor

Predisposing Factor: Enabling factors: Reinforcing factors:

1. Knowledge 1. Availability of health 1. Family


2. Beliefs resources 2. Peers
3. Values 2. Accessibility of health 3. Teachers
4. Attitudes resources 4. Employers
5. Confidence 3. Community/governme 5. Health provider
nt laws, priority, and 6. Community
commitment to health leaders
4. Health-related skill 7. Decision makers

Specific behaviour by Environtment


individuals or by (conditions of
organizations living)

Health

Gambar 6.2 Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan (Green lw dan Kreuter

Mw, 1991)
45

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal yang

ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang

mempermudah individu untuk berperilaku yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, niali-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitas atau sarana kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang menguatkan

perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan,

teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor

penyuluhan dan faktor kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor

tersebut meruapakan ruang lingkup promosi kesehatan.

Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis maupun

sosial budaya yang langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi

derajat kesehatan. Dapat disimpulkan bawhwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oelh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang

bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku

para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkaut terbentuknya perilaku.


46

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Kosnseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat di

komunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara

variabel yang di teliti maupun tidak di teliti (Nursalam, 2016).

Pengetahuan

Promosi
Kesehatan Komponen
Keaktifan lansia
Pendidikan sikap
memanfaatkan
Kesehatan
1. Kognitif posyandu lansia
↓↑ Kepercayaan
Peraturan 2. Afektif 1. Aktif
kebijakan 3. Konatif 2. Tidak aktif
organisasi

Kebudayaan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Sikap Lansia Dengan


Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
47

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

Kerangka konsep diatas menjelaskan bahwa ada hubungan sikap lansia

dengan keaktifan lansia memanfaatkan posyandu lansia. Dimasa lansia mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Dan untuk menunjang

kesehatan lansia dimasa tua adalah dengan aktif memanfaatkan posyandu.

Dalam sikap lansia ada beberapa komponen yang terdiri dari: 1.

Komponen kognitif, yaitu kepercayaan dan pemahaman seorang individu pada

suatu objek melalui proses melihat, mendengar dan merasakan. Kepercayaan dan

pemahaman yang terbentuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai

objek tersebut, 2. Komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan

permasalahan emosional subjektif individu terhadap sesuatu, 3. Komponen

Konatif, yantu kecenderungan berperilaku seorang individu terhadap objek yang

dihadapinya.

Komponen sikap juga dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Pengetahuan

yaitu Pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun

pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya, 2. Kepercayaan yaitu Sikap

individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan terhadap sesuatu hal.

Misalnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan rumah sakit tertentu akan

mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih berobat kerumah sakit yang sudah

dipercaya, 3. Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan, kondisi

(agama, pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan dapat mempengaruhi

sikap individu untuk menerima maupun menolak sesuatu.


48

Sikap lansia mempengaruhi keaktifan lansia memanfaatkan posyandu

yang berlangsung, keaktifan lansia memanfaatkan posyandu dibagi menjadi dua

yaitu: Aktif jika mengikuti posyandu ≥ 8 kali/ tahun, tidak aktif jika mengikuti

posyandu kurang dari < 8 kali/ tahun.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan

antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan

dalam penelitian (Nursalam, 2016). Dari kerangka konsep penelitian diatas dapat

dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Ada Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan

Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten

Tuban.
49

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian “analitic observasional”. Dalam

penelitia ini peneliti menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross

sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap lansia dengan

keaktifan lansia memanfaatkan posyandu sehat II, tanpa adanya intervensi dari

peneliti (Nursalam, 2016).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya: manusia, klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi pada

penelitian ini adalah Lansia di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten

Tuban yang mengikuti Posyandu Sehat II Sebanyak 56 responden.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Sampel yang di

pakai pada penelitian ini adalah Lansia di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban yang mengikuti Posyandu Sehat II berjumlah 49 sampel,

Kriteria yang akan dijadikan sampel penelitian terdiri dari dua kriteria,

yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang meliputi :

1. Kriteria Inklusi
50

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).


51

Adapun kriteria inklusi sebagai berikut :

1) Lansia yang terdaftar di Posyandu Sehat II di Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

2) Lansia yang menggunakan alat bantu dalam beraktivitas

3) Bersedia menjadi responden.

2. Kriteris Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dan dikarenakan berbagai sebab (Nursalam,

2016). Adapun kriteria eksklusi sebagai berikut :

1) Responden yang lumpuh

4.2.3 Besar Sampel

Untuk memperoleh hasil atau kesimpulan penelitian yang

menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel yang diambil

harus mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2016).

Nursalam (2016) menyatakan besar sampel penelitian ini dihitung dengan rumus :

N
n=
1+ N ( d 2)

Keterangan :

n : Besar Sampel

N : Besar Populasi

d : Tingkat signifikan

Berdasarkan rumus di atas, bila di ketahui :

N
n= 2
1+ N ( d )
52

56
n=
1+56 (0,052 )

56
n=
1+56 ¿ ¿

56
n=
0,1425

n=49,12

n = 49,1 = 49 (dibulatkan)

Jadi, besar sampel untuk penelitian ini adala 49 responden

4.2.4 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Probability sampling dengan cara pengambilan sampel

menggunakan simple random sampling. Pemilihan sampel dengan cara

memberikan kesempatan yang ada sama bagi anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (Nursalam, 2016).


53

4.3 Kerangka Operasional

Populasi:
Seluruh lansia di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban yang mengikuti Posyandu 56 Lansia

Teknik Sampling
Simple random sampling

Sampel Penelitian:
Sebagian lansia yang terdaftar di Posyandu Sehat II Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban berjumlah 49 Lansia

Desain Penelitian:
Korelasional dengan pendekatan waktu Cross Sectional

Variabel Dependen:
Variabel Independen
Keaktifan Lansia
Sikap Lansia
Memanfaatkan Posyandu

Pengumpulan Data:
Menggunakan lembar kuisoner dan lembar observasi

Pengolahan Data:
Editing, Coding, Skoring, dan Tabulasi

Analisa Data:
Menggunakan uji Chi Square

Kesimpulan:
Ada Hubungan atau tidak
54

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Sikap Lansia dengan


Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu, (Nursalam, 2016).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap lansia sebagai

variabel yang mempengaruhi variabel dependen

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keaktifan lansia

memanfaatkan posyandu lansia sebagai variabel yang dipengaruhi variabel

independen.

