Anda di halaman 1dari 58

SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN


PENANGANAN PASIEN KEGAWATDARURATAN DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD DR. CHASAN
BASOERI KOTA TERNATE

Oleh :
NURSAFAAT SY. HASAN
1601057

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2020

1
SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN


PENANGANAN PASIEN KEGAWATDARURATAN DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD DR. CHASAN
BASOERI KOTA TERNATE

Diajukan Untuk Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah manado

OLEH

NURSAFAAT SY. HASAN

NIRM 1601057

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO

2020

2
PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENANGANAN


PASIEN KEGAWATDARURATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD DR. CHASAN BASOERI KOTA TERNATE

Diajukan oleh :

NURSAFAAT SY. HASAN

1601057

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Ns. Rahmat Hidayat Djalil S.Kep M.Kes CWCCA

Pembimbing II

Ns. Helly Katuuk S.Kep M.Kep


NIDN. 0914058901

3
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Nursafaat Sy. Hasan

Nirm : 1601057

Program Studi : Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado

Judul Skripsi : Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Penanganan

Pasien Kegawat Daruratan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.H Chasan

Basoeri Kota Ternate

Menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah di anjurkan untuk

akademik Sarjana baik STIKES Muhammadiyah Manado maupum di perguruan

tinggi lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di

tulis atau di publikasih orang lain,kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

dalam daftar rujukan

Apabila dikemudian hari dari pihak lain maka akan menjadi pengelola Program

Studi Ners Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado

berlaku,termasuk pencabutan gelar Sarjana yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan

dari pihak 21 manapun

Manado, Maret 2020

4
CURRICULLUM VITAE

A. Identitas Pribadi

Nama : Nursafaat Sy. Hasan

Nirm : 1601057

TTL : Tidore, 30 Mei 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak : Anak Tunggal

Alamat : Jln Samratulangi 18, Lorong Pencak

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Ake Talaga Oba Tidore Kepulauan Tahun Lulus 2010

2. SMP Negeri 1 Tidore Kepulauan Tahun Lulus 2013

3. SMK Negeri 1 Tidore Kepulauan Tahun Lulus 2016

4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado Tahun

Masuk 2016 Sampai Sekarang

5
KATA PENGANTAR
BISSMILLAH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan judul : “Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan
Penanganan Pasien Kegawat Daruratan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
Chasan Basoeri Kota Ternate”

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar umat
Islam Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya yang telah
memperjuangkan dinul Islam dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat banyak bimbingan,


bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Agust A. Laya, S.KM., M.Kes. selaku ketua STIKES Muhammadiyah


Manado sekaligus dosen pengajar telah memberikan banyak ilmu dalam
perkulihan.

2. Ns. Suwandi Luneto, S.Kep., M.Kes., CWCCA selaku wakil Ketua I


Bidang Akademik, di STIKES Muhammadiyah Manado, sekaligus sebagai
penguji I yang telah memberikan saran dan dukungan sehingga penelitian ini
berjalan dengan baik.

3. Ns. Hj Zainar Kasim, S.Kep., M.Kes., selaku ketua II Bidang Keuangan


dan Aset di STIKES Muhammadiyah Manado, yang telah memberikan masukan
dan saran serta dukungan sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

4. I Made Rantiasa, S.Kp., M.Kes., selaku wakil Ketua III Bidang


Administrasi dan SDM di STIKES Muhammadiyah Manado,sekaligus penguji II
yang telah membimbing dan memberikan motivasi agar giat dalam belajar dan
memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6
5. Rizal Arsyad, S.Ag., M.A selaku wakil ketua IV di Bidang
Kemahasiswaan, Al-Islam dan Kemuhamadiyaan Serta Kerja Sama, di STIKES
Muhammadiyah Manado, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama
penulis mengikuti pendidikan.

6. Ns. Hj Silvia D. Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep selaku ketua Program Studi
S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado yang selalu memberikan
semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ns.Rahmat Hidayat Djalil, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang


telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penyusuan skripsi ini

8. Ns. Helly Katuuk, S.Kep., M.Kep dosen pengajar yang telah memberikan
motivasi dan ilmu selama di bangku perkulihan dan sekaligus pembimbing II
yang dengan sabar memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh staf dosen program studi S1 Keperawatan yang telah memberikan


bekal ilmu, keterampilan serta bimbingan selama penulis menempuh pendidikan
program studi S1 keperawatan.

10. dr. Syamsul Bahri Ms.Hi.Idris, Sp.OG.,SH.,M.MKes selaku derektur


utama RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate yang telah memberi izin kepada
peniliti untuk melakukan penelitian.

11. Ns. Muhammad Jumrah S.Kep selaku kepala seksi keperawatan RSUD
Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate yang suda banyak membantu penulis dalam
pengambilan data dalam skripsi ini.

12. Teristimewah dan yang tercinta ibunda Hadiat Mahmud dan ayahanda
Drs. Syarif Hasan yang telah memberi motivasi, dukungan dan bekerja keras
membiayai kuliah saya serta doa dan nasehat-nasehat sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan semangat.

13. Terimkasih kapada orang spesial Ikra Usman S.Ars yang telah menemani
dan mendukung saya dari awal kuliah sampai sekarang proses pengerjaan skripsi
ini.

7
14. Terimakasih kepada Keluarga di Perantauan Fomakati Manado dan
sahabat-sahabat tercinta saya, Unus, indah, sarti, jihat, ita wulan yang selalu
memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini

15. Terimakasih kepada responden yang telah meluangkan waktu dalam


penelitian

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan,
maka berpegang dari itu, kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini tetap penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat
dan dapat menambah referensi pembaca.

Manado, Maret 2021

Nursafaat Sy. Hasan

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gawat darurat adalah kondisi klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis

segera, guna penyelamatan nyawa dan pencegahan lebih lanjut. Gawat artinya

mengancam nyawa sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan tindakan

dengan segera untuk menyelamatkan nyawa pasien. Sehingga tidak terjadi

kecacatan atau kematian pada pasien. Karakteristik pasien IGD tidak hanya

terjadi akibat lalu lintas jalan raya tapi juga dalam lingkup keluarga seperti

terserang penyakit jantung, tersedak, dan di gigit ular. Kondisi seperti ini

membutuhkan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian

korban (Hutabarat & putra, 2016)

instalasi gawat darurat adalah unit sebuah rumah sakit di mana IGD mempunyai

tim kerja dengan kemampuan dan peralatan khusus untuk memberikan

penanganan kepada penyakit akut, parah, mendesak atau cedera sehingga dapat

mengurangi resiko kematian atau cacat. Pada tahun 2015 data kunjungan pasien

ke IGD di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 jiwa (13,3% dari total seluruh

kunjungan rumah sakit umum) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan

IGD berasal dari rujukan rumah sakit umum 1.033 rumah sakit umum dari 1.319

rumah sakit yang ada sedangkan tahun 2016 jumlah kunjungan di IGD sebanyak

11.650.239 jiwa (13,17% dari jumlah total kunjungan) jumlah yang signifikan ini

memerlukan perhatian dan penganan yang lebih di IGD (Kementrian Kesehatam

2016)

9
Pada tahun 2020 selama 3 bulan terakhir di RSUD Dr.H Chasan Basoeri kota

ternate data kunjungan pasien ke IGD sebanyak 1260 pasien. Jumlah ini

merupakan pasien rujukan dan pasien yang datang langsung ke IGD. ( kesehatan

2016)

Penganan pasien gawat darurat adalah penangan yang memerlukan pertolongan

segera cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian, penangan pasien gawat

darurat memegang peranan yang sangat penting bahwa waktu adalah nyawa.

