SKRIPSI
Oleh :
HARIYANI WINARSO
NPM. 11310154
SKRIPSI
Oleh :
HARIYANI WINARSO
NPM. 11310154
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan
skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Berat badan
sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah Osteoartritis pasien. Prevalensi
Osteoartritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 15,5% pada pria
dan 12,7% pada wanita. Di Kabupaten Bandar Lampung ditemukan prevalensi sebesar
10 % dan 13,5%. Sedangkan di Poliklinik Sub bagian Reumatologi FKUI/RSCM
ditemukan pada 43,82% dari seluruh penderita baru penyakit rematik yang berobat
selama kurun waktu 2012-2014
Tujuan Penelitian: Mengetahui Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis di Posyandu
Usila dibawah Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif penelitian ini menggunakan
cross sectional. Penelitian dilakukan di Posyandu Usila dibawah Puskesmas Rajabasa
Bandar Lampung, dengan jumlah sampel 130 orang. Analisis dilakukan dengan uji chi
square dengan kemaknaan jika p< 0,05.
Hasil Penelitian: Ada hubungan antara Osteoartritis dengan Obesitas di Posyandu Usila
dibawah Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung p-value = 0,015
MEDICAL SCHOOL
UNIVERSITY Malahayati
Background: Obesity is an increase in body weight exceeds the limit of skeletal and
physical requirements as a result of excessive fat accumulation in the body. Weight loss is
often attributed as factors that aggravate osteoarthritis patients. The prevalence of
radiological knee osteoarthritis in Indonesia is quite high, reaching 15.5% in men and
12.7% in women. In the District of Bandar Lampung found a prevalence of 10% and
13.5%. While at the Polyclinic in Sub-Section of Rheumatology Faculty of medicine /
RSCM was found in 43.82% of all new patients seeking treatment of rheumatic diseases
during the period 2012-2014
Objective: To identify Obesity Relationships with Osteoarthritis in Posyandu elderly
health centers under Rajabasa Bandar Lampung.
Methods: The study was a quantitative study using cross sectional. The study was
conducted in Puskesmas Posyandu elderly under Rajabasa Bandar Lampung, with a
sample of 130 people. The analysis was performed with chi square test with significance
if p <0.05.
Results: There was a relationship between the Obesity Osteoarthritis in Posyandu elderly
health centers under Rajabasa Bandar Lampung p-value = 0.015
BIODATA PENULIS
Motto
Keluargamu adalah alasan bagi kerja kerasmu,maka janganlah sampai engkau
menelantarkan mereka karena kerja kerasmu.
Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan hidup yang mandiri, optimis,
karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar.
Sesekali lihat kebelakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada berujung.
(Hariyani Winarso)
xi
Persembahan
Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta
dan adik-adik tersayang
yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya serta doa yang tulus,
pelajaran hidup yang berharga dan mendukung semua yang terbaik untuk saya.
Terima kasih untuk keluarga besar terutama Ibu (Nurlaela) dan Ayah (Kunarso)
yang selama ini telah memberikan kepercayaan dan dukungan yang sepenuhnya
untuk saya. Saya tidak akan pernah melupakan perjuangan dan pengorbanan
selama ini kalian berikan untuk saya agar senantiasa dapat menjalankan
kehidupan yang lebih baik.
Untuk adikku Rizka Suhartini Winarso, terimakasih atas doa dan dukungan
selama ini dan selalu memberikan keceriaan.
Untuk semua orang yang menyayangiku Terima Kasih Banyak, berkat kalian
juga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat
Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam
kepada pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam menyusun
skripsi ini, maka dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
Universitas Malahayati.
3. H. Dalfian Adnan Th, dr. Dk, selaku Ketua Prodi Kedokteran Fakultas
4. dr. Nia Triswanti, M.Kes selaku dosen pembimbing satu yang telah bersedia
5. dr. Aswan Jhonet, selaku pembimbing dua yang telah bersedia meluangkan
6. dr. Elita M. Utari, MARS, selaku penguji dalam penyusunan skripsi ini.