4.5 Definisi Oprasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang

kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain (Nursalam, 2016)


55

Tabel 4.1 Definisi Operasioanal Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan


Lansia Mamanfatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

Definisi Alat Skala Kode &


Variabel Indikator
Oprasional Ukur Data Skor
Independen: Pendapat Sikap meliputi: Kuisoner Nominaal Skor:
Sikap Lansia atau - Kognitif Sikap
penilaian pengetahuan positif
posyandu keyakinan/pe >50% atau
lansia mikiran 21-40,
1. Pemahama sikap
n posyandu negatif
lansia ≤50% atau
2. Fungsi 0-20
posyandu Kode:
lansia Sikap
3. Tujuan Positif: 2
posyandu Sikap
lansia Negatif: 1
- Afektif
Emosional
(perasaan atau
persepsi yang
positif atau
negatif)
1. Perasaan
lansia saat
mengikuti
posyandu
lansia
2. Perasaan
lansia
terhadap
kegiatan
pemeriksaa
n
kesehatan
3. Perasaan
lansia
adanya
posyandu
lansia
- Konaktif
Merupakan
aspek
kecenderunga
n berperilaku
56

tertentu sesuai
dengan sikap
yang dimiliki
oleh seseorang
1. Mengikuti
posyandu
lansia
setiap
bulan
secara rutin
2. Mengikuti
kegiatan
cek
kesehatan
rutin
3. Mengikuti
kegiatan
penyuluha
n
kesehatan
4. Melibatkan
keluarga
setiap
kegiatan
posyandu
lansia
Dependen : Keikutsertaa 1. Presentasi Lembar Nominal Skor: Aktif
Keaktifan n lansia lansia aktif Observasi : Minimal
Lansia dalam menfaatkan ≥70% hadir
Memanfaatk memanfaatka posyandu lansi atau ≥8x
an Posyandu n posyandu 2. Presentasi dalam satu
Lansia lansia yang lansia tidak tahun
dilakukan aktif Tidak aktif:
setiap bulan memanfaatkan jika
pada bulan posyandu presentase
Maret 2019- lansia <70% hadir
Februari atau <8x
2020 dalam 1
tahun
Kode:
Aktif: 2
Tidak
Aktif: 1
57

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistemis

dan lebih mudah (Nursalam, 2016). Instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah kuisioner dengan pertanyaan Sikap meliputi: Kognitif

pengetahuan keyakinan/pemikiran, Afektif Emosional (perasaan atau persepsi

yang positif atau negatif), Konaktif Bertindak atau berperilaku dan lembar

observasi menggunakan skala likert.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.7.1 Uji Validitas

Suatu ukuran yang digunakan dalam menentukan tingkat kevalidan

suatu instrument. Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur

,dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2010). Kusioner penelitian dibut untuk dikembangkan oleh peneliti, maka

perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrument

penelitian. Untuk uji validitas dan reliabilitas yang digunakan untuk

variabel sikap lansia. Untuk mengukur r atau koefisiensi korelasi dan

tingkat signifikansinya dapat digunakan bantuan program komputer.

Menurut Arikunto (2011) rumus yang dapat digunakan adalah

dikemukakan oleh pearson, yang dikenal rumus pearson product moment.

Pada uji validitas terhadap kuesioner Sikap Lansia yang berjumlah 10

pernyataan dengan 3 pernyataan kognitif, 3 pernyataan afektif dan 4


58

pernyataan konatif, semua item dinyatakan valid. Nilai valid didapatkan

dari hasil r hitung ≥ r tabel.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur apakah

instrument yang telah dilakukan telah reliabel. Dan dikatakan reliabel

apabila alat itu dapat mengukur suatu gejala dalam berlainan senantiasa

menunjukkan hasil yang sama (Notoadmojo, 2010). Pada hasil pengujian

dengan cronbach’s alpha dengan alat ukur kuesioner, dikatakan reliabel

jika nilai cronbach’s alpha ≥ r tabel. Berdasarkan hasil uji coba dengan 8

respoden (dari rumus N-2 yaitu 10-2 = 8 dengan r tabel yaitu 0,707) di

peroleh r hitung (cronbach’s alpha) dari semua pernyataan yaitu 0.969

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Posyandu Sehat II Desa

Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban karena tempat tersebut

sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti. Waktu penelitian akan

dilakukan pada bulan Juli 2020.

4.9 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, peneliti mendatangi responden ke

posyandu pengambilan dan pengumpulan data ini dilakukan bersama

teman untuk membantu pengumpulan data lebih cepat. Metode

pengumpulan data di lakukan peneliti dengan cara:

1. Persiapan
59

1) Mengurus surat perizinan untuk melakukan penelitian yang ditanda

tangani oleh ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama

Tuban.

2) Meminta izin kepada pihak-pihak terkait yang telah mendapat izin dari

petugas Posyandu Lansia

3) Menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi sesuai dengan

teknik pengambilan sampel.

2. Pelaksanaan Penelitian

1) Peneliti memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan maksud dan

tujuan serta menunujukian surat izin dari pihak yang terkait yang

menerangkan bahwa peneliti akan melakukan pengambilan data pada

lansia sebesar 49 responden di Posyandu Sehat II di Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

2) Peneliti menjelaskan dan meyakinkan privasi dan kerahasiaan

responden akan aman

3) Menanyakan kesediaan untuk menjadi responden, jika bersedia maka

diwajibkan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

4) Namun jika menolak peneliti tidak akan memaksa dan menghormati

hak-haknya.

5) Peneliti memberikan kuisoner pada responden dan di bantu teman.

6) Setelah kuisoner dibaca dan diisi oleh responden, kuisoner tersebut

peneliti ambil kembali pada hari yang sama.


60

7) Setelah peneliti mendapatkan kuisoner tersebut, peneliti cek kembali

lembar kuesioner, apakah semua pertanyaan sudah terjawab dengan

lengkap.

Sumber data yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh darin hasil pengukuran,

pengamatan, dan lain-lain yang dilakukan oleh peneliti sendiri.

(Setiadi, 2007). Data dalam penelitian ini diperoleh dari pengisian

kuesioner tentang sikap lansia dan lembar observasi tentang keaktifan

lansia mengikuti kegiatan yang diisi oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia. Data sekunder dalam

penelitian ini adalah jumlah lansia yang terdaftar dalam posyandu

lansia.

4.9 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk

mencapai tujuan pokok penelitian, yaiutu menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitian yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2016).

Dalam peneliti ini setelah data terkumpul semua hasil

pengumpulan data, hasil dari pengolahan data akan dipresentasikan dengan

rumus sebagai berikut :

∑F
P= X 100%
N
61

Keterangan :

P : Presentase

∑F : Jumlah frekuensi

N : Jumlah responden

a. 100% : Seluruhnya

b. 76-99% : Hampir seluruhnya

c. 51-75% : Sebagian besar

d. 50% : Setengahnya

e. 26-49% : Hampir setengahnya

f. 1-25% : Sebagian kecil

g. 0% : Tidak Satupun ( Arikunto S, 2006)

Setelah data terkumpul semua dari hasil pengumpulan data, maka

dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah kegiatan menyeleksi data yang masuk dari pengumpulan

data melalui kuesioner dikumpulkan kemudian peneliti melakukan

pemeriksaan terhadap jawaban yang telah diberikan, dan tidak ada

kuisoner yang terisi (Suparyanto, 2011). Secara umum editing merupakan

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner sudah terisi apa

belum.