Penanganan pasien gawat darurat adalah penanganan yang bersifat emergency

sehingga di wajibkan untuk melayani pasien 24 jam sehari secara terus menerus

sehingga perawat yang bekerja di IGD memiliki beban kerja yang lebih tinggi di

bandingkan di ruangan lain. IGD merupakan tempat pertama yang di kunjungi

oleh pasien dengan berbagai macam keluhan dan tingkat keparahan penyakit

yang di alami pasien sehingga perawat yang bekerja di IGD memiliki beban kerja

dan tanggung jawab besar untuk memberikan penanganan terbaik (Dhalam Dini,

2013)

Beban kerja perawat adalah volume waktu kerja di IGD dengan berbagai jenis

pasien dan penyakit serta meningkatnya jumlah pasien dalam waktu yang tak di

tentukan, sehingga menyebabkan tekanan waktu dalam membuat keputusan yang

cepat dan tetap untuk melakukan tindakan terhadap pasien serta harus

menghadapi keluarga pasien yang panik dengan jumlah beban yang di hadapi

menjadikan perawat merasa tegang sehingga menurunnya kondisi kesehatan

perawat sehingga berdampak pada pekerjaan. Beban kerja adalah kemampuan

pekerja dengan tuntutan pekerja yang harus di hadapi, Mengingat kerja manusia

bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembedaan

10
yang beda-beda. Tingkat perbedaan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian

energi yang berlebihan dan terjadi sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu

rendah memungkinkakan rasa bosan dan kejenuhan (Saefullah,2017)

Hasil penelitian World Health Organization (WHO) tahun 2011 menyatakan

bahwa beberapa negara asia tenggara termasuk Indonesia di temukan fakta bahwa

perawat yang bekerja di rumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan

masih mengalami kekurangan jumlah perawat. Hal ini di sebabkan karna peran

perawat belum di defenisikan dengan baik, keterampilan perawat masih kurang

dan kebanyakan perawat di bebani tugas-tugas non keperawatan. Perawat yang di

beri beban kerja berlebihan dapat berdampak kepada penurunan tingkat kes

ehatan, motivasi kerja, kualitas pelayanan keperawatan dan kegagalan melakukan

tindakan pertolongan kepada pasien.

Menurut (Sahrul Said & Andi Mappanganro 2018) dalam hasil penelitian tersebut

mereka membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara “beban

kerja perawat dengan respon time perawat” berdasarkan hasil analisa statistik

dengan menggunakan uji Fisher’s Exact di peroleh nilai ρ = 0.673, dimana nilai ρ

lebih besar dari nilai α = 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti, tertarik mengambil

penelitian dengan judul “hubungan beban kerja perawat dengan

penanganan pasien kegawatdaruratan di RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota

Ternate”.

11
B. Rumusan Masalah

Ada hubungan beban kerja perawat dengan penanganan pasien kegawatdaruratan

di instalasi gawat darurat RSUD Dr. Chasan Basoeri kota ternate

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan pengetahuan beban kerja perawat dengan penanganan pasien

kegawatdaruratan di instalasi gawat darurat RSUD Dr.Chasan Basoeri kota

ternate

2. Tujuan Khusus

a) Diidentifikasi karakteristik responden hubungan beban kerja perawat di

instalasi gawat darurat RSUD Dr.Chasan Basoeri kota ternate

b) Diidentifikasi pengetahuan perawat tentang penanganan pasien

kegawatdaruratan di instalasi gawat darurat RSUD Dr. Chasan Basoeri

kota ternate

c) Diidentifikasi tindakan perawat tentang penanganan pasien

kegawatdaruratan di instalasi gawat darurat RSUD Dr. Chasan Basoeri

kota ternate

d) Diianalisa hubungan dengan beban kerja perawat dalam penanganan

pasien kegawatdaruratan di instalasi gawat darurat RSUD Dr. Chasan

Basoeri Kota Ternate.

12
D. Manfaat Penelitian

1.Teoritis

Dari hasil penelitian ini bisa di gunakan untuk mengetahui hubungan antara beban

kerja perawat dengan penanganan pasien kegawatdaruratan di RSUD Dr. Chasan

Basoeri Kota Ternate.

2. Praktisi

a. Manfaat bagi Instansi Pendidikan

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan sekaligus

menjadi informasi untuk mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Manado ataupun menjadi bahan informasi untuk untuk

mengembangkan penulisan skripsi selanjutnya.

b. Manfaat bagi Tempat Peneliti

peneliti ini di harapkan sebagai gambaran yang di manfaatkan oleh perawat

terutama dalam tindakan penanganan pasien kegawatdaruratan.

c. Manfaat bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi responden dan

menambah ilmu pengetahuan tentang beban kerja perawat dan penaganan pasien

kegawatdaruratan di instalasi gawat darurat.

13
d. Manfaat untuk tempat Penilitian

penelitian ini di harapkan sebagai gambaran yang di dapat di manfaatkan oleh

perawat terutama Beban Kerja Perawat Dengan Penangan Pasien

Kegawatdaruratan.

e. Manfaat untuk Peneliti selanjutnya

dapat dijadikan data dasar, tambahan informasi dan acuan bagi peneliti

selanjutnya untukdi lakukan penelitian yang berhubungan antara Beban Kerja

Perawat dengan Penanganan Pasien Kegawatdaruratan.

14
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Beban Kerja

1. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang di lakukan oleh

seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan, Workload

atau beban kerja diartikan sebagai patiens days yang merujuk pada jumlah

prosedur, pemeriksaan kunjungan visite pada klien. Hasil penelitian tentang beban

kerja di pelayanan intensve norwegia didaptkan bahwa score aktifitas perawat 75-

95% per perawat (stafseth, 2011)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Gilies (Trihastuti,2016) faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

adalah:

a. Jumlah pasien yang di rawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut.

b. Kondisi penyaki atau tingkat ketergantungan pasien.

c. Rata-rata hari perawatan pasien (AvLOS).

d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung.

e. Frekwensi tindakan perawatan yang di butuhkan.

f. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung.

Pendapat lain dari sunyoto (trihastuti, 2016) faktor-faktor yang

berpengaruh pada beban kerja adalah:

15
1. Faktor internal,pengaruh dari tubuh sendiri terdiri dari faktor biologis

seperti umur, jenis kelamin, berat dan tinggi badan, status gizi, kesehatan

diri, serta faktor psikologis seperti presepsi, motivasi, kepercayaan,

keputusan serta keinginan.

2. Faktor eksternal yakni faktor semua faktor biologis pekerjaan pegawai

yaitu: keinginan di institusi kerja, tugas pokok dan fungsi perawat, kondisi

lingkungan kerja dan sarana kerja.

3. Jenis Beban Kerja

Beban kerja meliputi dua jenis, sebagaimana di kemukakan oleh

Munandar (Trihastuti, 2016) ada dua jenis beban kerja yaitu:

1. Beban kerja kuantitatif meliputi:

a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam

kerja

b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus di

selesaikan

c. Kontak langsung perawat, pasien secara terus menerus selama jam

kerja

d. Rasio perawat dan pasien

2. Beban Kerja Kualitatif Meliputi:

a. Pengetahuan dan keterampilan yang di miliki perawat tidak mampu

mengeimbangi sulinya pekerjaan di rumah sakit.

b. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas.

16
c. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.

d. Setiap saat di hadapkan dengan pengambilan keputusan yang tepat.

e. Tugas memberikan obat secara intensif

f. Menghadapai pasien dengan keadaan tidak berdaya, koma dengan

kondisi terminal.

g. tanggunng jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan

4. Aspek-aspek Beban Kerja

Menurut susisusanti (Trihastuti,2016) membagi beban kerja dalam dua

sudut pandang, yaitu secara subjektif, di mana meliputi: beban fisik,

sosial,beban mental dan objektif, dimana meliputi : keadaan nyata di

lapangan secara objektif di lihat dari keseluruhan waktu yang di pakai

atau jumlah aktivitas yang di lakukan. Kegiatan-kegiatan perawat

meliputi kegiatan produktif langsung maupun tidak langsung dan non

produktif.

