Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN OSTEORTRITIS

DI POSYANDU USIA LANJUT WILAYAH


KERJA PUSKESMAS RAJABASA
BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Oleh :

HARIYANI WINARSO
NPM. 11310154

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2017
ii

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN OSTEORTRITIS


DI POSYANDU USIA LANJUT DIWILAYAH
KERJA PUSKESMAS RAJABASA
BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai


Gelar Sajana Kedokteran
(S.Ked)

Oleh :

HARIYANI WINARSO
NPM. 11310154

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2017
iii
iv
v
vi
vii

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI

Skripsi, Januari 2017


Hariyani Winarso

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN OSTEORTRITIS


DI POSYANDU USIA LANJUT WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAJABASA
BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

Xvi + 41 hal + 5 gambar + 6 tabel

Latar Belakang: Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan
skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Berat badan
sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah Osteoartritis pasien. Prevalensi
Osteoartritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 15,5% pada pria
dan 12,7% pada wanita. Di Kabupaten Bandar Lampung ditemukan prevalensi sebesar
10 % dan 13,5%. Sedangkan di Poliklinik Sub bagian Reumatologi FKUI/RSCM
ditemukan pada 43,82% dari seluruh penderita baru penyakit rematik yang berobat
selama kurun waktu 2012-2014
Tujuan Penelitian: Mengetahui Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis di Posyandu
Usila dibawah Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif penelitian ini menggunakan
cross sectional. Penelitian dilakukan di Posyandu Usila dibawah Puskesmas Rajabasa
Bandar Lampung, dengan jumlah sampel 130 orang. Analisis dilakukan dengan uji chi
square dengan kemaknaan jika p< 0,05.
Hasil Penelitian: Ada hubungan antara Osteoartritis dengan Obesitas di Posyandu Usila
dibawah Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung p-value = 0,015

Kata kunci : Obesitas dan Osteoartritis


Kepustakaan : 25 (2000-2015)
viii

MEDICAL SCHOOL
UNIVERSITY Malahayati

Thesis, January 2017


Hariyani Winarso

RELATIONS WITH OBESITY OSTEOARTHRITIS


POSYANDU AGE IN FURTHER WORK HEALTH AREA
RAJABASA BANDAR LAMPUNG

Xvi + 41 pages + 5 images + 6 tables

Background: Obesity is an increase in body weight exceeds the limit of skeletal and
physical requirements as a result of excessive fat accumulation in the body. Weight loss is
often attributed as factors that aggravate osteoarthritis patients. The prevalence of
radiological knee osteoarthritis in Indonesia is quite high, reaching 15.5% in men and
12.7% in women. In the District of Bandar Lampung found a prevalence of 10% and
13.5%. While at the Polyclinic in Sub-Section of Rheumatology Faculty of medicine /
RSCM was found in 43.82% of all new patients seeking treatment of rheumatic diseases
during the period 2012-2014
Objective: To identify Obesity Relationships with Osteoarthritis in Posyandu elderly
health centers under Rajabasa Bandar Lampung.
Methods: The study was a quantitative study using cross sectional. The study was
conducted in Puskesmas Posyandu elderly under Rajabasa Bandar Lampung, with a
sample of 130 people. The analysis was performed with chi square test with significance
if p <0.05.
Results: There was a relationship between the Obesity Osteoarthritis in Posyandu elderly
health centers under Rajabasa Bandar Lampung p-value = 0.015

Keywords: obesity and osteoarthritis


Bibliography: 25 (2000-2015)
ix

BIODATA PENULIS

Nama : HARIYANI WINARSO


NPM : 11310154
Tempat,Tangal Lahir : Sekayu, 03 Maret 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kolonel Wahid Udin RT 015 RW 001 Kelurahan
Serasan Jaya, Kec. Sekayu Kabupaten Musi Bayuasin
Sumatera Selatan
Nama orang tua
Ayah : Kunarso
Ibu : Nurlaela
Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyah bustanul atfal 1998-1999
2. SD Madrasah Ibtidaiyah istiqomah 1999-2005
3. SMP N 6 unggul sekayu 2005-2008
4. SMA N 2 unggul sekayu 2008-2011
5. Diterima pada Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati Bandar
Lampung Tahun 2011
x

Motto
Keluargamu adalah alasan bagi kerja kerasmu,maka janganlah sampai engkau
menelantarkan mereka karena kerja kerasmu.
Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan hidup yang mandiri, optimis,
karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar.
Sesekali lihat kebelakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada berujung.

(Hariyani Winarso)
xi

Persembahan
Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta
dan adik-adik tersayang
yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya serta doa yang tulus,
pelajaran hidup yang berharga dan mendukung semua yang terbaik untuk saya.

Terima kasih untuk keluarga besar terutama Ibu (Nurlaela) dan Ayah (Kunarso)
yang selama ini telah memberikan kepercayaan dan dukungan yang sepenuhnya
untuk saya. Saya tidak akan pernah melupakan perjuangan dan pengorbanan
selama ini kalian berikan untuk saya agar senantiasa dapat menjalankan
kehidupan yang lebih baik.

Untuk adikku Rizka Suhartini Winarso, terimakasih atas doa dan dukungan
selama ini dan selalu memberikan keceriaan.

Sahabat-sahabatku (Reza Fachturrahman, Herlina, Rahmi, Hanin dan haris)


dan untuk teman-temanku yang tak dapat ku sebutkan satu persatu yang
selama ini selalu Memberikan dukungan dan doanya demi keberhasilanku.
Terima kasih untuk persahabatan kalian yang indah dan untuk waktu-waktu
yang telah kita lewati bersama

Untuk semua orang yang menyayangiku Terima Kasih Banyak, berkat kalian
juga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat

dan curahan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Hubungan Obesitas Dengan Osteortritis di Posyandu Usia Lanjut Wilayah

Kerja Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung

Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah

sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam menyusun

skripsi ini, maka dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Muhammad Khadafi, S.H, M.H selaku Rektor Universitas Malahayati.

2. dr. Toni Prasetya, Sp.PD, FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati.

3. H. Dalfian Adnan Th, dr. Dk, selaku Ketua Prodi Kedokteran Fakultas

Kedokteran umum Universitas Malahayati

4. dr. Nia Triswanti, M.Kes selaku dosen pembimbing satu yang telah bersedia

meluangkan waktu dan membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.

5. dr. Aswan Jhonet, selaku pembimbing dua yang telah bersedia meluangkan

waktu dan membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.

6. dr. Elita M. Utari, MARS, selaku penguji dalam penyusunan skripsi ini.
xiii

7. Terima kasih untuk kedua orang tuaku yang selama ini telah memberikan

kepercayaan dan dukungan yang sepenuhnya untuk saya

8. Teman-teman yang selalu menghibur dan memberikan motivasi untuk

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Saya berharap ALLAH SWT akan membalas semua kebaikan dari semua

pihak yang telah saya sebutkan di atas. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan memberikan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di

masa yang akan datang.