2. Scoring

Menentukan skor atau nilai untuk item pertanyaan dan menentukan nilai

terendah dan tertinggi.


62

1) Penilaian alat ukur sikap lansia, peneliti menetapkan untuk alat ukur

sikap lansia apabila pertanyaan favourable jawaban sangat setuju di

beri skor 4, apabila jawaban setuju diberi skor 3, apabila jawaban

ragu-ragu diberi skor 2, apabila jawaban tidak setuju diberi skor 1,

apabila jawaban sangat tidak setuju diberi skor 0, dan jika

Unfavourable jawaban sangat setuju diberi skor 0, apabila setuju

diberi skor 1, apabila ragu-ragu diberi skor 2 apabila jawaban tidak

setuju diberi skor 3, apabila jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4.

2) Penilaian untuk alat ukur keaktifan lansia memanfaatkan posyandu.

Peneliti mengisi lembar observasi lansia memanfaatkan posyandu.

Lansia yang aktif mengikuti kegiatan jika minimal mengikuti 8x

dalam satu tahun.

3. Coding

Coding yakni mengubah data terbentuk kalimat atau huruf menjadi angka

atau bilang.

1) Sikap lansia

Dari hasil skor yang diperoleh dikategorikan menjadi sikap positif dan

sikap negative sebagai berikut :

(1) Skor sikap positif (Baik) = 21-40

(2) Skor sikap negatif (Buruk) = 0-20

2) Keaktifan lansia memanfaatkan posyandu sebagai berikut:

(1) Kode 2: aktif bila mengikuti kegiatan minimal 8x atau 70% dalam

satu tahun
63

(2) Kode 1: tidak aktif bila mengikuti kegiatan kurang dari 8x atau

kurang dari 70% dalam satu tahun.

4. Tabulating

Tabulasi data merupakan langkah memasukan data berdasarkan hasil

penggalian data di lapangan (Santoso, Slamet, 2009). Hal ini dilakukan

setelah editing, coding, dan skoring selesai di lakukan. Kemudian data

tersebut dimasukan ke dalam tabel tabulasi untuk analisa lebih lanjut.

5. Uji statistik

Uji Korelasional untuk mengetahui ada hubungan atau tidak dari kedua

variabel independen dan variabel dependen menggunakan skala nominal

dan nominal sehingga uji statistik yang digunakan adalah UjiChi Square.

Langkah-langkah uji Chi Square:

1) Buka program SPSS, selanjutnya klik variable view.untuk pengisian

properti variabel penelitian.

2) Langkah selanjutnya klik Data View. Kemudian masukan skor

jawaban untuk variabel.

3) Langkah selanjutnya, dari menu SPSS pilih menu Analyze, pilih

Descriptive Statistics, lalu pilih Crosstabs.

4) Muncul kotak dialog nama “Crosstabs”. Berikutnya masukkan

variabel dependen ke kotak Row (s), kemudian masukkan variabel

independen ke kotak Colomn (s).

5) Langkah berikutnya klik Statistic, muncul kotak dialog dengan nama

“Crosstabs: Statistics”, berikan tanda centang (√) pada bagian Chi-

square, lalu klik Continue.


64

6) Terakhir klik Ok, maka akan muncul Output SPSS yang akan kita

interprestasikan.

7) Hasil output.

Selanjutnya data yang telah terkumpul di analisa dengan

menggunakan program SPSS dengan taraf kesalahan 0,05. Analisa

data meliputi:

(1) Analisis Univariat

Analisa univariat yang digunakan untuk mendapatkan gambaran

distribusi dari karakteristik masing-masing, baik variabel bebas

(independen), variabel terikat (dependen) maupun deskripsi

karakteristik responden, yaitu dengan caara membuat tabel

distribusi frekuensi. Berdasarkan tabel tersebut variabel-variabel

yang diteliti kemudian dianalisis secara deskriptif dengan

menguraikan secara rinci.

(2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabel silang antara dua

variabel yaitu dependen. Analisa bivariat yang digunakan untuk

mengetahui hubungan sikap lansia dengan keaktifan lansia

memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan

Merakurak Kabupaten Tuban.

6. Cara penarikan kesimpulan

1) Jika p value > 0,05 maka H0 ditolak, artinya tidak ada hubungan

antara variabel-variabel tersebut.


65

2) Jika p value ≤0,05 maka H0 diterima, artinya ada hubungan antara

variabel-variabel tersebut.

7. Piranti atau alat yang digunakan untuk menganalisis hubungan penelitian

dengan variabel adalah dengan menggunakan software SPSS.

4.10 Etika Penelitian

Setelah semua izin selesai penelitian melakukan penelitian dengan

menentukan pola masalah etika penelitian, seperti:

4.10.1 Informed Consent (Lembar persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden dimana peneliti memberikan lembar persetujuan

sebelum dilakukan penelitian kepada responden. Tujuan dari Informed

Consent adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

4.10.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak akan

mencatumkan nama responden. Lembar tersebut hanya akan diberi nomor

kode tertentu.

4.10.3 Confidentialy (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lain.

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang hanya bisa disajikan

sebagai hasil riset.


66
BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Data Demografi

Desa Tahulu berada di Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Provinsi

Jawa Timur. Luas wilayah Desa Tahulu adalah ±8.16km²

Batas Desa Tahulu Meliputi :

Sebelah Utara : Desa Mandi Rejo

Sebelah Selatan : Desa Tegal Rejo

Sebelah Barat : Desa Kapu

Sebelah Timur : Desa Tegal Rejo

2. Sarana Pendidikan dan Kesehatan di Desa Tahulu

Di Desa Kapu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban terdapat beberapa

sarana pendidikan yaitu Paud, RA, Taman Kanak-kanak, dan SD,

sedangkan untuk sarana kesehatan di wilayah Desa Tahulu terdapat

polindes dan posyandu. Di Desa Tahulu terdapat tiga posyandu yaitu

posyandu balita posyandu sehat II dan posyandu sehat II. Kegiatan

posyandu lansia di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

berjlan dengan baik, dimana kegiatan tersebut dilaksanakan setiap bulan

sekali pada tanggal 20 dan di laksanakan di Puskesmas Pembantu (Pustu)

Tahulu.
68

3. Fungsi dan Kerja Posyandu LansiaP

1) Pemberian pelayanan kesehatan untuk lansia guna mencapai usia

harapan hidup dan berguna secara maksimal

2) Pemberian bimbingan umum dan konseling kesehatan pada lansia di

lingkungan posyandu sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban

3) Penyelanggaraan penyebarluasan informasi tentang pelayanan

kesehatan.

5.1.2 Data Umum Responden

1. Karkteristik responden berdasarkan umur

Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang terdaftar di Posyandu

Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban dengan

jumlah 49 orang lansia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Yang terdaftar di


Posyandu Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban pada Tahun 2020

No Usia Frekuensi Persentase (%)


.
1 60-74 tahun 12 24,4%
2 75-90 tahun 37 75,5%
3 > 90 tahun 0 0%
Jumlah 49 100%
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2020

Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berusia 75-90 tahun (usia tua) sebanyak 37 orang (75.5%).


