Anda di halaman 1dari 164

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SANITASI DENGAN KEJADIAN


DIARE DI WILAYAH RAWAN BANJIR KECAMATAN
TANASITOLO KABUPATEN WAJO

DAHYUNIAR
K111 14 034

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iv
v
vi
RINGKASAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN
Makassar, Agustus 2017

DAHYUNIAR
“Hubungan Antara Sanitasi dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan
Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo”
(xiii + 110 Halaman + 35 Tabel + 2 Gambar + Lampiran)

Sanitasi mempunyai peranan penting dalam mewujudkan rumah sehat dan


sebagai penunjang untuk mencegah berbagai penyakit yang berbasis lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara sanitasi dengan kejadian
diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo. Penelitian
ini adalah penelitian dalam bentuk survey yang bersifat observasional dengan
metode pendekatan cross-sectional.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode pengambilan sampel acak sistematis (systematis Random
Sampling) yang pengambilan sampel dengan teknik acak sistematis dengan
interval hanya perlu melakukan random (acak) unsur pertama saja dari populasi
dan selanjutnya tinggal mengikuti deret atau sistematika tertentu. Tahap
pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara dengan
mengambil sampel pada setiap rumah responden dengan urutan rumah 1, 4, 7 dan
seterusnya maka itulah djadikan responden penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam variabel yang telah
dianalisis menggunakan chi-square menghasilkan tidak adanya hubungan antara
sanitasi dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo. Penelitian ini menghasilkan tidak adanya hubungan variabel
sarana air bersih dengan nilai p=1,000, sarana air minum nilai p=0,911, sarana
pembuangan tinja/jamban p=0,877, SPAL p=1,000, tempat sampah p=0,144, dan
sanitasi makanan p=0,169 dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir hasil
analisis p=0,147 – p=1,000 (p > 0,05). Saran dari penelitian ini diharapkan pada
masyarakat untuk menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan serta menjaga
hygiene individu untuk mencegah timbulnya penyakit berbasis lingkungan
khususnya diare.

Kata Kunci : Sanitasi, Diare, Rawan Banjir

vi
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena

atas kemurahan-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir

studi. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Penulisan skripsi ini untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Ilmu

Kesehatan Masyarakat dengan Judul “Hubungan Antara Sanitasi dengan Kejadian

Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo”.

Skripsi ini tidak luput dari peran orang-orang istimewa bagi penulis, maka

izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, Ibunda Hj. Singke dan

Ayahanda H. Baharuddin yang telah menjadi motivator penulis dalam menjalani

hidup. Serta saudara tercinta Dahnisar, Darmansyah, Darwansyah, Ardiansyah,

dan Sry yuliana yang selalu menyemangati penulis dalam keadaan apapun dan tak

lupa kedua orang hebat yang telah merawat saya dari kecil hingga menjadi seperti

ini Puang Hj. Ati dan Puang Emmang beserta keluarga besar sebagai sumber

semangat dan motivasi kuat penulis untuk menyelesakan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada

bapak . Makmur Selomo, MS selaku pembimbing I dan bapak Syamsuar


dr
i, SKM, M.Kes, M.ScPH selaku pembimbing II yang telah banyak

vi
memberi arahan, masukan, serta motivasi kepada penulis. Kepada bapak Prof. Dr,

A. Ummu Salmah, SKM, M.Sc yang telah memberi dorongan kepada penulis

untuk meraih prestasi akademik setinggi-tingginya. Tak lupa pula, kepada dosen

penguji bapak Muh. Fajaruddin Natsir, SKM.,M.Kes, bapak Muhammad

Rachmat, SKM.,M.Kes dan bapak Indra Dwinata, SKM.,MPH yang telah

memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Melalui kesempatan ini,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. drg. A. Zulkifli Abdullah, M. Kes selaku dekan, para wakil dekan,

staf akademik beserta seluruh jajarannya.

2. Para dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah mendidik dan memberi

ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

3. Para dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah membantu

penulis dalam proses pendididkan.

4. Pejabat Kecamatan Tanasitolo beserta jajaran dan seluruh staf yang telah

memberi izin dan memberi kemudahan selama proses penelitian dilakukan.

5. Seluruh masyarakat Kecamatan Tanasitolo yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Kepada sahabat rasa saudara “Geng anak lorong” (Kiky, Camasto, Baso,

Amin, Awal, Cimmong, Ruslan, dan Andri)yang senantiasa memberikan

warna-warni dalam kehidupan penulis.

7. Kepada sahabat perjuangan dari maba hingga mahasiswa tingkat akhir

“Si toang Squad” (Tri Fanny Aprilia Herman, Jusnita, Salmiah, dan Surya
ka
alasari) yang telah menemani dalam suka maupun duka selama penulis

i
menyandang status mahasiswa dan banyak membantu selama proses

penyusunan skripsi.

8. Kepada sahabatku Beby Prima Amaliah, Hartina Sapa, Baso Alimsyah Putra,

dan Muh. Syahrul Ramadhan atas bantuan yang diberikan selama penelitian di

Kabupaten Wajo.

9. Kepada teman-teman syantik Pondok Ananda (A. Dessie, Kak Mary, Kak

Fany, Mila, dan Kina) yang pernah ada dan menjadi bagian dalam kehidupan

penulis.

10. Kepada teman-teman angkatan 2014 (Vampir), senior, junior, dan Forkom

KL, yang telah menginspirasi penulis menyelesaikan skripsi dengan penuh

rasa optimis.

11. Kepada Kesling 2014, terima kasih telah membantu penulis selama menjalani

proses perkuliahan hingga penulis sampai pada tahap ini. Mohon untuk tetap

menjaga tali persaudaraan.

12. Kepada teman-teman Magang Balai Litbang P2B2 Banjarnegara (Irman, Allu,

Beby, Oting, Novtod, Rizka, dan Ica), terima kasih telah berbagi ilmu

pengetahuan serta pengalaman yang sangat berharga.

13. Kepada teman-teman PBL (Suryaman, Andiz, Suci, Neno, Ayis, Irma, Ni‟ma,

dan Yuni) yang telah mengajarkan ilmu kepribadian selama enam minggu.

Kalian luar biasa.

14. Kepada teman-teman KKN-Profesi Kesehatan Universitas Hasanuddin (Ade,

Farit , Dwinda, Indah, Uyun, Henny, Rini, dan Ave) yang menjadi keluarga
h
n terus menyemangati penulis untuk meraih gelar sarjana.

x
15. Keluarga besar Hipermawa Kom.Pammana yang telah memberikan ilmu dan

pengalaman berorganisasi, mengenal saudara/keluarga baru kepada penulis

selama menjadi mahasiswa.

16. Serta terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

Akhir kata, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sanga

penulis harapkan agar skripsi ini dapat berguna dalam ilmu pendidikan dan

penerapannya. Mohon maaf atas segala kekurangan penulis, semoga Allah

Subhana Wataala melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Makassar, Agustus 2017

` Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................7
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
A. Tinjauan Umum tentang Sanitasi.............................................................10
B. Tinjauan Umum tentang Diare.................................................................24
C. Tinjauan Umum tentang Daerah Rawan Banjir.......................................32
BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................40
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian.......................................................40
B. Kerangka Konsep.....................................................................................41
C. Hipotesis...................................................................................................41
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif..............................................42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.............................................................47
A. Jenis Penelitian.........................................................................................47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................47
C. Populasi dan Sampel................................................................................47
D. Metode Pengumpulan Data......................................................................50
E. Prosedur Penelitian..................................................................................53

F Pengolahan Data......................................................................................54
. Analisis Data............................................................................................54

xi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................56
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................56
B. Hasil Penelitian........................................................................................56
C. Pembahasan..............................................................................................85
BAB VI PENUTUP...............................................................................................108
A. Kesimpulan............................................................................................108
B. Saran.......................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y......................51
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo...............................................57
Tabel 5.3 Distribusi Karaktersitik Umum Responden di Daerah Rawan
Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo....................................60
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat
Penyakit di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................61
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karaktersitik Responden Berdasarkan
Kejadian Diare di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................62
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sarana Air
Bersih di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................63
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana Air Bersih di
Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo...........63
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Air Bersih
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten
Wajo......................................................................................................64
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan
Penampungan Air Bersih di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................64
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Penampungan Air
bersih di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................65

x
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Sumber Air Bersih
ke Sumber Pencemar di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................65
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sarana Air
Minum di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................66
Tabel 5.13Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana Air Minum
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten
Wajo......................................................................................................67
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Air Minum
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten
Wajo......................................................................................................67
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengolahan Air Minum
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten
Wajo......................................................................................................68
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penyimpanan Air Minum
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten
Wajo......................................................................................................68
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Sarana
Pembuangan Tinja/Jamban di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo...............................................69
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana
Pembuangan Tinja/Jamban di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo...............................................70
Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Pembuangan
Akhir Tinja di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................70
Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sarana
Pembuangan Air Limbah di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................71

x
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Saluran Pembuangan Air
Limbah di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................72
Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Saluran
Pembuangan Air Limbah di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................73
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana Tempat
Pembuangan Sampah di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................75
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sanitasi
Makanan di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................75
Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Sanitasi
Makanan di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................75
Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Sanitasi
Makanan di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo....................................................................................76
Tabel 5.27 Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare pada Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................77
Tabel 5.28 Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air Minum dengan
Kejadian Diare pada Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................78
Tabel 5.29 Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Akhir
Tinja/Jamban dengan Kejadian Diare pada Daerah Rawan
Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo....................................79
Tabel 5.30 Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Air Limbah
dengan Kejadian Diare pada Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo...............................................80

xvi
Tabel 5.31 Hubungan Antara Sanitasi Sarana Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare pada Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo...............................................82
Tabel 5.32 Hubungan Antara Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare
pada Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten
Wajo......................................................................................................83
Tabel 5.33 Rangkuman Hasil Analisis Hubungan Antara Sanitasi
dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo..................................................................84

xvi
DAFTAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori...............................................................................39
Gambar 3.1 Kerangka Konsep............................................................................41

xvi
DAFTAR

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan


Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Hasil Output SPSS
Lampiran 4. Persuratan
Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

x
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi adalah keadaan atau kondisi yang dapat mempengaruhi

kesehatan terutama mengenai kotoran manusia dan infeksi yang secara

khusus berkaitan dengan drainase, pembuangan kotoran dan sampah dari

rumah tangga (World Health Organization, 1992). Sanitasi berhubungan

dengan kesehatan lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat. Hal ini disebabkan pada prevalensi sanitasi yang buruk, kontrol

kondisi lingkungan yang buruk, dan penyediaan air bersih yang tidak

memadai (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Sanitasi mempunyai peranan penting dalam mewujudkan rumah

sehat dan sebagai penunjang untuk mencegah berbagai penyakit yang

berbasis lingkungan. Dari laporan (WHO 2015) tentang sanitasi ada 2,4

milyar manusia di dunia menggunakan fasilitas sanitasi yang buruk. Data dari

(Kementerian Kesehatan RI, 2015), presentase rumah tangga yang memiliki

akses terhadap sanitasi layak adalah sebesar 62,14%. Dilihat dari data

tersebut belum mencapai target rencana Kementrian Kesehatan yaitu sebesar

75%. Provinsi dengan presentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi

layak tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 86,81%, Yogyakarta sebesar

82,54%, sedangkan presentase terendah terdapat pada provinsi Nusa

Te gara Timur sebesar 23,90%.

1
2

Sanitasi dasar merupakan syarat kesehatan lingkungan minimal

yang harus dimiliki oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-

hari. Sanitasi dasar rumah merupakan usaha kesehatan masyarakat yang

menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang

mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya

diare. Dampak dari rendahnya tingkat cakupan sanitasi dapat menurunkan

kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi

masyarakat, meningkatnya penularan penyakit berbasis lingkungan seperti

diare (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Kondisi lingkungan yang buruk adalah salah satu faktor

meningkatnya kejadian diare. Dimana kesehatan lingkungan mencakup

beberapa faktor dimana faktor yang pertama dari perumahan, pembuangan

kotoran, penyediaan air bersih, dan Saluran Pembuanga Air Limbah. Hal

tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lingkungan

dikarenakan dapat menyebabkan mewabahnya penyakit diare dan

mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat (Octorina, 2016).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan

tinja, dan limbah. Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

perilaku buruk manusia. Apabila faktor lingkungan tidak memenuhi syarat

ke hatan karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang


se
sehat seperti pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan perorangan
3

dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang

tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian diare (Sander, 2005).

Diare lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding dengan

negara maju. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu

masih sedikitnya air minum yang layak konsumsi, kurangnya kesadaran akan

hygiene dan sanitasi serta buruknya status gizi dan status kesehatan

masyarakat. Diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang masih memiliki fasilitas

sanitasi yang kurang dan 1 miliar orang tidak memiliki akses terhadap air

minum yang aman (UNICEF Indonesia, 2012).

Diare dapat disebabkan oleh sarana air bersih, yang dimana air

sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus,

dan untuk konsumsi. Sarana air bersih harus memenuhi persyaratan agar air

tidak terkontaminasi. Sarana air bersih yang memenuhi persyaratan adalah

sumber air terlindungi yang mencakup PDAM, sumur pompa, sumur gali,

dan mata air yang terlindungi (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Hal yang

dapat berdampak buruk bagi kesehatan juga berkaitan dengan perilaku buang

air besar (BAB) sembarangan dan penggunaan fasilitas BAB yang belum

merata, Pengelolaan sampah dalam tercapainya lingkungan yang bersih dan

tercapainya sanitasi masyarakat.

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair

da bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih


n
m 1 hari), yang ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan
4

muntah, anorexia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata cekung, membran

mukosa kering, pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya (Nazek dkk,

2007). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui

air dimana sumber air bersih masih menjadi isu prioritas utama di wilayah

pasifik, termasuk negara Indonesia. Kurangnya cakupan air bersih merupakan

salah satu faktor dalam kejadian penyakit diare (Singh, 2011). Beberapa

penelitian yang dilakukan di daerah tropis ditemukan pola kejadian penyakit

diare mengikuti pola musim. Penyakit diare yang terjadi menunjukkan

puncaknya pada musim penghujan, banjir, serta kemarau juga menunjukkan

adanya hubungan baru dengan kejadian penyakit diare (World Health

Organization, 2003).

Hampir di seluruh dunia mengalami kejadian bencana banjir yang

menyumbang sekitar 40% kejadian bencana dan menjadi penyebab sekitar

setengah dari semua kematian (Abaya & Mandere, 2009). Secara langsung

bencana banjir memunculkan dampak terhadap keselamatan dan kesehatan

jiwa, sedangkan dampak tidak langsung yang berkaitan dengan kerusakan

yang diakibatkan banjir terhadap lingkungan seperti, muncul berbagai

penyakit. Penyakit muncul dan dapat menimbulkan wabah ketika bencana

banjir terjadi yang berupa kerusakan sistem sanitasi dan air bersih yang

disebabkan banjir, menimbulkan potensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit

yang ditularkan melalui media air (water borne disease) dan melalui vektor

(vekt borne disease), seperti diare (Du Weiwei, 2010) .


5

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering

disertai dengan kematian. Pada tahun 2016 terjadi 3 kali KLB diare yang

tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlah penderita 198 orang dan

kematian 6 orang (CFR 3,04%). Rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008

sampai dengan tahun 2016 dilihat dari CFR saat KLB masih cukup tinggi

(>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40%,

sedangkan tahun 2016 CFR diare saat KLB meningkat menjadi 3,04%.

Target cakupan pelayanan penderita diare yang datang ke sarana kesehatan

dan kader kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita diare

(insiden diare dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu

tahun). Insidensi diare nasionalhasil Survei Morbiditas Diare tahun 2014

yaitu sebesar 270/1.000 penduduk, maka diperkirakan jumlah penderita diare

di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 6.897.463 orang, sedangkan

jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas kesehatan adalah

sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4% dari target (Kementerian Kesehatan

RI, 2017).

Hasil penelitian Rizkiyanto (2015) terkait dengan pengaruh

ketersediaan sarana sanitasi dasar di daerah rawan banjir terhadap kejadian

diare menunjukkan bahwa pada wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang dari keempat variabel yang diteliti memiliki hubungan dimana

kon isi fisik sarana air bersih dengan p value 0,023 dan nilai OR = 3,9,
d
pembuangan tinja/jamban dengan kejadian diare p value 0,016 dan
6

nilai OR = 3,87, sarana tempat pembuangan sampah p value 0,036 dan nilai

OR = 3,8, Sarana pembuangan air limbah p value 0,017 dan nilai OR = 3,72,

sarana drainase p value 0,033 dan nilai OR = 3,23. Kesimpulan penelitian

adalah adanya hubungan sanitasi dasar di daerah rawan banjir dengan

kejadian diare pada wilayah kerja Puskesmas Mangkang.

Penelitian Saleh (2014) terkait hubungan kondisi sanitasi

lingkungan dengan kejadian diare pada wilayah kerja Puskesmas Baranti

Kabupaten Sidrap memiliki hubungan antara jamban keluarga dan saluran

pembuangan air limbah dengan kejadian diare (p value = 0,000) < al-pha (α

= 0,05), variabel tempat sampah juga memiliki hubungan dengan kejadian

diare (p value = 0,947) < al-pha (α = 0,05).

Berdasarkan data dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo

tahun 2016, Diare termasuk dalam 10 penyakit tertinggi yang berjumlah

2.284 penderita (Dinas Kesehatan Kab.Wajo, 2016). Data dari Profil

Puskesmas Kecamatan Tanasitolo yang mempunyai cakupan wilayah kerja

13 desa/kelurahan, diare menduduki peringkat pertama dari seluruh

kecamatan yang berada di Kabupaten Wajo. Penderita diare di tahun 2016

sebanyak 674 penderita dan pada tahun selanjutnya meningkat menjadi 706

penderita. Kasus diare selalu menempati 10 besar penyakit di setiap bulannya

pada Puskesmas Tanasitolo dan termasuk wilayah tertinggi penderita diare di

Kabupaten Wajo (Puskesmas Tanasitolo, 2017).

Berdasarkan data Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2014 kejadian

be ana banjir Kabupaten Wajo terjadi di 6 kecamatan terdampak yaitu


7

Bellawa, Bola, Tempe, Sabbangparu, Pammana, dan Tanasitolo. Dengan

tingginya angka kejadian diare pada daerah Kec. Tanasitolo Kab. Wajo ini

peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan sanitasi lingkungan

rumah dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir di wilayah kerja

Puskesmas Tanasitolo.

B. Rumusan Masalah

Sanitasi dasar merupakan syarat kesehatan lingkungan minimal

yang harus kita penuhi atau dimiliki setiap keluarga untuk memenuhi

keperluan sehari-hari. Ruang lingkup sanitasi meliputi sarana air bersih,

jamban rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan sarana pengelolaan

sampah. Terpenuhinya syarat sanitasi dasar tersebut dapat mencegah penyakit

berbasis lingkungan seperti diare. Daerah Puskesmas Tanasitolo Kabupaten

Wajo merupakan daerah yang rawan terjadi banjir. Banjir merupakan salah

satu faktor risiko meningkatnya penyakit diare pada daerah Kec.Tanasitolo.

Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti tentang “ Bagaimana Hubungan Antara

Sanitasi dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan

Tanasitolo Kabupaten Wajo?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara sanitasi dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir

Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.


8

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan sarana air bersih rumah dengan kejadian diare

pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.

b. Mengetahui hubungan sarana air minum rumah dengan kejadian diare

pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.

c. Mengetahui hubungan sarana pembuangan tinja/jamban rumah dengan

kejadian diare pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo.

d. Mengetahui hubungan sarana pembuangan air limbah rumah dengan

kejadian diare pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo.

e. Mengetahui hubungan sarana tempat pembuangan sampah rumah

dengan kejadian diare pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo.

f. Mengetahui hubungan sanitasi makanan masyarakat dengan kejadian

diare pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten

Wajo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. agi Fakultas Kesehatan Masyarakat


9

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan terhadap hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare

sekaligus sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Instansi/Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber informasi

bagi institusi terkait dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk menyusun kebijakan dalam mencegah atau mengurangi tingginya

kejadian diare di wilayah Kabupaten Wajo.