a. Kegiatan produktif langsung

Meliputi : menerima pasien baru, melakukan anamnese, mengukur

TTV, observasi pasien, memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

serta nutrisi, memenuhi kebutuhan eliminasi urin dan BAB,

memenuhi kebutuhan oksigen, melakukan nebulizing, mengoplas

obat, memberikan terapi injeksi, memberikan terapi peroral,

memenuhi kebutuhan rasa aman nyaman, membantu mobilisasi

pasien, memperbaiki posisi pasien, mengganti alat tenun pasien,

melakukan personal dan oral hygien, merawat luka, melakukan

17
genetalia hygien pasien, memasang infus dan melepas infus,

memasang dan melepas kateter, mengukur urine, memasang dan

melepas NGT, mengganti cairan infus, memasang syrung pump,

memberi kompres hangat, pendidikan kesehatan, menyiapkan

spesimen lab, memberikan enema, melakukan pemeriksaan GDA,

melakukan pemasangann EKG, melakukan informed consent,

mengantar pasien pindah ruangan, menjemput pasien dari ICU,

mengantar pasien untuk pemeriksaan rotgen, USG dan lain-lain,

pemenuhan spritual pasien, melakukan resusitasi, merawat

jenazah.

b. Kegiatan produktif tidak langsung

Meliputi : pendokumentasian askep, laporan dokter,

telekomumikasi dengan ruangan lain, pendataan pasien baru,

timbang terima pasien, persiapan dan sterilisasi alat, melakukan

inventaris alat kesehatan, membuat invetaris dan sterilisasi obat,

mengantar visite dokter, memasukan alat ke satus pasien yang

akan pulang, mengantar resep ke kamar oba,melakukan discharge

planning, melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain,

melakukan kewaspadaan universal precaution, memeriksa

kelengkapan status pasien, mengirim bahan pemeriksaan ke

laboratorium, menyiapkan pemasangan infus, menyiapkan

perawatan luka, menyiapkan pasang NGT, membimbing

mahasiswa praktek, berdiskusi tentang status pasien, melakukan

verifikasi pemakaian alat.

18
c. Kegiatan non produktif

Meliputi : datang, absensi, makan dan minum, mengobrol, main

HP/telepon (Dhini)pribadi, berganti pakaian dan berhias, shalat,

toeleting, diam di nurse station.

5. Dampak Beban Kerja Perawat

Menurut (Dhalam putra & Trihastanti, 2016) dampak beban kerja adalah

keadaan ketika perawat di hadapkan pada tugas yang harus di selesaikan

tepat waktu tatapi memiliki waktu yang sangat sedikit dan di haruskan

bekerja dengan cepat, tepat dan cermat sehingga berdampak pada diri

sendiri.yaitu Mudah sters sehinga tidak bekerja secara maksimal, Sistem

imun pekerja menurun sehingga tubuh mudah di gerogoti penyakit,

Kesulitan menggendalikan amarah, Menurunnya tingkat keinginan dalam

kerja Perawat, tidak konsentrasi melakukan suatu tindakan atau

penanganan yang dapat bersifat fatal pada pasien, dan Mudah merasa bosan

dengan tindakan atau pekerjaan yang di lakukan.

6. Penyebab Beban Kerja

Penyebab terjadinya beban kerja adalah suatu tindakan atau

tuntutan tugas kerja di berikan oleh pimpinan kepada seorang pegawai

yang harus di selesaikan dalam jangka waktu telah di tentukan. Beban

kerja merupakan sesuatu yang dirasakan berada di luar kemampuan

pekerja untuk melakukan pekerjaannya. Berikut beberapa hal penyebab

terjadinya beban kerja :

a. Waktu yang terdesak atau terbatas

b. Pekerjaan yang berlebihan

19
c. Konflik dengan teman sejawat atau teman kelompok

d. Tuntutan dari atasan

e. Kurang tepat pemberian kewenangan sesuai dengan tanggung

jawab yang di berikan

f. Kerja yang di berikan tidak sesuai profesi.

B. Konsep Instalasi Gawat Darurat

1. Pengertian Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan

pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan

darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. IGD memiliki peran

sebagai gerbang utama masuknya penderita gawat darurat (Ali, 2014). Pelayanan

pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu

cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pelayanan ini

bersifat penting sehingga diwajibkan untuk melayani pasien 24 jam sehari sehari

secara terus menerus. IGD merupakan tempat pertama yang di kunjungi oleh

pasien dengan berbagai macam keluhan dan tingkat keparahan penyakit yang di

alami pasien. Perawat yang bekerja di IGD memiliki tanggung jawab besar untuk

memberikan pelayanan terbaik ( Dhini, 2013).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit rumah sakit yang memberikan

perawatan pertama kepada pasien. Unit ini di pimpin oleh seorang dokter jaga

dengan tenaga dokter ahli dan berpengalaman dalam menangani PGD (Pelayanan

Gawat Darurat), yang kemudian bila di butuhkan akan merujuk pasien ke dokter

spesialis tertentu (hidayati, 2004). Instalasi Gawat Darurat menyediakan

20
penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit atau cedera yang mengancam

jiwa dan kelangsungan hidupnya. Adapun tugas Instalasi Gawat Darurat adalah

menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta

pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan kondisi Gawat

Darurat. Menurut Depkes R.I (2006), petugas tim kesehatan di Instalasi Gawat

Darurat terdiri dari dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah mendapat

pelatihan penagangan Kegawatdaruratan yang di bantu oleh perwakilan unit-unit

lain yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat.

1. Pelayanan pasien IGD

Pelayanan pasien di IGD merupakan kunci awal pelayanan petugas

kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya di

lihat dari sikap yang ramah, sopan dan tertib dan penuh tanggung jawab

(Depkes R.I 2006). Pasien yang datang berobat di IGD jumlahnya lebih

banyak dan silih berganti setiap hari. di IGD perawat merupakan tim

kesehatan garis terdepan yang menghadapi masalah klien selama 24 jam

secara terus menerus (Lestari dan Retno, 2010). Kondisi ini dapat

menimbulkan kejenuhan dan beban kerja perawat yang tinggi dapat

mengakibatkan penurunan kerja perawat. Ada beberapa pembagian

penanganan dan kriteria pasien dalam kondisi kegawatdaruratan di IGD

yaitu:

a. Prioritas I (label merah): emergency

Pada prioritas I yaitu pasien dengan kondisi kegawat daruratan

yang mengancam nyawa atau fungsi vital dengan penanganan dan

21
pemindahan bersifat segera antara lain: gangguan pernapasan,

gangguan jantung dan gangguan kejiwaan yang serius.

a. Prioritas II (label kuning): urgent

Pada prioritas II yaitu dalam kondisi darurat yang perlu di evaluasi

secara menyeluruh dan di tangani oleh dokter untuk stabilisasi,

diagnosa dan terapi defenitif, potensial mengancam jiwa/ fungsi

vital bila tidak segera di tangani dalam waktu singkat penangan

dan pemindahan bersifat jangan terlambat, antara lain: pasien

dengan resiko syok, fraktur multiple, fraktur femure/pelvis, luka

bakar luas, gangguan kesadaran atau trauma kepala.

b. Prioritas III (label hijau): Non emergency

Pada prioritas III yaitu pasien gawat darurat (false emergrncy)

tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan segera.

c. Prioritas IV (label hitam): death, pasien datang dalam keadaan

sudah meninggal.

Pengetahuan tindakan medis secara umum dalam undang-undang

No.36 tahun 2009 tentang kesehatan dapat di lihat dalam pasal 63

ayat (4) di nyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan perawatan

berdasarkan ilmu kedokteran dan keperawatan hanya dapat di

lakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan. Dalam pelayanan kegawatdaruratan, Depkes RI

(2006), menyebutkan bahwa perawat gawat darurat mempunyai

peran dan fungsi independen yang merupakan fungsi mandiri yang

berkaitan dengan pemberian asuhan (care), fungsi dependen

22
merupakan fungsi yang di delegasikan sepenuhnya atau sebagian

dari profesi lain, dan fungsi kolaboratif, yaitu melakukan

kerjasama saling membantu dalam program kesehatan (perawat

sebegai anggota tim kesehatan).