69

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada


Lansia Yang Terdaftar di Posyandu Sehat II Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban pada Tahun
2020

No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


1. Laki-laki 13 26,5%
2. Perempuan 36 73,4%
Jumlah 49 100%
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2020

Dari tabel 5.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 36 orang (73.4%).

5.1.3 Data Khusus Responden

Sikap Lansia di Posyandu Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban tahun 2020.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Lansia di Posyandu Sehat II


Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
Tahun 2020

No Sikap Lansia Frekuensi Presentase


1. Negatif 29 59.1%
2. Positif 20 40.8%
Jumlah 49 100%
Sumber : Data Primer Peneliti, Tahun 2020

Dari tabel 5.3 di atas diketahui sebagian besar bahwa sikap lansia di

posyandu sehat II di Desa Tahulu menunjukkan sikap yang Negatif

sebanyak 29 orang (59.1%).


70

2. Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Keaktifan Lansia Memanfaatkan


Posyandu Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2020

No Keaktifan Lansia Frekuensi Presentase


1. Tidak Aktif 30 61.2%
2. Aktif 19 38.7%
Jumlah 49 100%
Sumber : Data Primer Peneliti, Tahun 2020

Dari tabel 5.4 di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar keaktifan lansia

memanfaatkan di Posyandu Sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban adalah tidak aktif 30 lansia (61.2%).

3. Hubungan Antara Sikap Lansia Dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan

Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

Tahun 2020

Hasil Penelitian hubungan antara sikap lansia dengan keaktifan lansia

memanfaatkan posyandu sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5 Tabel Silang Hubungan antara Sikap Lansia dengan


Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di
Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
Tahun 2020

Keaktifan Lansia
No. Sikap Lansia Aktif Tidak Aktif Total
(%) (%)
1. Positif 19 (95%) 1 (5%) 20 (100%)
2 Negatif 0 (0%) 29 (100%) 29 (100%)
Jumlah 19 (38.7%) 30 ((61.2%) 49 (100%)
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2020
71

Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa dari 49 Orang (100%) responden

didapatkan keaktifan yang aktif memanfaatkan posyandu sehat II dengan

sikap lansia yang positif 19 (95%) responden dan lansia yang tidak aktif 1

(5%) responden. Sedangkan lansia yang tidak aktif dengan sikap lansia

yang Negatif 29 (100%) responden.

Data diperoleh dengan cara menggunakan lembar kuisoner kemudian

dilakukan editing dengan cara menyeleksi data dari pengumpulan data

melalui kuesioner dan memastikan tidak ada kuisoner yang tidak terisi.

Selanjutnya dilakukan coding pada masing-masing variabel sesuai dengan

yang tercantum dalam definisi operasional.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS versi 20 for windows

dengan menggunakan uji Chi square tingkat kemaknaan α=0.05

didapatkan nilai p=0,00 nilai p<α maka di simpulkan H1 diterima berarti

ada hubungan yang signifikan, dengan hubungan antara sikap lansia

dengan keaktifan lansia memanfaatkan posyandu sehat II di Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.


72

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dalam bagian

ini akan membahas mengenai hasil penelitian, yaitu sikap lansia, keaktifan lansia

memanfaatkan posyandu sehat II, hubungan anatara sikap lansia dengan keaktifan

lansia memanfaatkan posyandu sehat II.

6.1.1 Sikap Lansia di Posyandu Sehat II Desa Tahulu Kecamatan


Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner sikap lansia

di posyandu sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten

menunujukan sebagian besar lansia memberikan sikap negatif sebanyak 29 lansia

(59.1%), sikap lansia yang negatif disebabkan karena ketidaktahuannya lansia

tentang posyandu lansia.

Sikap merupakan perasaan untuk merespon suatu objek atau situasi baik

positif maupun negatif dengan cara mendukung atau memihak pada suatu kodisi

tertentu (Saifuddin Azwar, 2015). Oskup dan Schult (2005) menyatakan bahwa

sikap sesorang dalam menentukan reaksi atau respon yang muncul dari seorang

induvidu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap

objek di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, kepercayaan,

kebudayaan.

Dalam penelitian ini sikap negatif dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya pengetahuan, pengalaman serta kemampuan dalam mengambil sikap.


73

Selain itu dipengaruhi emosional perasaan terhadap suatu objek tertentu. Lansia

yang mempunyai sikap negatif cenderung mengatakan bahwa tidak tahu tentang

posyandu dan tidak merasa senang jika diadakannya poyandu.

Berdasarkan usia, responden yang usia 75-90 (usia tua) tahun juga

dikaitkan dengan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi cara pandang dan

sikap seseorang. Responden yang usia 75-90 (usia tua) tahun dapat di artikan

mereka yang masih merasa tubuhnya sehat tidak ada keluhan pada tubuhnya

sehingga melupakan pentingnya dalam mengontrol kesehatannya dan mengurangi

interaksi dengan kegiatan-kegiatan menurut mereka tidak penting sehingga

mencari kesibukan lain. Sedangkan responden yang umur 60-74 (usia lanjut)

tahun cenderung akan banyak mengeluh tentang kesehatannya dan berinteraksi

dengan orang lain dalam menyelesaikan keluhan fisik yang di alami. Sehingga

pola fikir mereka akan berbeda dengan responden yang berusia 75-90 (usia tua)

tahun.

Berdasarkan jenis kelamin lansia yang bersikap negatif sebagian besar

berjenis kelamin perempuan dari responden diketahui bahwa banyak lansia yang

tidak tahu adanya posyandu setiap bulannya dan lebih senang di rumah, dari

faktor kader yang kurang memberi penyuluhan terhadap lansia yang ada di Desa

Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Jarak rumah lansia dengan

tempat posyandu cukup jauh. Lansia yang berjenis kelamin perempuan menjadi

jumlah terbanyak yang terdaftar di posyandu sehat II tetapi tidak semuanya aktif

karena faktor fisik, dukungan keluarga, jarak posyandu, sikap kader, sikap petugas

kesehatan serta fasilitas yang ada di posyandu tersebut.


74

Berdasarkan hasil dari aspek pengetahuan lansia menunjukkan sebagian

besar lansia yang tidak mengetahui tentang posyandu lansia, dan tidak mengetahui

fungsi dari posyandu lansia, kader, petugas kesehatan, serta peran keluarga

berperan penting dalam pemberian motivasi dan memberikan penjelasan tentang

pentingnya posyandu dengan melakukan penyuluhan bahwa pentingnya posyandu

lansia bagi kesehatan para lansia agar lansia mau untuk dating mengikuti

posyandu lansia.