xiii
7. Terima kasih untuk kedua orang tuaku yang selama ini telah memberikan
Saya berharap ALLAH SWT akan membalas semua kebaikan dari semua
pihak yang telah saya sebutkan di atas. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.1
adalah 1,1 persen dan 0,7 persen, masing-masing untuk kota dan desa. Angka
tersebut meningkat hampir lima kali menjadi 5,3 persen dan 4,3 persen pada tahun
2013. 2
Osteoartritis pasien. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih
dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga mempercepat
bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0 terhadap risiko
OA lutut.3
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Di Kabupaten Bandar
seluruh penderita baru penyakit rematik yang berobat selama kurun waktu 2012-
2014. 4
2
hingga empat kali banyaknya pada pria dan tujuh kali pada wanita. Kemungkinan
terjadinya OA pada salah satu lutut pasien obese malah mencapai 5 kali lipat
bahwa obesitas merupakan suatu faktor risiko terjadinya OA, terutama pada sendi
lutut.5
sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan pasien yang
non obese. Peningkatan dari rasa nyeri dan ketidakmampuan fungsi pada lutut
Pada pasien dewasa dengan umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka
meningkatnya rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh
tingkat keparahan penyakit dan umur, status obese yang diderita pasien turut
mempengaruhi.8
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Aplikatif
4. Bagi masyarakat, agar dapat mengetahui dan mengenal tentang obesitas serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah
banyak.9
tubuh yang lebih dari 30%, sedang pria batas bawahnya lebih rendah yaitu antara
20-25%. Adanya perbedaan ini disebabkan karena per bobot total tubuh pada
yang berkorelasi dengan munculnya obesitas pada kanak-kanak atau remaja dan
terjadi pembesaran ukuran sel tanpa diikuti oleh perubahan jumlah sel lemak. 11
6
Penyakit
Kardiovaskuler dan Respirasi Hipertensi, penyakit jantung koroner
Masalah
Endokrin dan reproduksi Amenore dan infertilitas
Gastrointestin Kolesistitis dan
Kolelithiasis
Psikiatrisosial Diskriminasi sosial
Keganasan Kankerkolon, rektum, prostat, Batu
empedu, payudara, uterus, dan ovarium.
risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan
bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban
Secara garis besar obesitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
Obesitas jenis android atau central atau tipe apel ditandai dengan
daerah bokong. 12
7
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat
atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang
normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur
> 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan.12
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Kesehatan. Menurut Dekes tahun 1994 klasifikasi IMT yang cocok untuk
2.2 Osteoartritis
inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat
kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah in aktivitas. Penyakit ini disebut
9
disease.15
mengenai mereka di usia lanjut (> 55 tahun) atau usia dewasa (20-55 tahun) dan
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien Osteoartritis biasanya
mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada
sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat dapat dirasakan tetus menerus
menimbulkan gangguan sendi, dan menduduki urutan pertama baik yang pernah
pria dan wanita dalam usia pertengahan (55 tahun) menunjukkan tanda-tanda
tangan dan sendi penyangga beban. Ketika berjalan beban berat badan
dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat berat badan. Maka bila proporsi berat
badan lebih dari tinggi badan (obesitas), kerja sendi pun akan semakin berat. 15
10
OAprimerdan OAsekunder.
penuaan. Pada orangtua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan
dengan mengelupas atau membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus
lanjut, ada kehilangan total dari bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-
sendi. Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun
gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi.
maupun banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut), sendi-
imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi
8,9
yang berulang kali pada struktur-struktur sendi, dan sebagainya.
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks
rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks
Gambar 2.2. A. Kiri: Gambar Sendi Lutut Normal. B.Kanan: gambar sendi
lutut yang mengalami osteoartritis.
Rawan sendi mengandung 70% air dan sisanya berupa jaringan kolagen
(Kolagen tipe II) dan proteoglikan. Proteoglikan sendiri terdiri dari glikosa
12
minoglikan (mukopoli sakarida) yang berikatan dengan inti protein yang linear
membentuk struktur seperti sikat botol. Proteoglikan yang menyusun rawan sendi
terdiri dari Glikosa minoglikans Khondroitin Sulfate-4 (KS-4) dan 6 (KS-6) serta
lapisan permukaan rawan sendi, sedangkan KS-4 lebih berperan pada kalsifikasi.