3. Bagi Penulis

Menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dalam menyusun

karya tulis serta penelitian secara ilmiah. Menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai hubungan sanitasi dengan kejadian diare pada

daerah rawan banjir.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

Sanitasi lingkungan dengan penyakit diare, selain itu penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mencegah

kejadian penyakit diare khususnya pada daerah Kabupaten Wajo.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Sanitasi

Sanitasi adalah keadaan atau kondisi yang dapat memepengaruhi

kesehatan, terutama mengenai kotoran manusia dan infeksi yang secara

khusus berkaitan dengan drainase, Pembuangan kotoran dan sampah dari

rumah tangga (World Health Organization, 1992). Sedangkan menurut

(lestari 2015), sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

1. Sarana Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan

minimal yang harus dimiliki oleh setiap keluarga dimana sanitasi

minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang

memenuhi syarat kesehatan dan menitikberatkan pada pengawasan

berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat (Azwar, 1995). Ruang lingkup sanitasi dasar meliputi sarana

air bersih, ketersediaan jamban, sarana pembuangan air limbah, dan sarana

pengelolaan sampah. Sanitasi merupakan elemen yang penting untuk

menunjang kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan

berdampak negatif pada aspek kehidupan mulai dari turunnya kualitas

kungan
li hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi asyarakat,
n
g meningkatnya jumlah kejadian diare dan penyakit lainnya

mementerian Kesehatan RI, 2016).

10
1

2. Sarana Air Bersih

Air bersih merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-

hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum

apabila telah dimasak (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Dimana air

adalah komponen lingkungan hidup yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari seperti untuk minum, masak, mandi, mencuci (Notoatmodjo,

2011). Sedangkan air yang dapat diminum adalah air yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Sumber air bersih memiliki peranan penting dalam penyebaran

beberapa penyakit menular salah satunya adalah diare yang ditularkan

melalui fecal oral. Diare disebabkan oleh bakteri E.coli yang dapat masuk

ke dalam air dengan cara pada saat hujan turun, air membawa limbah dari

kotoran hewan maupun manusia kemudian meresap ke dalam tanah

melalui pori-pori tanah atau mengalir dalam sumber air (Langit, 2016).

Sumber air berasal dari air hujan, air permukaan dan air tanah.

Didalam urutan prioritas, umumnya air tanah merupakan urutan pertama.

Air tanah berasal dari air hujan yang mengalami perkolasi atau penyerapan

ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses

filtrasi alamiah ini membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni

dibandingkan dengan air permukaan (Sumantri, 2013).

Menurut Soemirat (2002), peran air dalam terjadinya penyakit

menular adalah sebagai berikut:


1

a. Air sebagai penyebar mikroba pathogen

b. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit

c. Bila jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang

tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.

d. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit

Menurut menteri kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehata dengan Pendekatan

Keluarga, sarana air bersih yang memenuhi persyaratan adalah sumber air

bersih yang terlindungi yang mencakup PDAM, sumur pompa, sumur

gali, dan mata air terlindungi (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Sarana air bersih biasa kita dapatkan dari berbagai tempat/lokasi

yang menghasilkan sumber air bersih seperti sumur gali, sumur dalam,

penampungan air hujan, dan sistem perpipaan.

a. Sumur dangkal

Sumur dangkal merupakan pengambilan sumber mata air

di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 - 15 meter. Diperkirakan

sampai kedalaman 3 meter tanah dan belum dipastikan aman

dikonsumsi karena masih mengandung kuman-kuman akibat

kontaminasi kotoran dari permukaan tanah yang masih ada. Dan

dinding sumur sebaiknya dibuat lapisan dari semen untuk

menghindari pencemaran air tanah.


1

b. Sumur dalam

Sumur dalam berasal dari air tanah yang kedalamannya

lebih darin 15 meter. Sebagian besar air sumur dalam sudah cukup

sehat untuk di minum (Notoatmojo, 2011).

c. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)

PDAM adalah badan usaha milik pemerintah yang

mencakup usaha dalam pengelolaan air minum untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. PDAM biasanya menggunakan sistem

perpipaan untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat.

Sistem perpipaan air bersih digunakan untuk menyalurkan air bersih

dengan jarak sumber air dengan pemukiman warga sangat jauh.

Sistem perpipaan memudahkan masyarakat memperoleh air bersih.

d. Mata air terlindungi

Mata air terlindungi merupakan sumber air yang berasal

dari permukaan tanah dimana air timbul dengan sendirinya.

Digolongkan menjadi sumber mata air terlindungi juga sumber air

bersih yang digunakan berasal hanya dari mata air tanpa sistem

perpipaan atau pompa dan tanpa melalui proses

penyaringan/pengolahan dimana penduduk harus pergi ke sumber

mata air untuk mendapatkan air bersih (Yayasan Cipta Mandiri,

2013).
1

e. Penampungan air hujan

Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum.

Biasanya air hujan ditampung melalui paralon yang disambung ke

wadah air hujan. Karena kondisi paralon dan wadah huajn sering

terkena debu dari lingkungan sekitar rumah maka air hujan harus

dilakukan penyaringan. Penampungan air hujan menjadi sarang

perkembangbiakkan nyamuk.

3. Sarana Jamban Rumah Tangga

Masalah tinja dan limbah cair berhubungan erat dengan masalah

yang ada, akan dapat dieliminasi, ditekan, atau dikurangi apabila faktor

penyebab masalah dikurangi derajat kandungannya, dijauhkan atau

dipisahkan dari kontak dengan manusia. Sebagai contoh agar tidak

berperan sebagai sumber penular penyakit, tinja harus dibuang dengan

cara ditampung serta diolah pada suatu lubang dalam tanah atau bak

tertutup yang tidak terjangkit oleh lalat, tikus, dan kecoa, serta berjarak

minimal 15 meter dari sumber air minum (Soeparman & Suparmin,

2002).

a. Ketersedian jamban

Jamban merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk

tempat membuang dan mengumpulkan kotoran manusia yang biasanya

membuang dan mengumpulkan kotoran manusia yang biasanya

disebut dengan kakus atau wc dengan atau tanpa kloset dan dilengkapi

dengan sarana penampungan kotoran/tinja sehingga tidak menjadi


1

penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan rumah

(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Tinja merupakan sumber penyebar

penyakit seperti diare, disentri, kolera, kecacingan, Schistosomiasis

dan penyakit penceranaan lainnya. Upaya pencegahan kontaminasi

tinja terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan pengelolaan

pembuangan kotoran manusia dengan baik yaitu dengan menggunakan

jamban sehat, persyaratan jamban sehat yaitu tidak mengotori

permukaan tanah disekeliling jamban, tidak mengotori air permukaan

di sekitarnya, tidak mengotori air tanah sekitarnya, tidak terjangkau

oleh serangga terutama lalat dan kecoa, tidak menimbulkan bau,

mudah digunakan dan dipelihara, desain sederhana, dapat diterima

oleh pemakainya, bangunan jamban tertutup untuk melindungi dari

panas dan hujan serta binatang, terlindungi dari pandangan orang

(privacy), bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat

berpijak kuat.

Ketersediaan jamban sehat adalah kepemilikan jamban

berbentuk leher angsa oleh sebuah keluarga. Jika dalam satu rumah

terdiri dari beberapa keluarga dan menggunakan jamban leher angsa

yang sama, maka dikatakan seluruh keluarga tersebut dinyatakan

memiliki jamban keluarga. Jamban komunal (umum) tidak termasuk

dalam ketersediaan jamban keluarga karena biasanya digunakan oleh

beberapa keluarga yang tidak tinggal pada rumah yang sama

(Kementerian Kesehatan RI,


1

b. Jenis jamban

Jenis jamban yang digunakan untuk membuang tinja

terdapat beberapa jenis antara lain :

1) Jamban leher angsa

Jamban leher angsa merupakan salah satu jenis jamban

saniter dengan bentuk kloset (tempat jongkok) yang digunakan

menggunakan sistem water seal. Ciri-ciri jamban leher angsa

sistem water seal adalah adanya genangan air pada lubang kloset

yang berfungsi untuk menahan bau atau mencegah masuknya

serangga (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Jamban ini

dilengkapi dengan bak penampung kotoran yang kedap air (septic

tank) agar tidak merembes ke air tanah (Asmadi, 2012). Jamban

ini yang lebih dominan yang digunakan oleh masyarakat

Indonesia.

2) Jamban cemplung

Jamban cemplung merupakan jenis jamban yang sering

digunakan di daerah pedesaan dan daerah yang sulit dalam

pengadaan air bersih. Kontruksi jamban cemplung sangat

sederhana yaitu dengan cara menggali tanah sebagai lubang

penampung, lalu diperkuat dengan bahan penguat misalnya

anyaman bambu (Asmadi, 2012). Biasanya desainnya kurang

sempurna seperti tanpa rumah jamban dan tidak terdapat atap. Hal
1

ini dapat menimbulkan bau dan serangga mudah masuk. Ketika

hujan akan terpenuhi dengan air, sehingga jamban tidak dapat

dipakai (Notoatmodjo, 2012). Bila tinja dibuang pada jamban

cemplung, maka mikroorganisme dapat masuk ke dalam tanah

vertical paling dalam 3 meter (Machfoedz, 2004).

3) Jambang empang

Jamban empang merupakan jenis jamban yang dibangun

diatas empang. Kolam/empang terdapat ikan-ikan yang secara

sengaja dipelihara untuk memakan tinja yang dibuang secara

langsung. Biasanya ikan-ikan tersebut dibudidayakan dan

sebagian ikan dikonsumsi oleh masyarakat. Jamban jenis ini

masih banyak terdapat didaerah pedesaan terutama didaerah

budidaya ikan.

c. Tempat pembuangan akhir

Septic tank merupakan salah satu cara pengolahan limbah

domestik seperti tinja dan air seni yang paling sederhana. Sistem

septic tank menggunakan bak kedap air yang berfungsi sebagai

penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine) (Kementerian

(Kesehatan RI, 2014). septic tank menggunakan proses perombakan

limbah cair secara anaerobic yang dilengkapi dengan fasilitas resapan

efluen. Septic tank berfungsi untuk mencegah pencemaran air tanah

disekitarnya. Jarak septic tank dengan sumber air minum 10 meter

(Depkes RI, 1999).


1

Perilaku buang air besar yang sehat menggunakan fasilitas

sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Jamban sehat yaitu jamban

leher angsa yang dilengkapi dengan septic tank. Jamban sehat efektif

untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat

harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga dengan

penempatan yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah

(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Buang air besar sembarangan mempunyai risiko untuk

terkena penyakit diare. Kementerian Kesehatan telah melakukan

himbauan mengenai stop buang air besar sembarangan yang

tercantum pada (Permenkes, 2014) peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Stop buang air besar sembarangan adalah kondisi ketika individu

dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar

sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit. Stop buang air

besar sembarangan dapat diwujudkan melalui kegiatan

membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat

memutuskan alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber

penyakit secara berkelanjutan dan menyediakan serta memelihara

sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyaratan

kesehatan.
1

4. Sarana tempat pembuangan sampah

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dan

merupakan hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak

digunakan lagi karena sudah diambil unsur atau fungsi utamanya (sejati

kuncoro, 2009). Sampah dapat menimbulkan beberapa efek terhadap

kesehatan masyarakat diantaranya yaitu efek langsung dan efek tidak

langsung.

a. Efek langsung

Efek langsung dimana yang ditimbulkan akibat kontak langsung

dengan sampah contohnya, sampah beracun, sampah karsinogenik,

sampah yang mengandung kuman phatogen yang dapat menimbulkan

penyakit.

b. Efek tidak langsung

Efek ini akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan

sampah. Dekomposisi sampah akan menghasilkan leachate/lindi yang

merupakan hasil dari penguraian mikroba, lindi biasanya terdiri atas

Ca, Mg, Na, K, Fe, Khlorida, Sulfat, Phospat, Zn, Ni, CO 2, h2o, N2,

NH3, H2S, asam organic, H2. Didalam lindi bisa juga terdapat mikroba

phatogen, logam berat dan zat lain yang berbahaya tergantung dari

kualitas sampah. Lindi dapat berpengaruh terhadap kesehatan apabila

mencemari air tanah, tanah dan udara. Efek tidak langsung lainnya

adalah penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam

sampah. Sampah yang ditimbun sembarangan dapat menjadi sarang


2

lalat dan tikus. Seperti diketahi lalat merupakan vektor penyakit perut,

dan tikus membawa pinjal yang dapat menyebarkan pest.

Menurut Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang STBM prinsip

pengelolaan sampah secara aman meliputi:

a. Reduce, yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian

barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contohnya adalah

mengurangi pemakainan kantong plasitic.

b. Reuse, yaitu memanfaatkan batang yang sudah tidak terpakai tanpa

mengubah bentuk.

c. Recycle, yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang

baru. Contohnya sampah organik yang dimanfaatkan sebagai pupuk

dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang

biopori.

Setiap individu diwajibkan mempunyai sarana atau tempat

pewadahan sampah agar tidak menimbulkan bau dan mencemari

lingkungan sekitarnya. Syarat pewadahan individu menurut Dirjen

Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 yaitu, kedap air dan udara,

mudah dibersihkan, ringan dan mudah diangkat, dan memiliki penutup.

5. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah merupakan sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan

yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari kegiatan industri dan

umah
r tangga (domestik). Air limbah domestik adalah hasil buangan dari

perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenisnya


2

(Asmadi, 2012). Sesuai dengan sumbernya, maka air limbah mempunyai

kompos yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan

tetapi secara garis besar, zat-zat yang terdapat di dalam air limbah antara

lain dari air dan bahan padat (0,1%). Bahan pada ini terdiri dari bahan

organik (protein 65%, karbohidrat 25%, lemak 10%), dan bahan

anorganik (butiran, garam, metal) (Sugiharto,1987).

Volume limbah cair dari perumahan bervariasi mulai dari 200

liter sampai 400 liter per orang per hari. Air limbah rumah tangga terdiri

dari 3 macam yaitu tinja, air seni dan grey water. Grey water merupakan

air bekas cucian dapur, mesin cuci, dan kamar mandi. Campuran tinja dan

urin disebut dengan extreta. Extreta tersebut mengandung mikroba dan

pathogen yang dapat berpotensi menyebarkan penyakit melalui

kontaminasi air. Air limbah domestik harus dilakukan pengolahan agar

tidak mencemari lingkungan sekitarnya (Asmadi, 2012).

Menurut (Permenkes, 2014) Permenkes No. 3 Tahun 2014

Tentang STBM, prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:

a. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air

dari jamban.

b. Tidak boleh menjadi tempat perindukan vector

c. Tidak boleh menimbulkan bau

d. Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan

kecelakaan

e. Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur


2

Penanganan pembuangan air limbah rumah tangga dapat

dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu (Pamsimas, 2009):

a. Cara setempat, yaitu jika satu atau beberapa rumah tangga

membuang air limbah/kotoran manusia pada suatu bangunan

pengolahan yang terletak dekat dengan rumah mereka, umumnya

berupa cubluk atau tangki septic tank dan untuk air dapur (dapur,

cuci, mandi) dibuang ke saluran pembuangan air limbah.

b. Cara terpusat, yaitu pembuangan saluran air limbah rumah tangga

(air limbah jamban dan air lmbah) dari rumah tangga atau

lingkungan pemukiman (RW, desa) yang dilarikan melalui sistem

saluran (riool, pipa) menuju tempat pengolahan akhir (instalasi

pengolahan air limbah)

Drainase merupakan arti dari mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalirkan air. Secara umum, drainase didefinisikan

sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan

atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga

lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai

suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu

daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh

kelebihan air tersebut (Suripin, 2004).

Secara umum jenis saluran darinase dibagi 2 jenis yaitu terbuka

dan tertutup :
2

a. Saluran terbuka, umumnya diterapkan pada daerah yang lalu lintas

pejalan kakinya rendah dan atau tersedia lahan bebas.

b. Saluran tertutup, umumnya diterapkan pada daerah perdagangan,

pertokoan, yang lalu lintas pejalan kakinya padat dan atau tidak

tersedia lahan bebas.

Demikian juga dengan saluran drainase jika melintasi jalan raya:

a. Saluran drainase primer yaitu saluran drainase yang menerima air

dari daluran sekunder dan menyalurkan ke badan penerima air.

b. Saluran drainase sekunder yaitu bagian dari sistem primer yang

langsung melayani wilayah pemukiman.

c. Saluran drainase tersier adalah cabang dari saluran sekunder yang

menerima air hujan yang berasal dari persil bangunan.

6. Sanitasi Makanan

Makanan yang kotor akan berbahaya bagi anggota keluarga

karena dapat menyebabkan kejadian diare, sehingga agar keamanan

makanan terjaga, diusahakan agar penyimpanan makanan pada tempat

yang dingin dan tertutup, seperti pada lemari makan atau meja yang

ditutup dengan tudung saji. Faktor yang mempengaruhi tumbuh dan

berkembangnya bakteri dalam makanan adalah temperature tempat

penyimpanan makanan, merebus atau memanaskan makanan sampai

mendidih, suhu terlalu rendah saat menyimpan hidangan, minimal 7oC,

k ndungan cairan atau air dalam bahan makanan yang tinggi, jangka
a
aktu penyimpanan makanan yang lama (5 – 6 jam) (Toyo, 2005).
2

Penyimpanan makanan ada beberapa hal yang harus diperhatikan

seperti dalam hal terlindungi oleh debu, bahan kimia yang berbahaya dan

hewan lainnya. Makanan yang cepat membusuk lebih baik untuk disimpan

dalam lemari atau yang bersuhu 65,5oC juga kebih baik di suhu dingin

sekitar 4oC atau kurang. Memperhatikan jarak makanan dengan lantai15

cm, jarak makanan dengan dinding 5 cm, dan jarak makanan dengan

langit-langit 60 cm (Asmirah & Junias, 2006).

B. Tinjauan Umum tentang Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan

bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair serta

bertambahnya frekuensi buang air besar 3 kali sehari atau lebih. Penyakit

seperti ini banyak terjadi pada anak berusia 0 – 4 tahun (Kementerian

Kesehatan RI, 2014). Menurut Suraatmaja (2007), diare adalah penyakit

yang ditandai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa

darah atau lendir.

2. Penyebab Diare

Penyebab dari penyakit diare adalah infeksi bakteri atau virus.

Jalur utama masuk melalui feses manusia atau binatang, makanan, air dan

kontak penjamu pathogen tersebut menjadi risiko utama penyakit diare.

Sanitasi, kebersihan rumah tangga yang buruk, kurangnya air yang aman

an
d pajanan sampah padat dapat mengakibatkan penyakit diare (World

Health Organization, 2008).


2

Diare disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa. Pada

kelompok virus yang menyebabkan diare antara lain Rotavirus, Small

Round Stractur Virus (SRSV), dan Adenovirus. Kelompok bakteri antara

lain E.coli, Campylobacter spp, Salmonella spp, Sigella spp, dan Vibrio

cholera. Kelompok protozoa antara lain Giardia lambia, Entamoeba

hystolityca, dan Cryptosporidium parvum (Kapoor & Barnes).