Aspek emosional perasaan lansia terhadap posyandu lansia sebagian besar

lansia mengatakan ragu dan tidak setuju terhadap diadakannya posyandu lansia

setiap bulannya karena sebagian kondisi fisik lansia lemah untuk datang ke

posyandu. Serta pemeriksaan keseahatan secara rutin setiap bulannya di posyandu

lansia karena menurut sebagian lansia sama saja tidak ada perubahan terhadap

kesehatannya setelah mengikuti posyandu lansia.

Aspek perilaku lansia terhadap posyandu lansia sebagian besar

mengatakan tidak bersedia menghadiri posyandu lansia secara rutin setiap

bulannya, dan sebagian besar lansia mengatakan ragu dan tidak setuju untuk

mengajak keluarga dalam kegiatan posyandu lansia karena banyak lansia yang

tidak satu rumah dengan keluarganya. Sehingga lansia lebih suka untuk di rumah

karena motivasi serta dukungan keluarga kurang untuk para lansia agar datang ke

posyandu lansia, agar lansia lebih peduli terhadap kesehatannya.

Dengan demikian sikap positif terhadap posyandu lansia dapat terwujud

karena ditunjang oleh faktor pendukung yang baik, memadai dan informasi yang

baik dan benar untuk lansia.

6.1.2 Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu


Kecamatan Merakurak Kubupaten Tuban Tahun 2020.
75

Dari hasil keaktifan lansia memanfaatkan posyandu sehat II desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020, dari 49 responden hampir

setengahnya keaktifan memanfaatkan posyandu lansia secara aktif hanya 19 lansia

(38.7%) sedangkan sebagian besar lansia tidak aktif memanfaatkan posyandu

lansia sebesar 30 lansia (61.2%). Ketidakaktifan lansia dikarenakan lebih memilih

menghabiskan waktu untuk di rumah, selain itu lansia juga memilih kesibukan

lain yaitu pekerjaan sebagai petani.

Keaktifan lansia memanfaatkan kegiatan ke posyandu lansia adalah suatu

frequensi keterlibatan dan keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan posyandu

secara rutin setiap bulan dan merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan

lansia dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dirinya secara

optimal. Lansia yang dikatakan aktif apabila minimal mengikuti kegiatan 8 kali

(67%) hadir dalam 12 kali kegiatan Posyandu (Kresnawati & Kartinah,2010)

Notoatmodjo, 2007 : Brunner & Suddart, 2007) Menyatakan bahwa

keaktifan lansia dalam pemanfaatan layanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu pengetahuan lansia tentang posyandu, sikap lansia, motivasi lansia,

kondisi fisik lansia untuk datang ke posyandu, ketersediaan sarana dan prasarana,

letak geografis, peran kader, dan dukungan keluarga.

Beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat keaktifan lansia,

antara lain faktor kesibukan dan lansia lebih memilih berdiam diri di rumah.

Selain itu sikap dari lansia juga sangat berpengaruh terhadap kegiatan poyandu

lansia. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunujukan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang didalam kehidupan sehari-hari


76

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial sikap ini masih

merupakan reaksi terhadap stimulus sosial. Sikap ini masih merupakan raksi

tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmidjo, 2003)

Letak posyandu lansia yang tidak terlalu jauh membuat lansia tidak

mengalami kendala dalam letak geografi. Sarana dan prsarana yang terdapat di

posyandu sehat II Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban cukup

lengkap, dimana peralatan seperti alat pengukuran tekanan darah, alat timbangan

BB sudah ada dan obat-obatan. Namun untuk luas posyandu lansia tidak terlalu

luas, dimana kegiatan posyandu tersebut berada di PUSTU (Puskesmas

Pembantu) yang mengakibatkan lansia merasa tidak nyaman sehingga lansia tidak

senang untuk menghadiri posyandu lansia setiap bulannya.

Sikap petugas kesehatan di posyandu dan dukungan keluarga dari keluarga

juga sangat mempengaruhi keaktifan lansia. Beberapa lansia mengatakan bahwa

lansia merasa senang karena keramahan dari petugas posyandu lansia, semangat

dari petugas lansia untuk mengajak lansia dating ke posyandu dan dapat bertukar

pendapat dan berusaha membantu jika lansia mengalami masalah pada

kesehatannya.

6.1.3 Hubungan antara Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia


Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari sikap lansia

dengan keaktifan lansia memanfaatkan posyandu sehat II di Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban dapat dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarakn kuesioner yang telah telah diberikan kepada responden untuk

mengetahui sikap lansia menunjukan bahwa sikap lansia memberikan hasil


77

hamper setengahnya sikap positif yaitu 20 responden (40.8%), sedangkan

sebagian besar sikap negatif yaitu 29 responden (59.1%).

Data dari lembar observasi kekatifan lansia di posyandu Sehat II Desa

Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2020 dengan melihat

buku kunjungan lansia, dari 49 lansia sebagian besar tidak aktif memanfaatkan

posyandu lansia sebanyak 30 responden (61.2%), dan hampir setengahnya aktif

memanfaatkan posyandu lansia sebanyak 19 responden (38.7%).

Hasil analisis menggunakan Program SPSS for windows dengan uji Chi

Square tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan nilai p = 0,00 nilai p < α

disimpulkan bahwa H1 diterima berarrti ada hubungan yang signifikan, dengan

hubungan antara sikap lansia dengan keaktifan lansia memanfaatkan posyandu

sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Dalam

penelitian ini ada hubungan yang bermakna ketidakaktifan lansia dikatakan sedikit

atau berkurang itu di karenakan sikap lansia yang lebih memilih mementingkan

menghabiskan waktu untuk dirumah, dan faktor kesibukan dari lansia.

Sikap dari lansia sangat berpengaruh terhadap kegiatan poyandu lansia.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunujukan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang didalam kehidupan sehari-hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial sikap ini masih merupakan

reaksi terhadap stimulus sosial. Sikap ini masih merupakan raksi tertutup, bukan

reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmidjo, 2003)

Keaktifan lansia memanfaatkan kegiatan posyandu lansia adalah suatu

frekuensi keterlibatan dan keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan posyandu


78

secara rutin setiap bulan dan merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan

lansia dalam upaya memelihari dan meningkatkan kesehatan dirinya secara

optimal.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 20 lansia yang memiliki

sikap positif namun hanya 1 lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan

posyandu lansia. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keaktifan lansia

memanfaatkan posyandu lansia misalnya faktor pengetahuan lansia tentang

posyandu, sikap lansia, motivasi lansia, kondisi fisik lansia untuk dating ke

posyandu, ketersediaan sarana dan prasarana, letak geografis, peran kader,

dukungan keluarga, sikap petugas kesehatan, sikap lansia dan kesibukan lansia.