2.Alur Penangan Pasien di IGD

Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan

pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang di

tetapkan oleh Prabowo (dalam Wihamda , 2011). Alur penangan pasien di IGD

yaitu perawat menerima pasien, kemudian mencatat identitas lengkap dan jelas

dan informed concernt perawat melakukan anamnesa (auto dan hatero anamnesa),

perawat melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS), TTV (tekanan

darah, resprasi, nadi, suhu) dan pemeriksaan fisik awal, pengelompokan pasien

dan diagnosa awal, seperti gawat darurat: memerlukan tindakan segera yang

mengancam jiw, gawat non darurat: tidak urgent tindakan segera dan tidak

mengancam jiwa. Non gawat dan non darurat boleh di beri terapi simptomatis

(berdasarkan gejala). Gawat darurat dan gawat non darurat, perawat menghubungi

dokter jaga pada hari tersebut dan melaporkan kondisi terakhir pasien dan boleh

melakukan tindakan awal atau pertolongan pertama/ Basic Live Support (BLS)

meliputi: air way, jaw trust, chin lift dan hiperekstensi, kemudian membersikan

jalan napas dari sumbatan (sekret dan benda asing), memeriksa breathing dengan

memasang oksigen, dan memeriksa circulation serta monitor pengeluaran urine.

Kegawatdaruratan merupakan keadaan yang mengancam jiwa untuk itu di

perlukan peawat yang kompeten sebagai praktisi, juga harus meningkatkan

23
kemampuan yang terkait dengan peran, harus mengerti karakteristik pelayanan

keperawatan yang tepat, cermat dan cepat, serta mengrti tugas cara bersikap dan

cara berkomunikasi dengan baik dalam kondisi emergency. Makin luas lingkup

tanggung jawab yang di diemban perawat perawat pada pelayanan gawat darurat,

makin banyak beban kerja dan peran yang harus di lakukkan.

3.Dampak Tidak Melakukan Penanganan Pasien IGD

Instalasi gawat darurat (IGD) adalah unit yang memberikan pelayanan di rumah

sakit dan memberikan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit atau

cidera dan membutuhkan pelayanan gawat darurat (Austasian, 2015). IGD

memiliki tujuan utama diantaranya adalah menerima, melakukan triage,

menstabilisasi dan memberikan pelayanan kesehatan termasuk pasien yang

membutuhan resustasi dan kegawat darurat terntentu, jika perawat atau dokter di

tempat tersebut tidak melakukan tindakan atau penanganan dengan suatu alasan

tertentu akan berdampak pada pasien yang menyebabkan kecacatan, penurunan

kesadaran (Stupor) hingga kematian.

A. Teori Keterkaitan Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Penangan

Pasien Kegawatdaruratan

Beban kerja merupakan suatu pekerjaan yang dirasakan berada di luar

kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaannya, perawat menyatakan beban

kerja sangat berat karna penangan tidak sesuai tugas dan fungsi perawat, tanggung

jawab perawat sangatlah besar dan tingginya beban kerja dalam praktik

keperawatan berpengaruh pada perilaku perawat (Demur, 2016)

24
Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan yang komperhensif di berikan

kepada pasien injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan (Krisyanti, 2014)

Penangan pasien gawat darurat adalah penangangan yang memerlukan

pertolongan segera yaitu cepat untuk mencegah kematian dan kecacatan atau

penangan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat penting bahwa

waktu adalah nyawa (Sondakh dkk, 2017)

Instalasi Gawat Darurat merupakan gerbang utama penanganan kasus gawat

darurat di rumah sakit yang memegang

kelangsungan hidup pasien penangan gawat darurat dalam memerlukan

pertolongan pertama dengan penanganan segera yaitu cepat, untuk menentukan

kegawatdaruratan pasien untuk mencegah kecacatan dan kematian (Mahyawati,

2015). IGD memiliki peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup pasien, di

mana IGD rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan

keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang

dating dengan gawat darurat medis (Wahyu, 2015).

B. Penelitian Terkait

1. Hubungan beban kerja perawat dan waktu tanggap penanganan

keperawatan gawat darurat di IGD RSUD Kabupaten Sorong. Penelitian

ini di lakukan oleh Paulus Ronaldo, lucky t kumaat, franly onibala pada

tahun 2016 dengan menggunakan metode cross sectional dan cara

pengambilan sampel menggunakan random sampling dengan jumlah

sampling 50 responden. Menggunakan uji statistic Chi - square untuk

melihat ada tidaknya hubungan variable bebas dan variable terikat dengan

25
tingkat kemaknaan (40%) α = 0.05 hal ini menjelaskan bahwa ada

hubungan antara beban kerja perawat dan waktu tanggap penanganan

keperawatan gawat darurat di IGD Kabupaten sorong.

2. Hubungan faktor-faktor eksternal dengan respon time perawat dalam

penangan pasien kegawatdaruratan di RSUP.DR.R.D. Kandou Manado

penelitian ini dilakukan oleh rima, mulyadi, reginus malara pada tahun

2015 dengan menggunakan metode metode cross sectional, teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, 40 responden

menggunakan uji statistic chi – square dengan skor signifikan

menunjukan p<0,05 (p=0,000), kesimpulan ini menunjukan bahwa tidak

ada hubungan beban kerja dengan respon time perawat.

3. Hubungan kegawatdaruratan pasien dengan waktu tanggap perawat di

IGD RSUD Muhammadiyah Yogyakarta di lakukan oleh mahyawati &

wirdayanti pada tahun 2015 dengan desain penelitian menggunakan

metode deskriptif analitik, pendekatan cross sectional dengan 55

responden, di lakukan analisa data menggunakan uji Chi - square antara

kegawadaruratan pasien dengan waktu tanggap perawat di peroleh nilai

sig.(2-sided) dengan hasil 0,037 < 0,05 jadi, P value < 0,05 menunjukan

adanya hubungan antara kegawatdaruratan pasien dengan waktu tanggap

perawat.

26
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka kerangka kerja pada penelitian ini adalah

membahas ketergantungan antar variabel atau visualisasi hubungan yang

berkaitan atau di anggap perlu antara satu konsep dengan konsep lainnya atau

variabel satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal

yang sedang atau akan di teliti (Notoadmojo, 2014). Berdasarkan landasan teori

maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variable independen variable dependen

Penanganan Pasien
Beban Kerja Perawat
Kegawatdaruratan

Keterangan:

: Variabel Yang Di Teliti

: penghubung

Gambar 3.1 Kerangka konsep “Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan

Penanganan Pasien Kegawatdaruratan Di Instalasi Gawat Darurat (IGD)”.

27
A. Hipotesis

Hipotesisa merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel

yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Di dalam

pernyataan ini terkandung variabrl-variabbel yang akan di teliti dan hubungan

antar variabel tersebut mampu mengarahkan peneliti untuk menentukan desain

penelitian, teknik menentukan sampel pengumpulan dan teknik metode analisa

data (Dharma, 2011).

Hipotesa yang di tetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

HA : Ada hubungan beban kerja perawat dengan penanganan pasien

kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota

Ternate.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pada dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh informasi

tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016) dalam

penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu :

1.Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (Sugiyono, 2011). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu beban kerja

perawat.

28
2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terkait merupakan variabel yang di pengaruhi

atau menjadi akibat karna adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011) variabel terkait

pada penelitian ini yaitu Penangan pasien kegawatdaruratan di IGD.

D.Defenisi Oprasional

Defenisioprasional adalah variable penelitian yang di maksud untuk memahami

arti setiap variable penelitian sebelum di lakukan

Tabel 3.1 Defenisi Oprasional

Variabel Defenisi Parameter Alat ukur Skala Hasil Ukur

Independen Tugas yang 1. Kusioner Ordinal 1.


Beban kerja perawat dilakukan oleh 2. 22,5
seorang perawat 3.
berdasarkan lama 4. 2. Rendah <22,5
dan berat ringan
suatu pekerjaan.
Dependen Tindakan yang 1. Kusioner Ordinal 1. Tepat≥ 22,5
Penanganan pasien dilakukan oleh pasien sesuai
kegawatdaruratan di perawat untuk label 2. Tidak tepat
instalasi gawat menolong pasien 2. < 22,5
pertama kali pasien resiko
dirumah sakit adalah jatuh
yang mengalmi
sakit/cedera

BAB IV

29
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini yang digunakan penilitian deskriptif analitik yang bertujuan

untuk mencari hubungan antara dua variable yang bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan Cross sectional ialah satu jenis penilitian yang

menggunakan waktu pengukuran atau observasi suatu variable independen dan

dependen dalam suatu waktu. (Siswanto & Suyanto, 2018)

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1.tempat

Penelitian telah dilakukan di RSUD Dr. Chasan Basoeri kota ternate

2.waktu

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 04-15 oktober 2020

C. Populasi dan sampel

1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk

di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (sugiyono, 2018) . Terdapat 39

Populasi dipenilitian ini.