Secara klinis penyebab penyakit diare dikelompokkan menjadi 6

yaitu (Depkes RI, 2011) :

a. Infeks, diare karena infeksi biasanya disebabkan karena bakteri, virus,

parasite. Menurut (World Gastroenterology Organization , 2012) agen

penyebab dari diare adalah :

1) Bakteri (Bacterial Agents)

Diarrheagenic Escherichia coli, Campylobacter jejuni, Vibrio

Cholerae O1, V. cholera O139, Shigella species, V.

parahaemolyticus, Bacteroides fragilis, C. coli, C.

upsaliensis,Nontyphoidal Salmonellae, Clostridium difficile,

Yersinia enterocolitica, dan Y. pseudotuberculosis.

2) Virus (Viral Agents)

Rotavirus, Human caliciviruses (HuCVs), Adenovirus (serotype

40/41), Astrovirus, dan Cytomegalovirus.

3) Parasit (Parasitic Agents)

Termasuk agent yang paling sedikit menyebabkan diare pada

manusia. Agent parasit yang menyebabkan diare diantaranya yaitu


2

Protozoa (Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis,

Microsporida, Entamoeba hidtolytica, Isospor belli, Cyclospora

cayetanensis, Dientamoeba fragilis, Blastocystis hominis,

Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis, Entamoeba

histolytica, dan Cyclospora cayetanensis dan Helminths

(Strongyloides stercoralis, Angiostrongylus costaricensis,

Schistosoma mansoni, S.japonicum).

b. Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein

c. Alergi : makanan, susu sapi

d. Keracunan

e. Imunodefisiensi : AIDS

Faktor penyebab diare yang lain adalah dari makanan yang

dimana makanan terkontaminasi, tercemar, basi, beracun, dan kurang

matang dalam memasak (Widjaja 2002). Penyakit diare ditukarkan oleh

kuman seperti bakteri dan virus dipersenkan 75% (Widoyono, 2008).

Sedangkan penularan melalui orofekal mempunyai mekanisme sebagai

berikut :

1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat

terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar,

baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke

rumah-rumah (distribusi) atau saat disimpan didalam rumah.

Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup


2

atau bagian yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air

dari tempat penyimpanan.

2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi

mengandung virus dan bakteri dalam jumlah yang besar. Bila tinja

tersebut dihinggapi binatang dan kemudian binatang tersebut

hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke

orang lain yang memakan makanan tersebut.

3. Klasifikasi Diare

Menurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi empat

yaitu:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi,

sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi

penderita diare.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan

terjadinya komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara

terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan

dan gangguan metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare

akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain,

seperti demam, gangguan gizi atau penyakit


2

Menurut Suraatmaja (2007), diare dibagi menjadi dua jenis yaitu

diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara

mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare kronik

adalah diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih dengan

kehilangan berat badan atau berat tidak bertambah (failure to thrive)

selama masa diare tersebut. Diare kronik dibagi lagi menjadi beberapa

jenis yaitu :

a. Diare presisten, yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi

b. Protracted diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari dua

minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4× atau lebih per hari.

c. Intraktabel diarrhea, yaitu diare yang timbul berulang kali dalam

waktu yang singkat misalnya 1 – 3 bulan.

d. Prolonged diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.

e. Chronic non specific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih

dari 3 hari tetapi tidak disertai dengan gangguan pertumbuhan dan

tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorpsi.

4. Epidemiologi Diare

Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2011) secara umum

epidemiologi diare disebabkan oleh tiga faktor yaitu :

a. Infeksi (kuman-kuman penyakit)

Diare biasanya disebabkan oleh kuman penyakit diare

seperti bakteri, virus, dan parasit yang penyebarannya melalui

perantara makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja


2

penderita, dan juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan

tinja atau disebut juga dengan feces oral. Siklus penyebaran penyakit

diare dikenal dengan istilah 5F (Feces, Files, Food, Finger, dan

Fomites).

Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko seseorang

terkena diare diantaranya yaitu :

1) Makanan yang disimpan pada suhu kamar akan menyebabkan

permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan

yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan

mikroba. Selain itu makanan yang tidak ditutup dengan baik

dapat dengan mudah membusuk dan terkontaminasi oleh bakteri

bawaan dari lalat.

2) Menggunakan dan mengomsumsi air yang tercemar.

3) Tidak membiasakan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB

ataupun setelah mengganti popok atau membersihkan tinja anak.

4) Membuang tinja (termasuk tinja anak) sembarangan.

b. Penurunan daya tahan tubuh

1) Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (lebih).

ASI berperan penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh

anak karena didalam ASI terdapat antibodi yang dapat melawan

kuman penyakit.

2) Kurang gizi/malnutrisi terutama pada anak yang kurang gizi

buruk akan mudah terkena diare. Anak dengan malnutrisi


3

beresiko tinggi menderita diare lebih parah, lebih lama dan

frekuensi episode diare nya lebih sering jika dibandingkan

dengan anak berstatus gizi buruk.

3) Imunodefisiensi/Imunosupresi, reinfeksi oleh virus (seperti

campak, AIDS).

4) Balita lebih sering terkenan diare, dengan proporsi 55%.

c. Faktor lingkungan dan perilaku

Diare adalah penyakit berbasis lingkungan yang faktor

utama penyebabnya berasal dari kontaminasi air atau tinja yang

berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat. Menurut

CDC (Centers for Disease Control and Prevention) air dan makanan

dapat terkontaminasi melalui berbagai cara, diantaranya :

1) Manusia dan hewan yang buang air besar di dekat sumber air yang

dikomsumsi manusia.

2) Air yang terkontaminasi digunakan untuk mengairi sawah.

3) Tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan.

4) Orang yang tangannya sudah terkontaminasi menyentuh peralatan

yang bisa digunakan bersama seperti gagang pintu, peralatan

masak dan lain-lain.

Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut (Depkes RI,

2005);

a Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar

melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
3

tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman

enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak

memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada pertama

kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak

pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak

mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan

tidak membuang tinja dengan benar.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa

penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua

tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara

proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.

c. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu

penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu

sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan

berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak

sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku

yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka

dapat menimbulkan kejadian diare.


3

5. Pencegahan Diare

UNICEF/WHO (2011) menyebutkan beberapa hal yang dapat

mencegah terjadinya penyakit diare yaitu :

a. Pencegahan primer

Vaksin rotavirus dan campak yang dimana ini biasa imunisasi dapat

membantu mengurangi resiko kematian akibat diare melalui dua cara,

yaitu membantu mencegah infeksi yang secara langsung menyebabkan

diare seperti infeksi dari totavirus, dan dengan membantu mencegah

diare menggunakan sabun. Cuci tangan menggunakan sabun yang

paling mudah dan murah dari segi biaya dalam mencegah terjadinya

diare. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa cuci tangan dapat

mengurangi kejadian diare lebih dari 40%, dan waktu yang tepat untuk

melakukan CTPS adalah pada saat setelah menggunakan toilet, setelah

dan sesudah memegang makanan, Meningkatkan persediaan air

minum, dan memperluas sanitasi berbasis masyarakat

b. Pencegahan skunder (to reduce disease severity)

1) Suplementasi vitamin A

2) Zink

C. Tinjaun Umum tentang Daerah Rawan Banjir

Banjir adalah tergenangnya daratan oleh air yang meluap dari

tempat-tempat penampungan air di bumi. Banyaknya air yang masuk ke

pe mpungan melebihi kapasitas (daya tampungnya), sehingga air meluap.


na
an air dari penampungan ternyata juga melebihi daya serap, sehingga
3

tidak dapat lagi terserap ke dalam tanah. Akibatnya, air menggenangi daratan

dalam waktu tertentu yang tidak terlalu lama. Daerah-daerah yang tidak

memiliki sistem drainase yang baik dapat terkena banjir jika terjadi hujan

yang sangat lebat. Air hujan yang seharusnya mengalir lancar akan terhenti

dan tergenang jika tidak ada sistem drainase yang baik. Selokan yang tertutup

oleh timbunan sampah merupakan salah satu contoh sistem drainase yang

tidak baik (Samadi, 2007).

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh

air dalam jumlah yang begitu besar. Banjir bandang adalah banjir yang datang

secara tiba-tiba yang disebabkan karena tersumbatnya sungai maupun karena

penggundulan hutan di sepanjang sungai, sehingga merusak rumah-rumah

penduduk maupun menimbulkan korban jiwa (Badan Penanggulangan

Bencana Daerah, 2012).

Berdasarkan (Kementerian Kesehatan RI, 2016), jenis-jenis banjir

dibedakan sebagai berikut:

a. Banjir bandang

Banjir bandang merupakan banjir yang sangat berbahaya, sering

kali menimbulkan korban jiwa saat banjir bandang. Banjir bandang ini

mengangkut air dan juga lumpur. Banjir ini cukup memberikan dampak

kerusakan cukup parah sebagai akibat gundulnya hutan dan rentan terjadi

di daerah pegunungan. Saat banjir bandang, biasanya banjir ini akan

m embawa pohon-pohon dan bebatuan berukuran besar sehingga bisa

merusak pemukiman warga dan dapat menimbulkan korban


3

b. Banjir air

Banjir air adalah jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya

banjir ini terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena

intensitas banyak sehingga air tidak tertampung dan terjadi peluapan.

Banjir air sangat sering terjadi saat hujan deras dalam kurun waktu yang

lama.

c. Banjir lumpur

Banjir lumpur hampir memiliki kemiripan dengan banjir

bandang, namum banjir lumpur ini keluar dari dalam bumi yang akan

mengenangi daratan. Lumpur ini mengandung bahan gas yang sangat

berbahaya.

d. Banjir rob (Banjir laut air pasang)

Banjir rob biasanya terjadi akibat air laut yang pasang dan

menerjang kawasan pemukiman di wilayah pesisir pantai. Air laut yang

pasang, akan menahan laju air sungai yang sudah banyak sehingga akan

menjebol tanggul dan meluap mengenagi daratan.

Banjir sebagai akibat dari meluapnya atau meningkatnya debit

sungai telah banyak menimbulkan kerusakan, baik dari kerusakan

lingkungan alami maupun lingkungan buatan. Identifikasi daerah rawan

banjir dapat dibagi dalam tiga faktor yaitu faktor kondisi alam, peristiwa

alam, dan aktivitas manusia. Dari faktor-faktor tersebut terdapat aspek-

a pek yang dapat mengidentifikasi daerah tersebut merupakan daerah


s
wan banjir sebagai berikut (Purnama,
3

a. Faktor konsisi alam

Beberapa aspek yang termasuk dalam faktor kondisi alam

penyebab banjir adalah kondisi alam (misalnya letak geografis

wilayah), kondisi topografi yaitu daerah dataran rendah atau cekungan,

geometri sungai, (misalnya meandering, penyempitan ruas sungai,

sedimentasi dan adanya ambang atau pembendungan alami pada ruas

sungai), serta pemanasan global yang menyebabkan kenaikan

permukaan air laut.

Permeabilitas atau daya rembesan adalah kemampuan tanah

untuk dapat melewatkan air. Permeabilitas diartikan sebagai kecepatan

bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh atau

didefinisikan juga sebagai kecepatan air untuk menembus tanah pada

periode waktu tertentu. Daerah-daerah yang mempunyai tingkat

permeabilitas tanah rendah, mempunyai tingkat infitrasi tanah yang

kecil dan runoff yang tinggi. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

karakteristik di kiri dan kanan alur sungai mempunyai tingkat

permeabilitas tanah yang rendah, merupakan daerah potensial banjir.

b. Faktor peristiwa alam

Aspek-aspek yang menentukan kerawanan suatu daerah

terhadap banjir dalam faktor peristiwa alam adalah, curah hujan yang

tinggi dan lamanya hujan, air laut pasang yang mengakibatkan

pembendungan du muara sungai, air/arus balik (back water) dari

sung utam penurun mu tan (la subsidenc


3

pembendungan aliran sungai akibat longsor, sedimentasi dan aliran

lahar dingin, dan faktor aktivitas manusia.

Faktor aktivitas manusia juga berpengaruh terhadap

kerawanan banjir pada suatu daerah tertentu. Aspek-aspek yang

mempengaruhi diantaranya, belum adanya pola pengelolaan dan

pengembangan dataran banjir, permukiman di bantaran sungai, sistem

drainase yang tidak memadai, terbatasnya tindakan mitigasi banjir,

kurangnya kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai, dan

terbatasnya upaya pemeliharaan bangunan pengendali banjir.

Menurut Samadi (2007), berdasarkan sumber air yang menjadi

penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Banjir sungai

Terjadi karena air sungai meluap. Banjir sungai dapat terjadi secara

berkaladalam kurun waktu tertentu. Curah hujan yang tinggi serta

mencairnya es ataugletser di kawasan hulu menjadi penyebab meluapnya

sungai. Di daerah tropisseperti di Indonesia, banjir sungai dapat terjadi

pada musim hujan.

2. Banjir danau

Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Meluapnya air

danaudisebabkan karena terjadinya badai atau angin yang sangat kuat

dapat menggerakkan air danau hingga keluar melewati batas (tanggul)

d nau dan masuknya air ke dalam danau, baik curah hujan maupun dari
a
ngai hingga melewati batas daya tampung
3

3. Banjir laut pasang

Terjadi badai dan gempa bumi seperti halnya pada banjir danau, badai

membawa air laut hingga ke daratan. Banjir berupa gelombang pasang

yang sampai ke daratan akibat gempa bumi disebut tsunami. Bencana

banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasar

kannilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya

peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat

dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan

adanya pasang naik airlaut. Disamping itu faktor ulah manusia juga

berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman

di daerah bantaran sungai, didaerah resapan, penggundulan hutan, dan

sebagainya), pembuangan sampah kedalam sungai, pembangunan

pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya (Badan

Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).

Penyebab banjir menurut Badan Penanggulangan Bencana

Daerah: bisa dengan curah hujan tinggi, permukaan tanah lebih rendah

dibandingkan muka air laut, terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi

perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit, banyak permukiman yang

dibangun pada dataran sepanjang sungai, aliran sungai tidak lancar akibat

banyaknya sampah serta dipinggir sungai, kurangnya tutupan lahan di

daerah hulu sungai.

Banjir bencana alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh

manusia. Sehigga, selama ini banjir cenderung dipandang sebagai takdir.


3

Penduduk yang tinggal di daerah yang sering terkena banjir juga

menganggap bahwa kebanjiran sebagai nasib. Secara umum penyebab

terjadinya banjir rendahnya kemampuan DAS dalam menyimpan air,

berkurangnya kemampuan DAS dalam mengalirkan air, berkurangnya

areal resapan untuk tempat penyimpanan air, dan pemahaman masyarakat

terhadap sumber daya air yang rendah karena diperlukan cara yang efektif

dan lebih dikenal masyarakat dalam upaya pengendalian banjir (Samadi,

2007).

Banjir ada kalanya terjadi dengan waktu yang cepat dengan

waktu genangan yang cepat pula begitu pun sebaliknya. Banjir bisa terjadi

karena curah hujan yang tinggi, luapan dari sungai, tanggul sungai yang

jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya saluran drainase, atau

bendungan yang runtuh. Banjir berkembang menjadi bencana jika sudah

mengganggu kehidupan manusia dan bahkan mengancam keselamatannya

(Mawardi & Sulaeman, 2011).


3

D. Kerangka Teori
Penyebab Penyakit (Penderita)

Faktor Penyebab:

Kuman
Infeksi
Malabsorbsi
5. Sanitasi Makanana

Faktor Lingkungan:

Sarana Air Bersih


Sarana Air Minum Kejadian Diare
Sanitasi Sarana Pembuangan Tinja/Jamban
Sarana Tempat
Pembuangan Sampah
Sarana Pembuangan Air Limbah

Faktor Sosial/Ekonomi:

Penghasilan Keluarga
Pendidikan

Faktor Perilaku:

Pengetahuan Daerah Rawan


Kebiasaan Pakai Sabun
Cuci Tangan Banjir

: Tidak Diteliti

:Diteliti

Gam r: 2.1 Kerangka Teori Modifikasi: Tomey & Alligood (2006); Mubarok
(2009)
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Sanitasi dasar merupakan syarat kesehatan lingkungan minimal

yang harus dimiliki oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperkuan sehari-

hari. Kondisi lingkungan hidup seperti sanitasi yang buruk akan berdampak

tidak baik pada kesehatan manusia. Sanitasi yang buruk bisa menyebabkan

air disekitar menjadi terkontaminasi oleh adanya bakteri, virus, maupun

parasit. Begitu pula dengan sanitasi dasar lainnya seperti sarana air bersih,

sarana pembuangan tinja/jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana

pembuangan air limbah, sarana drainase, sanitasi makanan dan lain-lain.

Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk akan menimbulkan penyakit diare.

Variabel yang diteliti pada penelitian ini hanya sanitasi dasar

lingkungan rumah yang meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan

tinja/jamban, sarana pengolahan sampah, sarana pengolahan air limbah, dan

saluran drainase. Sanitasi lingkungan Sanitasi lingkungan sangat

berhubungan dengan kejadian diare dimana lingkungan yang buruk akan

memudahkan bagi bakteri, virus, dan parasit untuk berkembang biak.

Keberadaan bakteri, virus, dan parasit akan memudahkan seseorang terkenan

penyakit diare dimana penyakit tersebut dapat menyerang siapa saja baik

or g dewasa maupun anak-anak. Penyakit tersebut penyakit yang paling


an
m terjadi apalagi pada daerah rawan banjir.

40
4

Kabupaten Wajo mempunyai beberapa daerah atau kecamatan yang

setiap tahunnya ada kejadian bencana dan salah satu wilayah yang rawan

banjir tersebut adalah wilayah kerja Puskesmas Tanasitolo. Wilayah yang

rawan banjir ini menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit diare dengan

adanya data dari Puskesmas Tanasitolo yang merupakan penyakit tertinggi.

B. Kerangka Konsep

Sarana air
bersih/minum

Sarana Pembuangan
Tinja/Jamban

Kejadian diare daerah


Sarana TPS Rawan Banjir

SPAL

Sanitasi Makanan

Gambar: 3.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

1. Ada hubungan sarana air bersih rumah dengan kejadian diare pada

daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.

2. hubungan sarana air bersih rumah dengan kejadian diare pada

daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.


4

3. Ada hubungan sarana pembuangan tinja/jamban rumah dengan kejadian

diare pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.

4. Ada hubungan sarana pembuangan air limbah rumah dengan kejadian

diare pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.

5. Ada hubungan sarana tempat pembuangan sampah rumah dengan

kejadian diare pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo.

6. Ada hubungan sanitasi makanan masyarakat dengan kejadian diare pada

daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Variabel bebas

Sanitasi lingkungan adalah suatu usaha untuk membina dan menciptakan

suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan terutama kesehatan

masyarakat.

a. Sarana air bersih adalah sumber air yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari

1) Kategori :

a) Sarana air bersih yang kategori baik dalam kehidupan sehari-

hari apabila menggunakan jenis sarana air bersih seperti (Air

PDAM, air ledeng ecera/membeli, sumur bor/pompa, sumur

gali terlindung, dan mata air terlindung). Memenuhi kriteria

fisik air yang tidak (keruh, berasa, berbau, dan berwarna),


4

Memiliki tempat penampungan yang tertutup, berada jauh

dari dari sumber pencemar ±15 meter.

b) Sarana air bersih yang termasuk kategori buruk apabila dalam

kehidupan sehari-hari air yang digunakan dari air tidak

terlindungi seperti (sumur gali tak terlindungi, mata air tak

terlindungi, penampungan air hujan, dan air permukaan

(sungai/danau/irigasi)). Tidak memenuhi kriteria fisik air

(keruh, berasa, berbau, dan berwarna), dan tidak memiliki

penampungan atau tida memiliki penutup serta berada dekat

pada sumber pencemar.

2) Skala Pengukuran : Nominal

b. Sarana air minum adalah air yang dipergunakan dalam kehidupan

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan yang dapat dikomsumsi

dengan baik.