Menurut Notoatmodjo tahun 2012 mendefinisikan sebagai kesiapan

seseorang bertindak tertentu pada situasi tertentu. Dalam sikap positif

kecendrungan tindakan adalah mendeteksi menyenangi dan mengharapkan objek

tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendurungan untuk menjuhi,

menghindar, membenci dan tidak sama dengan menyukai objek tertentu. Hal ini

juga sependapat dengan penelitian Novy Ramini Harahap (2019) yang

mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan lansia

memanfaatkan posyandu lansia antara lain pengetahuan lansia, sikap lansia, peran

kader dan peran tenaga kesehatan.

Manfaat yang diperoleh lansia mengikuti posyandu yaitu membina

kesehatan dirinya sendiri, mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi

dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi yang meliputi pemeriksaan

aktivitas kegiatan sehari-hari (makan atau minum, BAB, BAK, berjalan,

berpakaian), pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan Hb,


79

pemeriksaan protein urin, penyuluhan kesehatan pemberian makanan tamabahan,

kegiatan olahraga dan senam lanjut usia (Ismawati, 2010).

Pada penelitian ini dapat kita ketahui bahwa ada hubungan anatara sikap

lansia dengan keaktifan lansia memanfaatkan posyandu lansia. Dikarenakan dari

hasil penelitian ini menunjukkan sikap negatif Lansia maka semakin jarang Lansia

tersebut memanfaatkan Posyandu dibandingkan dengan Lansia yang menunjukan

sikap positif. Lansia yang memiliki sikap negatif memiliki kecenderungan

tindakan untuk tidak memanfaatkan Posyandu. Hal ini dikarenakan Lansia belum

menjadikan Posyandu sebagai tempat pertama untuk memantau status kesehatan

lansia tersebut.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dan kendala dalam

penelitian (Nursalam, 2016).

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan dimana tidak bisa

mengumpulkan lansia dalam suatu tempat atau posyandu lansia. Jadi peneliti

melakukan penelitian dengan kunjungan dari pintu rumah satu ke pintu rumah

berikutnya.
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang berjudul “Hubungan antara Sikap Lansia dengan

Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan

Merakurak Kabupaten Tuban”, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar sikap lansia di posyandu sehat II Desa Tahulu Kecamatan

Merakurak Kabupaten Tuban Memiliki sikap negatif

2. Sebagian besar keaktifan lansia memanfaatkan posyandu sehat II di Desa

Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban tergolong tidak aktif.

3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap lansia dengan keaktifan lansia

memanfaatkan posyandu sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban Tahun 2020.

7.2 Saran

Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan mahasiswa kesehatan

perawat dan petugas kesehatan dalam pelayanan kesehatan di masyarakat

untuk aplikasi praktik keperawatan

2. Bagi Institusi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat memberikan gambaran tetang sikap lansia dan dapat

dijadikan pedoman untuk langkah-langkah yang tepat dalam pemberian

pendidikan kesehatan pada lansia.


81

3. Bagi Responden

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya kegiatan

posyandu lansia bagi kesehatan lansia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan untuk mengembangkan

pengetahuan tentang pelayan kesehatan lansia di masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Aplonia Amaral, Joko Wiyono, Erlisa Candawati. 2017. Analisis faktor kehadiran
Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Di Desa Pagersari Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang. Jurnal ilmiah keperawatan. Vol 2. No 2
Arikunto, Suharsimi. 2006 Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi VII. Jakarta. PT.Rineka Cipta
Azwar, S., 2012. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
pelajar
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur . Diakses 20 September 2019.
https://jatim.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html#subjekViewTab3
Badan Pusat Statistik Kabupaten tuban. Diakses 20 September 2019
https://tubankab.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html#subjekViewTab
BBPPKS Yogyakarta. (2009). Pos Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPS LU),
Model Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia Dalam Perspektif Pekerjaan
Sosial. Yogyakarta: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial Yogyakarta
Depkes, 2003, Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Petugas
Kesehatan. Jakarta: Direktorat kesehatan keluarga
Depkes RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan lanjut usia bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta
Depkes RI 2013. Data dan informasi: Kesehatan : Gambaran Kesehatan lanjut
usia di indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes 2016. Data dan informasi Kesehatan : Situasi Lanjut Usia Usia (Lansia)
Di Indonesia. Jakarata
Dewi, S.R. 2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Deepublish
Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik (Family nursing:
Theory and Practice). Edisi 3. Jakarta: EGC
Isnawati, S.Cahyo.2010. Posyandu dan Desa Siaga. Bantul : Nuha Medika.
Kemenkes RI.2012. Menuju Tua Sehat. Mandiri dan produktif. Jakarta
Kresnawati & Kartinah.2010. Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu di Desa Gonilan Kecamatan
Kartasura. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
83

Lilik ma’rifatul, Azizah. 2011, Keperawatan lanjut usia, Graha ilmu. Jogjakarta
Maryam, R.S., Ekasari,M.T., Rosidawati, Jubeidi,A., & Batubara,I. (2008),
Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba medika
Mindianata Putri. 2018. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat keaktifan
lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Jurnal Promkes. Vol 6. No 2
Nasrullah, Dede. Buku ajar keperawatan gerontik jilid 1. Jakarata: Trans info
media
Notoatmodjo. 2003. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku
manusia. Yogyakarta : Nuha medika
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan masyarakat : Ilmu dan seni. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo.S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo.S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Novy Ramini Harahap. 2019. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
posyandu lansia di wilayah kerja pueskesmas kambesko tahun 2018..
Gentle Birth. Vol 2. No 1
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi, Texis, Dan Instrument Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2016. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan . salemba Medika. Jakarta
Oskup, S., Schult, P.w.(2005). Attitude and Opinions 3rd Ed .London:Lowrence
Erlbaum associates Inc
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa Medika
Partini, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Pender, N. J,. Murdaugh, C. L, & Parsons, M. A. 2001. Health Promotion in
Nursing Practice. New Jersey: Pearson Education Inc
Purnama. 2010. Posyandu lansia. Diakses 18 september 2019
Http://purnama.wodpress.com.2010/12/23/posyandu-lansia/.
Ramirez, R. 2005. Participatory Learning and Communication Approaches For
Managing Prularism. London, Earthscan
Santoso, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok, Edisi Revisi cetakan ke III. Jakarta:
Bumi Aksara
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
84

Sukarmi M. 2004. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius


Sulistyorini, C.I., Pebriyanti, S., & Proverawati.A. 2010. Posyandu Desa siaga.
Yogyakarta : Medical Booki.
Syakira, Ghana. 2009. Konsep Kepatuhan.
http://syakirablogspot.com/2009/01/Konsep-Kepatuhan.html. Diakses
tanggal 20 November 2019
Purwanto. 2004. Teori & pengukuran pengetahuan sikapdan perilaku manusia.
Yogyakarta: Nuha medika
Viena Vicktoria Mengko, G. D. Kandou, R. G. A. Massie. 2015. Pemanfaata
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado.
JIKMU. Vol 5. No 2
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
HUBUNGAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA
MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II DI DESA TAHULU
KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