Jumlah glikosaminoglikan pada sendi penyangga berat tubuh ternyata lebih tinggi
sedemikian rupa dan membentuk bantalan yang baik sesuai dengan bentuk
bantalan yang sesuai dengan fungsi rawan sendi. Rawan sendi merupakan
jaringan yang avaskuler, oleh sebab itu makanan diperoleh dengan jalan difusi. 16
diperankan oleh gaya tekanan terhadap rawan sendi. Struktur molekular matriks
yang demikian itu menentukan kelangsungan hidup dari khondrosit. Beban yang
intermiten pada rawan sendi sangat baik bagi fungsi difusi nutrien untuk rawan
sendi. 16
sendi atau dilepaskan dari jaringan sinovium, tulang ke dalam cairan sendi akan
lanjut pada kelenjar limfe regional. Sebagian besar produk dari matriks tulang
13
rawan sendi akan dimetabolisme dan dihancurkan lagi di dalam hati, sedangkan
kolagen tersebut. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting
subkhondral tersebut. 17
Proses kerusakan rawan sendi melalui dua jalur (pathway) yaitu jalur
intrinsik dimana khondrosit itu sendiri yang merusak matrik ekstra selular (extra
14
cellular matrix/ ECM) dan jalur ekstrinsik yang diperankan oleh sel lain selain
inflamatorik yang akan merusak ECM terutama melalui cairan sinovium. Pada
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan
yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan
belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting
kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi
yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik,
obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek
7
anatomik.
Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas
gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai absorb shock,
penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari
Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks
ekstra seluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan, dan
15
II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat jaringan tersebut elastis,
serta memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap
terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses
matriks baru untuk memperbaiki diri akibat jejas mekanis maupun kimiawi.
Namun dalam hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan
termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis
proteoglikan dan kolagen matriks ekstra seluler. MMP diproduksi oleh kondrosit,
enzimatik ini dikontrol oleh berbagai inhibitor, termasuk TIMP dan inhibitor
didalam rongga sendi ini cenderung bersifat asam oleh karena stromelysin
8,21,23
(pH5,5), sementara TIMP baru dapat bekerja optimal pada pH7,5.
yang disebut agrekan. Ada dua tipe agrekanase yaitu agrekanase 1 (ADAMT-4)
dan agrekanase 2 (ADAMT-11). Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen
proin flamasi juga terinduksi dan dilepaskan kedalam rongga sendi, seperti Nitric
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipeI dan III, sehingga
menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk. Pada akhirnya tulang
subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan
Untuk penyakit dengan penyebab yang tidak jelas atau idiopatik, Istilah
faktor resiko (faktor yang meningkatkan resiko penyakit) adalah lebih tepat.Secara
garis besar faktor resiko untuk timbulnya OA (Primer) adalah seperti dibawah ini.
sendi tertentu. Faktor biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis atau
gerak tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut sebagai
-
alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terhadinya OA lutut.
a. Faktor Predisposisi
i. Faktor Demografi
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras /Etnis
terserang OA15
- Kebiasaan Merokok
- Konsumsi Vitamin D
- Obesitas
- Osteoporosis
- Penyakit Lain
- Histerektomi
- Menisektomi
timbulnya OA lutut.
b. Faktor Biomekanis
iii. Pekerjaan
setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari),
v. Kebiasaan olahraga
Gejala klinik yang paling menonjol adalah nyeri, ada tiga tempat yang
menjadi sumber nyeri yaitu sinovium, jaringan sendi dan tulang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri gerak pada sendi yang
terserang. Nyeri pada pergerakan dapat timbul akibat iritasi kapsul sendi
aktivitas dan kekakuan di pagi hari atau setelah tidak beraktivitas. Sendi dapat
tampak normal atau memiliki tanda peradangan atau efusi yang ringan. Tanda
sistemik tidak ada. Sendi biasanya nyeri bila ditekan dan mungkin mengalami
pembesaran tulang, krepitasi saat bergerak, dan rentang gerak sendi (ROM)
terbatas.21
dan Lawrence pada tahun 1957 dan akhirnya diambil oleh WHO pada tahun 1961.