1) Kategori :

a) Sarana air minum termasuk dalam kategori baik apa bila

menggunakan sarana air minum seperti (Air kemasan

bermerak, air isi ulang, air ledeng, sumur bor, sumur gali, dan

mata air yang terlindungi). Memenuhi kriteria fisik air yang

tidak (keruh, berasa, berbau, dan berwarna), dan disimpan

pada tempat yang aman seperti (dalam galon dalam wadah

yang mempunya tutup), serta air sudah diolah dengan baik.


4

b) Sarana air minum yang termasuk dalam kategori buruk apabila

dalam kehidupan sehari-hari air yang digunakan dari air tidak

terlindungi seperti (sumur gali tak terlindungi, mata air tak

terlindungi, penampungan air hujan, dan air permukaan

(sungai/danau/irigasi)). Tidak berada pada dalam wadah yang

tertutup dan tidak diolah dengan baik.

2) Skala pengukuran : Nominal

c. Sarana pembuangan tinja/jamban adalah sarana yang digunakan untuk

buang air besar yang dimiliki oleh responden.

1) Kategori :

a) Sarana pembuangan tinja/jamban termasuk dalam kategori bak

apabila responden memiliki Jamban keluarga yang kloset

berjenis leher angsa dan mempunyai tangki septik (tempat

pembuangan akhir).

b) Sarana pembuangan tinja/jamban termasuk dalam kategori

buruk apabila responden tidak memiliki jamban keluarga yang

kloset berjenis leher angsa dan tidak mempunyai tangki septik

(tempat pembuangan akhir).

2) Skala pengukuran : Nominal

d. Sarana tempat pembuangan sampah merupakan sarana untuk

menyimpan sampah sementara setelah sampah dihasilkan yang harus

ada setiap sumber atau penghasil yang harus ada disetiap sumber atau

penghasil sampah rumah tangga.


4

1) Kategori :

a) Sarana tempat pembuangan sampah termasuk dalam kategori

baik apabila responden memiliki tempat pembuangan sampah

keluarga yang berjenis permanen/semi permanen yang

mempunyai tutup.

b) Sarana tempat pembuangan sampah yang termasuk dalam

kategori buruk apabila tidak memiliki tempat sampah keluarga

yang berjenis permanen/semi permanen yang tidak memiliki

tutup, dibuang pada lahan terbuka di halaman ataupun di

got/saluran pembuangan, dan dibuang di sungai/empang/laut.

2) Skala Pengukuran : Nominal

e. Sarana pembuangan air limbah merupakan sarana untuk menyalurkan

pembuangan limbah rumah tangga yang meliputi air bekas cucian, air

dari kamar mandi, air dari dapur.

1) Kategori :

a) SPAL yang termasuk dalam kategori baik apabila memiliki

penampungan tertutup dipekarangan rumah dan mengalir

lancer.

b) SPAL yang termasuk dalam kategori buruk apabila tidak

memiliki penampungan tertutup di pekarangan rumah dan

tidak mengalir dengan lancer dan tersumbat.

2) Skala Pengukuran : Nominal


4

f. Sanitasi makanan merupakan perilaku masyarakat dalam menyiapkan

dan menyimpan makanan yang matang dan yang belum matang dalam

kehidupan sehari-hari.

1) Kategori :

a) Sanitasi makanan yang termasuk dalam kategori baik apabila

responden mencuci bahan makanan dengan air bersih dan

mengalir dan menyimpan makanan yang telah diolah ditempat

yang tertutup (lemari makan/kulkas), dan diatas meja yang

ditutup.

b) Sanitasi makanan yang termasuk dalam kategori buruk apabila

responden tidak mencuci bahan makanan dengan air bersih

dan mengalir dan menyimpan makanan yang telah diolah

ditempat yang tidak tertutup (lemari yang terbuka), dan

disimpan dimeja/lantai terbuka.

2) Skala pengukuran : Nominal

g. Kejadian diare adalah dimana seseorang yang menderita diare dengan

tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang

melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air

besar dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari).

1) Kategori :

a) Diare, jika mengalami diare dalam 1 bulan terakhir,

mengalami BAB lebih dari 3 kali dalam sehari, dan

Konsistensi tinja lembek sampai mencair.


4

b)Tidak diare, jika tidak mengalami diare dalam 1 bulan

terakhir, Tidak mengalami BAB lebih dari 3 kali dalam sehari,

dan konsistensi tinja tidak lembek dan tidak sampai mencair.

2) Skala pengukuran : Nominal


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian dalam bentuk survey yang bersifat

observasional dengan metode pendekatan cross-sectional, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu

periode waktu tertentu dan setiap subjek hanya dilakukan satu kali

pengamatan selama penelitian (Machfordz, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo. Lokasi penelitian ini dilakukan sebagai pertimbangan

bahwa lokasi ini merupakan kawasan rawan banjir dan memiliki data

penderita diare. Waktu penelitian dilakuakan pada bulan Maret 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah rawan banjir

Kecamatan Tanasitolo pada wilayah kerja Puskesmas Tanasitolo yang

telah menderita diare dari bulan Januari 2018.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga (RT) yang

berada dalam wilayah rawan banjir dan wilayah kerja Puskesmas

Tanasitilo yang pernah mederita diare dari bulan Januari 2018.

48
4

Besar sampel yang dihasilkan dimana dihitung dengan rumus Khotari

dalam Murti (2006) sebagai berikut :


()⁄

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi

p : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi

(95%) (Umiati, 2010)

q : 1p

Z1α/2 : statistik Z (Z = 1,96 untuk α = 0,05)

D : Data presisi absolut atau Margin of error yang diinginkan

diketahui sisi proporsi (5%)

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian yang

akan dilakukan adalah:

()
()
5

Jadi, jumlah sampel pada penelitian yang akan dilakukan berjumlah 70

orang responden dari seluruh Rumah Tangga (RT) yang ada di Kecamatan

Tanasitolo. Namun untuk menghindari terjadinya bias dalam penelitian ini

maka sampel ditambahkan 10% dari hasil perhitungan jadi jumlah

responden sebanyak 77.

3. Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah menggunakan

matode pengambilan acak sistematis (systematic random sampling) yaitu

pengambilan sampel dengan cara acak sistematis menggunakan interval

dalam memilih sampel penelitian dimana responden dibagi ke dalam

masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap kelompok.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang diperoleh

dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi secara

langsung mengenai sarana air bersih, sarana pembuangan tinja/jamban,

saran tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah

(SPAL), saluran drainase, dan sanitasi makanan.

2. Sumber data

a. Data Primer

Data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden

menggunakan kuesioner dan observasi pleh peneliti secara

langsung kepada responden mengenai sarana air bersih, sarana


5

pembuangan tinja/jamban, saran tempat pembuangan sampah,

sarana pembuangan air limbah (SPAL), saluran drainase, dan

sanitasi makanan.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui instansi pemerintah yaitu Dinas

Kesehatan Kabupaten Wajo, Kantor Kelurahan, Puskesmas

Tanasitolo serta literatur artikel ilmiah, buku jurnal, serta skripsi

yang sesuai dengan penelitian ini.

3. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan

kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada

responden sarana air bersih, sarana pembuangan tinja/jamban, saran

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL),

saluran drainase, dan sanitasi makanan. Wawancara dengan responden

yang pernah menderita penyakit diare selama 1 bulan terakhir.

4. Instrumen penelitian

Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner (Adopsi RISKESDAS 2018)

b. Checklist

c. Alat tulis

d. Kamera

Kuesioner diuji dengan uji validasi dan reliabilitas. Sifat valid

memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu


5

memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai diinginkan. Uji

validitas instrumen menggunakan uji korelasi product moment person.

Uji realiabilitas dengan rumus Alfa Crombach. Rumus korelasi

product moment person adalah sebagai berikut:

( ) ( )
√ ( ) ( )

Keterangan:

rxy : Korelasi antara variable x dan

yN : Banyaknya subjek

∑X : Skor ganji;

∑Y : Skor genap

X dan Y : Skor masing-masing skala

Tabel. 4.1
Tingkat Keeratan Hubungan
Variabel X danVariabel Y
Besar rxy Keterangan
0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak
ada)
≥0,20 - < 0,40 Hubungan rendah
≥0,40 - < 0,70 Hubungan sedang atau cukup
≥0,70 - < 0,90 Hubungan kuat atau tinggi
≥0,90 - ≤ 1,00 Hubungan sangat kuat atau tinggi

Rumus alfa cronbach:

[ ] [ ]

Keterangan:

R11 : Reliabilitas instrument


5

K : Banyaknya butir soal

∑ : Jumlah varians butir

: Varians total

Standar reliabilitasnya adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari

nilai table r (0,444), maka instrument dinyatakan reliable (Sambas &

Maman, 2007).

E. Prosedur Penelitian

1. Awal Penelitian

Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah :

a. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah yang

terjadi dilokasi penelitian.

b. Koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo,

Puskesmas Tanasitolo, dan Kantor Kelurahan.

c. Menentukan sampel penelitian

d. Menyusun kuesioner dan lembar checklist.

e. Mempersiapkan instrumen penelitian.

2. Penelitian

Tahap penelitian yang dilakukan saat pelaksanaan penelitian dimana

pada tahap ini pengisian kuesioner dan lembar checklist mengenai

sarana sanitasi dan kejadian diare.


5

3. Akhir Penelitian

Tahap akhir yaitu kegiatan setelah selesai penelitian yang dimana

pada tahap ini peneliti mencatat data hasil penelitian, analisis data, dan

pembuatan laporan.

F. Pengolaham Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Editing : Pengeditan data apabila dalam pengisian kuesioner

terdapat kesalahan dan ketidaksesuaian informasi.

2. Coding : Memberikan kode-kode tertentu pada jawaban yang ada

untuk mempermudah pengolahan.

3. Scoring : Pemberian skor pada masing-masing jawaban

4. Tabulating : Proses mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa

dan menjumlahkan secara teliti dan teratur tabel yang sudah disediakan.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan dari masing-masing variabel,

baik variable bebas dan variable terikat dan karakteristik responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas

dan variabel terikat dengan uji statistic chi square (χ2) untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan


5

variabel terikat. Uji chi square dilakukan dengan menggunakan bantuan

perangkat lunak berbentuk computer dengan tingkat signifikan p>0,05

(taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat

kepercayaan 95%:

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak

b. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima (Budiarto,

2001).
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo (2016),

Kecamatan Tanasitolo merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kabupaten

Wajo Provinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan Tanasitolo berbatasan dengan

Kecamatan Maniangpajo di sebelah utara, Kecamatan Majauleng di sebelah

timur, Kecamatan Tempe di sebelah selatan dan Kecamatan Belawa di

sebelah barat dengan garis lintang 4,0545° dan garis bujur 120,0279° dan

terletak 19 m di atas permukaan laut. Kecamatan Tanasitolo memiliki jarak

dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten sejauh 9 km dan luas

Kecamatan Tanasitolo yaitu sekitar 154,60 hektar atau sebesar 6,17 persen

dari luas Kabupaten Wajo. Kecamatan Tanasitolo terbagi atas 4 kelurahan

dan 9 desa dan ibukota Kecamatan Tanasitolo berada pada daerah Tancung.

Adapun jumlah penduduk Kecamatan Tanasitolo tahun 2016 adalah 39.911

jiwa yang terdiri dari 18.918 laki-laki dan 20.993 perempuan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah rawan banjir pada Kecamatan

Tanasitolo sebanyak 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Tancung, Kelurahan Baru

Tancung, dan Kelurahan Pincengpute dengan total sampel sebanyak 77

ru h. Dari tiga daerah yang menjadi lokasi penelitian ini adalah daerah

ma t dari Danau Tempe, apabila danau tempe meluap atau musim penghujan

de aerah ini hampir tenggelam dan setiap tahunnya terjadi banjir.

56
5

Pengambilan sampel rumah dilakukan dengan cara Systematic Random

Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak sistematik yaitu

pengambilan sampel dengan cara acak sistematis menggunakan interval

dalam memilih sampel penelitian dimana responden dibagi ke dalam masing-

masing kelompok lalu diambil secara acak tiap kelompok. Pengumpulan data

pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada

responden dengan menggunakan kuesioner dan observasi secara langsung.

Penelitian dilaksanakan sejak tanggal 26 Maret 2018 sampai dengan 4

April 2018. Hasil penelitian menguraikan analisis data yang disajikan dalam

bentuk tabel dan disertai dengan narasi atau penjelasan tentang hasil analisis

data yang telah di peroleh dari tiap Kelurahan di Kecamatan Tanasitolo.

Kemudian pada bagian akhir bab akan dijelaskan secara rinci pada bagian

pembahasan serta diuraikan mengenai keterbatasan dari penelitian ini.

1. Sebaran dan Karakterisrik Rumah Tangga/Responden

a. Sebaran Sampel Rumah Tangga

Berikut adalah sebaran rumah tangga di setiap daerah rawan banjir

di Kecamatan Tanasitolo:

Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kelurahan n Frekuensi %
Baru Tancung 22 28.6
Pincengpute 26 33.8
Tancung 29 37.7
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018
5

Berdasarkan Tabel 5.2 tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah rumah

tangga sebesar 77 yang tersebar di masing-masing Desa/Kelurahan

yang ada pada Kecamatan Tanasitolo dimana tersebar pada Kelurahan

Baru Tancung sebanyak 22 rumah tangga/responden atau 28,6%,

Kelurahan Pincengpute sebanyak 26 rumah tangga/responden atau

33,8%, dan Kelurahan Tancung yaitu sebanyak 29 rumah

tangga/responden atau 37,7%.

b. Karakteristik Umum Responden

Berdasarkan Tabel 5.3 dari hasil wawancara responden di daerah

rawan banjir, dapat dilihat bahwa karakteristik responden terdiri dari

usia dan jenis kelamin responden. Kelompok umur responden terbanyak

berada pada kelompok umur 30 – 39 tahun sebesar 35,1% dengan total

yaitu 27 responden. Sedangkan kelompok umur responden yang paling

sedikit berada pada kelompok umur >65 tahun sebesar 1,3% dengan

total yaitu 1 responden.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin

perempuan yaitu sebesar 87% dengan total 67 responden, sedangkan

responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 13% dengan

total 10 responden.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan responden yang telah

diwawancarai tersebut, dapat dilihat bahwa karakteristik pekerjaan

responden yang berada pada daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

dalam penelitian ini terdiri dari responden yang tidak bekerja, sekolah,
5

Ibu Rumah Tangga (IRT), PNS/TNI/POLRI, Pegawa swasta,

Wiraswasta/Pedagang, Petani, Nelayan, dan lainnya. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan dari responden merupakan

Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 62,3% dengan total 48 responden

sedangkan pekerjaan responden yang paling sedikit ada pada pekerjaan

PNS/TNI/POLRI dan Pegawai Swasta, dan nelayan sebesar 1,3% total

1 responden.

Berdasarkan karakteristik pendidikan responden tersebut, dapat

dilihat bahwa karakteristik pendidikam responden yang berada pada

daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo dalam penelitian ini terdiri

dari responden yang tidak pernah sekolah, Tidak tamat SD, Tamat SD,

Tamat SLTP, Tamat SLTA, dan Tamat Perguruan Tinggi. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan dari responden

yang telah diwawancarai merupakan Tamat SD sebesar 62,3% dengan

total 48 responden sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit

ada pada Pendidkan Tamat Perguruan Tinggi sebesar 1,3% total 1

responden. Berikut table distribusi karakteristik umum responden

rumah tangga/responden berdasarkan di daerah rawan banjir di

Kecamatan Tanasitolo:
6

Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Responden di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Karakteristik Frekuensi
Responden n %
Umur (Tahun)
19 – 29 21 27.3
30 – 39 27 35.1
40 – 49 15 19.5
50 – 59 13 16.3
>65 1 1.3
Jumlah 77 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 13.0
Perempuan 67 87.0
Jumlah 77 100
Pekerjaan
Tidak kerja 3 3.9
Sekolah 3 3.9
Ibu Rumah Tangga 48 62.3
PNS/TNI/POLRI 1 1.3
Pegawai Swasta 1 1.3
Wiraswasta/Pedagang 11 14.3
Petani 3 3.9
Nelayan 1 1.3
Lainnya 6 7.8
Jumlah 77 100
Pendidikan
Tidak Pernah Sekolah 6 7.8
Tidak Tamat SD 13 16.9
Tamat SD 48 62.3
Tamat SLTP 6 7.8
Tamat SLTA 3 3.9
Tamat Perguruan Tinggi 1 1.3
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit 3 Bulan

Terakhir

Berikut adalah karakteristik rumah tangga/responden berdasarkan

Riwayat penyakit 3 bulan terakhir di daerah rawan banjir di Kecamatan

Tanasitolo:
6

Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat
Penyakit di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Riwayat penyakit n Frekuensi %
Tidak ada 20 20.9
Diare/Mencret 29 38.9
Batuk/pilek/radang
12 18.6
tenggorokan
Penyakit kulit/dermatitis 1 1.3
Hipertensi 5 6.5
Asma 1 1.3
Nyeri otot 3 3.9
Lainnya 6 8.7
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut, dapat dilihat bahwa karakteristik

riwayat penyakit responden 3 bulan terakhir yang berada pada daerah

rawan banjir Kecamatan Tanasitolo dalam penelitian ini terdiri dari

responden yang tidak memeiliki penyakit, Diare/Mencret,

Batuk/pilek/radang tenggorokan, Hipertensi, Asma, Nyeri otot, dan

lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat penyakit

responden paling tinggi yaitu diare sebesar 38,9% dengan total 29

responden sedangkan riwayat penyakit responden yang paling sedikit

ada pada penyakit kulit/dermatitis dan Asma sebesar 1,3% total 1

responden.

2. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Diare

Berikut adalah karakteristik rumah tangga/responden berdasarkan

kejadian diare di daerah rawan banjir di Kecamatan Tanasitolo:


6

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kejadian Diare n Frekuensi %
Diare 29 37.7
Tidak Diare 48 62.3
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.5 tersebut, dapat dilihat bahwa kejadia diare

pada responden yaitu sebanyak 37,7% dengan total 29 responden.

Sedangkan, responden yang tidak mengalami diare yaitu sebanyak

62,3% dengan total 48 responden.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih

Pemenuhan persyaratan sumber air bersih berdasarkan jenis

sumber air yang memenuhi syarat meliputi sumber air dari Air kemasan

bermerek, air isi ulang, air ledeng/PDAM, air ledeng eceran/membeli,

sumur bor/pompa, sumur gali terlindungi, dan mata air terlindungi.

Sedangkan sumber air yang tidak memenuhi syarat meliputi sumur gali

tak terlindungi, mata air tak terlindungi, penampungan air hujan, air

permukaan (sungai/danau/irigasi). Variabel sarana air bersih

dikategorikan menjadi dua yaitu, baik dan buruk. Hasil pengambilan

data primer terkait variabel sarana air bersih dapat dilihat sebagai

berikut:
6

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan kategori Sarana Air Bersih
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Sarana Air Bersih n Frekuensi %
Baik 59 76.6
Buruk 18 23.4
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.6 tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian

besar sarana air bersih di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

termasuk dalam kategori baik sebesar 76,6% dengan total 59 responden.

Sedangkan dalam kategori buruk hanya sebesar 23,4% dengan total 18

responden.

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana Air Bersih di
Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Jenis Sarana Air Bersih n Frekuensi %

Air Permukaan
30 39.0
(Sungai/Danau/Irigasi)
Penampungan Air Hujan 47 61.0
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.7 tersebut, dapat dilihat bahwa jenis sarana

air bersih yang digunakan oleh responden paling banyak adalah

penampungan air hujan sebesar 61% dengan total 47 responden.