2019
Jadwal
No Agustus September Oktober November
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi
1.
Masalah
Survey
2.
Awal
Penyusunan
3.
BAB 1
Penyusunan
4.
BAB 2
Penyusunan
5.
BAB 3
2020
Jadwal
No Desember Januari Februari Maret April
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
6
BAB 4
Penyusunan
7.
Lampiran
Ujian
8.
Proposal
Revisi
9.
Proposal
2020
Jadwal
No Mei Juni Juli Juli Agustus
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengurusan
10 Surat Ijin
Penelitian
Pelaksanaan
11
penelitian
Tabulasi
12
Hasil
No Jadwal 2020
Kegiatan Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
13 Penyusunan
. BAB 5
14 Penyusunan
. BAB 6
15 Penyusunan
. BAB 7
16 Penyusunan
. Lampiran
17
Abstrak
.
18 Seminar
. Hasil
19 Ujian
. Skripsi

Lampiran 2
PERMOHONAN MEJADI RESPONDEN PENELTIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid
NIM : 16.09.2.149.036

Adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban, akan


mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Sikap Lansia dengan
Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban” penelitian ini bertujuan untuk
mengobservasi sikap lansia dengan keaktifan lansia memanfaatkan posyandu,
sehingga hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam mengembangkan
kajian ilmu keperawatan serta peran perawat.
Untuk itu saya harapkan saudara berkenan untuk berpartisipasi dalam
peneltian ini dengan bersedia mengisi kuisoner yang telah dipersiapkan, dengan
sejujur-jujurnya. Kerahasiaan ini tidak perlu mencatumkan nama dan alamat.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan saudara menandatangani persetujuan yang telah saya sediakan.
Partisipasi saudara menjadi responden dalam penelitian ini sangat saya hargai dan
sebelumnya saya sampaikan terima kasih.

Tuban, Maret 2020

Sulthon Aris Nurrohmad Wahid

Lampiran 3
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, maka saya

mengatakan bersedia menjadi responden dari penelitian saudara Sulthon Aris

Nurrohmad Wahid yang berjudul:

“Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia Memanfaatkan Posyandu

Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban”

Persetujuan ini saya buat dengan sadar tanpa paksaan dari siapapun. Demikian

pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Tuban, Maret ,2020

Responden
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9 : Sertifikat Uji Etik
Lampiran 10 :
Lampiran 11

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER SIKAP LANSIA

DI POSYANDU SEHAT II DESA TAHULU KECAMATAN

MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

NAMA :

UMUR :

JENIS KELAMIN :

Petunjuk dalam pengisian kuesioner:

1. Bacalah sertiap pertanyaan dengan seksama dan teliti.

2. Berilah tanda (√) pada jawaban yang dipilih sesuai diri anda sebenarnya.

3. Tiap satu pertanyaan di isi dengan satu jawaban.

4. Bila kurang dimengerti dapat ditanyakan.

Semua jawaban anda adalah benar, asalkan jawaban tersebut merupakan

pendapat anda sendri dan berdasarkan kenyataan yang anda alami. Setiap individu

berbeda karena itu kejujuran sangatlah diperlukan untuk menjawab pertanyaaan

ini.
Jawaban
No. Pernyataan Sangat
Sangat Ragu- Tidak
Setuju Tidak
Setuju Ragu Setuju
Setuju
Aspek Kognitif (Pengetahuan/keyakinan/pemikiran)
1. Posyandu lansia adalah
tempat pelayanan kesehatan
warga lanjut usia
2. Fungsi dari Posyandu lansia
adalah tempat untuk
mengontrol kesehatan lansia
3. Tujuan dari posyandu lansia
adalah meningkatkan derajat
kesehatan lansia
Aspek Afektif (Emosional/perasaan atau persepsi)
4. Saya merasa senang saat di
posyandu lansia
5. Saya merasa senang adanya
pemeriksaan kesehatan
setiap bulan
6. Saya merasa senang dengan
kegiatan yang diadakan
posyandu lansia
Aspek Konatif (Tindakan/perilaku)
7. Saya bersedia untuk
menghadiri posyandu lansia
setiap bulannya secara rutin
8. Saya mengikuti kegiatan
posyandu berupa cek
kesehatan
9. Saya mengikuti kegiatan
posyandu berupa
penyuluhan kesehatan
10. Saya mengajak keluarga
ikut serta dalam kegiatan
posyandu lansia
Lampiran 12
LEMBAR OBSERVASI
KEAKTIFAN LANSIA MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II
DI DESA TAHULU KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN
BULAN
NO NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Lampiran 13
HASIL TABULASI DATA UMUM

No.
Responde Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun)
n

1. Tn. S L 78 th
2. Tn. S L 77 th
3. Ny. S P 63 th
4. Tn. J L 67 th
5. Ny. A P 64 th
6. Ny. S P 87 th
7. Ny. L P 63 th
8. Ny. M P 71 th
9. Ny. W P 68 th
10. Ny. K P 61 th
11. Tn. T L 62 th
12. Ny. W P 69 th
13. Ny. R P 89 th
14. Ny. K P 75 th
15. Tn. S L 79 th
16. Ny. K P 64 th
17. Ny. K P 68 th
18. Ny. S P 68 th
19. Ny. D P 83 th
20. Ny. W P 69 th
21. Ny. K P 85 th
22. Tn. R L 64 th
23. Ny. L P 75 th
24. Ny. M P 74 th
25. Ny. S P 72 th
26. Tn. N L 73 th
27. Ny. W P 68 th
28. Tn. R L 68 th
29. Tn. P L 68 th
30. Ny. J P 64 th
31. Tn. T L 61 th
32. Ny. L P 61 th
33. Ny. M P 71 th
34. Ny. K P 71 th
35. Tn. W L 76 th
36. Ny. K P 68 th
37. Ny. R P 63 th
38. Ny. L P 65 th
39. Tn. S L 71 th
40. Ny. M P 83 th
41. Ny. M P 65 th
42. Tn. H L 76 th
43. Ny. S P 72 th
44. Ny. S P 68 th
45. Ny. D P 65 th
46. Ny. S P 70 th
47. Ny. S P 71 th
48. Ny. W P 62 th
49. Ny. S L 66 th
Lampiran 14