pembentukan osteofit pada tepi sendi, periarticular ossicles terutama pada sendi
interfalang distal dan proksimal, penyempitan celah sendi akibat penipisan rawan
ujung tulang. 18
25
Gambar 2.3
Radiologis OA
2.2.8 Diagnosis
lutut bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria berikut:18
1) Umur>50 tahun
3) Krepitus
4) Nyeri tekan
5) Pembesaran tulang
dengan:
c) Timbul kekakuan
d) Keterbatasan Gerak
disebabkan oleh ausnya tulang rawan dan kekurangan minyak sendi (synovial).22
osteoartritis lutut lebih besar dibanding dengan populasi dengan berat badan
normal. Obesitas merupakan faktor resiko kuat bagi OA lutut bilateral maupun
unilateral pada jenis kelamin apapun. Wanita obesitas memilik faktor resiko 4-5
Ketika berjalan beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat
berat badan. Maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan (obesitas),
kerja sendi pun akan semakin berat. Dijelaskan Mquet secara biomekanika bahwa
pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui media sendi lutut dan akan
diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada
bagian sentral sendi lutut. Sedangkan pada keadaan obesitas resultan tersebut akan
bergeser ke medial sehingga beban yang akan diterima sendi lutut akan tidak
seimbang hal ini dapat menyebabakan ausnya tulang rawan karena bergesernya
titik tumpu badan. Oleh karena itu kelebihan berat badan pada umur 36-37 tahun
Meskipun keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanik tambahan dan
27
ketidaksejajaran sendi lutut terhadap bagian tubuh lainnya karena diameter paha,
namun obesitas dapat memberikan efek metabolik langsung pada kartilago. Teori
tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap dampak beban muatan yang akan
atasnya dan dengan demikian membut tulang tersebut lebih rentan terhadap
krosiatum dan robekan meniscus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan
berlutut.13,20
28
1. Faktor demografi
Usia
Jenis kelamin
2. Faktor metabolic
Obesitas
Osteoporosis
Penyakit lain
Histerektomi
Menisektomi
3. Faktor gaya hidup
Kebiasaan merokok
Konsumsi Vit D
Beban sendi
bertambah Variabel luar tidak
terkendali:
Genetik
Osteoartritis
Gambar 2.4
Kerangka Teori 20
29
sebagai berikut:
Obesitas Osteoartritis
Gambar 2.5
Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian dimana
data-data yang diolah berupa angka-angka, dan penelitian ini menggunakan studi korelasi.
Studi korelasi pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua
variabel pada situasi atau sekelompok subjek, hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara gejala satu dengan gejala yang lain atau variabel satu dengan variabel yang lain.19
Metode yang digunakan adalah metode survey analitik. Metode survey analitik
adalah metode penelitian yang berupaya mencari hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
31
sectional. Studi cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh penderita Osteoartritis di Posyandu Usila Wilayah
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel pada
penelitian ini diambil berdasarkan total populasi yaitu sebanyak 130 orang.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar check list dan
obesitas yang diukur dengan metode Indeks Massa Tubuh. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar check list yang diisi oleh peneliti berdasarkan data
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
Variabel penelitian yaitu osteoartritis sebagai variabel bebas (independent) dan IMT
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Penyusunan definisi operasional variabel perlu dilakukan karena akan menunjukkan alat
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Independen (Y)
Dependen (X)
1. Editing
Melakukan pengecekan formulir atau kuisioner dan check list seperti kelengkapan
2. Scoring
Proses penilaian data dengan memberikan skor setiap item jawaban dari responden.
34
3. Coding
4. Processing
5. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah di-entri, apakah ada kesalahan saat meng-entri
ke komputer.
independent dengan variabel dependen. Penelitian ini peneliti menggunakan chi square.