Sedangkan pada jenis sarana air bersih lain yang digunakan adalah air

permukaan (Sungai/Danau/Irigasi) sebesar 39% dengan total 30

responden.
6

Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Air Bersih
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Frekuensi
Kualitas Fisik Air n %
Ya Tidak Ya Tidak
Keruh 21 56 27.3 72.7
Berasa 20 57 26.0 74.0
Berbau 30 47 39.0 61.0
Berwarna 10 67 13.0 87.0
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.8 tersebut, dapat dilihat bahwa kualitas fisik

air bersih yang dimiliki oleh responden paling banyak pada air yang

berbau sebesar 39% dengan total 30 responden. Sedangkan yang paling

sedikit dengan kualitas fisik air yang berwarna sebesar 13% dengan

total 10 responden.

Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan
Penampungan Air Bersih di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kepemilikan Frekuensi
penampungan air n %
Ya 3 3.9
Tidak 74 96.1
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.9 tersebut, dapat dilihat bahwa responden

mayoritas tidak memiliki tempat penampungan air sebesar 96,1%

dengan total 74 responden. Sedangkan responden yang memiliki tempat

penampungan air hanya 3,9% dengan total 3 responden.


6

Tabel 5.10
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Penampungan Air
Bersih di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Jenis penampungan air n Frekuensi %
Tidak ada 74 96.1
Wadah lan dengan penutup 2 2.6
Bak air 1 1.3
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.10 tersebut, dapat dilihat bahwa responden

sebagian besar tidak menggunakan tempat penampungan air yaitu

sebesar 96,1% dengan total 74 responden. Sedangkan responden yang

menggunakan wadah dengan penutup sebesar 2,6% dengan total 2

responden dan responden yang menggunakan bak air sebesar 1,3%

dengan total 1 responden.

Tabel 5.11
Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Sumber Air Bersih
ke Sumber Pencemar di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Jarak dari sumber Frekuensi
pencemar n %
0-14 66 85.7
>15 11 14.3
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.11 tersebut, dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki jarak sumber air bersih ke sumber pencemar dari 0 – 14

meter sebesar 85,7% dengan total 66 responden dan yang memiliki

jarak sumber air bersih ke sumber pencemar >15 meter sebesar 14,3%

dengan total 11 responden.


6

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Sarana Air Minum

Pemenuhan persyaratan sarana air minum berdasarkan jenis

sarana air yang memenuhi syarat meliputi sumber air dari Air kemasan

bermerek, air isi ulang, air ledeng/PDAM, air ledeng eceran/membeli,

sumur bor/pompa, sumur gali terlindungi, dan mata air terlindungi.

Sedangkan sumber air yang tidak memenuhi syarat meliputi sumur gali

tak terlindungi, mata air tak terlindungi, penampungan air hujan, air

permukaan (sungai/danau/irigasi). Variabel sarana air minum

dikategorikan menjadi dua yaitu, baik dan buruk. Hasil pengambilan

data primer terkait variabel sarana air bersih dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 5.12
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sarana Air
Minum di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Sarana Air Minum n Frekuensi %
Baik 22 28.6
Buruk 55 71.4
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.12 tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian

besar sarana air minum di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

termasuk dalam kategori buruk sebesar 71,4% dengan total 55

responden. Sedangkan dalam kategori baik hanya sebesar 28,6%

dengan total 22 responden.


6

Tabel 5.13
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana Air Minum
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Jenis Sarana Air Bersih n Frekuensi %

Air Permukaan
1 1.3
(Sungai/Danau/Irigasi)
Penampungan Air Hujan 2 2.6
Sumur bor/Pompa 3 3.9
Air Ledeng eceran/Membeli 52 67.5
Air PDAM 1 1.3
Air Isi Ulang 3 3.9
Air Kemasan Bermerek 15 19.5
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.13 tersebut, dapat dilihat bahwa jenis sarana

air minum yang digunakan oleh responden paling banyak adalah air

ledeng eceran/membeli sebesar 67,5% dengan total 52 responden.

Sedangkan pada jenis sarana air minum yang digunakan kategori paling

rendah adalah air permukaan (Sungai/Danau/Irigasi) dan air PDAM

sebesar 1,3% dengan total 1 responden.

Tabel 5.14
Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Air Minum
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Frekuensi
Kualitas Fisik Air n %
Ya Tidak Ya Tidak
Keruh 4 73 5.2 94.8
Berasa 8 69 10.4 89.6
Berbau 14 63 18.2 81.8
Berwarna 2 75 2.6 97.4
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.14 tersebut, dapat dilihat bahwa kualitas fisik

air minum yang dimiliki oleh responden paling banyak pada air yang
6

berbau sebesar 18,2% dengan total 14 responden. Sedangkan yang

paling sedikit dengan kualitas fisik air yang berwarna sebesar 2.6%

dengan total 2 responden.

Tabel 5.15
Distribusi Responden Berdasarkan Pengolahan Air di Daerah
Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Pengolahan Air n Frekuensi %
Tidak diolah 39 50.6
Direbus 19 24.7
Air minum isis ulang 19 24.7
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.15 tersebut, dapat dilihat bahwa pengolahan

air minum oleh responden paling banyak adalah responden tidak

mengolah air minum tersebut sebesar 50,6% dengan total 39 responden.

Sedangkan responden yang mengolah air minum dengan direbus hanya

sebesar 24,7% dengan total 19 responden. Responden lainnya ada yang

membeli air minum isi ulang sebesar 24,7% dengan total 19 responden.

Tabel 5.16
Distribusi Responden Berdasarkan Penyimpanan Air
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo
Pengolahan Air n Frekuensi %
Dalam panic/ember terbuka 3 3.9
Dalam
19 24.7
teko/ketel/ceret/termos
Dalam panci/ember yang
47 61.0
mempunyai tutup
Dalam galom 8 10.4
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018
6

Berdasarkan Tabel 5.16 tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian

besar responden yang menyimpan air ditempat yang aman dimana

penyimpanan air dalam panci/ember yang mempunyai tutup sebesar

61% dengan total 47 responden. Sedangkan responden yang

menyimpan air dalam panci/ember yang terbuka sebesar 3,9% dengan

total 3 responden.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Sarana Pembuangan

Tinja/Jamban

Pemenuhan persyaratan sarana pembuangan Tinja/Jamban rumah

tangga pada penelitian di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

dikategorikan menjadi dua yaitu kategori baik dan buruk. Kriteria

Jamban sehat pada penelitian ini yang merupakan jamban sehat apabila

memenuhi syarat seperti, tersedianya kloset berjenis leher angsa,

memiliki tempat pembuangan akhir (Septic tank).

Variabel sarana air minum dikategorikan menjadi dua yaitu, baik

dan buruk. Hasil pengambilan data primer terkait variabel sarana air

bersih dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.17
Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Sarana
Pembuangan Tinja/ Jamban di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kepemilikan Jamban n Frekuensi %
Ada 59 76.4
Tidak Ada 18 23.4
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018
7

Berdasarkan Tabel 5.17 tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian

besar responden memiliki sarana pembuangan Tinja/Jamban di daerah

rawan banjir Kecamatan Tanasitolo sebesar 76,4% dengan total 59

responden. Sedangkan responden yang tidak memiliki jamban hanya

sebesar 23,4% dengan total 18 responden.

Tabel 5.18
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana
Pembuangan Tinja/ Jamban di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Jenis Jamban n Frekuensi %
Tidak ada 18 23.4
Cemplung 3 3.9
Leher Angsa 59 72.7
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.18 tersebut, dapat dilihat bahwa responden

yang paling banyak digunakan adalah kloset leher angsa sebesar 72,7%

dengan total 59 responden. Sedangkan responden yang paling sedikit

digunakan adalah jenis cemplung sebesar 3,9% dengan total 3

responden selebihnya responden tidak memiliki sarana pembuangan

tinja/jamban.

Tabel 5.19
Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Pembuangan
Akhir Tinja/ Jamban di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
n Frekuensi %
Jenis Jamban

Tidak ada 18 23.4


Lubang Dalam Tanah 3 3.9
Sungai/Got/Danau/Empang 1 1.3
Kolam/Sawah 1 1.3
7

Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.19 tersebut, dapat dilihat bahwa tempat

pembuangan akhir tinja/jamban responden paling banyak pada tangki

septik sebesar 70,1% dengan total 54 responden. Sedangkan responden

yang tempat pembuangan akhir tinja/jamban di

semak/pekarangan/kebun/tanah lapang dan kolam/sawah hanya 1,3%

denga total 1 responden.

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Sarana Pembuangan Air Limbah

Pemenuhan persyaratan sarana pembuangan air limbah rumah

tangga pada penelitian di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

dikategorikan menjadi dua yaitu kategori baik dan buruk. Kriteria sarana

pembuangan air limbah pada penelitian ini yang merupakan SPAL sehat

apabila memenuhi syarat apabila menggunakan penampungan tertutup

dipekarangan rumah, dan Mengalir lancer.

Variabel sarana pembuangan air limbah dikategorikan menjadi

dua yaitu, baik dan buruk. Hasil pengambilan data primer terkait

variabel sarana air bersih dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.20
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sarana
Pembuangan Air Limbah di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Sarana Pembuangan Air Frekuensi
Limbah n %
Baik 2 2.6
Buruk 75 97.4
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018
7

Berdasarkan Tabel 5.20 tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian

besar sarana pembuangan air limbah di daerah rawan banjir Kecamatan

Tanasitolo termasuk dalam kategori buruk sebesar 97,4% dengan total

75 responden. Sedangkan dalam kategori baik hanya sebesar 2,6%

dengan total 2 responden.

Tabel 5.21
Distribusi Responden Berdasarkan Saluran Pembuangan Air
Limbah di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Tempat saluran Frekuensi
pembuangan air limbah n %
Langsung ke got/sungai 42 54.5
Penampungan terbuka
33 42.9
dipekarangan rumah
Penampungan tertutup
2 2.6
dipekarangan rumah/SPAL
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.21 tersebut, dapat dilihat bahwa kondisi

saluran pembuangan air limbah yang buruk lebih banyak dibandingkan

dengan saluran pembuangan air limbah yang bak dimana saluran yang

mengalir langsung ke got/ sungai sebesar 54,5% dengan total 42

responden dan saluran penampungan terbuka sebesar 42,9% dengan

total 33 responden sedangkan saluran penampungan tertutup

dipekarangan rumah/SPAL sebesar 2,6% dengan total 2 responden.


7

Tabel 5.22
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Saluran
Pembuangan Air Limbah di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kondisi saluran Frekuensi
pembuangan air limbah n %
Tidak ada selokan 23 29.9
Tersumbat 9 11.7
Tidak mengalir 18 23.4
Mengalir lancer 27 35.1
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.22 tersebut, dapat dilihat bahwa kondisi

saluran pembuangan air limbah di daerah rawan banjir Kecamatan

Tanasitolo yang adalah kondisi saluran pembuangan air limbah dengan

lancer sebesar 35,1% dengan total 27 responden sedangkan yang paling

sedikit dengan kondisi saluran air limbah yang tersumbat sebesar 11,7%

dengan total 9 responden.

f. Karakteristik Responden Berdasarkan Sarana Tempat Pembuangan

Sampah

Pemenuhan persyaratan sarana tempat pembuangan sampah

rumah tangga pada penelitian di daerah rawan banjir Kecamatan

Tanasitolo dikategorikan menjadi dua yaitu kategori baik dan buruk.

Kriteria sarana tempat pembuangan sampah pada penelitian ini yang

merupakan tempat sampah yang memenuhi syarat seperti, tempat

sampah permanen yang memiliki tutup. Sedangkan tempat sampah yang

tidak memenuhi syarat seperti kantong plastic dan membuang pada

lahan terbuka di halaman.


7

Variabel sarana pembuangan air limbah dikategorikan menjadi

dua yaitu, baik dan buruk. Hasil pengambilan data primer terkait

variabel sarana air bersih dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.23
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sarana Tempat
Pembuangan Sampah di Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo
Jenis Sarana Tempat Frekuensi
Pembuangan Sampah n %
Tidak ada 43 57.4
Lainnya 1 2.0
Kantong plastic 5 5.0
Semi permanen
8 12.9
(tong/keranjang) terbuka
Permanen (batu/semen)
2 2.0
terbuka
Semi permanen
1 1.0
(tong/keranjang) tertutup
Lahan terbuka di halaman 17 19.8
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.23 tersebut, dapat dilihat bahwa responden

yang tidak mempunyai tempat sampah masih lebih tinggi sebesar 57.4%

dengan total 43 responden. Sedangkan yang mempunyai tempat sampah

semi permanen ((tong/keranjang) tertutup hanya sebesar 1% dengan

total 1 responden. Sebagian responden yang tidak mempunyai tempat

sampah membuang sampah pada lahan terbuka da nada juga yang

membuang pada sungai/empang/laut/got/kebun.

g. Karakteristik Responden Berdasarkan Sanitasi Makanan

Pemenuhan persyaratan sanitasi makanan rumah tangga pada

penelitian di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo dikategorikan

menjadi dua yaitu kategori baik dan buruk. Kriteria sanitasi makanan
7

pada penelitian ini yang merupakan sanitasi makanan yang memenuhi

syarat apabila melakukan pencucian makan sebelum diolah dan

dilindingi dari tikus, lalat, kwcoa, cicak, semut dan serangga lainnya.

Variabel sarana pembuangan air limbah dikategorikan menjadi

dua yaitu, baik dan buruk. Hasil pengambilan data primer terkait

variabel sarana air bersih dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.24
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sanitasi Makanan
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Sanitasi Makanan n Frekuensi %
Baik 22 28.6
Buruk 55 71.4
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.24 tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian

besar sanitasi makanan di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

termasuk dalam kategori buruk sebesar 71.4% dengan total 55

responden. Sedangkan dalam kategori baik hanya sebesar 28.6%

dengan total 22 responden.

Tabel 5.25
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Sanitasi Makanan
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Perilaku sanitasi makanan n Frekuensi %
Tidak 39 50.6
Kadang-kadang 15 19.5
Ya 23 29.9
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018
7

Berdasarkan Tabel 5.25 tersebut, dapat dilihat bahwa responden

yang melakukan pencucian bahan makanan dengan air bersih dan

mengalir sebelum diolah responden sebagian besar tidak melakukan

pencucian bahan makanan sebelum diolah sebesar 50,6% dengan total

39 responden. Sedangkan, responden yang melakukan pencucian bahan

makanan sebelum diolah sebesar 29,9% dengan total 23 responden.

Tabel 5.26
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Sanitasi Makanan
di Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Perilaku Sanitasi Makanan n Frekuensi %
Tidak terlindungi 1 1.3
Meja/lantai dan terbuka 1 1.3
Dalam lemari yang tidak
1 1.3
tertutup
Di atas meja dan ditutup 31 40.3
Dalam lemari makan
43 55.8
tertutup/kulkas
Jumlah 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.26 tersebut, dapat dilihat bahwa perilaku

responden dalam menyimpan makanan sebagian besar menyimpan

dalam lemari makan tertutup/kulkas sebesar 55,8% dengan total 43

responden. Sedangkan, responden yang yang presentase paling sedikit

dalam perilaku penyimpanan bahan makan yaitu tidak terlindungi,

disimpan di meja/lantai dan terbuka, dan dalam lemari yang tidak

tertutup sebesar 1,3% dengan total 1 responden.


7

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare di

Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Analisis hubungan antara variabel sumber air bersih dengan

kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-square. Sarana Air

Bersih dibagi menjadi 2 yaitu baik dan buruk. Adapun hasil uji yang

diperoleh dapat dilihat pada table 5.27

Tabel 5.27
Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air bersih dengan Kejadian
Diare pada Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kejadian Diare p
Sarana Air Tidak Total
Bersih Diare
Diare
f % f % f %
1.000
Baik 22 37.3 37 62.7 59 100
Buruk 7 38.9 11 61.1 18 100
Total 29 37.7 48 62.3 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.27 dapat diketahui bahwa dari 18 responden

yang memiliki sarana air bersih yang buruk, sebanyak 7 responden

dengan presentasi 38,9% yang mengalami keluhan diare dan 11

responden dengan presentasi 61,1% yang tidak mengalami keluhan

diare. Sedangkan dari 59 responden yang memiliki sarana air bersih

yang baik, sebanyak 22 responden dengna presentasi 37,3% yang

mengalami keluhan diare dan 37 responden dengan presentasi 62,7%

yang tidak mengalami keluhan diare. Berdasarkan hasil uji chi-Square


7

menunjukkan nila p-value 1,000 ≥ 0,05 berarti hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana air bersih

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir.

b. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air Minum dengan Kejadian Diare

di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Analisis hubungan antara variabel sumber air minum dengan

kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-square. Sarana Air

Minum dibagi menjadi 2 yaitu baik dan buruk. Adapun hasil uji yang

diperoleh dapat dilihat pada table 5.28

Tabel 5.28
Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air Minum dengan Kejadian
Diare pada Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kejadian Diare P
Sarana Air Tidak Total
Minum Diare
Diare
f % F % f %
0,911
Baik 9 40.9 13 59.1 22 100
Buruk 20 36.4 35 63.6 55 100
Total 29 37.7 48 62.3 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.28 dapat diketahui bahwa dari 55 responden

yang memiliki sarana air minum yang buruk, sebanyak 20 responden

dengan presentasi 36,4% yang mengalami keluhan diare dan 35

repondeng dengan presentasi 63,6% yang tidak mengalami keluhan

diare. Sedangkan dari 22 responden yang memiliki sarana air minum

yang baik, sebanyak 9 responden dengna presentasi 40,9% yang


7

mengalami keluhan diare dan 13 responden dengan presentasi 59,1%

yang tidak mengalami keluhan diare. Berdasarkan hasil uji chi-Square

menunjukkan nila p-value 0,911 ≥ 0,05 berarti hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana air bersih

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir.

c. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Akhir Tinja/Jamban

dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan

Tanasitolo

Analisis hubungan antara variabel sarana pembuangan akhir

tinja/jamban dengan kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan

Tanasitolo Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-square.

Sarana pembuangan akhir tinja/jamban dibagi menjadi 2 yaitu

memiliki dan tidak memiliki sarana pembuangan tinja/jamban. Adapun

hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada table 5.29

Tabel 5.29
Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Akhir
Tinja/Jamban dengan Kejadian Diare pada Daerah
Rawan Banjir KecamatanTanasitolo
Kabupaten Wajo
Kejadian Diare P
Jamban Tidak Total
Diare
Diare
f % f % f %
0,877
Tidak 6 33.3 12 66.7 18 100
Ya 23 39.0 36 61.0 59 100
Total 29 37.7 48 62.3 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.29 dapat diketahui bahwa dari 18 responden

yang memiliki sarana pembuangan tinja/jamban, sebanyak 6 responden


8

dengan presentasi 33,3% yang mengalami keluhan diare dan 12

responden dengan presentasi 66,7% yang tidak mengalami keluhan

diare. Sedangkan dari 59 responden yang memiliki sarana pembuangan

tinja/jamban , sebanyak 23 responden dengna presentasi 39% yang

mengalami keluhan diare dan 36 responden dengan presentasi 61%

yang tidak mengalami keluhan diare. Berdasarkan hasil uji chi-Square

menunjukkan nila p-value 0,877 ≥ 0,05 berarti hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana air bersih

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir.

d. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Air Limbah dengan

Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Analisis hubungan antara variabel sarana pembuangan air limbah

dengan kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-square. Sarana

pembuangan air limbah dibagi menjadi 2 yaitu baik dan buruk.

Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada table 5.30

Tabel 5.30
Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Air Limbah
dengan Kejadian Diare pada Daerah Rawan Banjir
KecamatanTanasitolo Kabupaten Wajo
Kejadian Diare P
SPAL Tidak Total
Diare
Diare
f % f % f %
1,000
Baik 1 50.0 1 50.0 2 100
Buruk 28 37.3 47 62.7 75 100
Total 29 37.7 48 62.3 77 100
Sumber: Data Primer, 2018
8

Berdasarkan Tabel 5.30 dapat diketahui bahwa dari 75 responden

yang memiliki sarana pembuangan air limbah yang buruk, sebanyak

28 responden dengan presentasi 37,3% yang mengalami keluhan diare

dan 47 dengan presentasi 62,7% yang tidak mengalami keluhan diare.

Sedangkan dari 2 responden yang memiliki sarana air minum yang

baik, sebanyak 1 responden dengna presentasi 50% yang mengalami

keluhan diare dan 1 responden dengan presentasi 50% yang tidak

mengalami keluhan diare. Berdasarkan hasil uji chi-Square

menunjukkan nila p-value 1,000 ≥ 0,05 berarti hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana air bersih

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir.

e. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Tempat Pembuangan Sampah

dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan

Tanasitolo

Analisis hubungan antara variabel Sarana tempat pembuangan

sampah dengan kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan

Tanasitolo Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-square.

Sarana tempat pembuangan sampah dibagi menjadi 2 yaitu memiliki

dan tidak memiliki sarana tempat pembuangan sampah.


8

Tabel 5.31
Hubungan Antara Sanitasi Tempat Sampah dengan Kejadian Diare
pada Daerah Rawan Banjir KecamatanTanasitolo
Kabupaten Wajo
Kejadian Diare P
Tempat Tidak Total
Sampah Diare
Diare
f % f % f %
0,144
Tidak 13 29.5 31 70.5 44 100
Ya 16 48.5 17 51.5 33 100
Total 29 37.7 48 62.3 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.31 dapat diketahui bahwa dari 44 responden

yang tidak memiliki sarana tempat pembuangan sampah, sebanyak 13

responden dengan presentasi 29,5% yang mengalami keluhan diare

dan 31 responden dengan presentasi 70,5% yang tidak mengalami

keluhan diare. Sedangkan dari 33 responden yang memiliki sarana

tempat pembuangan sampah, sebanyak 16 responden dengna

presentasi 48,5% yang mengalami keluhan diare dan 17 responden

dengan presentasi 51,5% yang tidak mengalami keluhan diare.

Berdasarkan hasil uji chi-Square menunjukkan nila p-value 0,114 ≥

0,05 berarti hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara sarana air bersih dengan kejadian diare di wilayah

rawan banjir.

f. Hubungan Antara Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare di

Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Analisis hubungan antara variabel sanitasi makanan dengan

kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo


8

Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-square. Sanitasi

makanan dibagi menjadi 2 yaitu baik dan buruk. Adapun hasil uji yang

diperoleh dapat dilihat pada table 5.32

Tabel 5.32
Hubungan Antara Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare pada
Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
Kejadian Diare P
Sanitasi Tidak Total
Makanan Diare
Diare
f % f % f %
0,147
Baik 5 22.7 17 77.3 22 100
Buruk 24 43.6 31 56.4 55 100
Total 29 37.7 48 62.3 77 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 5.32 dapat diketahui bahwa dari 55 responden

yang memiliki sanitasi makanan yang buruk, sebanyak 24 responden

dengan presentasi 43,6% yang mengalami keluhan diare dan 31

responden dengan presentasi 56,4% yang tidak mengalami keluhan

diare. Sedangkan dari 22 responden yang memiliki sarana air minum

yang baik, sebanyak 5 responden dengna presentasi 22,7% yang

mengalami keluhan diare dan 17 responden dengan presentasi 77,3

tidak mengalami keluhan diare. Berdasarkan hasil uji chi-Square

menunjukkan nila p-value 0,147 ≥ 0,05 berarti hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana air bersih

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir.


8

3. Rangkuman Hasil Analisis Bivariat

Hasil rangkuman analisis bivariat hubungan antara sanitasi dengan

kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten

Wajo dapat ditampilkan pada table 5.33

Tabel 5.33
Rangkuman Hasil Analisis Hubungan Sanitasi dengan Kejadian
Diare pada Daerah Rawan Banjir Kecamatan
Tanasitolo Kabupaten Wajo
No Variabel Nilai p Hipotesis
Tidak ada
1 Sarana Air Bersih 1,000
hubungan
Tidak ada
2 Sarana Air Minum 0,911 hubungan
Tidak ada
3 Jamban 0,877 hubungan
Tidak ada
4 SPAL 1,000 hubungan
Tidak ada
5 Tempat Sampah 0,144 hubungan
Tidak ada
6 Sanitasi Makanan 0,147
hubungan
Sumber: Data Primer, 2018

Dari enam variabel penelitian menunjukkan bahwa variabel sarana

air bersih dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan

Tanasitolo Kabupaten Wajo tidak ada hubungan, dimana hasil pengujian

secara statistik menunjukkan nilai p = 1,000, variabel sarana air minum

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo tidak ada hubungan, dimana hasil pengujian secara

statistik menunjukkan nilai p = 0,911. Begitu pun dengan variabel sarana

p mbuangan akhir tinja/jamban yang dimana hasil pengujian statistik


e
enunjukkan nilai p = 0,877. Variabel sarana pembuangan air limbah
m
k ada hubungan dengan hasil statistik menunjukkan nilai p = 1,000,
ti
8

variabel sarana tempat pembuangan sampah dengan hasil pengujian

statistik menunjukkan nilai p = 0,144, dan variabel sanitasi makanan

dengan nilai p = 0,147.

C. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sanitasi dengan

kejadian diare di wilayah rawan banjir yang dimana unit analisis yang

digunakan adalah rumah tangga, responden yang menjadi sasaran adalah ibu

rumah tangga, bapak rumah tangga, atau orang yang pernah menderita

penyakit diare. Kecamatan Tanasitolo merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Wajo yang menjadi daerah rawan banjir. Adapun Kecamatan

Tanasitolo memiliki 13 kelurahan/desa, namun 3 kelurahan yang menjadi

fokus peneliti dikarenakan daerah tersebut berdekatan dengan Danau Tempe

sehingga paling rawan terjadi banjir.

1. Sebaran dan Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, hasil dapat dilihat bahwa responden yang

termasuk dalam penelitian ini berjumlah 77 dimana sebaran responden

berada pada kelurahan Baru Tancung 22 responden, Pincengpute 26

responden dan Tancung 29 responden dimana tiga Kelurahan tersebut

termasuk pada wilayah rawan banjir di Kecamatan Tanasitolo. Dari hasil

juga memperlihatkan bahwa umur dan jenis kelamin responden dimana

umur responden terbagi menjadi 5 kelompok dan responden yang

merupakan mayoritas dari penelitian ini yaitu pada usia antara 30 - 39

tahun sebanyak 35,1%. Umur responden perlu untuk diketahui karena


8

berhubungan dengan tingkat pengetahuan serta kondisi psikologis,

sehingga data yang diperoleh benar-benar representasi kondisi rumah

dengan lingkungan sekitarnya. Mayoritas responden dalam penelitian ini

merupakan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 87%.

Pada jenis pekerjaan memperlihatkan bahwa dari 77 responden

penelitian ini, sebagian besar sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah

62,3%. Sebagian besar ibu rumah tangga yang menjadi responden karena

penelitian ini dilakukan pada waktu pagi sampai menjelang sore dimana

suami atau anggota keluarga lainnya tidak berada di rumah. Dari

beberapa responden peneliti hanya mendapatkan 1 Pegawai negeri sipil

(PNS) karena sebagian besar penduduk bermata pecarian sebagai nelayan

dan petani.

Ditinjau dari tingkat pendidikan dari responden menunjukkan

bahwa masih banyak yang hanya berpendidikan tamat SD yaitu sebesar

62,3%. Dari hasil ini kita dapat melihat pendidikan pada wilayah ini

masih sangat rendah dari segi pendidikan. Pendidikan merupakan suatu

usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi

pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang

ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan

untuk menanamkan nila-nilai dan norma-norma tersebut serta

mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam

hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses kehidupan (Ihsan,

2003). Pendidikan kesehatan juga pada hakikatnya adalah suatu


8

atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat,

kelompok atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan

tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan

tersebut diharapkan dapat mempengaruhi perubahan perilakunya

(Notoatmodjo, 2003).

2. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare di

Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Sumber air bersih adalah air yang digunakan oleh masyarakat untuk

keperluan sehari-hari seperti, memasak, mandi, dan mencuci. Analisis

hubungan antara variabel sumber air bersih dengan kejadian diare di

daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dengan

menggunakan uji chi-square dengan uji bivariat diperoleh hasil tidak ada

hubungan dimana nilai p = 1,000 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Putranti & Lilis (2009), berdasarkan penelitian

yang dilakukan di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten

Tuban Tahun 2009 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara

penyediaan air bersih dengan kejadian diare dengan nilai p = 0,941 (p <

0,05). Adapun penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu,

Penelitian yang dilakukan oleh Praptiwi (2011), di dua desa yaitu di desa

Purwodadi Kecamatan Tembarak dan Desa Tepusan Kecamatan Kaloran

Kabupaten Temanggung bahwa, adanya hubungan yang signifikan antara

penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada


8

Data sumber air bersih yang digunakan oleh responden masih

tergolong sarana air bersih yang buruk dengan presentasi tertinggi

menggunakan sumber air yang tidak terlindungi 67,3%. Dari 77

responden dengan adanya sumber air yang tidak terlindungi ini

menyebabkan terjadinya diare terhadap 7 responden. Berdasarkan dari

hasil pengamatan dilapangan dapat dijelaskan bahwa kondisi sanitasi

sarana air bersih yang buruk langsung dipergunakan oleh responden,

tidak ada sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan mencuci dan

mandi tetapi dari hasil analisis tersebut tidak menimbulkan adanya

hubungan dengan kejadian diare.

Pada penelitian ini dapat dilihat tidak adanya hubungan variabel

sumber air bersih dengan kejadian diare namun dilihat dari sarana air

bersih yang digunakan merupakan air yang termasuk kategori buruk yang

tidak terlindungi. Ada beberapa sebab terjadinya hal tersebut yang

pertama karena analisis chi-square tersebut menghubungan variabel

dengan kejadian diare yang berada apa wilayah rawan banjir dimana, dari

77 responden yang mengalami diare hanya 29 responden. Jadi dalam

analisis tersebut tidak ada hubungan walaupun ditinjau dari kategori

sarana air bersih yang digunakan adalah kategori buruk.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), dalam Pedoman Tata

Laksana Diare menunjukkan bahwa masyarakat yang dijangkau oleh

penyediaan air bersih mempunyai risiko menderita lebih kecil

dibandingkan dengan mesyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.


8

Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mula dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan pada penelitian ini yaitu jenis

sarana air bersih, kualitas fisik air, adanya tempat penampungan air, dan

faktor penting lannya terkait jarak sumber air bersih dari sumber

pencemar yang dapat menimbulkan penyakit diare. Berdasarkan hasil

penelitian, terdapat dua sarana air bersih utama yang digunakan oleh

rumah tangga untuk aktivitas sehari-hari. Sarana air bersih terbanyak

yang digunakan oleh rumah tangga adalah penampungan air hujan yaitu

sebesar 61%. Penggunaan sarana air bersih lainnya adalah air permukaan

(sunga/danau/irigasi) yaitu sebesar 39%. Tidak adanya penggunaan

sarana air bersih lainnya dalam wilayah ini dikarenakan lebih mudah

mengakses air permukaan dan juga karena dilihat dari keadaan ekonomi.

Selan itu, tidak ada satupun yang menggunakan air sumur gali sebagai

sarana air bersih, karena menurut masyarakat sumur gali memiliki

kualitas yang sama dengan air permukaan dan masayarakat menganggap

kualitas air sumur gali buruk dibandingkan dengan air permukaan.

Salah satu sumber air yang paling banyak berinteraksi dengan

manusia adalah sungai. Beberapa contoh fungsi sungai adalah sumber air

bagi masyarakat, sebagai sarana air minum, dan tempat mencuci dan

mandi bagi masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah aliran sungai.

Menurut Agustiningsih, dkk (2012), sungai adalah ekosistem yang


9

mengalami pencemaran yang paling berat oleh karena semua

pembuangan dari segala kegiatan baik dari perumahan, industri,

semuanya berakhir di sungai itu sendiri.

Untuk kualitas air bersih yang dimiliki responden sebagian besar

responden sudah tidak memiliki kualitas air yang baik dan ada beberapa

responden yang memiliki kualitas fisik air yang buruk. Kualitas fisik air

yang buruk adalah berbau sebesar 39% responden, berasa sebesar 26%

responden, keruh sebesar 27,3% responden, dan berwarna sebesar 13%

responden. Menurut Depkes RI (1995), salah satu upaya untuk

mengetahui kualitas sarana penyediaan air bersih diantaranya dengan cara

melakukan pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas fisik sumber air.

Tujuan inspeksi ini adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang

berpotensi menyebabkan terjadnya pencemaran. Sedangkan untuk jarak

sarana air bersih dengan sumber pencemar, penggunaan air sungai oleh

rumah tangga dianggap jaraknya nol.

Menurut Marjuki (2008), setiap sarana sanitasi air bersih memiliki

masing-masing persyaratan yang berbeda-beda, tetapi dari setiap

persyaratan yang ada, syarat utama yang harus diperhatikan adalah jarak

dari sumber air bersih dengan tempat pembuangan tinja/sumber pencemar

lainnya yang tidak boleh kurang dari 10 meter.

Responden sebagian besar tidak memiliki tempat penampungan air

dimana presentasi responden yang tidak mempunyai tempat

penampungan air sebesar 96,1% selebihnya ada yang menggunakan


9

wadah dengan penutup dan baik air. Responden tidak menggunakan

tempat penampungan karena kebiasaan yang hanya langsung mengambil

dari kran air dan untuk mandi dan mencuci responden lebih memilih ke

pinggir sungai.

3. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Air Minum dengan Kejadian Diare di

Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Sumber air minum adalah air yang digunakan oleh masyarakat

untuk keperluan sehari-hari untuk dikomsumsi didalam rumah tangganya.

Analisis hubungan antara variabel sumber air minum dengan kejadian

diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo

dengan menggunakan uji chi-square dengan uji bivariat diperoleh hasil

tidak ada hubungan dimana nilai p = 0,911 (p > 0,05). Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian dari Aini (2016) di wilayah kerja

Puskesmas Banyuasin Kecamatan Loano Kabupaten Purwerejo bahwa

tidak ada hubungan antara sarana air minum dengan kejadian diare

dengan nilai p = 0,141 (p > 0,05). Hasil penelitian yang tidak sejalan

dalam penelitian ini yaitu hasil penelitian Nugraheni (2012), adanya

hubungan sarana air minum dengan kejadian diare di Kecamatan

Semarang Utara Kota Semarang nilai p = 0,009 (p < 0,05) minum dengan

kejadian diare. Adapun hasil penelitian Sutomo (1987) mengatakan

bahwa, ada hubungan antara sumber air minum yang dikomsumsi di

umah-rumah
r pada daerah pedesaan dan responden yang menggunakan

air bersih memiliki kecenderungan lebih kecil menderita


9

Sebaliknya responden yang tidak menggunakan air bersih memiliki

kecenderungan menderita penyakit diare.

Data sumber air minum yang digunakan oleh responden masih

tergolong sarana air minum yang buruk dengan presentasi tertinggi

menggunakan sarana air minum ledeng eceran/membeli dengan

presentasi 67,5% dan responden dalam penelitian ini sebagian besar tidak

mengolah air minum sebelum dikomsumsi dengan presentasi 50,6% yang

tidak mengolah air minum sebelum dikomsumsi. Dari 77 responden tidak

mengolah air minum sebelum dikomsumsi ada 20 responden yang

mengalami diare. Sarana air minum yang dikomsumsi oleh responden

yang berada pada wilayah rawan banjir termasuk sarana air minum yang

baik tapi sebagian besar responden tidak mengolah air minum dengan

cara masak seperti, dengan memasak/merebus sampai mendidih.

Responden yang menggunakan air isi ulang hanya sebagian kecil dari

responden yang telah di teliti hanya sebesar 24,7% begitupun dengan

responden yang merebus sarana air minum sebesar 24,7% responden.

Mengolah air sebelum dikomsumsi dalam penelitian ini merupakan

hal yang masih tidak terlalu diterapkan pada responden yang berada pada

wilayah Kecamatan Tanasitolo. Memasak air merupakan cara paling baik

untuk proses purifikasi air di rumah. Agar proses purifikasi menjadi lebih

efektif, maka air dibiarkan mendidih antara 5 – 10 menit. Hal tersebut

bertujuan agar semua kuman, spora, kista, dan telur mati sehingga air

bersifat steril. Selain itu, proses pendidihan juga dapat mengurangi


9

kesadahan karena dalam proses pendidihan terjadi penguapan CO 2 dan

pengendapan CaCO3 (Chandra, 2007).

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi

yang tidak kalah pentingnya berkatan dengan kejadian diare. Sebagian

kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral.

Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau

benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,

dan makanan yang disiapkan dengan panic yang di cuci dengan air

tercemar (Depkes RI, 2000).

Air minum adalah air yang dikomsumsi oleh masyarakat baik itu

diolah maupun yang tidak diolah. Air minum yang baik adalah air yang

telah diolah baik itu air yang direbus atau air kemasan yang telah diolah

oleh pabrik tertentu. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa air

yang dikomsumsi sebagian besar adalah air ledeng eceran sebesar 67,5%.

Air ledeng tersebut tidak diolah terlebih dahulu oleh responden hanya

ditenangkan dalam wadah tertutup dan langsung dikomsumsi.

Kebanyakan alasan responden tidak mengolah air atau membeli air

kemasan seperti air galon karena gampang mendapatkan penyakit ketika

mengomsumsi air yang telah direbus atau air galon. Tapi ada beberapa

responden tidak sejalan dengan pemikiran tersebut responden yang

mengolah air minum dengan cara direbus dan kemudian disimpan dalam

wadah yang menggunakan penutup, sisanya memilih menggunakan air

minum isi ulang. Adapun kualitas fisik air minum dari hasil penelitian
9

adalah sebagian besar kualitas fisik airnya baik ada sekitar 18,2% yang

memiliki kualitas fisik air berbau.

Mengomsumsi air minum isi ulang yang berumur lebih dari 2 jam

harus dimasak terlebih dahulu, hal tersebut merupakan salah satu upaya

pencegahan terhadap penyakit yang mungkin timbul akibat air yang tidak

sehat (Sandra, 2007).

Menurut Direktur Jenderal P2PL (2008), Air untuk minum harus

diolah terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan tertutup. Air yang

tidak dikelola dengan standar pengolahan air minum rumah tangga

(PAM-RT) dapat menimbulkan penyakit. Salah satu bentuk pengolahan

air minum rumah tangga yang sederhana dan sering digunakan adalah

dengan cara memasak. Memasak merupakan proses mematikan

mikroorganisme (virus, bakteri, spora bakteri, jamur, protozoa) penyebab

penyakit dengan cara pemanasan (Depkes RI, 2008).

4. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Tinja/Jamban dengan

Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Sarana pembuangan tinja/jamban merupakan hal yang harus ada

dalam setiap rumah tangga, karena dengan adanya penyediaan sarana

pembuangan jamban yang mempunyai sanitasi dengan baik manusia

dapat terhindar dari penularan penyakit infeksi seperti diare. Analisis

hubungan antara variabel sarana pembuangan tinja/jamban dengan

kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten

Wajo dengan menggunakan uji chi-square dengan uji bivariat diperoleh


9

hasil tidak ada hubungan dimana nilai p = 0,877 (p > 0,05). Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Pratama (2013) di

Kelurahan Sumurejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang bahwa

penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan kepemilikan jamban

dengan kejadian diare dengan nila p = 0,566 (p > 0,05). Adapun hasil

yang tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu hasil penelitian dari

Octorina (2012) yang dilakukan di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai bahwa ada hubungan yang

signifikan antara sarana pembuangan yinja/jamban dengan kejadan diare

dengan nilai p = 0,005 (p < 0,05).