2. Sampel

30
sampel adalah bagian dari karakteristik yang di miliki oleh populasi. Bila populasi

besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi

misalnya karna keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti menggunakan

yang ambil dari populasi. Apa yang di pelajari dari sampel itu kesimpulannya

akan di berlakukan untuk populasi. Dan sampal yang di ambil dari populasi harus

betul-betul representive (sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini di ambil

pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu jumlah sampling di ambil

dari keseluruhan populasi. Total sampel dalam penelitian ini ialah 36 sampel.

3. Kriteria sampel

A. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria di mana subjek penelitian dapat mewakili dalam

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (suyanto, 2015)

a). Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

b).Perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat

B. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian tidak dapat

memenuhi sampel karna tidak dapat memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(suyono,2015)

a). Perawat yang sedang Cuti bekerja

b). Kepala ruanga

c). Perawat yang tidak bersedia menjadi responden

D. Instrumen Pengumpulan Data

31
Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpulan data yang di gunakan untuk

fenomena alam maupun sosial yang di amati (sugiyono, 2016).

1. Data demografi berupa :

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan responden

2. Variable indepanden munggunakan kuisioner yang berasal dari penelitian

sebelumnya Intan Puri. Fakultas kesehatan Uiversitas Medan Area. Kuisoner

berisi 15 pertanyaan. Kriteria pemberian nilai pada setiap jawaban yaitu

mengunakan skala guttman dengan nilai 2 untuk jawaban Ya dan nilai 1 untuk

jawaban Tidak. nilai median di hitung menggunakan rumus :

n = ( ∑ jumlah pertanyaan x Skor tertinggi) + (∑ jumlah pertanyaan x skor

terendah)

n = (15x2) + (15x1)

n = 30 + 15 = 22,5
2
Beban kerja perawat tertinggi apabila nilai median ≥ 22,5 dan beban kerja rendah

apa bila nilai median < 22,5.

2. Instrumen penelitian ini penanganan pasien kegawatdaruratan instrument

penelilitian ini merupakan peralatan yang di gunakan untuk mendapatkan data

yang sesuai untuk tujuan penelit ian. Dan variable dependen instrument yang di

32
gunanakan yaitu lembar kuesioner dengan 15 pertanyann dan menggunakan skala

guttman yaitu di lakukan di berikan skor 2 dan tida di lakukan di berikan skor 1.

Untuk menghitung nilai median menggunanakan rumus median di bawah ini.

n = (∑ pertanyaan x skor tertinggi) + (∑ pertanyaan x skor terendah

n= ( 15 x 1) + (15 x 2)

n = 30 + 15 = 22,5
2

Apa bila nilai median ≥ 22,5 maka di katakan perawat melakukan penanganan

pasien kegawatdaruratan dengan benar dan apabila median < 22,5 maka di

katakan perawat melakukan penanganan pasien salah atau tidak benar

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam sebuah

penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang

akurat, sehingga tanpa mengetahui teknik pengumpulan data peneliti akan

mendapatkan data yang memenuhi standar yang di tetapkan (sugiyono, 2016)

1. Data Primer

33
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data primer diperoleh dari menyebar keusoner kepada karyawan

perusahanyang bersedia menjadi responden (sugiyono, 2015) data primer dari

penelitian ini adalah wawancara langsung dari responden.

2.Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data , misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (sugiyono, 2015)

data sekunder adalah data yang di peroleh dari buku laporan rumah sakit

Jalannya penelitian ini adanya beberapa tahap yaitu:

1.Tahap awal

a) Kegiaatan yang dilakuikan yaitu: survey awal, pengajuan judul, proposal, dan

konsultasi usulan proposal.

b)Seminar proposal serta perbaikan proposal.

c)Pengesahan proposal.

d)Konsultasi dan pembuatan surat izin penelitian.

2. Tahap pelaksana

a. Mengambil surat izin dari STIKES Muhammadiyah Manado

b. Melaporkan dan meminta izin kepala ruangan RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota

Ternate Untuk mendapatkan persetujuan tempat penelitian

Pengajuan surat permohonan untuk bersedia menjadi responden.

34
c. Pengumpulan data serta pembagian kuesioner dan melakukan wawancara pada

responden.

d. Jika semua data telah terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan tentang

kelengkapan data.

e. Setelah data terkumpul hasil, penilitian melakukan pemeriksaan tentang

kelengkapan data.

3. Tahap penyajian hasil

a. Penyusunan dan konsultasi skripsi

b. Ujian skripsi dan di lanjutkan revision skripsi

c. Pengesahan skrpsi

G.Pengolahan data

Pengelola data di gunakan dengan menggunakan komputer dengan program

sistem pengolah data komputer (Notoatmodjo, 2012) beberapa tahap pengelola

data sebagai berikut :

1.diting atau (pengecekan data)

Merupakan upaya unruk memeriksa kembali kebenaran data yang di peroleh atau

di kumpulkan. Editing di lakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul. Peneliti akan memeriksa kebenaran dan kelengkapan data berupa

koesioner yang di kumpulkan oleh responden.

2. coding (pemberian kode)

35
Peneliti memberikan kode data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan. Yang berguna untuk mempermudah peneliti dalam

melakukan tabulasi dan analisa data

a. Umur Responden

1. 17-25 thn

2. 26-35 thn

b. Jenis kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan

c. Pendidikan

1. D III, S.kep

2. Ns

d. Lama bekerja

1. 0-5 tahun

2.5-10 tahun

e. Beban kerja perawat di IGD

1. Ya

2. Tidak

f. Penganan Pasien kegawatdaruratan di Igd

1. Benar

2. Salah

3. Proces (Entry data) selanjutnya peniliti menguji data menggunakan SPSS 16.0.

4. Cleanning. di periksa kemudian di lakukan analisis.

36
H. Analisa Data

Analisa data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau data lain

terkumpul (sugiyono, 2016)

1. Analisa univariat di gunakan untuk menjelasakan atau medeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang di teliti (Notoatmodjo, 2012) analisa

univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel secara mandiri,

tiap variabel di analisis tanpa di kaitkan dengan variabel lainnya. Data di sajikan

dalam bentuk tabel dan interpretasi dengan menggunakan distribusi frekuensi :

f
p= x 100
n

Keterangan :

P = Presentasi

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

1. Analisa bivariat di

berhubungan atau berkorelasi (notoatmodjo, 2012) analisa bivariat adalah untuk

melihat hubungan antara du variabel yaitu variabel independen (hubungan beban

kerja perawat) dan variabel dependen (penanganan pasien) dengan menggunakan

uji statistik Chi-square dengan data di input dan di olah dengan software

komputer SPSS.

Tabel 4.8 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi

37
Terhadap Koefisien Korelasi:

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sugiyono, 2016)

H. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan suatu pelindung terhadap institusi, tempat penelitian

dan peneliti itu sendiri masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian. Masalah etika yang harus di

perhatikan antara lain sebagai berikut :

1. informed Consent (Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed Consent tersebut

di berikan sebelum penelitian di lakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan

tjuan penelitian.

2.nonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan dengan

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

38
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial

namapada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan,di

gunakan untuk menjaga kerahasiaan responden.

3. confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah masalah lainnya. Semua

informasi yang telah di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang di laporkan pada hasil riset.

4. Benefience ( Kemurahan Hati)

Penelitian ini untuk mendapatkan hasil sesuai subjek penelitian.