No. Kuesioner sikap lansia Total Kode


Resp. Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 Tn. S 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 34 2
2 Tn. S 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 24 2
3 Ny. S 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 13 1
4 Tn. J 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 18 1
5 Ny. A 2 2 1 2 3 2 1 2 1 2 18 1
6 Ny. S 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 28 2
7 Ny. L 2 2 1 1 2 0 1 2 2 1 14 1
8 Ny. M 2 1 2 3 2 3 0 3 2 2 20 1
9 Ny. W 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2 18 1
10 Ny. K 2 2 2 1 3 3 2 2 1 0 18 1
11 Tn. T 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 18 2
12 Ny. W 2 2 2 1 3 2 1 1 2 1 17 1
13 Ny. R 2 4 2 3 3 3 2 3 2 4 26 2
14 Ny. K 3 3 2 3 3 2 4 3 3 4 30 2
15 Tn. S 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 29 2
16 Ny. K 2 3 2 1 2 2 1 2 0 2 17 1
17 Ny. K 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 32 2
18 Ny. S 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 32 2
19 Ny. D 3 2 1 2 1 0 2 2 2 2 17 1
20 Ny. W 3 4 3 3 3 3 4 2 4 3 32 2
21 Ny. K 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 17 1
22 Tn. R 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19 1
23 Ny. L 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 15 1
24 Ny. M 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 20 1
25 Ny. S 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 15 1
26 Tn. N 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 36 2
27 Ny. W 3 2 3 2 4 4 3 3 3 4 30 2
28 Tn. R 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 34 2
29 Tn. P 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1
30 Ny. J 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 17 1
31 Tn. T 2 2 2 3 1 1 2 2 2 1 19 1
32 Ny. L 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 17 1
33 Ny. M 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 34 2
34 Ny. K 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 18 1
35 Tn. W 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 17 1
36 Ny. K 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 17 1
37 Ny. R 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 18 2
38 Ny. L 2 3 2 2 2 3 2 2 1 1 20 1
39 Tn. S 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 35 2
40 Ny. M 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 1
41 Ny. M 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 14 1
42 Tn. H 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 33 2
43 Ny. S 4 4 3 3 4 3 4 2 3 3 33 2
44 Ny. S 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 16 1
45 Ny. D 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 34 2
46 Ny. S 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 19 1
47 Ny. S 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 35 2
48 Ny. W 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 19 1
49 Ny. S 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 18 1
Lampiran 15

HASIL TABULASI LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN LANSIA DALAM MEMANFAATKAN POSYANDU SEHAT II
DI DESA TAHULU KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN
TAHUN 2020
No Nama Bulan Skor Lansia Mengikuti Kode
Resp Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Aktif Tidak Aktif
0
1. Tn. S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 √ 2
2. Tn. S √ √ √ √ √ √ √ √ 7 √ 1
3. Ny. S √ √ √ √ √ 5 √ 1
4. Tn. J √ √ 2 √ 1
5. Ny. A √ √ √ √ 4 √ 1
6. Ny. S √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
7. Ny. L √ √ √ √ √ 5 √ 1
8. Ny. M √ √ 2 √ 1
9. Ny. W √ √ √ √ √ 5 √ 1
10. Ny. K √ √ √ √ √ 5 √ 1
11. Tn. T √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 √ 2
12. Ny. W √ √ √ 3 √ 1
13. Ny. R √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 √ 2
14. Ny. K √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
15. Tn. S √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
16. Ny. K √ √ √ √ √ √ √ 7 √ 1
17. Ny. K √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
18. Ny. S √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
19 Ny. D √ √ √ √ √ 5 √ 1
20. Ny. W √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
21. Ny. K √ √ √ √ √ √ 6 √ 1
22. Tn. R √ √ √ √ √ 5 √ 1
23. Ny. L √ √ √ √ 4 √ 1
24. Ny. M √ √ 2 √ 1
25. Ny. S √ √ √ √ 4 √ 1
26. Tn. N √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 √ 2
27. Ny. W √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
28. Tn. R √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
29. Tn. P √ 1 √ 1
30. Ny. J √ √ √ √ 4 √ 1
31. Tn. T √ √ √ 3 √ 1
32. Ny. L √ √ √ √ 4 √ 1
33. Ny. M √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
34. Ny. K √ √ √ 3 √ 1
35. Tn. W √ √ 2 √ 1
36. Ny. K √ √ 2 √ 1
37. Ny. R √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
38. Ny. L √ 1 √ 1
39. Tn. S √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
40. Ny. M √ √ √ 3 √ 1
41. Ny. M √ √ √ 3 √ 1
42. Tn. H √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
43. Ny. S √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
44. Ny. S √ √ √ 3 √ 1
45. Ny. D √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
46. Ny. S √ √ 2 √ 1
47. Ny. S √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ 2
48. Ny. W √ √ √ 3 √ 1
49. Ny. S √ √ 2 √ 1

Keterangan Bulan :

Bulan 1 : Bulan Maret 2019 Bulan 7 : Bulan September 2019


Bulan 2 : Bulan April 2019 Bulan 8 : Bulan Oktober 2019
Bulan 3 : Bulan Mei 2019 Bulan 9 : Bulan November 2019
Bulan 4 : Bulan Juni 2019 Bulan 10 : Bulan Desember 2019
Bulan 5 : Bulan Juli 2019 Bulan 11 : Bulan Januari 2020
Bulan 6 : Bulan Agustus 2019 Bulan 12 : Bulan Februai 2020

Keterangan Lansia Memanfaatkan Posyandu :


1. Kode 1: Tidak aktif, bila lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia kurang dari 8x dalam satu tahun
2. Kode 2: aktif, bila lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia minimal 8x dalam satu tahun
Lampiran 16
HASIL UJI STATISTIK

DATA UMUM

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

60-74 37 75.5 75.5 75.5

Valid 75-90 12 24.5 24.5 100.0

Total 49 100.0 100.0

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 14 28.6 28.6 28.6

Valid Perempuan 35 71.4 71.4 100.0

Total 49 100.0 100.0


DATA KHUSUS

sikap_lansia

Observed N Expected N Residual

Negatif 29 24.5 4.5

Positif 20 24.5 -4.5

Total 49

keaktifan_lansia

Observed N Expected N Residual

Tidak Aktif 30 24.5 5.5

Aktif 19 24.5 -5.5

Total 49

Test Statistics

sikap_lansia keaktifan_lansia

Chi-Square 1.653a 2.469a

df 1 1

Asymp. Sig. .199 .116


CROSSTABE

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sikap_lansia *
49 100.0% 0 0.0% 49 100.0%
keaktifan_lansia

sikap_lansia * keaktifan_lansia Crosstabulation

Count

keaktifan_lansia Total

Tidak Aktif Aktif

Negatif 29 0 29
sikap_lansia
Positif 1 19 20

Total 30 19 49

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 44.998a 1 .000

Continuity Correctionb 41.086 1 .000

Likelihood Ratio 57.497 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 44.080 1 .000

N of Valid Cases 49
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.76.

b. Computed only for a 2x2 table


Lampiran 17

DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 18

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid


NIM : 16.09.2.149.036
Judul : Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia
Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban.
Pembimbing : Karyo, S.Kep., Ns., MM., M.Kep.

No. Tanggal Masukan Pembimbing Tanda Tangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Lampiran 19

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Sulthon Aris Nurrohmad Wahid


NIM : 16.09.2.149.036
Judul : Hubungan Sikap Lansia dengan Keaktifan Lansia
Memanfaatkan Posyandu Sehat II di Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban.
Pembimbing : Mokhamad Nurhadi, S.Kep., Ns., MM.

No. Tanggal Masukan Pembimbing Tanda Tangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Anda mungkin juga menyukai