Data hasil penelitian menunjukkan responden yang telah memiliki

jamban keluarga sebanyak 76,6% hampir semua responden telah memilki

jamban rumah tangga. Responden yang tidak memiliki jamban rumah

tangga biasanya akan membuat lubang dalam tanah atau menggunakan

tanah lapang/semak/pekarangan disekitaran rumah mereka. Oleh karena

itu, dari 77 responden penelitian terdapat 23 responden yang mengalami

diare. Dengan belum memiliki jamban keluarga sendiri, dapat

menyebabkan timbulnya kejadian diare yang disebabkan kotoran tinja

yang tidak terkubur rapat akan mengundang lalat maupun tikus yang akan

berdampak terhadap lingkungan dan berpotensi menimbulkan penyakit

diare. Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa mayoritas masyarakat

elah
t memahami pentingnya kepemilikan jamban untuk peningkatan

sanitasi. Sanitasi merupakan salah satu aspek utama dalam terwujudnya


9

bangunan yang kuat dan sehat. Pentingnya kesadaran pembuatan sanitasi

yang sesuai dengan standar mutu kebersihan merupakan kesadaran yang

harus diterapkan pada setiap keluarga.

Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang

memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di

sekitarnya, tidak mengotori air permukaan disekitarnya, tidak mengotori

air dalam tanah di sekitarnya, kotoran tidak terbuka sehingga dapat

dipakai sebagai tempat vector bertelur dan berkembangbiak.

Sarana pembuangan tinja/jamban merupakan salah satu penunjang

sanitasi lingkungan yang sangat penting untuk diperhatikan. Ada

beberapa daerah yang masih tidak mempedulikan sarana pembuangan

tinja/jamban sehingga menjadikan daerahnya menjadi daerah yang

mepunyai sanitasi yang buruk. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

data dimana kepemilikan jamban rumah tangga sebesar 76,6%, yang tidak

memiliki jamban rumah tangga sebesar 23,4%. Adapun responden yang

memiliki jamban rumah tangga yang berjenis leher angsa sebesar 72.7%,

wc cemplung sebesar 3,9%, dan yang tidak memiliki jamban rumah

tangga memilih dan kebiasaan buang air besar di sungai atau tanah lapang

sekitar lingkungan rumah. Hal ini berpotensi menyebabkan gangguan

kesehatan pada masyarakat lain.

Penelitian Yulisetyaningrum (2014) menyatakan bahwa kebiasaan

buang air besar sembarangan adalah perilaku perilaku seseorang yang

berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja di tempat yang


9

sesuai dengan aturan kesehatan (jamban), sehingga dilakukan di sungai,

di rumput dan lain-lain. Hal yang menyebabkan warga BAB

sembarangan adalah tidak tersedianya fasilitas sarana MCK baik pribadi

maupun umum.

Kemudian saluran akhir tinja berupa tangki septik paling banyak

dimiliki oleh responden yaitu sebesar 70,1%, tangki septik tersebut

dibangun dipekarangan belakang rumah. Selebihnya tidak memiliki

tangki septik sebesar 23,4%, dan lubang dalam tanah sebesar 3,9%.

Dalam hal tersebut mayoritas masyarakat telah memahami pentingnya

memiliki sarana pembuangan akhir tinja/jamban untuk peningkatan

sanitasi.

Menurut Entjang (2000), jenis-jenis jamban (tempat pembuangan

tinja) ada 8 yaitu jamban cemplung, jamban air, jamban leher angsa,

jamban bor, jamban keranjang, jamban parit, jamban empang, dan

chemical toilet. Tetapi, hanya jenis jamban leher angsa yang sesuai

dengan jenis jamban sehat dan memenuhi persyaratan. Dan saat ini

kebanyakan jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat adalah jamban

leher angsa.

Penelitian ini, jenis jamban dibedakan menjadi 2 leher angsa dan

jamban cemplung. Jenis jamban cemplung adalah jenis jamban yang

hanya menggali lubang dalam tanah dan memberikan penyangga pada

kedua kaki. Ada juga jenis cemplung dalam penelitian ini yang berada

diatas rawa-rawa/aliran sungai kecil yang berada disekitaran rumah


9

masyarakat. Hal tersebut dapat merugikan tetangga dan responden sendiri

dan juga mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat

di dalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air yang dapat

menimbulkan wadah. Sedangkan jamban leher angsa merupakan jamban

yang paling umum di gunakan dan memenuhi persyaratan. Oleh sebab

itu, cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Pada kakus ini

klosetnya berbentuk leher angsa, sehingga akan selalu terisi air. Fungsi

air ini gunanya sebagai sumbat, sehingga bau busuk dari cubluk tidak

tercium di ruangan rumah kakus. Menurut sukarni (2003) jamban leher

angsa memiliki keuntungan antara lain aman untuk anak-anak dan dapat

dibuat di dalam rumah karena tidak menimbulkan bau.

5. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Pembuangan Air Limbah dengan

Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi digunakan,

sekalipun kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air

kotoran yang berasal dari perumahan (kamar mandi, kakus, juga dari

dapur) yang berasal dari industri-industri dan juga air hujan (selamet,

2004). Analisis hubungan antara variabel sarana pembuangan air limbah

dengan kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-square dengan uji bivariat

diperoleh hasil tidak ada hubungan dimana nilai p = 1,000 (p > 0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Angelina (2012)

penelitian yang dilakukan dilakukan di Kelurahan Sukaraja Kecamatan


9

Medan Maimun Kota Medan menyatakan bahwa kondisi sarana

pembuangan air limbah dengan kejadian diare tidak ada hubungan dengan

nilai p = 0,05 (p = 0,05). Adapun hasil yang tidak sejalan dengan

penelitian ini yaitu penelitian tentang faktor individu dan keadaan saluran

pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga dengan kejadian diare di

RT 01 RW 09 Kelurahan Siejang Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang menyatakan bahwa hasil penelitian berhubungan antara

sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare dengan nila p =

0,000 (p < 0,05).

Data sarana pembuangan air limbah yang digunakan oleh responden

tidak tergolong sarana pembuangan air limbah yang baik dengan

presentasi tertinggi responden dengan sanitasi yang buruk 97,4%. Dari 77

responden dengan adanya sarana pembuangan air limbah ini

menyebabkan terjadinya diare pada 27 responden. Berdasarkan dari hasil

pengamatan dilapangan dapat di jelaskan bahwa kondisi sarana

pembuangan air limbah yang buruk yang tidak mempunyai SPAL yang

baik yang hanya mengalirkan langsung ke got/sungai dan di halaman

terbuka dipekarangan rumah. Pada penelitian ini dapat dilihat tidak

adanya hubungan pada variabel sarana prmbuangan air limbah dengan

kejadian diare namun, jika dilihat dari sanitasi tersebut variabel tergolong

buruk. Ada beberapa sebab terjadinya hal tersebut yang pertama karena

analisis chi-square tersebut menghubungan variabel dengan kejadian

diare yang berada apa wilayah rawan banjir dimana, dari 77 responden
1

yang mengalami diare hanya 29 responden. Jadi dalam analisis tersebut

tidak ada hubungan walaupun ditinjau dari kategori sarana air bersih yang

digunakan adalah kategori buruk.

Sarana pembuangan air limbah rumah tangga pada penelitian ini

mayoritas responden langsung mengalirkan langsung ke got/sungai

sebesar 54,5%, masyarakat lebih memilih langsung membuangnya

penampungan terbuka dipekarangan rumah sebesar 42,9%. Responden

yang memiliki sarana pembuangan air limbah hanya sebesar 2,6%.

Menurut sapei, dkk (2011), dikhawatirkan tanpa adanya sarana

pembuangan air limbah domestik, kesehatan masyarakat menurun dan

mempengaruhi produktivitas masyarakat setempat. Ketersediaan sistem

pengolahan air limbah domestik secara terpusat diharapkan dapat

mengurangi tingkat pencemaran air sungai dan meningkatkan kualitas

lingkungan yang berimplikasi kepada peningkatan derajat kesehatan

masyarakat.

Terjadinya banjir tiap tahun di wilayah Kecamatan Tanasitolo

sangat memprihatikan kepada masyarakat sekitar, banjir rutin terjadi

dengan tinggi air yang bervariasi ada yang setengah lutut orang dewasa

dan ada juga yang sampai di atap rumah masyarakat dengan kontruksi

bangunan yang digunakan masyarakat adalah rumah panggung, dan

warga memilih tetap tinggal di rumah masing-masing dengan tinggal

ibagian
d atapnya saja.
1

6. Hubungan Antara Sanitasi Sarana Tempat Pembuangan Sampah dengan

Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses

alam yang berbentuk padar. Sampah merupakan sumber penyakit dan

tempat berkembangnya vektor penyakit seperti lalat, kecoa, dan

sebagainya. Analisis hubungan antara variabel sarana tempat

pembuangan sampah dengan kejadian diare di daerah rawan banjir

Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dengan menggunakan uji chi-

square dengan uji bivariat diperoleh hasil tidak ada hubungan dimana

nilai p = 0,144 (p > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian dari Amin (2017) di Desa Tanjung pinang Kecamatan Kusambi

Kabupaten Muna Barat bahwa tidak ada hubungan Ketersediaan sarana

tempat sampah dengan kejadian diare dengan nilai p=1,000 (p > 0,05).

Adapun yang tidak sejalan dalam peneliitan ini yaitu hasil penelitian yang

dilakukan Soamole (2018) di Puskesmas Siko Kota Ternate yang

memiliki hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian

diare p = 0,000 (p < 0,05).

Data sarana tempat pembuangan sampah yang digunakan oleh

responden tidak tergolong sarana tempat pembuangan sampah yang baik

dengan presentasi tertinggi responden dengan sanitasi yang buruk 42,9%.

Dari 77 responden dengan adanya sarana pembuangan air limbah ini

menyebabkan terjadinya diare pada 13 responden. Berdasarkan dari hasil

pengamatan dilapangan dapat di jelaskan bahwa kondisi sarana tempat


1

pembuangan sampah yang buruk yang tidak pempunyai tempat sampah

keluarga dan hanya membuang dipinggiran sungai atau pada tanah lapang

dipekarangan rumah.

Sarana tempat pembuangan sampah adalah tempat untuk

pembuangan sementara masyarakat dari kegiatan sehari-hari di sekitar

lingkungan rumah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak

57,1% responden yang tidak memiliki tempat sampah, masyarakat yang

tidak memiliki tempat sampah memilih membuangnya di tanah lapang/

terbuka di halaman sebesar 22,1%. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hasil pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya merupakan

hal yang buruk dan akan memberikan dampak negatif yang ditimbulkan

dari membuang sampah sembarangan.

Membuang sampah sembarangan merupakan salah satu

pelanggaran etika yang sering dijumpai, ada banyak dampak negatif yang

ditimbulkan dari membuang sampah sembarangan yaitu seperti banjir,

wabah penyakit seperti penyakit diare (Wibisono & Dewi, 2014).

Masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang sampah pada pinggir

sungai dan disekitar tanah lapang pekarangan rumah sangat mengganggu

penglihatan dan mencemari daerah sekitar.

Berdasarkan penuturan responden, terjadinya banjir disebabkan

oleh hasil luapan danau tempe dan disebutkan pula sebagai air kiriman

akibat curan hujan tinggi di Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Barru.

Hal ini juga dikaitkan dengan ketidakmampuan danau tempe untuk


1

menampung air hujan akibat sedimentasi yang dipicu mengakibatkan

pendangkalan, adapun sedimentasi berupa sampah yang menumpuk dan

banyaknya eceng gondok.

7. Hubungan Antara Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare di Wilayah

Rawan Banjir Kecamatan Tanasitolo

Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk

kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya

keracunan dan penyakit pada manusia. Tujuan sebenarnya dari upaya

sanitasi makanan, yaitu menjamin keamanan dan keberhasilan makanan,

mencegah penularan wabah penyakit, mengurangi tingkat kerusakan atau

pembusukan atau pembusukan pada makanan (Chandra, 2007).

Analisis hubungan antara variabel sanitasi makanan dengan

kejadian diare di daerah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten

Wajo dengan menggunakan uji chi-square dengan uji bivariat diperoleh

hasil tidak ada hubungan dimana nilai p = 0,147 (p > 0,05). Adapun hasil

yang tidak sejalan dalam penelitian ini yaitu penelitian Widiastuti (2012)

yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gatak Kabupeten Sukoharjo

bahwa, pengolahan makanan berhubungan dengan kejadian diare dengan

nilai p = 0,016 (p < 0,05)

Data sanitasi makanan yang digunakan oleh responden tidak

tergolong sanitasi makanan yang buruk dengan presentasi tertinggi

esponden
r dengan sanitasi yang buruk 71,4%. Dari 77 responden dengan

adanya sanitasi makanan ini menyebabkan terjadinya diare pada 24


1

responden. Berdasarkan dari hasil pengamatan dilapangan dapat di

jelaskan bahwa kondisi sanitasi makanan yang kurang baik dimana

makan dletakkan dilantai tanpa penutup dan pengolahan yang tidak baik

sebelum dimasak karena adanya pemikiran responden yang bahan

makanan tidak perlu di cuci dengan air bersih dan mengalir dikarenakan

makanan tetap ingin dimasak.

Sanitasi makanan merupakan salah satu perilaku masyarakat untuk

mencegah membebaskan makanan dari segala bahaya yang dapat

mengganggu kesehatan, mula dari sebelum diolah sampai dengan

sebelum dikomsumsi. Dari hasil penelitian responden yang memiliki

tindakan pertama sebelum diolah seperti mencuci bahan makanan hanya

sebesar 29,9% dari hasil tersebut dapat dikatakan masyarakat mengolah

makanan dengan buruk karena tidak menucuci bahan-bahan makanan

terlebih dahulu. Responden yang tidak mencuci bahan makanan terlebih

dahulu sebesar 50,6% dan responden kadang-kadang mencuci bahan

makanan sebelum diolah sebesar 19,5%. Menurut responden yang telah di

wawancara pencucian bahan makanan tidak terlalu penting dan tidak

terlalu berdampak karena responden berasumsi bahan makan tersebut

akan dimasak jadi kuman-kuman atau bakteri akan mati.

Sanitasi makanan juga perlu pada saat setelah diolah, makanan

setelah diolah harus dilakukan penanganan seperti disimpan pada tempat

yang aman. Dari hasil penelitian sebagian besar responden talah

menyimpan makanan yang telah diolah pada tempat yang baik seperti,
1

dalam lemari makan tertutup/kulkan sebesar 55,8% responden.

Responden juga banyak memilih menyimpan diatas meja dan ditutup

sebesar 40,3%. selebihnya 1,3% responden memilih hanya menyimpan

makanan yang telah diolah pada lantai dan terbuka dan dalam lemari yang

tidak tertutup.

Dalam hasil penelitian masih ada yang ditemui responden yang

menyimpan makanan tanpa penutup yang akan mengakibatkan makanan

terkontaminasi dengan pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan

yang memegang peran penting dalam pembentukan senyawa yang

memproduksi bau tidak enak dan menyebabkan makanan menjadi tak

layak makan. Beberapa mikroorganisme yang mengontaminasi makanan

dapat menimbulkan bahaya bagi yang mengomsumsi (Pane, 2011).

Sanitasi makanan juga perlu diperhatikan, dikarenakan faktor

makanan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan diare. Sanitasi

makanan dapat menjadi faktor penyebab kejadian diare apabila makanan

yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran),

dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah

mengakibatkan diare (Depkes RI, 2005).

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan peneliti, diantaranya

sebagai berikut:
1

1. Tidak adanya nomor rumah pada lokasi penelitian sehingga penulis

kesulitan untuk melakukan random.

2. Penulis tidak melakukan wawancara dari riwayat penyakit diare

responden dari 1 tahun terakhir, pertanyaan peneliti terlalu singkat yaitu 1

bulan terakhir sehingga yang pernah mengalami keluhan diare sedikit.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan

antara sanitasi dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan

Tansotolo Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan antara sarana air bersih rumah dengan kejadian

diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo

dengan nilai p =0,900.

2. Tidak ada hubungan antara sarana air minum rumah dengan kejadian

diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo

dengan nilai p =0,603.

3. Tidak ada hubungan antara sarana pembuangan tinja/jamban rumah

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo dengan nilai p =0,980.

4. Tidak ada hubungan antara sarana pembuangan air limbah rumah

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo dengan nilai p = 1,000.

5. Tidak ada hubungan antara sarana tempat pembuangan sampah rumah

dengan kejadian diare di wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo

Kabupaten Wajo dengan nilai p =0,125.

107
1

6. Tidak ada hubungan antara sanitasi makanan dengan kejadian diare di

wilayah rawan banjir Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo dengan

nilai p =0,169.

B. SARAN

1. Masyarakat

a. Disarankan agar tidak menggunakan sumber air dari

sungai/danau/irigasi yang tercemar dan menggunakan sumber air

yang baik dan terlindungi yang harus jauh dari sumber pencemar,

harusnya paling sedikit 10 meter dari sumber air, sehingga air

bersih terlindungi atau tidak terkontaminasi.

b. Disarankan agar responden terlebih dahulu mengolah sarana air

minum sebelum dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga dapat mencegah timbulnya sakit perut dan diare akibat

yang mengonsumsi air yang tidak diolah atau air yang tidak

matang yang kemungkinan mengandung bakteri penyebab penyakit

pada saluran pencernaan.

c. Disarankan agar responden lebih menjaga kebersihan sarana

pembuangan tinja/jamban dan membuatkan tangki septik untuk

mengadakan jamban keluarga yang sehat.

d. Disarankan agar responden membuat sarana pembuangan air

limbah rumah dan diluar rumah agar tidak saling mengganggu dan

menimbulkan bau yang sangat menyengat. Dilihat dari


1

wolayahnrawan banjir jadi seharusnya responden membuat sarana

pembuangan air limbah keluarga yang sehat.

e. Disarankan agar responden membuang sampah pada tempat yang

berjenis semi permanen/permanen yang mempunyai tutup agar

tidak menimbulkan bau dan tidak mengotori sungai.

f. Disarankan agar responden menyediakan tempat yang tertutup

untuk makanan yang telah diolah supaya makanan tidak

terkontaminasi dan serangga tidak hinggap pada makanan.

Menciptakan kebiasaan mencuci bahan makan sebelum diolah

untuk mengurangi dan mencegah menimbulkan penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Abaya, S. W. and Mandere, N. (2009) „Floods and Health in Gambella Region


Ethiopia : a Qualitative Assessment of Coping Mechanisms‟, 1, pp. 1–10.
doi: 10.3402/gha.v2i0.2019.

Aini Nurul, dkk. (2016) HUBUNGAN Kualitas Air Minum dengan Kejadian
Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuasin Kecamatan
Loano Kabupaten Purworejo. Vol.4No.1 ISSN:2356-3346. Jurnal Kesehatan
Mayarakat. FKMundip.

Angeline L. Y., dkk. (2012) Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar dengan Keluhan
Kesehatan Diare Serta Kualitas Air pada Pengguna Air Sungai Deli di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012. Departemen
Kesehatan Lingkungan FKM.USU. Medan.

Agus Riyanto, (2010) Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Offset.

Agustianingsih, Dyah. (2012) Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten


Kendal Dalam Upaya Pengendalian Air Sungai. Tesis. Semarang: Program
Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.
Semarang.

Armin, dkk. (2017) Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Penyakit


Diare di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat
Tahun 2017. Vol.2/No.7 JIMKESMAS. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Mayarakat.

Asmadi dan Suharno. (2012) Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Asmirah Ina Lopi dan Marylin Junias. (2006) Hubungan antara Sanitasi Makanan
dan Lingkungan dengan Kejadian diare Balita di Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kalapa Lima Kupang.