5. Non Malaficenci ( bukan kejahatan )

Penelitian ini tidak berbahaya penelitian ini meminta responden mmengisi

kuesioner tentang beban kerja perawat dan penanganan pasien kegawatdaruratan

di Igd.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

39
A. Hasil Penilitian Lokasi Umum

1. Gambaran Umum

a). Data Umum Lokasi Penelitian

RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate adalah satu satunya Rumah sakit rujukan

di propinsi Maluku Utara. Rumah sakit ini dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang

memberikan pelyanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran yang

sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat di

Kota Ternate. Oleh karena itu Rumah Sakit Umum Daerah yang juga adalah suatu

institusi multi padat yang kompleks (Padat Karya, model, padat profesi, padat

teknologi dan pada resiko) dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu

serta serta professional sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan elemen

masyarakat.

b). Visi

‘’Mewujudkan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang berkualitas dan

professional”

c).Misi

Meningkatakan kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga mampu

melaksanakan pelayanan yang professional dan optimal. Sumber Daya Manusia

1). Meningkatkan kualitas pelayan kesehatan secara prima dan memenuhi

akreditasi rumah sakit sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi

pelanggan dan stakeholder.

40
2). Menjadi rumah sakit sebagai pusat rujukan dan pusat pendidikan tenaga

kesehatandi regional timur, menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang cepat,

tepat dan professional.

3). Moto ‘’Melayani Dengan Kasih’

d). Tujuan :

1.Tercapainya SDM yang mampu melaksanakan pelayanan yang professional

dan optimal

2. Tercapainya kualitas pelayanan kesehatan yang prima

3. Tercapainya Jenis pekayanan kesehatan spesialis

4. Terpenuhuinya sarana dan prasarana Rumah sakit

5.Tercapainya manajmen kesejahteraan pegawai

e. Saran :

1). Terciptanya Pelyanan yang professional dan optimal kepada pasien yang

berobat di RSUD Dr. Chasan Basoeri kota ternate

2). Terciptanya kondisi kesehatan pasien yang prima setelah mempeoleh

pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Chasan Basoeri kota ternate

3). Terciptanya kondisi kerja yang efekstif dan efisien sehingga pelayanan yang di

berikan dapat optimal

f) Gambaran Umum RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate

Nama Rumah Sakit : Dr. Chasan Basoeri

Kelas Rumah sakit : Rumah sakit Tipe B

Status Kepemilikan : Rumah sakit milik pemerintah daerah

Alamat : Jl Cempaka, Tanah Tinggi Tengah


Kecematan : Ternate Selatan

Kabupaten/Kota : Kota Ternate

41
Provinsi : Maluku Utara

g) Kegiatan pelayanan

RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate Melaksanakan kegiatan pelayan

kesehatan anatara lain

1). Perawatan rawat inap jalan, terdiri dari Poliklinik yaitu :

a. Bedah

b. Poliklinik Spesialis Kandungan Dan kebidanan

c. Polikinik spesialis Anak

d. Polikinik spesialis Mata

e. Polikinik spesialis THT

f. Polikinik spesialis Saraf

g. Polikinik spesialis Kulit Kelamin

h. Polikinik spesialis Penyakir Dalam

i. Polikinik spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

j. Polikinik Umum dan MCU

k. Polikinik Gigi

1) Perawatan Inap

a. Melati (Anak)

b. Bougenville (Bedah)

c. Mawar(Kelas)

d. Tulip (Interna Pria)

e. Teratai (NICU)

f. Mawar (Nifas)

g. Kamboja

42
2) Tempat Tindakan

a. OK (Kamar Oprasi)

b. IGDVK (Kamar Bersalin)

c. PONEK

3) Pelayanan Laboratorium

a. Pemeriksaan Hematologi, Kimia darah dan elektrolit

b. Pemeriksaan HIV/AIDS, Narkoba, Sputum, BTA dll

c. Pelayanan radiologi (Photo Rontogen)

d. Pelayanan Farmasi (Apotek)

e. Pelayanan pemeriksaan fisik kesehatan (MCU) dan pemeriksaan calon

haji

4) Pelayanan kamar jenajah dan fronsik

a. Pengawetan dan penitipan jenajah

b. Otopsi kremasi jenajah (Krematorium)

5) Gambaran umum IGD

Selama 24 jam, instalasi Gawat darurat IGD selalu siap untuk melayani dalam

kasus kegawatdaruratan yang di dukung oleh dokter dan perawat yang

Profesional. Instalasi Gawat darurat memilik armada ambulans yang di lengkapi

dengan perlengkapan khusus untuk dapat melakukan tindakan-tindakan yang di

anggap perlu selama perjalanan, Fasilitas IGD memilik, 16 tempat tidur

dilengkapi dengan ruangan resutasi dan peralatan medis penting dengan penting

lainya, dengan pemisahan pasien yang infeksius dan non infeksius.

43
Selama 24 jam, instalasi Gawat darurat IGD selalu siap untuk melayani dalam

kasus kegawatdaruratan yang di dukung oleh dokter dan perawat yang

Profesional. Instalasi Gawat darurat memilik armada ambulans yang di lengkapi

dengan perlengkapan khusus untuk dapat melakukan tindakan-tindakan yang di

anggap perlu selama perjalanan, Fasilitas IGD memilik, 16 tempat tidur

dilengkapi dengan ruangan resutasi dan peralatan medis penting dengan penting

lainya, dengan pemisahan pasien yang infeksius dan non infeksius.

2. Karakteristik Responden

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di RSUD Dr.

Chasan Basoeri Kota Ternate Tahun 2020.

Banyak responden
Umur (f) (%)

26-45 tahun 12 33.3


46-65 tahun 24 66.7
Total 36 100.0
Sumber Depkes tahun 2009

Berdasarkan table 5.1 terlihat dari karakteristik responden berdasarkan umur

bahwa dari 36 responden yang berumur 26-45 yaitu terdapat 12 responden

(33.3%) dan responden yang paling banyak ada pada umur 46-65 tahun 24

responden (66.7%)

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis Kelamin

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Di RSUD Dr. Chasan

Basoeri Kota Ternate Tahun 2020.

44
Banyak Responden
Jenis Kelamin
(f)
(%)
Perempuan 23 63.
Laki-laki 13 36.1
Total 36 100.0
Data Primer 2020

Berdasarkan table 5.2 terlihat bahwa dari 36 Responden, yang paling banyak yaitu

perempuan 23 Responden (63.9%) yang paling sedikit yaitu laki-laki 13

responden (36.1%)

c. Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr. Chasan

Basoeri Kota Ternate

Banyak Responden
Tingkat pendidikan (f) (%)
DIII 27 75.0
Ns 9 25.0
Total 36 100.0
Data Primer 2020

Hasil tabel 5.3. distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan responden,

menunjukan bahwa responden terbanyak ialah D3 yaitu 27 responden dengan

presentase 75.0 %, sedangkan yang terkecil Ns yaitu 9 responden dengan

presentase 25.0%

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Bekerja di RSUD Dr. Chasan

Basoeri Kota Ternate Tahun 2020

45
Banyak Responden
Lama Bekerja (f) (%)
1-5 Tahun 30 83,3
6-10 Tahun 6 16.7
Total 36 100.0
Data Primer 2020

Hasil tabel 5.4. distribusi frekuensi berdasarkan lama bekerja responden,

menunjukan bahwa responden terbanyak ialah 1-5 tahun yaitu 30 responden

dengan presentase 83.3%, sedangkan yang terkecil ialah 6-10 tahun yaitu 6

responden dengan presentase 16.7%.

3. Analisa Univariat

a. Distribusu Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja Perawat

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Beban Kerja Perawat Di RSUD Dr.

Chasan Basoeri Kota Ternate Tahun 2020.

Banyak Responden
Beban Kerja perawat
(f) (%)
Tinggi 16 44.4
Rendah 20 55.6
Total 36 100.0
Data Primer 2020

Hasil tabel 5.5. distribusi frekuensi berdasarkan Beban Kerja Perawat,

menunjukan bahwa perawat yang beban kerjan tinggi ialah 16 responden dengan

presentase 44.4%, sedangkan beban kerja rendah ialah 20 responden dengan

presentase 55.6%.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penanganan Pasien

Kegawatdaruratan

46
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penanganan Pasien Kegawatdaruratan

RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate Tahun 2020.