Bandar Lampung, Januari 2017


xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN JUDUL DEPAN.................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI .............................................................. vi
MOTTO .................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .................................................................................................... viii
BIODATA PENULIS ............................................................................................... ix
ABSTRAK ................................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. xii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
1.4.1 Teoritis ................................................................................... 3
1.4.2 Aplikatif ................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5


2.1 Obesitas dan Indeks MassaTubuh ..................................................... 5
2.1.1 Definisi Obesitas .................................................................... 5
2.1.2 Risiko Kesehatan Obesitas ..................................................... 6
2.1.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) ................................................... 6
2.2 Osteoartritis ........................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Osteoartritis .......................................................... 8
2.2.2 Etiologi Osteoartritis .............................................................. 9
2.2.3 Klasifikasi Osteoartritis .......................................................... 10
2.2.4 Patogenesis Osteoartritis ........................................................ 11
2.2.5 Faktor Risiko Osteoartritis ..................................................... 17
2.2.6 Tanda-tanda klinik osteoartritis.............................................. 24
2.2.7 Gambaran Radiologik dan Laboratorium............................... 24
2.2.8 Diagnosis ................................................................................ 25
2.3 Kerangka Teori .................................................................................. 26
2.4 Kerangka Konsep ............................................................................... 28
2.5 Hipotesis............................................................................................. 28
xv

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 30


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 30
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 30
3.2.1 Waktu Penelitian ............................................................................. 30
3.2.2 Tempat Penelitian ........................................................................... 30
3.3 Rancangan Penelitian ....................................................................... 30
3.4 Subjek Penelitian.............................................................................. 31
3.4.1 Populasi............................................................................................ 31
3.4.2 Sampel ............................................................................................. 31
3.5 Cara Pengumpulan Data ................................................................... 31
3.6 Variabel Penelitian ........................................................................... 32
3.7 Definisi Operasional ........................................................................ 32
3.8 Pengolahan Data............................................................................... 33
3.9 Analisis Data .................................................................................... 33
3.9.1 Analisis Univariat ........................................................................... 33
3.9.2 Analisis Bivariat.............................................................................. 33
3.10 Alur Penelitian ................................................................................. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 35
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 42
5.2 Saran ......................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Risiko Kesehatan Obesitas ....................................................................... 6

Tabel 2.2 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia ............................................ 8

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ................................................................................ 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan IMT ..................................................... 35

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan osteoartritis ......................................... 35

Tabel 4.3 Hubungan antara Osteoartritis dengan Obesitas di Poyandu Usila


Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung ........................... 36
xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Pear-shaped. .............................. 7

Gambar 2.2.AKiri: Gambar Sendi Lutut Normal.B.Kanan:gambar sendi lutut yang


mengalami osteoartritis. .......................................................................... 11

Gambar 2.3 Radiologis OA ........................................................................................ 25

Gambar 2.4 Kerangka Teori ...................................................................................... 28

Gambar 2.5 Kerangka Konsep ................................................................................... 29


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan

skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.1

Jumlah penderita obesitas di Indonesia pun terus bertambah dari tahun ke

tahun. Berdasarkan data Susenas tahun 2013, prevalensi obesitas di Indonesia

adalah 1,1 persen dan 0,7 persen, masing-masing untuk kota dan desa. Angka

tersebut meningkat hampir lima kali menjadi 5,3 persen dan 4,3 persen pada tahun

2013. 2

Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah

Osteoartritis pasien. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih

dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga mempercepat

kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis et al menunjukkan

bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0 terhadap risiko

OA lutut.3

Prevalensi Osteoartritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi yaitu

mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Di Kabupaten Bandar

Lampung ditemukan prevalensi sebesar 10 % dan 13,5%. Sedangkan di

Poliklinik Sub bagian Reumatologi FKUI/RSCM ditemukan pada 43,82% dari

seluruh penderita baru penyakit rematik yang berobat selama kurun waktu 2012-

2014. 4
2

Studi lain dari peneliti kesehatan masyarakat University College

London menyimpulkan bahwa obesitas meningkatkan risiko terjadinya OA lutut

hingga empat kali banyaknya pada pria dan tujuh kali pada wanita. Kemungkinan

terjadinya OA pada salah satu lutut pasien obese malah mencapai 5 kali lipat

dibandingkan dengan pasien yang Non Obese. Fakta tersebut menyimpulkan

bahwa obesitas merupakan suatu faktor risiko terjadinya OA, terutama pada sendi

lutut.5

Obesitas juga dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan

intensitas nyeri yang dirasakan pasien OA lutut. Pasien OA dengan obesitas

sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan pasien yang

non obese. Peningkatan dari rasa nyeri dan ketidakmampuan fungsi pada lutut

pasien penderita OA semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu.

Pada pasien dewasa dengan umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka

mengeluhkan nyeri yang terpusat di sendi lutut. Dapat disimpulkan bahwa

meningkatnya rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh

tingkat keparahan penyakit dan umur, status obese yang diderita pasien turut

mempengaruhi.8

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang: Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis di Posyandu Usila Wilayah Kerja

Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung


3

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: Apakah ada Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis di

Posyandu Usila Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis di Posyandu Usila

Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui distribusi frekuensi osteoarthritis di Posyandu Usila wilayah kerja

Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung

2. Diketahui distribusi frekuensi obesitas di Posyandu Usila wilayah kerja

Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung

3. Diketahui hubungan obesitas dengan osteoartritis di Posyandu Usila Wilayah

Kerja Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Memberi masukan bagi pengembangan ilmu kedokteran dan penelitian

selanjutnya tentang osteoartritis lutut dan obesitas.

1.4.2 Aplikatif

1. Memberi penyuluhan/pemahaman kepada masyarakat tentang osteoartritis

lutut dan obesitas sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pencegahan/


4

tindakan preventif terjadinya osteoartritis agar tetap sehat dan berkualitas.

2. Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

osteoartritis dan obesitas. Bagi penelitian-penelitian berikutnya yang

menggunakan dasar penelitian yang sama, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi bahan referensi yang bermakna.

3. Bagi instansi terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan dalam penanganan dan penanggulangan pada kasus OA lutut,

terutama dalam penanganan rasa nyeri.

4. Bagi masyarakat, agar dapat mengetahui dan mengenal tentang obesitas serta

hubungannya dengan OA lutut lebih dalam.

5. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan tentang

metode penelitian dan penyakit osteoartritis


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas dan Indeks Massa Tubuh

2.1.1 Definisi Obesitas

Obesitas berhubungan dengan kelebihan berat badan. Obesitas merupakan

penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan,

sehingga dapat mengganggu kesehatan. Bila seseorang bertambah berat badannya

maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah

banyak.9

Bedasarkan definisi, obesitas pada wanita adalah kandungan lemak dalam

tubuh yang lebih dari 30%, sedang pria batas bawahnya lebih rendah yaitu antara

20-25%. Adanya perbedaan ini disebabkan karena per bobot total tubuh pada

wanita lebih banyak dari pada pria.10

Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti : genetik, lingkungan,

kebiasaan makan dan kurangnya aktivitas fisik. Berdasarkan morfologi jaringan

adiposa yang dijadikan tumpuan obesitas dibedakan menjadi obesitas hiperplastik

yang berkorelasi dengan munculnya obesitas pada kanak-kanak atau remaja dan

obesitas hipertropik yang berkorelasi dengan obesitas umur dewasa, dimana

terjadi pembesaran ukuran sel tanpa diikuti oleh perubahan jumlah sel lemak. 11
6

2.1.2 Risiko Kesehatan Obesitas

Risiko kesehatan meningkat secara progresif dengan beratnya derajat obesitas.