Uji chi square digunakan karena masing-masing variabel mempunyai skala kategorik-
kategorik. Tingkat Kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Apabila p-value 0,05
berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel, jika p-value > 0,05 berarti
Memilih Masalah
Merumuskan Masalah
Mengumpulkan Data
Penyajian Data
Pembahasan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
yang dilakukan pada tiap variabel. Hasil dari tiap variabel ini ditampilkan
IMT sebagian besar yaitu normal sebanyak 84 orang (64,6%) dan obesitas
dengan IMT normal dan osteoartritis sebanyak 18 orang (21,4%) dan tidak
dengan IMT obesitas dan ada osteoartritis sebanyak 20 orang (43,5%) dan
tidak ada osteoartritis sebanyak 26 orang (56,5%). Hasil uji statistik chi
square didapat nilai P-value (0,015 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan Ha
4.4 Pembahasan
IMT sebagian besar yaitu normal sebanyak 84 orang (64,6%) dan obesitas
peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan
38
> 20% pada pria dan 25% pada wanita karena lemak. Meningkatnya obesitas
tak lepas dari gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik. Faktor genetik
seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah
oleh banyak hal, seperti: genetik, lingkungan, kebiasaan makan dan kurangnya
aktivitas fisik.35
lutut. Sendi lutut merupakan tumpuan dari setengah berat badan seseorang
kegagalan ligamen dan struktur lain. Penambahan berat badan membuat sendi
lutut bekerja lebih keras dalam menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja
lebih keras akan mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan
besar yaitu ada osteoartritis sebanyak 38 orang (29,2%) dan tidak osteoartritis
sendi yang sering ditemukan pada seseorang yang mulai menginjak usia
lanjut. Osteoartritis lebih banyak terjadi pada sendi yang menopang badan,
terutama sendi lutut. Osteoartritis pada sendi lutut ini dapat menyebabkan
kualitas hidup.29
merupakan penyakit rematik kronis yang paling sering ditemui. Banyak hal
yang dapat menjadi faktor risiko (multi faktorial) penyakit ini, salah satu di
antaranya adalah obesitas. Angka kejadian penyakit ini pun bertambah seiring
tahun.29
dengan IMT normal dan osteoartritis sebanyak 18 orang (21,4%) dan tidak ada
IMT obesitas dan ada osteoartritis sebanyak 20 orang (43,5%) dan tidak ada
osteoartritis sebanyak 26 orang (56,5%). Hasil uji statistik chi square didapat
nilai P-value (0,015 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung dengan nilai OR, 1,355 yang artinya
hasil penelitan menunjukkan bahwa hampir semua lansia dengan IMT berlebih
besar dari X tabel (5,991) dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat bebas
(db) 2. Dan dari uji Odds ratio didapatkan hasil responden dengan IMT
normal (OR = 1,5) memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk menderita
responden dengan IMT lebih (OR = 4,9) memiliki risiko 4,9 kali lebih besar
berat badan berlebih maka kerja sendi pun akan bertambah, terutama pada
sendi sendi penopang berat badan seperti sendi lutut. Hal ini dapat
yang pada akhirnya akan menimbulkan osteoartritis dengan gejala klinis nyeri
sendi.30
merupakan penyakit rematik kronis yang paling sering ditemui. Banyak hal
yang dapat menjadi faktor risiko (multi factorial) penyakit ini, salah satu di
antaranya adalah obesitas. Angka kejadian penyakit ini pun bertambah seiring
tahun.29
sendi yang baik pada usia muda menjadi permukaan granular mengalami
kerusakan pada usia tua. Ditambah lagi bahwa tulang rawan memiliki
merupakan suatu proses pasif, dimana terjadi suatu aktivitas selular dan
orang (21,4%), karena berat badan berlebih kerja sendi pun akan bertambah,
terutama pada sendi sendi penopang berat badan seperti sendi lutut. Hal ini
proteoglikan tetap berkurang karena rusak oleh enzim lisosom. Pada pusat
permukaan sendi dimana gesekan terus terajadi dan sendi yang menerima
beban mengalami hipertrofi dan hiperplasi pada tulang tuang disekitar tulang
rawan.
42
Proses kerusakan rawan sendi melalui dua jalur (pathway) yaitu jalur
intrinsik dimana khondrosit itu sendiri yang merusak matrik ekstra selular (extra
cellular matrix/ ECM) dan jalur ekstrinsik yang diperankan oleh sel lain selain
inflamatorik yang akan merusak ECM terutama melalui cairan sinovium. Pada
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan
yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan
belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting
kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi
yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik,
obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek
7
anatomik.
Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas
gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai absorb shock,
penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Diketahui distribusi frekuensi IMT sebagian besar yaitu normal sebanyak 84
orang (70,8%)
5.2 Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor faktor lain yangdapat
42
44
DAFTAR PUSTAKA
9. Harry. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta :
Suara Karya. 2005.
10. Harry. Tiga Hal yang Paling Menonjol dari 100 Lebih Jenis Rematik.
Smart Living edisi 16. Jakarta. 2009. Hal: 143
12. Moore, M.C.,Terapi Diet dan Nutrisi. Penerbit Hipcrates, Jakarta. 2005.
Hal : 347-349.