Banyak Responden
Penanganan Pasien (f) (%)
Tepat 14 38,9
Tidak tepat 22 61.1
Total 36 100.0
Data Primer 2020

Hasil tabel 5.6. distribusi frekuensi berdasarkan penanganan pasien

kegawatdaruratan menunjukan bahwa perawat yang melakukan Penangan tepat

ialah 14 responden dengan presentase 38,9%, sedangkan penanganan tidak tepat

ialah 22 responden dengan presentase 61.1%.

4. Analisa Bivariat

a. Distribusu Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Beban Kerja Perawat

dengan Penanganan Pasien Kegawatdaruratan.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Beban kerja perawat

dengan Penangana Pasien Kegawatdaruratan RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota

Ternate Tahun 2020.

Penanganan Pasien KegawatDaruratan


Beban Kerja
Perawat
Tepat Tidak tepat Total OR p
F % F % F % value
Tinggi 2 12.5 14 87.5 16 100 10.080 0,002
Rendah 13 65.0 7 35.0 20 100
Total 15 14.7 21 58.3 36 100
Chi Square

Berdasarkan table 5.7 dari hasil uji statistic tabulasi silang menunjukan beban

kerja perawat tinggi dengan penanganan pasien kegawatdaruratan tepat sebanyak

47
2 responden (12.5%), beban kerja perawat tinggi dengan penanganan pasien

kegawatdaruratan tidak tepat iaitu 14 Responden (87.5%). beban kerja perawat

rendah dengan dengan penangan pasien kegawatdaruratan tepat 13 Responden

(65.0%), beban kerja perawat rendah dengan penanganan pasien

kegawatdaruratan tidak tepat 7 Responden (35.0%). Selanjutnya hasil uji Chi-

square di dapatkan bahwa nilai P value = 0.002 dengan taraf signifikan (0.001 <

0.005). nilai Odds ratio : 10.080 yang artinya beban kerja perawat dengan

penanganan pasien kegawatdaruratan memiliki resiko 10 kali lebih tinggi di

bandingkan beban kerja perawat rendah dengan penangan pasien

kegawatdaruratan.

A. Pembahasan

Penelitian ini di lakukan di RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate pada tanggal

04-15 bulan September 2020 . Untuk mengetahui Hubungan beban kerja perawat

dengan penangan pasien kegawatdaruratan di IGD dengan menggunakan alat ukur

kuesioner. Sampel pada penelitian ini berjumlah 36 orang. Metode dalam penelian

ini ialah deskriptif analitik dengan tujuan mencari hubungan antara dua variable

yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sactional

merupakan jenis penelitian yang menggunakan waktu pengukuran atau

observasivariable independen dan dependen dalam satuwaktu. Pengolahan data

menggunakan uji Chi- Square di dapatkan nilai P= 0.002 di mana nilai P lebih

kecil <0,05 artinya ada hubungan beban kerja perawat dengan penanganan pasien

kegawatdaruratan di instalasi gawat darurat RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota

Ternate.

48
Berdasarkan hasil tabel 5.1 Karakteristik umur didapatkan responden terbanyak

ialah 46-65 tahun yang berjumlah 24 responden dengan presentasi 66.7%. Hasil

ini sesuai dengan penelitiaan sebelumnya yaitu Renny Maryani (2015) dengan

judul hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam

penanganan pasien kegawatdaruratan di IGD RSUD Cianjur, menunjukan bahwa

sebagian besar perawat berusia 30-40 tahun yaitu 9 responden (45%). Sesuai

dengan teori menurut Notoadmojo (2014) usia ialah umur yang terhitung pada

setiap individu mulai terlahir sampaiberulang tahun kembali. Semakin usia

bertambah maka tingkat kekuatan dan pola pikir seseorangakan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja.

Peneliti berasumsi sebagian besar mayoritas usia responden berada pada dewasa

tua. Oleh sebab itu, akan mampu seorang individu untuk mengambil keputusan

dan berfikir secara rasional sehingga dapat melakukan tindakan karena usia

dewasa adalah waktu pada saat individu tersebut mampu mencapai puncak

kemampuan intelektualnnya.

Berdasarkan hasil tabel 5.2 karakteristik jenis kelamin didapatkan responden

terbanyak adalah perempuan yaitu 23 responden dengan presentasi 63.9%.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rifani, P (2020)

dengan judul hubungan pengetahuan perawat dalam melakukan tindakan

kegawatdaruratan dengan tingkat ketepatan pemberian label di UGD RSUD Kota

Surakarta, menunjukan bahwa jenis kelamin yang paling banyak ialah perempuan

sebanyak 10 (62,5%) orang. Sesuai dengan teori Menurut (Siagian, 2014)

menyatakan bahwa petugaskesehatan IGD berjenis kelamin laki-laki secara fisik

lebih kuat sertamemiliki ketanggapan memilah pasien dengan cepat. Perempuan

49
jugamemiliki ketanggapan dalam melakukan pemilahan pasien walaupun tidak

secepat laki-laki (Gurning, 2015)

Peneliti berasumsi bahwa jenis kelamin terbanyak di IGD adalah perempuan.

Perawat yang berjenis kelamin laki-laki secara fisik lebih kuat dibandingkan

perempuan tetapi dalam hal ketenggapan memilah pasien tidak ada perbedaan

dengan perawat yang berjenis kelamin perempuan

Berdasarkan hasil tabel 5.3 dengan data karakteristik responden berdasarkan

pendidikan terbanyak ialah pendidikan D3 dengan 27 responden dengan

presentasi 75.0%. Sejalan dengan penelitian sebelumnya Peneliti sebelumnya

yang dilakukan oleh (Natarianto, Reditya, Agustina, Martha, 2018) dengan judul

pengetahuan dan persepsi perawat tentang kegawatdaruratan di UGD RSUD

Bojong Gede, menunjukan bahwa sebagian besar perawat perpendidikan tinggi

(D3 Keperawatan sebanyak) berjumlah 19 responden (63%). Sesuai dengan teori

menurut (Donsu, 2017) pengetahuan merupakan kumpulan informasi/data yang

dimiliki oleh seorang individu setelah melakukan suatu objek melalui proses

sensorik yaitu pancaindra, yang dimliki seperti mata, hidung, telinga.

Peneliti berasumsi bahwa rata-rata perawat tingkat pendidikannya adalah D3

Keperawatan. Dalam hal ini tidak selalu tingkat pendidikan formal menentukan

tingkat pengetahuan seseorang, tetapi pendidikan non formal (pelatihan) juga

memiliki peran penting dalam meningkatkan pengetahuan perawat tentang

penanganan pasien kegawatdaruratan.

Berdasarkan hasil tabel 5.4 dengan data karakterisrik responden berdasarkan lama

bekerja didapatkan lama kerja terbanyak adalah 1-5 tahun dengan presentasi

83.3%. Sejalan dengan penelitian sebelumnya (Deparia, 2019) dengan judul

50
Gambaran pelaksanaan tindakan gawat darurat oleh perawat pada pasien di ruang

IGD RSUD DR Pirngadi Medan, dapat dilihat bahwa perawat yang memiliki lama

kerja 1-5 tahun sebanyak 27 responden (90,0%) sedangan minoritasnya memiliki

lama kerja 5-10 tahun sebanyak 3 responden (10,0%). Sesuai dengan teori lama

bekerja merupakan lamanya seorang perawat bekerja di rumah sakit dan dari

pertama bekerja sampai dengan seorang perawat berhenti bekerja. Semakin

lamanya bekerja maka semakin banyak ilmu dan pengalaman yang dimiliki

(Rahmawati, 2017)

Peneliti berasumsi bahwa semakin lama seorang bekerja. Masa kerja dalam suatu

profesi maka akan semakin meningkat pengetahuan dan juga pengalam dalam

melakukan tindakan.