Tabel 2.1 Risiko Kesehatan Obesitas

Penyakit
Kardiovaskuler dan Respirasi Hipertensi, penyakit jantung koroner
Masalah
Endokrin dan reproduksi Amenore dan infertilitas
Gastrointestin Kolesistitis dan
Kolelithiasis
Psikiatrisosial Diskriminasi sosial
Keganasan Kankerkolon, rektum, prostat, Batu
empedu, payudara, uterus, dan ovarium.

Obesitas juga merupakan faktor risiko osteoartritis.Obesitas merupakan faktor

risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan

bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban

sendi lutut saat berjalan.12

2.1.3 Klasifikasi Obesitas

Secara garis besar obesitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

Obesitas jenis android atau central atau tipe apel ditandai dengan

adanya penumpukan jaringan lemak terutama di daerah perut.

Obesitas tipe ginecoid atau tipe pear, penumpukan jaringan lemak di

daerah bokong. 12
7

Gambar 2.1. Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Pear-shaped.

2.1.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat

atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya

yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang

dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan

lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. 12

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan

normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur

> 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,anak, remaja, ibu hamil, dan

olahragawan.12

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)


IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
8

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan Departemen

Kesehatan. Menurut Dekes tahun 1994 klasifikasi IMT yang cocok untuk

masyarakat Indonesia dikategorikan sebagai berikut.

Tabel 2.2 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia


Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

1) IMT<17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat


badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2) IMT17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.
3) IMT 18,5 -25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4) IMT25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat ringan.
5) IMT>27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat. 12

2.2 Osteoartritis

2.2.1 Pengertian Osteoartritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non

inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat

progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi,

hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan pada

membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan

kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah in aktivitas. Penyakit ini disebut
9

juga degenerative arthritis, hypertrophic arthritis, dan degenerative joint

disease.15

Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum terjadi yang

mengenai mereka di usia lanjut (> 55 tahun) atau usia dewasa (20-55 tahun) dan

salah satu penyebab terbanyak kecacatan di negara berkembang.13

Prevalensi osteoatritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu

mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien Osteoartritis biasanya

mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada

sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat dapat dirasakan tetus menerus

sehinga mengganggu mobilitas pasien.20

2.2.2 Etiologi Osteoartritis

Osteoartritis merupakan golongan penyakit sendi yang paling sering

menimbulkan gangguan sendi, dan menduduki urutan pertama baik yang pernah

dilaporkan diIndonesia maupun diluar negeri. Studi epidemiologi Osteoartritis di

Amerika dengan menggunakan penilaian radiologik didapatkan 80% populasi

pria dan wanita dalam usia pertengahan (55 tahun) menunjukkan tanda-tanda

osteoartritis. Kejadian meningkat dengan meningkatnya usia terutama pada

tangan dan sendi penyangga beban. Ketika berjalan beban berat badan

dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat berat badan. Maka bila proporsi berat

badan lebih dari tinggi badan (obesitas), kerja sendi pun akan semakin berat. 15
10

2.2.3 Klasifikasi Osteoartritis


Osteoartritis diklasifikasikan oleh Altmanetal menjadi 2 golongan, yaitu

OAprimerdan OAsekunder.

2.2.3.1 Osteoartritis primer

Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui penyebabnya dan

tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal


7
pada sendi. Meski demikian, osteoartritis primer banyak dihubungkan pada

penuaan. Pada orangtua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan

protein tulang mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai degenerasi

dengan mengelupas atau membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus

lanjut, ada kehilangan total dari bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-

sendi. Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun

dapat membuat bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang, menyebabkan

nyeridan pembengkakan sendi. Kehilangan bantalan tulang ini menyebabkan

gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi.

Peradangan dari kartilago dapat juga menstimulasi pertumbuhan-pertumbuhan


15
tulang baru yang terbentuk disekitar sendi-sendi.

Osteoartritis primerini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu

maupun banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut), sendi-

sendi kecil (carpometacarpal, metacarpophalangeal), sendi apophyseal dan atau

intervertebral pada tulang belakang, maupun variasi lainnya seperti OA inflama

torikerosif, OA generalisata, chondromalacia patella, atau DiffuseI diopathic


9
Skeletal Hyperostosis (DISH).
11

2.3.3.2 Osteoartritis Sekunder

Osteoartritis sekunder adalah Oa yang disebabkan oleh penyakit atau


7,20
kondisi lainnya, Seperti pada post-traumatik, kelainan kongenital dan

pertumbuhan (baik lokal maupun generalisata), kelainan tulang dan sendi,

penyakit akibat deposit kalsium, kelainan endokrin, metabolik, inflamasi,

imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi
8,9
yang berulang kali pada struktur-struktur sendi, dan sebagainya.

2.2.4 Patogenesis Osteoartritis

Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks

rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang

rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks

rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. 16

Gambar 2.2. A. Kiri: Gambar Sendi Lutut Normal. B.Kanan: gambar sendi
lutut yang mengalami osteoartritis.

Rawan sendi mengandung 70% air dan sisanya berupa jaringan kolagen

(Kolagen tipe II) dan proteoglikan. Proteoglikan sendiri terdiri dari glikosa
12

minoglikan (mukopoli sakarida) yang berikatan dengan inti protein yang linear

membentuk struktur seperti sikat botol. Proteoglikan yang menyusun rawan sendi

terdiri dari Glikosa minoglikans Khondroitin Sulfate-4 (KS-4) dan 6 (KS-6) serta

keratan sulfat. Khondroitin Sulfate-6 (KS-6) ini terdistribusi terutama pada

lapisan permukaan rawan sendi, sedangkan KS-4 lebih berperan pada kalsifikasi.

Jumlah glikosaminoglikan pada sendi penyangga berat tubuh ternyata lebih tinggi

dibandingkan sendi lainnya. Demikian pula kadar KS jauh lebih tinggi

dibandingkan sendi yang bukan penyangga berat tubuh. 15

Bersama-sama dengan asam hialuronat, proteoglikan membentuk agregat

(aggrecan) yang dapat menghisap air dari sekitarnya sehingga mengembang

sedemikian rupa dan membentuk bantalan yang baik sesuai dengan bentuk

bantalan yang sesuai dengan fungsi rawan sendi. Rawan sendi merupakan

jaringan yang avaskuler, oleh sebab itu makanan diperoleh dengan jalan difusi. 16

Masuknya nutrien dan keluarnya metabolit cairan sendi ke dalam matriks

diperankan oleh gaya tekanan terhadap rawan sendi. Struktur molekular matriks

yang demikian itu menentukan kelangsungan hidup dari khondrosit. Beban yang

intermiten pada rawan sendi sangat baik bagi fungsi difusi nutrien untuk rawan

sendi. 16

Berbagai fragmen molekul yang dihasilkan dari degradasi matriks rawan

sendi atau dilepaskan dari jaringan sinovium, tulang ke dalam cairan sendi akan

dibersihkan melalui aliran ke dalam matriks sinovium melalui intersitial pathway

ke saluran limfatik. Beberapa fragmen akan dieliminasi atau didegradasi lebih

lanjut pada kelenjar limfe regional. Sebagian besar produk dari matriks tulang
13

rawan sendi akan dimetabolisme dan dihancurkan lagi di dalam hati, sedangkan

beberapa tipe fragmen spesifik seperti kolagen cross-link tidak dimetabolisme

lebih lanjut namun dikeluarkan melalui urin. 16

Jadi sifat fisik dan mekanik kartilago tergantung kepada integritas

kerangka kolagen, sintesis dan retensi tingginya proteoglikan di dalam kerangka

kolagen tersebut. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting

yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago

didalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan sel khondrosit dan rasa nyeri. 17

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa peningkatan degradasi

kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme kartilago. Kelebihan produk

hasil degradasi matriks kartilago ini cenderung berakumulasi disendi dan

menghambat fungsi kartilago serta mengawali suatu respon imun yang

menyebabkan inflamasi sendi. Rerata perbandingan antara sintesis dan pemecahan

matriks kartilago pada penderita OA kenyataannya lebih rendah dibanding

normal yaitu 0,29 dibanding1.