13. W.A Newman Dorland. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31, Jakarta.2010
Hal: 1564
14. Pelletier, J.P., Cartilage Metabolism: Pointers toward new therapic option.
Osteoartritis Sympo sium: Update on Diagnosis and Therapy, Canada. 2012
Hal: 421
45
15. Pelletier,J.P., McCollum R., DiBattista, J., Loose, L.D., Cloutier, J.M.,
Pelletier, J.M., Regulation of Human Normal and Osteoarthritic chondrocyte
interleukin-1 Receptor by Antirheumatic drugs. Arthritis & Rheumatism.
2006. Hal: 87
17. W.Sudoyo,Aru dkk, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V Jilid III, Jakarta. 2009.
Hal: 161
19. Kraus V.B. Pathogenesis and Treatment of Osteoarthritis. Med Clin North
Am, 1997; 81 : 85 112.
20. Felson D.T., Zhang Y. An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention. Arthritis Rheumatology, 1998; 41
: 1343 1355.
21. Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In :
Rheumatology. United Kingdom : Mosby Year Book Europe Limited,
1994 : 2.1 10.6.
22. Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis. News Center Oklahoma City, Oklahoma USA, 2006 : 1 4.
23. Brand C., Snaddon J., Balley M., et al. Vitamin E is Ineffective for
Symptomatic Relief of Knee Osteoarthritis : A Six Months Randomised
Double Blind Placebo Controlled Study. Ann Rheum Dis, 2001; 60 : 946
949.
24. Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. Part 1 : The Disease and Its Risk
Factors. Ann Intern Med, 2000; 133 : 637 639.
25. Englund M., Roos E.M., Roos H.P., Lohmander L.S. Patient-Relevant
Outcomes Fourteen Years after Meniscectomy : Influence of Type of
Meniscal Tear and Size of Resection. Rheumatology, 2001; 40 : 631 639.
26. Felson D.T, Zhang Y., Hannan M.T., et al. The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly : The Framingham
Osteoarthritis Study. Arthritis Rheumatology; 1995; 38 : 1500 1505.
46
27. Maetzel A., Makela M., Hawker G., et al. Osteoarthritis of the Hip and
Knee and Mechanical Occupational Exposure : A Systematic Overview of
the Evidence, 1997; 24 : 599 607.
28. Lau E.C., Cooper C., Lam D., Chan V.N.H., Tsang K.K., Sham A. Factors
Associated with Osteoarthritis of the Hip and Knee in Hong Kong Chinese:
Obesity, Joint Injury, and Occupational Activities. American Journal
Epemiology, 2000; 152 : 855 862.
30. Bennel KL, Hunt MA, Wringley TV. Role of muscle in the genesis and
management of knee osteoarthritis. Rheum Dis Clin Am. 2008;34:371-54.
32. Sinta. Hubungan antara Menopause dan Indeks Massa Tubuh. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Skripsi. 2007.
34. Aini Nur, Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis Lutut pada Lansia di
Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta, Nur Aini Sri W,
G0005146, 2009. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 2009
35. Limanan D., Prijanti A.R., 2013. Hantaran Sinyal Leptin dan Obesitas :
Hubungan dengan Penyakit Kardiovaskuler. FK UI. Tesis.
47
Frequencies
Frequency Table
IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Osteoartritis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Osteoartritis
Tidak
Osteoartritis Osteoartritis Total
IMT Normal Count 10 14 24
Expected Count 13.9 10.1 24.0
% within IMT 41.7% 58.3% 100.0%
% within Osteoartritis 45.5% 87.5% 63.2%
Obesitas Count 12 2 14
Expected Count 8.1 5.9 14.0
% within IMT 85.7% 14.3% 100.0%
% within Osteoartritis 54.5% 12.5% 36.8%
Total Count 22 16 38
Expected Count 22.0 16.0 38.0
% within IMT 57.9% 42.1% 100.0%
% within Osteoartritis 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.038 1 .008
b
Continuity Correction 5.347 1 .021
Likelihood Ratio 7.643 1 .006
Fisher's Exact Test .016 .009
Linear-by-Linear Association 6.852 1 .009
b
N of Valid Cases 38
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,89.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
DOKUMENTASI PENELITIAN
50