Berdasarkan data karakterisrik responden berdasarkan pelatihan yang sudah

diikuti terbanyak adalah BLS dengan jumlah responden 10 dengan presentasi

40.0%. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadli, (2017) dengan judul

hubungan pengetahuan dan pengalaman perawat dalam tindakan khusus di IGD

dapat dilihat bahwa mayoritas perawat yang pengikuti pelatihan adalah BTCLS

yaitu dengan jumlah responden 24 (92%). Sesuai dengan teori (EMT, 2015)

pelatihan BTCLS merupakan pelatihan yang ditunjukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan cara pengelolah kasus trauma dan kasus kegawatdaruratan

penyakit jantung. Menurut (Juliati, 2015) pelatihan merupakan salah satu upayah

yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan perawat yang sebaiknya

dilaksanakan berkali-kali dengan hasil akhir dapat ditarapkan dalam kenerja

sehari-hari.

51
Peneliti berasumsi bahwa pelatihan yang diikuti oleh seorang perawat dapat

mempengaruhi kenerjanya dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan.

Berdasarkan table 5.7 hubungan Beban Kerja Perawat dengan penanganan pasien

kegawatdaruratan di IGD RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate di dapatkan

hasil menunjukan bahwa di ketahui Beban kerja perawat tinggi dengan

penanganan pasien yang tepat terdapat 2 responden (12.5%) dan responden Beban

kerja perawat tinggi dengan penangan pasien kegawatdaruratan tidak tepat 14

responden (87.5%). Beban kerja perawat rendah dengan penanganan pasien tepat

ada 13 responden (65.0%) dan Beban kerja perawat rendah dengan penangan

pasien tidak tepat ada 7 responden (35.0%).dari hasil analisis uji Chi-Square test

menunjukan bahwa hubungan Beban kerja perawat dengan Penanganan

kegawatdaruratan dengan nilai (p=0.002) dan a=0,005, maka diartikan terdapat

hubungan antara dua variable Beban kerja perawat dengan penanganan pasien

kegawatdaruratan dengan jumlah responden (n)=36. Sesuai dengan hipotesa

penelitian yaitu bahwa ada hubungan antara beban kerja perawat dengan

penanganan pasien kegawatdaruratan. Sejalan dengan penelitian sebelumnya

Elisabth Manud, Herman Walawouw, Rivelino Hamel (2018), dengan judul

hubunga beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian tindakan

kegawatdaruratan di IGD RSUP PROF.DR.R.D. Kandou manado dengan

menggunakan survey analitik cross sectional dengan menggunakan total

sampling yaitu 16 responden. Teknik analisa data di lakukan dengan analisis

univariat dan bivariate menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian di peroleh

yaitu nilai p = 0,035 yang menunjukan bahwa nilai p lebih kecil dari nilai a =

0,005 di simpulkan bahwa penelitian ini ada hubungan beban kerja perawat

52
dengan kinerja perawat dalam pemberian tindakan keperawatan. Sesuai dengan

teori (Koesomowidjojo, 2017) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi beban kerja seseorang yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal berupa jenis kelamin, usia, status kesehatan dan lain-lain.

Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan kerja, waktu kerja, dan tindakan atau

penangana yang di lakukan pekerja tersebut.

Tindakan dalam melakukan penanganan pasien gawat darurat adalah pertolongan

segera cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan,

pelayanan pasien kegawatdaruratan memegang peranan yang sangat penting

bahwa waktu adalah nyawa ( Time saving is live saving) ketika tidak cekatan

dalam melakukan tindakan maka pasien akan mengalami henti nafas, henti

jantung dan cedera maupun kematian maka dari itu perawat yang bekerja di IGD

adalah perawat yang berpengalaman dan telah memiliki sertifikat yang berkaitan

dengan kegawatdauratan maupun IGD (Fhadillah, Harahap, lestanti, 2016).

Instalasi gawat darurat adalah salah satu unit pelayana rumah sakit yang

menyediakan pelayanan awal bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit

atau lanjutan dari rujukan fasilitas pelayanan kesehatan bagi yang menderita sakit

ataupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya, yaitu IGD

berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang membutuhkan

penanganan kegawatdaruratan segera baik dalam kondisi sehari hari maupun

bencana ( Kementrian Kesehatan RI, 2018)

53
BAB VI

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di ruangan Instalasi Gawat

Darurat (IGD) RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate dan telah di uji dengan

menggunakan uji Chi-Square maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah :

1. Karakteristik responden umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,

Penanganan Pasien Kegawatdarutan dan Hubungan beban kerja perawat di IGD

2. Tindakan Perawat dalam melakukan tindakan penanganan pasien Kegawat

Daruratan di IGD RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate

3. Ada hubungan Beban Kerja Perawat dengan Penanganan Pasien Kegawat

Daruratan di IGD RSUD Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Peneliti berharap RS untuk semakin meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

terutama mutu kepada perawat tentang kegawat daruratan dengan cara

memberikan pelatihan dan seminar tentang keperawatan gawat darurat serta

memberikan dukungan yang lebih baik secara moril maupun materi

2. Bagi Responden

Diharapkan perawat lebih dapat meningkatkan pengetahuan dengan terus meng

uptude ilmu-ilmu tentang kegawat daruratan.

3. Bagi Institus STIKES Muhammadiyah Manado

54
Penelitian ini hendaknya dapat menambah bahan pustaka kuliah riset keperawatan

yang berhubungan dengan Penanganan Pasien Kegawatdaruratan di IGD RSUD

Dr. Chasan Basoeri Kota Ternate.

4.Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar dan acuan/ informasi bagi peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan Beban

Kerja Perawat dengan Penanganan Pasien Kegawatdaruratan di IGD.

55
DAFTAR PUSTAKA

kallo, V. (2017). Hubungan waktu tunggu dengan kecemmasan pasien di IGD

RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5,

Nomor 1, februari 2017.

M, K. (2012). Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental Terhadap Stres Kerja Pada

Perawat I RSUD Cijantung. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm, 767-776.

Nikita Ayu Sondakh, H. B. (2017). Hubungan Tingkat Kegawatan Dengan Lama

Tinggal Pasien Di IGD RSU Klorang Amurang. e-journal Keperawatan (e-Kp)

Volume 5 Nomor 1, Februari 2017.

purwaningsih, P. (2013). Hubungan Antra Beban Kerja Dengn Stres Kerja d IGD

RSUD Kabupaten semarang.

Sitti Nurjannah, A. S. (2017). Analisis Beban Kerja Tenaga Perwat IGD RSUD

Kota Kendari. JURNAL ILMIAH MAHASSWA KESEHATAN MASYARAKAT.

Daniel Piter Mawu, H. B. (2016). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan

Penangan Pasien Kegawat Darurat. e-journal Keperawatan(e-kp) Volume Nomor

2, Juli 2016.

Daniel Piter, M. (2016). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Penanganan

Pertama Pada Pasien Kegawatdaruratan di RSUP Kandou Manado. e-journal

Keperawatan(e-kep) volume 4 Nomor 2, Juli 2016, 1-3.

Intan, P. (Beban Kerja, Stres Kerja, Perawat). kuesionerbeban kerja perawat .

2018.

56
Mahyawati. (n.d.). Hubungan Kegawatdaruratan Pasien Dengan Waktu Tanggap

Perawat di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. ejournal Keperawatan (e-

kp) Volume 4 Nomor 7 Mei 2015.

Paulus, L. T. (2016). Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Waktu Tanggap

Penanganan Keperawatan Gawat Darurat di IGD . e-journal Keperawatan (e-kp)

volume 4 nomor 1 Mei 2016, 25.

Rima, M. R. (2015). Hubungan Faktor- faktor Eksternal Dengan Respon Time

Perawat Dalam Penanganan Pasien Gawat Darurat. ejournal Keperawatan (e-kp)

Volume 3 Nomor 2 Mei 2015, 3.

Togatorop, C. M. (2019). Waktu Tanggap Perawat Dengan Penanganan

Kegawatdaruratan di IGD Pringadi Medan. losr journals .

EMT, M. E. (2015). Buku Kursus BTLS : Basic Trauma and Cardiac Life
Support. Jakarta: Emergensi Medikal Training.

Hardisma, D. (2014). Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Kartikawati, D. (2014). Buku Ajaran Dasar Keperawatan Gawat Darurat.


Jakarta: Salemba Media.

Kesehatan, K. (2015). Badan Kesehatan Informasi SDM kementrian kesehatan


indonesia.

57
58

Anda mungkin juga menyukai