Pada kartilago penderita OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas

fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan

terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah

subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan

subkhondral tersebut. 17

Proses kerusakan rawan sendi melalui dua jalur (pathway) yaitu jalur

intrinsik dimana khondrosit itu sendiri yang merusak matrik ekstra selular (extra
14

cellular matrix/ ECM) dan jalur ekstrinsik yang diperankan oleh sel lain selain

khondrosit seperti terjadinya jaringan pannus, keradangan sinovium, infiltrasi sel

inflamatorik yang akan merusak ECM terutama melalui cairan sinovium. Pada

dasarnya kedua jalur tersebut akan melibatkan proses aktivasi enzimatik. 18

Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan

yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan

bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme

kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya

belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting

yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago

didalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi

yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik,

obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek
7
anatomik.

Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA.

Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas

gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai absorb shock,

penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari

metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan kartilago,


7,18
erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi.

Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks

ekstra seluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan, dan
15

jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak kolagen tipe

II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat jaringan tersebut elastis,

serta memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap

terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses

perbaikan pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di kartilago,

tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi dan

respon inflamasi sebelumnya.8,21,22

Secara umum, kartilago akan mengalami replikasi dan memproduksi

matriks baru untuk memperbaiki diri akibat jejas mekanis maupun kimiawi.

Namun dalam hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan

memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstra seluler,

termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis

proteoglikan yang pendek. Akibatnya, terjadi perubahan pada diameter dan

orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik kartilago, sehingga kartilago


7,17,21
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya.

Beberapa keadaan seperti trauma/ jejas mekanik akan menginduksi

pelepasan enzim degradasi, seperti stromelysin dan Matrix Metalloproteinases

(MMP). Stromelysin mendegradasi proteoglikan, sedangkan MMP mendegradasi

proteoglikan dan kolagen matriks ekstra seluler. MMP diproduksi oleh kondrosit,

kemudian diaktifkan melalui kaskade yang melibatkan protein aseserin (aktivator

plasminogen), radikal bebas, dan beberapa MMP tipe membran. Kaskade

enzimatik ini dikontrol oleh berbagai inhibitor, termasuk TIMP dan inhibitor

aktivator plasminogen. Tissue inhibitor of metallo proteinases (TIMP) yang


16

umumnya berfungsi menghambat MMP tidak dapat bekerja optimal karena

didalam rongga sendi ini cenderung bersifat asam oleh karena stromelysin
8,21,23
(pH5,5), sementara TIMP baru dapat bekerja optimal pada pH7,5.

Agrekanase akan memecah proteoglikan didalam matriks rawan sendi

yang disebut agrekan. Ada dua tipe agrekanase yaitu agrekanase 1 (ADAMT-4)

dan agrekanase 2 (ADAMT-11). Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen

tipe II dan proteoglikan adalah katepsin,yang bekerja pada pH rendah, termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan protein asesistein (katepsin B,H, K, L dan S)

yang disimpan didalam lisosom kondrosit. Hialuronida setidak terdapat didalam


8,21
rawan sendi, tetapi glikosidase lain turut berperan merusak proteoglikan.

Pada osteoartritis, mediator-mediator inflamasi ikut berperan dalam

progresifitas penyakit. Selain pelepasan enzim-enzim degradasi, faktor- faktor

proin flamasi juga terinduksi dan dilepaskan kedalam rongga sendi, seperti Nitric

Oxide (NO), IL-1, dan TNF-. Sitokin-sitokin ini menginduksi kondrosit

untuk memproduksi protease, kemokin, dan eikosanoid seperti prostaglandin dan

leukotrien dengan cara menempel pada reseptor dipermukaan kondrosit dan

menyebabkan transkripsigen MMP sehingga produksi enzim tersebut meningkat.


8,21
Akibatnya sintesis matriks terhambat dan apoptosis sel meningkat.

Sitokin yang terpenting adalah IL-1. IL-1 berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipeI dan III, sehingga

menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk. Pada akhirnya tulang

subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan

menghasilkan enzim proteolitik.21


17

2.2.5 Faktor Risiko Osteoartritis

Untuk penyakit dengan penyebab yang tidak jelas atau idiopatik, Istilah

faktor resiko (faktor yang meningkatkan resiko penyakit) adalah lebih tepat.Secara

garis besar faktor resiko untuk timbulnya OA (Primer) adalah seperti dibawah ini.

Harus diingat bahwa masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera dengan

presentase gangguan yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor resiko tersebut

untuk masing-masing OA tertentu berbeda. Dengan melihat faktor-faktor resiko

ini, maka sebenarnya semua OA individu dapat dipandang sebagai

Faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata. Faktor predisposisi

merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk terserang OA lutut.

Faktor-faktor yang menyebabkan beban biomekanik tak normal pada sendi-

sendi tertentu. Faktor biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis atau

gerak tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut sebagai
-
alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terhadinya OA lutut.

a. Faktor Predisposisi

i. Faktor Demografi

- Usia

Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan

kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi

tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya

mendukung terjadinya OA. Studi Framingham menunjukkan

bahwa 27% orang berusia 63 70 tahun memiliki bukti

radiografik menderita OA lutut, yang meningkat mencapai 40%


18

pada usia 80 tahun atau lebih. Studi lain membuktikan bahwa

risiko seseorang mengalami gejala timbulnya OA lutut adalah


14
mulai usia 50 tahun.

- Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki. Perbedaan tersebut menjadi semakin berkurang setelah

menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena pada

masa usia 50 80 tahun wanita mengalami pengurangan hormon


13
estrogen yang signifikan.

- Ras /Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika

tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras

Afrika Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih

besar dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki

risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan kaukasia

terserang OA15

ii. Faktor Genetik

Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal

tersebut berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk


15
sintesis kolagen yang bersifat diturunkan.
19

iii. Faktor Gaya Hidup

- Kebiasaan Merokok

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif

antara merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan

kandungan racun dalam darah dan mematikan jaringan akibat

kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya kerusakan

tulang rawan. Rokok juga dapat merusakkan sel tulang rawan

sendi. Hubungan antara merokok dengan hilangnya tulang rawan


38
pada OA lutut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi.

2. Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulangrawan.

3. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida

dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan

dapat menghambat pembentukan tulangrawan.

- Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat


39
menderita OA lutut.
20

iv. Faktor Metabolik

- Obesitas

a. Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat

dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu

pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan

melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan. Studi di

Chingford menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebesar 2 unit (kira-kira 5 kg berat

badan), rasio odds untuk menderita OA lutut secara

radiografik meningkat sebesar 1,36 poin. Penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa semakin berat tubuh akan

meningkatkan risiko menderita OA lutut. Kehilangan 5 kg

berat badan akan mengurangi risiko OA lutut secara

simtomatik pada wanita sebesar 50%. Demikian juga

peningkatan risiko mengalami OA lutut yang progresif tampak

pada orang-orang yang kelebihan berat badan dengan penyakit


31
pada bagian tubuh tertentu.

- Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat

kerusakan tulang rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa


16
terdapat kasus OA lutut tinggi pada penderita osteoporosis.
21

- Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes melitus, hipertensi

dan hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami


16
obesitas.

- Histerektomi

Prevalensi OA lutut pada wanita yang mengalami pengangkatan

rahim lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak mengalami

pengangkatan rahim. Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan


16
produksi hormon estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim.

- Menisektomi

Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang telah

menjalani menisektomi. Menisektomi merupakan operasi yang

dilakukan di daerah lutut dan telah diidentifikasi sebagai faktor

risiko penting bagi OA lutut. Hal tersebut dimungkinkan karena

beberapa hal berikut ini :31

1. Hilangnya jaringan meniskus akibat menisektomi membuat

tekanan berlebih pada tulang rawan sendi sehingga memicu

timbulnya OA lutut.

2. Bagi pasien yang mengalami menisektomi, degenerasi

meniskal dan robekan mungkin menjadi lebih luas dan

perubahan pada tulang rawan sendi akan lebih besar daripada

mereka yang tidak melakukan menisektomi.


22

b. Faktor Biomekanis

i. Riwayat Trauma Lutut

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya

OA lutut. Studi Framingham menemukan bahwa orang

dengan riwayat trauma lutut memiliki risiko 5 6 kali lipat

lebih tinggi untuk menderita OA lutut.29 Hal tersebut

biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda serta

dapat menyebabkan kecacatan yang lama dan pengangguran.

ii. Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal

pada sendi lutut seperti genu varum, genu valgus, Legg

CalvePerthes disease dan displasia asetabulum. Kelemahan

otot kuadrisep dan laksiti ligamentum pada sendi lutut

termasuk kelainan lokal yang juga menjadi faktor risiko OA


29
lutut.

iii. Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat,

terutama yang banyak menggunakan kekuatan yang

bertumpu pada lutut. Prevalensi lebih tinggi menderita OA

lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani dan penambang

dibandingkan pada pekerja yang tidak banyak menggunakan


23

kekuatan lutut seperti pekerja administrasi. Terdapat

hubungan signifikan antara pekerjaan yang menggunakan


18
kekuatan lutut dan kejadian OA lutut.

iv. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih

setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari),

mengangkat barang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau

lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg 50

kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun


18
tangga setiap hari merupakan faktor risiko OA lutut.

v. Kebiasaan olahraga

Atlet olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti

sepak bola, lari maraton dan kungfu memiliki risiko

meningkat untuk menderita OA lutut. Kelemahan otot

kuadrisep primer merupakan faktor risiko bagi terjadinya OA

dengan proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi

shock yang menyerap materi otot. Tetapi, di sisi lain

seseorang yang memiliki aktivitas minim sehari-hari juga

berisiko mengalami OA lutut. Ketika seseorang tidak

melakukan gerakan, aliran cairan sendi akan berkurang dan

berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi juga


24

berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses

degeneratif menjadi berlebihan. 29

2.2.6 Tanda-tanda Klinik Osteoartritis

Gejala klinik yang paling menonjol adalah nyeri, ada tiga tempat yang

menjadi sumber nyeri yaitu sinovium, jaringan sendi dan tulang. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri gerak pada sendi yang

terserang. Nyeri pada pergerakan dapat timbul akibat iritasi kapsul sendi

periostitis dan spasme otot periartikular. 18

Osteoartritis biasanya menyebabkan nyeri sendi yang dieksaserbasi oleh

aktivitas dan kekakuan di pagi hari atau setelah tidak beraktivitas. Sendi dapat

tampak normal atau memiliki tanda peradangan atau efusi yang ringan. Tanda

sistemik tidak ada. Sendi biasanya nyeri bila ditekan dan mungkin mengalami

pembesaran tulang, krepitasi saat bergerak, dan rentang gerak sendi (ROM)

terbatas.21

2.2.7 Gambaran Radiologik dan Laboratorium

Gambaran radiologik Osteoartritis pertama kali diperkenalkan oleh Kellgren

dan Lawrence pada tahun 1957 dan akhirnya diambil oleh WHO pada tahun 1961.

Berdasarkan kriteria tersebut gambaran radiologik Osteoartritis dapat berupa

pembentukan osteofit pada tepi sendi, periarticular ossicles terutama pada sendi

interfalang distal dan proksimal, penyempitan celah sendi akibat penipisan rawan

sendi pseudokista subkondral dengan dinding sklerotik, dan perubahan bentuk

ujung tulang. 18
25

Gambar 2.3
Radiologis OA

2.2.8 Diagnosis

Diagnosis Osteoartritis lutut, koksa dan tangan digunakan kriteria

klasifikasi dari American Collegeof Rheumatology. Pasien positif osteoartritis

lutut bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria berikut:18

1) Umur>50 tahun

2) Kaku pagi <30 menit

3) Krepitus

4) Nyeri tekan

5) Pembesaran tulang

6) Tidak panas pada perabaan

Menurut Sjamuhidajat dan De Jong kriteria osteoarthritis lutut ditandai

dengan:

a) Nyeri sendi timbul ketika bergerak

b) Berkurang ketika beristirahat


26

c) Timbul kekakuan

d) Keterbatasan Gerak

2.3 Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis

Sejalan dengan bertambahnya usia, resiko munculnya Osteoartritis pun

semakin besar. Osteoartrtis adalah sejenis penyakit sendi reumatik yang

disebabkan oleh ausnya tulang rawan dan kekurangan minyak sendi (synovial).22

Populasi dengan berat badanlebih dan obesitas mempunyai faktor resiko

osteoartritis lutut lebih besar dibanding dengan populasi dengan berat badan

normal. Obesitas merupakan faktor resiko kuat bagi OA lutut bilateral maupun

unilateral pada jenis kelamin apapun. Wanita obesitas memilik faktor resiko 4-5

kali untuk terserang osteosrtritis lutut dibanding wanita yang kurus.31

Ketika berjalan beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat

berat badan. Maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan (obesitas),

kerja sendi pun akan semakin berat. Dijelaskan Mquet secara biomekanika bahwa

pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui media sendi lutut dan akan

diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada

bagian sentral sendi lutut. Sedangkan pada keadaan obesitas resultan tersebut akan

bergeser ke medial sehingga beban yang akan diterima sendi lutut akan tidak

seimbang hal ini dapat menyebabakan ausnya tulang rawan karena bergesernya

titik tumpu badan. Oleh karena itu kelebihan berat badan pada umur 36-37 tahun

membut satu faktor resiko bagi OA lutut pada umur lanjut.7,18

Obesitas memiliki kaitan dengan Osteartrits sendi lutut pada wanita.

Meskipun keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanik tambahan dan
27

ketidaksejajaran sendi lutut terhadap bagian tubuh lainnya karena diameter paha,

namun obesitas dapat memberikan efek metabolik langsung pada kartilago. Teori

bourgeois metabolik yang berkaitan Osteoartritis. Obesitas akan disertai dengan

peningkatan massa tulang subkondrium yang dapat menimbulkan kekakuan pada

tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap dampak beban muatan yang akan

menstransmisikan lebih besar gaya pada kartilago partikuler yang melapisi

atasnya dan dengan demikian membut tulang tersebut lebih rentan terhadap

cedera. Faktor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan

pekerjaan turut terlibat. Faktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum

krosiatum dan robekan meniscus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan

berlutut.13,20
28

2.4 Kerangka Teori

Faktor resiko Osteoartritis

1. Faktor demografi
Usia
Jenis kelamin
2. Faktor metabolic
Obesitas
Osteoporosis
Penyakit lain
Histerektomi
Menisektomi
3. Faktor gaya hidup
Kebiasaan merokok
Konsumsi Vit D

Beban sendi
bertambah Variabel luar tidak
terkendali:
Genetik
Osteoartritis

Gambar 2.4
Kerangka Teori 20
29

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat disusun kerangka konsep

sebagai berikut:

Variabel Independen (X) Variabel dependen (Y)

Obesitas Osteoartritis

Gambar 2.5
Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada hubungan Obesitas dengan Osteoartrisis di Posyandu Usila

Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung


30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian dimana

data-data yang diolah berupa angka-angka, dan penelitian ini menggunakan studi korelasi.

Studi korelasi pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua

variabel pada situasi atau sekelompok subjek, hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

antara gejala satu dengan gejala yang lain atau variabel satu dengan variabel yang lain.19

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan oktober 2016.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Posyandu Usila Wilayah Kerja Puskesmas

Rajabasa Bandar Lampung

3.3 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survey analitik. Metode survey analitik

adalah metode penelitian yang berupaya mencari hubungan antara variabel yang satu

dengan variabel lainnya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
31

sectional. Studi cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor-faktor risiko dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat.19

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu.

Populasi dalam penelitian ini seluruh penderita Osteoartritis di Posyandu Usila Wilayah

Kerja Puskesmas Rajabasa sebanyak 130 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel pada

penelitian ini diambil berdasarkan total populasi yaitu sebanyak 130 orang.

Adapun kriteria iklusi adalah sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi responden

2. Umur >50 tahun

Kriteria eksklusi sebagai berikut:

1. Pasien mengalami kelainan sendi selain osteoartritis.

2. Data tidak lengkap

3. Umur <50 tahun

3.5 Cara Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar check list dan

kuesioner digunakan untuk mendata data-data yang berhubungan osteoartritis dengan


32

obesitas yang diukur dengan metode Indeks Massa Tubuh. Alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar check list yang diisi oleh peneliti berdasarkan data

dan fakta yang ada di lapangan.

3.6 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki

atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian.

Variabel penelitian yaitu osteoartritis sebagai variabel bebas (independent) dan IMT

sebagai variabel terikat (dependent).

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Penyusunan definisi operasional variabel perlu dilakukan karena akan menunjukkan alat

pengambilan data mana yang cocok digunakan.19

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Definisi Cara ukur Alat ukur


Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional
33

Independen (Y)

Obesitas Obesitas adalah Index Timbangan 0. Normal Ordinal


peningkatan berat Massa dan meteran 1. Obesitas
badan melebihi Tubuh
batas kebutuhan (IMT)
skeletal dan fisik
sebagai akibat
akumulasi lemak
berlebihan dalam
1
tubuh.

Dependen (X)

Osteoartritis Merupakan Wawancara Kuesioner 0. Osteoartritis Ordinal


penyakit sendi
degeneratif kronik 1. Tidak
non inflamasi Osteoartritis
yang berkaitan
dengan kerusakan
kartilago sendi

3.8 Pengolahan Data

Menurut Hastono Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan

dengan langkah-langkah sebagai berikut: 19

1. Editing

Melakukan pengecekan formulir atau kuisioner dan check list seperti kelengkapan

pengisian, konsistensi jawaban dari setiap observasi di dalam penelitian.

2. Scoring

Proses penilaian data dengan memberikan skor setiap item jawaban dari responden.
34

3. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pengisian dilakukan berdasarkan

jawaban yang telah disediakan dalam daftar pertanyaan.

4. Processing

Merupakan tahapan pemrosesan data dengan menggunakan program komputer.

5. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah di-entri, apakah ada kesalahan saat meng-entri

ke komputer.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan persentase, hasil dari setiap variabel ditampilkan

dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependen. Penelitian ini peneliti menggunakan chi square.

Uji chi square digunakan karena masing-masing variabel mempunyai skala kategorik-

kategorik. Tingkat Kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Apabila p-value 0,05

berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel, jika p-value > 0,05 berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel. 19


35

3.10 Alur Penelitian

Alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Memilih Masalah

Merumuskan Masalah

Menentukan Populasi dan Sampel

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Mengumpulkan Data

Mengolah dan Menganalisa Data

Penyajian Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar. 3.1 Alur Penelitain


36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian


4.3.1 Analisis Univariat

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat

yang dilakukan pada tiap variabel. Hasil dari tiap variabel ini ditampilkan

dalam bentuk tabel di bawah ini.

4.3.1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan IMT

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan IMT

IMT Jumlah Persentase


Normal 84 64.6
Obesitas 46 35.4
Total 130 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 130 responden dengan

IMT sebagian besar yaitu normal sebanyak 84 orang (64,6%) dan obesitas

sebanyak 46 orang (35,4%)

4.3.1.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan osteoartritis

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan osteoartritis

Osteoartritis Jumlah Persentase


Ada osteoartritis 38 29.2
Tidak osteoartritis 92 70.8
Total 130 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 130 responden sebagian

besar yaitu ada osteoartritis sebanyak 38 orang (29,2%) dan tidak

osteoartritis sebanyak 92 orang (70,8%)


37

4.3.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.3 Hubungan antara Osteoartritis dengan Obesitas di


Posyandu Usila Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa
Bandar Lampung
Osteoartritis OR
IMT Tidak Total % P -Value (CI95%)
Ada %
Ada
%
Normal 18 21.4 66 78.6 84 100 1,355
Obesitas 20 43.5 26 56.5 46 100 0,015 (1,162-
Total 38 57,9 92 42,1 130 100 5,775)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui dari jumlah responden 84,

dengan IMT normal dan osteoartritis sebanyak 18 orang (21,4%) dan tidak

ada osteoartritis sebanyak 66 orang (78,6%), sedangkan dari 46 responden

dengan IMT obesitas dan ada osteoartritis sebanyak 20 orang (43,5%) dan

tidak ada osteoartritis sebanyak 26 orang (56,5%). Hasil uji statistik chi

square didapat nilai P-value (0,015 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan Ha

diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara Osteoartritis

dengan Obesitas di Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung dengan nilai

OR, 1,355 yang artinya IMT dengan obesitas berisiko mengalami

osteoartritis sebanyak 1,355 kali dibandingkan dengan IMT normal.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 130 responden dengan

IMT sebagian besar yaitu normal sebanyak 84 orang (64,6%) dan obesitas

sebanyak 46 orang (35,4%)

Obesitas adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan

tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Obesitas merupakan

peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan
38

> 20% pada pria dan 25% pada wanita karena lemak. Meningkatnya obesitas

tak lepas dari gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik. Faktor genetik

juga menentukan mekanisme pengaturan berat badan melalui pengaruh

hormon dan neural.35

Kegemukan atau obesitas berhubungan dengan kelebihan berat badan.

Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi

jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Bila

seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah

besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak. Obesitas dapat disebabkan

oleh banyak hal, seperti: genetik, lingkungan, kebiasaan makan dan kurangnya

aktivitas fisik.35

Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya osteoartritis

lutut. Sendi lutut merupakan tumpuan dari setengah berat badan seseorang

selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan memperberat tumpuan

pada sendi lutut. Pembebanan lutut dapat menyebabkan kerusakan kartilago,

kegagalan ligamen dan struktur lain. Penambahan berat badan membuat sendi

lutut bekerja lebih keras dalam menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja

lebih keras akan mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan

sendi akan rusak dan menyebabkan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya

dan menyebabkan terjadinya perubahan biofisika yang berupa fraktur jaringan

kolagen dan degradasi proteoglikan.35


39

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 130 responden sebagian

besar yaitu ada osteoartritis sebanyak 38 orang (29,2%) dan tidak osteoartritis

sebanyak 92 orang (70,8%).

Osteoartritis atau penyakit sendi degeneratif merupakan gangguan

sendi yang sering ditemukan pada seseorang yang mulai menginjak usia

lanjut. Osteoartritis lebih banyak terjadi pada sendi yang menopang badan,

terutama sendi lutut. Osteoartritis pada sendi lutut ini dapat menyebabkan

nyeri yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan mengurangi

kualitas hidup.29

Osteoartritis lutut merupakan penyakit degeneratif yang sampai

sekarang masih belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Osteoartritis juga

merupakan penyakit rematik kronis yang paling sering ditemui. Banyak hal

yang dapat menjadi faktor risiko (multi faktorial) penyakit ini, salah satu di

antaranya adalah obesitas. Angka kejadian penyakit ini pun bertambah seiring

dengan bertambahnya usia, yang umumya menyerang pada usia di atas 50

tahun.29

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui dari jumlah responden 84,

dengan IMT normal dan osteoartritis sebanyak 18 orang (21,4%) dan tidak ada

osteoartritis sebanyak 66 orang (78,6%), sedangkan dari 46 responden dengan

IMT obesitas dan ada osteoartritis sebanyak 20 orang (43,5%) dan tidak ada

osteoartritis sebanyak 26 orang (56,5%). Hasil uji statistik chi square didapat

nilai P-value (0,015 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga

dapat disimpulkan ada hubungan antara Osteoartritis dengan Obesitas di


40

Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung dengan nilai OR, 1,355 yang artinya

IMT dengan obesitas berisiko mengalami osteoartritis sebanyak 1,355 kali

dibandingkan dengan IMT normal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aini,

hasil penelitan menunjukkan bahwa hampir semua lansia dengan IMT berlebih

(obesitas) menderita Osteoartritis lutut. Didapatkan X hitung (9,62) lebih

besar dari X tabel (5,991) dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat bebas

(db) 2. Dan dari uji Odds ratio didapatkan hasil responden dengan IMT

normal (OR = 1,5) memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk menderita

osteoarthritis lutut dibandingkan dengan responden dengan IMT kurang. Dan

responden dengan IMT lebih (OR = 4,9) memiliki risiko 4,9 kali lebih besar

untuk menderita osteoartritis lutut dibandingkan responden dengan IMT

normal. Berdasarkan perhitungan statistik, ternyata didapatkan hubungan yang

bermakna antara obesitas dengan osteoartritis lutut pada lansia di Kelurahan

Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta pada penelitian ini.34

Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang menyatakan bahwa

berat badan berlebih maka kerja sendi pun akan bertambah, terutama pada

sendi sendi penopang berat badan seperti sendi lutut. Hal ini dapat

menyebabkan ausnya tulang rawan karena bergesernya titik tumpu badan,

yang pada akhirnya akan menimbulkan osteoartritis dengan gejala klinis nyeri

sendi.30

Osteoartritis lutut merupakan penyakit degeneratif yang sampai

sekarang masih belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Osteoartritis juga


41

merupakan penyakit rematik kronis yang paling sering ditemui. Banyak hal

yang dapat menjadi faktor risiko (multi factorial) penyakit ini, salah satu di

antaranya adalah obesitas. Angka kejadian penyakit ini pun bertambah seiring

dengan bertambahnya usia, yang umumya menyerang pada usia di atas 50

tahun.29

Proses penuaan dimulai pada usia lanjut, terlihat perubahan permukaan

sendi yang baik pada usia muda menjadi permukaan granular mengalami

kerusakan pada usia tua. Ditambah lagi bahwa tulang rawan memiliki

keterbatasan dalam proses regenerasi, perubahanperubahan degeneratif ini

tidak dapat kembali kekeadaan semula dan bersifat progresif. OA bukan

merupakan suatu proses pasif, dimana terjadi suatu aktivitas selular dan

metabolik yang tinggi dalam tulang rawan. Kondrosit berusaha mempercepat

sintesa proteoglikan dan kolagen. 30

Pada penelitian yang dilakukan penulis, responden yang mengalami

berat badan berlebih sebagian besar mengalami osteoartritis sebanyak 18

orang (21,4%), karena berat badan berlebih kerja sendi pun akan bertambah,

terutama pada sendi sendi penopang berat badan seperti sendi lutut. Hal ini

dapat menyebabkan ausnya tulang rawan karena bergesernya titik tumpu

badan, yang pada akhirnya akan menimbulkan osteoartritis dengan gejala

klinis nyeri sendi. Walaupun kondrosit berusaha mepercepat sintesis, kadar

proteoglikan tetap berkurang karena rusak oleh enzim lisosom. Pada pusat

permukaan sendi dimana gesekan terus terajadi dan sendi yang menerima

beban mengalami hipertrofi dan hiperplasi pada tulang tuang disekitar tulang

rawan.
42

Proses kerusakan rawan sendi melalui dua jalur (pathway) yaitu jalur

intrinsik dimana khondrosit itu sendiri yang merusak matrik ekstra selular (extra

cellular matrix/ ECM) dan jalur ekstrinsik yang diperankan oleh sel lain selain

khondrosit seperti terjadinya jaringan pannus, keradangan sinovium, infiltrasi sel

inflamatorik yang akan merusak ECM terutama melalui cairan sinovium. Pada

dasarnya kedua jalur tersebut akan melibatkan proses aktivasi enzimatik. 18

Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan

yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan

bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme

kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya

belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting

yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago

didalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi

yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik,

obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek
7
anatomik.

Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA.

Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas

gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai absorb shock,

penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari

metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan kartilago,


7,18
erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi.
43

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Diketahui distribusi frekuensi IMT sebagian besar yaitu normal sebanyak 84

orang (64,6%) dan obesitas sebanyak 46 orang (35,4%)

2. Diketahui distribusi frekuensi osteoartritis sebagian besar yaitu ada

osteoartritis sebanyak 38 orang (29,2%) dan tidak osteoartritis sebanyak 92

orang (70,8%)

3. Ada hubungan antara Osteoartritis dengan Obesitas di Posyandu Usila

Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung p-value = 0,015.

5.2 Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor faktor lain yangdapat

menjadi faktor risiko dari osteoartritis lutut.

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan memperhitungkan variabel

variabel yang berpengaruh dengan penelitian.

2. Perlu diadakan komunikasi, informasi dan edukasi terhadap masyarakat

tentang penyakit osteoartritis lutut sehingga dapat dipahami dan mampu

diterapkan agar dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia.

42
44

DAFTAR PUSTAKA

1. W.A Newman Dorland. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31, Jakarta.2010


Hal: 1523

2. Setiyohadi. Osteoartritis Selayang Pandang. Temu Ilmiah Reumatologi


2003. Hal: 68

3. Budiyanto, M.A.K., Diet Therapy pada Obesitas . Gizi dan kesehatan.


UMM Press, Madang. 2008. Hal : 47 55

4. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.


2007. Hal: 213.

5. Dingle, J.T., Cartilage maintenance in Osteoartritis : interaction of


cytokines, NSAID and Prostaglandins in articular Cartilage and Repair.
J.Rheumatol , 18 (Suppl.28); 2007, 30-7

6. Eyler AA. : Correlates of Physical Activity : Whos Active and Whos


Not. Arthritis & Rheumatism Vol.49, No.1, February 15, 2003, 136-40

7. Ghosh, P., Future Treatments of Osteoartritis in Nasution, A.R., Dar-


mawan.J.,Isbagio.H (eds) Rheumatology APLAR. 2005. pp.255-58.

8. Haq I , E Murphy, Dacre J.: Osteoartritis ; Postgrad Med J. 79:377-383. 2003

9. Harry. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta :
Suara Karya. 2005.

10. Harry. Tiga Hal yang Paling Menonjol dari 100 Lebih Jenis Rematik.
Smart Living edisi 16. Jakarta. 2009. Hal: 143

11. Moll J.M.H. Osteoarthrosis; Rheumatology in Clinical Pratice 2012,


Blackwell Scientific Publication 2012. Hal: 21-22

12. Moore, M.C.,Terapi Diet dan Nutrisi. Penerbit Hipcrates, Jakarta. 2005.
Hal : 347-349.

13. W.A Newman Dorland. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31, Jakarta.2010
Hal: 1564

14. Pelletier, J.P., Cartilage Metabolism: Pointers toward new therapic option.
Osteoartritis Sympo sium: Update on Diagnosis and Therapy, Canada. 2012
Hal: 421
45

15. Pelletier,J.P., McCollum R., DiBattista, J., Loose, L.D., Cloutier, J.M.,
Pelletier, J.M., Regulation of Human Normal and Osteoarthritic chondrocyte
interleukin-1 Receptor by Antirheumatic drugs. Arthritis & Rheumatism.
2006. Hal: 87

16. Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi II Rineka Cipta,


Jakarta. 2011. Hal: 38

17. W.Sudoyo,Aru dkk, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V Jilid III, Jakarta. 2009.
Hal: 161

18. I.Greenberg,Michael, Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan, Jilid 3, Jakarta.


2012.Hal: 77-78

19. Kraus V.B. Pathogenesis and Treatment of Osteoarthritis. Med Clin North
Am, 1997; 81 : 85 112.

20. Felson D.T., Zhang Y. An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention. Arthritis Rheumatology, 1998; 41
: 1343 1355.

21. Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In :
Rheumatology. United Kingdom : Mosby Year Book Europe Limited,
1994 : 2.1 10.6.

22. Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis. News Center Oklahoma City, Oklahoma USA, 2006 : 1 4.

23. Brand C., Snaddon J., Balley M., et al. Vitamin E is Ineffective for
Symptomatic Relief of Knee Osteoarthritis : A Six Months Randomised
Double Blind Placebo Controlled Study. Ann Rheum Dis, 2001; 60 : 946
949.

24. Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. Part 1 : The Disease and Its Risk
Factors. Ann Intern Med, 2000; 133 : 637 639.

25. Englund M., Roos E.M., Roos H.P., Lohmander L.S. Patient-Relevant
Outcomes Fourteen Years after Meniscectomy : Influence of Type of
Meniscal Tear and Size of Resection. Rheumatology, 2001; 40 : 631 639.

26. Felson D.T, Zhang Y., Hannan M.T., et al. The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly : The Framingham
Osteoarthritis Study. Arthritis Rheumatology; 1995; 38 : 1500 1505.
46

27. Maetzel A., Makela M., Hawker G., et al. Osteoarthritis of the Hip and
Knee and Mechanical Occupational Exposure : A Systematic Overview of
the Evidence, 1997; 24 : 599 607.
28. Lau E.C., Cooper C., Lam D., Chan V.N.H., Tsang K.K., Sham A. Factors
Associated with Osteoarthritis of the Hip and Knee in Hong Kong Chinese:
Obesity, Joint Injury, and Occupational Activities. American Journal
Epemiology, 2000; 152 : 855 862.

29. Circuttini F, Hankin J, Jones G, Wluka A. Comparison of conventional


standing knee radiograph and magnetic resonance imaging in assesing
progression of tibiofemoral joint osteoarthritis. Osteoarthritis Cartilage.
2005;13 (8): 722-7.

30. Bennel KL, Hunt MA, Wringley TV. Role of muscle in the genesis and
management of knee osteoarthritis. Rheum Dis Clin Am. 2008;34:371-54.

31. Irga. Osteoartritis. http://irwanashari.blogspot.com/2008/01/osteoarhtritis. (9


Oktober 2008). 2008.

32. Sinta. Hubungan antara Menopause dan Indeks Massa Tubuh. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Skripsi. 2007.

33. Myrnawaty. Perempuan Gemuk Mudah Menderita Osteoartritis.


http://zavitri.wordpress.com/ (13 April 2009).

34. Aini Nur, Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis Lutut pada Lansia di
Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta, Nur Aini Sri W,
G0005146, 2009. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 2009

35. Limanan D., Prijanti A.R., 2013. Hantaran Sinyal Leptin dan Obesitas :
Hubungan dengan Penyakit Kardiovaskuler. FK UI. Tesis.
47

Frequencies

Frequency Table

IMT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 24 63.2 63.2 63.2

Obesitas 14 36.8 36.8 100.0

Total 38 100.0 100.0

Osteoartritis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Osteoartritis 22 57.9 57.9 57.9

Tidak Osteoartritis 16 42.1 42.1 100.0

Total 38 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

IMT * Osteoartritis 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%


48

IMT * Osteoartritis Crosstabulation

Osteoartritis
Tidak
Osteoartritis Osteoartritis Total
IMT Normal Count 10 14 24
Expected Count 13.9 10.1 24.0
% within IMT 41.7% 58.3% 100.0%
% within Osteoartritis 45.5% 87.5% 63.2%
Obesitas Count 12 2 14
Expected Count 8.1 5.9 14.0
% within IMT 85.7% 14.3% 100.0%
% within Osteoartritis 54.5% 12.5% 36.8%
Total Count 22 16 38
Expected Count 22.0 16.0 38.0
% within IMT 57.9% 42.1% 100.0%
% within Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.038 1 .008
b
Continuity Correction 5.347 1 .021
Likelihood Ratio 7.643 1 .006
Fisher's Exact Test .016 .009
Linear-by-Linear Association 6.852 1 .009
b
N of Valid Cases 38
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,89.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for IMT (Normal /
1.119 1.022 5.653
Obesitas)
For cohort Osteoartritis =
1.486 1.289 4.817
Osteoartritis
For cohort Osteoartritis =
4.083 1.083 15.392
Tidak Osteoartritis
N of Valid Cases 38
49

DOKUMENTASI PENELITIAN
50

Anda mungkin juga menyukai