Azwar, A. (1995) Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara


Sumber Widya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah. (2012) Laporan Kejadian Bencana


T un 2009 - 2011.
a
h Eko. (2001) Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
arta; EGC.
Chandra Dya. (2007) Hubungan Antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian
Diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Depkes RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes
RI.

. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:


Depkes RI.

Dinas Kesahatan Kabupaten Wajo. (2017) Data 10 Penyakit Tertinggi Daerah


Kabupaten Wajo.

. (2017) Rekapitulasi Kasus Diare Berdasarkan


Bulan Kabupaten Wajo 2016.

Du Weiwei, Fitz Gerald GJ, Clark M, and Hou X. Y. Health Impacts of Floods.
Prehospital Disaster Medicine, 2010; 25(3); 265 - 272.

Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti.

Fiesta Octorina, Surya D. dan Irnawati M. (2012) „Hubungan Kondisi


Lingkungan Perumahan dengan Kejadian Diare di Desa Sialang Buah
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012‟.
Jurnal.usu.ac.id/index.php/ikk/arrticle/download/3282/1609.

Gastroenterology, W., Global, O. and Team, R. (2012) „Acute diarrhea in adults


and children : a global perspective‟, (February).

Ihsan F. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Juli Soemirat Slamet. (2002) Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada.

Kementerian Kesehatan RI. (2010) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010.

. (2014) Profil Kesehatan IndonesiaTahun 2014.

. (2014) „Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis

M syarakat‟.
a
. (2015) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
_____
__ . (2016) Profil Kesehatan Indonesia Tahun
. (2012) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.

. (2016) Pedoman Umum Program Indonesia Sehat


dengan Pendekatan Keluarga.

Langit, L. S. (2016) „Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Rumah dengan Kejadian


Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang 2‟, Kesehatan
Masyarakat, 4(April), pp. 160–165.

Lestari, P. (2015) Gambaran Tentang Sanitasi Rumah di Dusun Kebonsari


Kelurahan Kacangan. Stikes Kusuma Huda.

Machfoedz I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan


Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

, (2004) Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit.


Yogyakarta: Fitramaya.

Mawardi, E. & Sulaeman, A, (2011) Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan


Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Air.

Muh.Saleh, L. H. R. (2014) „Hubungan kondisi sanitasi lingkungan dengan


kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja puskesmas baranti
kabupaten sidrap tahun 2013‟, VII(1).

Murti, B. (2006) Desain dan Ukuran sampel untuk penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta. Gajah Mada. University Press.

Nazek Al-Gallas, Olfa Bahri, Aida Bouratbeen, Assia Ben Haasen, and R. B. A.
(2007) „Etiology of Acute Diarrhea in Children and Adults in Tunis ,
Tunisia , with Emphasis on Diarrheagenic Escherichia coli : Prevalence,
Phenotyping, and Molecular Epidemiology‟,.

Nugraheni Devi. (2012) Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal
Hygiene dengan Kejadian Diare di Kecamatan Semarang Utara Kota
Semarang. Vol1No.2Hal.922-933. Jurnal Kesehatan Masyarakat
FKM.undip.

Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

______ . (2011) Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka


_ ta.
C
i Fiesta., dkk. (2012) Hubungan Kondisi Lingkungan Perumahan
Kejadian Diare di Desa Sialang Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten
Serdang Begadai Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.

Pamsimas (2009) Sarana Sanitasi.

Pene, D. (2011) Pengaruh Jenis Tempat Pengolahan Makanan terhadap


Kontaminasi Bakteri pada Makanan di Jakarta Selatan. Disertasi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Purnama, A. (2008) Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai


Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografis.

Putranti D. C & Lilis Sulistyorini. (2013) Hubungan Antara Kepemilikan Jamban


dengan Kejadian Diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Vol. 7,No.1:
54-6.3

Pratama Riski Nur. (2013) Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Personal
Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di kelurahan Sumurejo
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Vol2No.1. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.

Praptiwi Hani Eko. (2011) Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Pamsimas) dalam Mengubah Perilaku Masyarakat dalam
Rangka Penurunan Diare di Kabupaten Temanggung. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Semarang.

Puskesmas Tanasitolo. (2017) Data Penyakit Diare, Tanasitolo : Puskesmas


Tanasitolo.

Rizkiyanto, M. (2015) Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Status


Rawan Banjir Terhadap Kejadian Diare.

Sambas A dan Abdurrahman Maman. (2007) Analisis Korelasi Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian. Bandung; Pustaka Setia.

Samadi, (2007) Geografi I. Jakarta: Yudhistira.

Sapei, A., Purwanto, M. Y. J., Sutoyo., Kurniawan, A. 2011. Desain Instalasi


Pengolah Limbah Wc Komunal asyarakat Pinggir Sungai Desa Lingkar

K mpus. Institut Pertanian Bogor: Teknik Sipil dan Lingkungan.


a
S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University
Slamet s
Sejati Kuncoro. (2009) Pengelolaan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub
Point, dan Center Point. Yogyakarta: Kanisius.

Singh, R.B.K., Hales, S., Wet, N.D., Raj, R., Heamden, M., & Weinstein. P.
(2011) The Influence of Climate Variation and Change in Diarrheal Disease
in the Pacific Islands, Environmental Health Persperctives, 109, 155-159.

Soamole Sudirman. (2008) Analisis Hubungan Antara Faktor Lingkungan dengan


Kejadian Diare di Puskesmas Siko Kota Ternate Tahun 2017. Vol2 P.1SSH
2549-7049 E. ISSN 2620-7729.

Soekidjo Notoatmodjo, (2002) Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta:


Penerbitan Buku Kedokteran UI.

Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, (2011) Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sugiharto. (1987) Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Penerbit UI


Press.

Sumantri, A. (2013) Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.

Suraatmaja S. (2007) Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sutomo S. 1987. Supply and Diarrheal Disease in Rural Areas of Indonesia.


Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 15 No. 2. 1987: 9 – 14.

Sander MA. (2005) Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Medika. Vol. 2. No. 2.
Juli=Desember 2005:163 - 171.

Suripin. (2014) Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta:


Andi Yogyakarta.

Soeparman & Suparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta:
Penerbitan Buku Kedokteran UI.

Toyo. (2005) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada


Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang Propinsi NTT
Tahun 2005. Skripsi FKM Undana. Kupang.

Umiati. ) Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare


a Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Negosari Kabupaten Boyolali
(2010
padun 2009. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
T akart
Unicef and World Health Organization. (2015) „Progress on Sanitation and
Dringking Water‟.2015 Update and Mdg Assessment. New York.

. (2012) Air Bersih, Sanitasi &


Kebersihan. Pp. 1 - 6.

Wibisono, A, F., & Dewi, P. 2014. Sosialisasi Bahaya Membuang Sampah


Sembarangan dan Menentukan Lokasi TPA di Dusun Deles Desa
Jagonayan Kecamatan Ngablak. Universitas Islam Indonesia.

Widiastuti Febriana. (2012) Hubungan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman


dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak
Kabupaten Sukoharjo. Skripsi.

Widjaja, (2002) Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka.

Widoyono, (2008) Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.

World Health Organization. (1992) „A Guide to the Development of on-Site


Sanitasion‟. England.

. (2003) „Climate change and human health‟.

. (2008) „Climate Change And Health‟, (1), pp. 3–6.

. (2008) Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan


Anak. Edited By E. A. Hardiyanti. Egc.

Yayasan Cipta Sarana Mandiri. (2013) „Indonesia - Survei Sumber Daya dan
Infrastruktur Desa 2008-2009 , Wave 3‟, pp. 1–204.

Yulisetyaningrum. 2015. Hubungan Motivasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) Dengan Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) Sembarangan di
Dukuh Krajan Desa Karangrowo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus
Tahun 2014. JIKK, Vol (6).
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

DOKUMENTASI KEGIATAN

Wawancara Responden

Kondisi Rumah
Tempat Penyimpanan Air Bersih

Tempat Penyimpanan Air Minum

Jamban Cemplung Jamban Jenis Leher Angsa


Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah

Tempat Pembuangan Sampah


Kondisi Sanitasi Makanan

Sumber Air Bersih Masyarakat


Kondisi SPAL terbuka
LAMPIRAN 2

HASIL OUTPUT SPSS

1. Analisis Univariat
Desa/kelurahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

7 22 28.6 28.6 28.6


8 26 33.8 33.8 62.3
Valid
9 29 37.7 37.7 100.0
Total 77 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

19 1 1.3 1.3 1.3


20 1 1.3 1.3 2.6

22 3 3.9 3.9 6.5

23 5 6.5 6.5 13.0

24 1 1.3 1.3 14.3

25 2 2.6 2.6 16.9

26 2 2.6 2.6 19.5

27 2 2.6 2.6 22.1

28 2 2.6 2.6 24.7

29 2 2.6 2.6 27.3

Valid 30 4 5.2 5.2 32.5


31 2 2.6 2.6 35.1

32 3 3.9 3.9 39.0

33 3 3.9 3.9 42.9

34 1 1.3 1.3 44.2

35 5 6.5 6.5 50.6

36 5 6.5 6.5 57.1

37 4 5.2 5.2 62.3

40 2 2.6 2.6 64.9

41 2 2.6 2.6 67.5


2 1 1.3 1.3 68.8
4
43 1 1.3 1.3 70.1
44 1 1.3 1.3 71.4
45 5 6.5 6.5 77.9
48 2 2.6 2.6 80.5
49 1 1.3 1.3 81.8
50 3 3.9 3.9 85.7
52 1 1.3 1.3 87.0
53 3 3.9 3.9 90.9
54 1 1.3 1.3 92.2
55 5 6.5 6.5 98.7
65 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 10 13.0 13.0 13.0


Valid Perempuan 67 87.0 87.0 100.0
Total 77 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak 3 3.9 3.9 3.9
kerja 3 3.9 3.9 7.8

Sekolah 48 62.3 62.3 70.1


1 1.3 1.3 71.4
IRT
1 1.3 1.3 72.7
PNS/TNI/POLRI
Valid 11 14.3 14.3 87.0
Pegawai Swasta
3 3.9 3.9 90.9
Wiraswasta/pedagang 1 1.3 1.3 92.2
Petani 6 7.8 7.8 100.0
Nelaya 77 100.0 100.0

n
Lainnya
Total
Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak pernah sekolah 6 7.8 7.8 7.8


Tidak tamat SD 13 16.9 16.9 24.7

Tamat SD 48 62.3 62.3 87.0

Valid Tamat SLTP 6 7.8 7.8 94.8


Tamat SLTA 3 3.9 3.9 98.7

Tamat Perguruan Tinggi 1 1.3 1.3 100.0


Total 77 100.0 100.0

Riwayat penyakit 3 bulan terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak ada 30 39.0 39.0 39.0


Diare/mencret 6 7.8 7.8 46.8

Batuk/pilek/radang
22 28.6 28.6 75.3
tenggorokan
Penyakit kulit/dermatitis 1 1.3 1.3 76.6
Valid
Hipertensi 5 6.5 6.5 83.1
Asma 1 1.3 1.3 84.4

Nyeri otot 3 3.9 3.9 88.3

Lainnya 9 11.7 11.7 100.0


Total 77 100.0 100.0

kategori diare

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Diare 29 37.7 37.7 37.7


Valid Tidak diare 48 62.3 62.3 100.0
Total 77 100.0 100.0
Kategori air bersih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 59 76.6 76.6 76.6


Valid Buruk 18 23.4 23.4 100.0
Total 77 100.0 100.0

Apakah jenis sarana air utama yang digunakan rumah tangga untuk keperluaan masak,kebersihan
pribadi dan memncuci(pakaian dan peralatan masak/makan)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Air permukaan
30 39.0 39.0 39.0
(sungai/danau/irigasi)
Valid
Penampungan air hujan 47 61.0 61.0 100.0
Total 77 100.0 100.0

Air bersih (Keruh)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 56 72.7 72.7 72.7


Valid Ya 21 27.3 27.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

Air bersih (Berbau)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 47 61.0 61.0 61.0


Valid Ya 30 39.0 39.0 100.0
Total 77 100.0 100.0

Air bersih (Berasa)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

T idak 57 74.0 74.0 74.0


a 20 26.0 26.0 100.0
Valid YT
otal 77 100.0 100.0
Air bersih (Berwarna)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak 67 87.0 87.0 87.0
Valid Ya 10 13.0 13.0 100.0
Total 77 100.0 100.0

Apakah RT bapak/ibu/saudara memiliki tempat penampungan air

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak 74 96.1 96.1 96.1
Valid Ya 3 3.9 3.9 100.0
Total 77 100.0 100.0

Jika, Ya apa jenis tempat penampungan air yang bapak/ibu/saudara miliki ?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak ada 74 96.1 96.1 96.1


Wadah lain dengan penutup 2 2.6 2.6 98.7
Valid
Bak air 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

Berapa jarak sumber air bersih bapak/ibu/saudara pake sehari-hari dari sumber
pencemar?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 10 13.0 13.0 13.0


1 2 2.6 2.6 15.6

2 6 7.8 7.8 23.4

3 6 7.8 7.8 31.2

Valid 4 2 2.6 2.6 33.8

17 22.1 22.1 55.8


5
5 6.5 6.5 62.3
7
3 3.9 3.9 66.2
8
1 1.3 1.3 67.5
9
10 13 16.9 16.9 84.4
12 1 1.3 1.3 85.7
15 5 6.5 6.5 92.2
20 1 1.3 1.3 93.5
100 3 3.9 3.9 97.4
200 1 1.3 1.3 98.7
500 1 1.3 1.3 100.0
Total 77 100.0 100.0

Kategori air minum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 22 28.6 28.6 28.6


Valid Buruk 55 71.4 71.4 100.0
Total 77 100.0 100.0

Apakah jenis sarana air utama yang digunakan rumah tangga untuk keperluan minum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Air permukaan
1 1.3 1.3 1.3
(sungai/danau/irigasi)
Penampungan air hujan 2 2.6 2.6 3.9

Sumur bor/pompa 3 3.9 3.9 7.8

Valid Air ledeng eceran/membeli 52 67.5 67.5 75.3

Air PDAM 1 1.3 1.3 76.6

Air isi ulang 3 3.9 3.9 80.5

Air kemasan bermerek 15 19.5 19.5 100.0


Total 77 100.0 100.0

Air minum (Keruh)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak 73 94.8 94.8 94.8

Valid Ya 4 5.2 5.2 100.0


otal 77 100.0 100.0
T

Air minum (Berbau)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 63 81.8 81.8 81.8
Valid Ya 14 18.2 18.2 100.0
Total 77 100.0 100.0

Air minum (Berasa)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 69 89.6 89.6 89.6


Valid Ya 8 10.4 10.4 100.0
Total 77 100.0 100.0

Air minum (Berwarna)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 75 97.4 97.4 97.4


Valid Ya 2 2.6 2.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

Bagaimana cara ibu mengolah air untuk diminum?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak diolah 39 50.6 50.6 50.6
Direbus 19 24.7 24.7 75.3
Valid
Air minum isi ulang 19 24.7 24.7 100.0
Total 77 100.0 100.0

Apakah ibu menyimpan air yang sudah diolah di tempat yang aman?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Ya, dalam
3 3.9 3.9 3.9
panci/ember terbuka

Valid Ya, dalam


19 24.7 24.7 28.6
t ko/ketel/ceret/jumbo/term
o
e
Ya, dalam panci ember yang
47 61.0 61.0 89.6
mempunyai tutup
Ya, dalam galon 8 10.4 10.4 100.0
Total 77 100.0 100.0

Apakah rumah tangga bapak/Ibu/Saudara memiliki jamban/WC

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 18 23.4 23.4 23.4


Valid Ya 59 76.6 76.6 100.0
Total 77 100.0 100.0

Jika ya, apa jenis kloset yang bapak ibu miliki?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak ada 18 23.4 23.4 23.4


cemplung 3 3.9 3.9 27.3
Valid
leher angsa 56 72.7 72.7 100.0
Total 77 100.0 100.0

Tempat pembuangan akhir tinja/kotoran?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak ada 18 23.4 23.4 23.4


Lubang dalam tanah 3 3.9 3.9 27.3

Sungai/got/danau/laut/empa
1 1.3 1.3 28.6
Valid ng
Kolam/sawah 1 1.3 1.3 29.9

Tangki septik 54 70.1 70.1 100.0


Total 77 100.0 100.0

Dimana tempat pembuangan air limbah dari kamar mandi/kasus/dapur/tempat cuci?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

L angsung ke got/sungai 42 54.5 54.5 54.5


enampungan terbuka
Valid Pd 33 42.9 42.9 97.4
ipekarangan rumah
Penampungan tertutup
2 2.6 2.6 100.0
dipekarangan rumah/SPAL
Total 77 100.0 100.0

Kategori SPAL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 2 2.6 2.6 2.6


Valid Buruk 75 97.4 97.4 100.0
Total 77 100.0 100.0

Apakah selokan/sarana pembuangan air limbah di rumah atau di lingkungan rumah


baoak/ibu/saudara dapat mengalirkan air limbah dengan lancar?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak ada selokan 23 29.9 29.9 29.9


Tersumbat 9 11.7 11.7 41.6

Valid Tidak mengalir 18 23.4 23.4 64.9

Mengalir lancar 27 35.1 35.1 100.0


Total 77 100.0 100.0

Apakah rumah tangga bapak/ibu/saudara memiliki tempat


pembuangan sampah?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 44 57.1 57.1 57.1


Valid Ya 33 42.9 42.9 100.0
Total 77 100.0 100.0

Jika ya, apa jenis tempat pembuangan sampah rumah tangga yang bapak/ibu/saudara miliki?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak 43 55.8 55.8 55.8

L ada 1 1.3 1.3 57.1


Valid
L ainnya 17 22.1 22.1 79.2
ahan terbuka di halaman 5 6.5 6.5 85.7
K
antong plastik
Semi permanen
8 10.4 10.4 96.1
(tong/keranjang) terbuka
Permanen
(batu/semen)terbuka 2 2.6 2.6 98.7
Semi permanen
(tong/keranjang) tertutup 1 1.3 1.3 100.0
Total
77 100.0 100.0

Jika tidak, dimana bapak/ibu/saudara membuang sampah rumah tangga?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Ya 34 44.2 44.2 44.2
Lainnya 1 1.3 1.3 45.5

Sunagi/empang/laut 19 24.7 24.7 70.1


Valid Got/saluran pembuangan 2 2.6 2.6 72.7

Pekaranagn/lapangan/sawa
21 27.3 27.3 100.0
h/kebun
Total 77 100.0 100.0

Kategori Sanitasi Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 22 28.6 28.6 28.6


Valid Buruk 55 71.4 71.4 100.0
Total 77 100.0 100.0

Apakah bapak/ibu melakukan pencucian bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
sebelum diolah?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak ada 39 50.6 50.6 50.6


Kadang- 15 19.5 19.5 70.1
Valid
kadang Ya 23 29.9 29.9 100.0
77 100.0 100.0
T otal
Apakah makanan ditutup/dilindungi dari tikus,lalat,kecoa,cicak,semut,dan serangga lainnya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Tidak terlindungi 1 1.3 1.3 1.3
Ya, dimeja/lantai dan
terbuka 1 1.3 1.3 2.6

Ya, disimpan dalam lemari


yang tidak tertutup 1 1.3 1.3 3.9
Valid
Ya, disimpan di atas meja
dan ditutup 31 40.3 40.3 44.2
Ya, disimpan dalam lemari
makan tertutup/ kulkas
43 55.8 55.8 100.0
Total

77 100.0 100.0

2. Analisis Bivariat

Hubungan antara Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan
Banjir Kec.Tanasitolo Kab.Wajo
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Kategori air bersih fix *


77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%
kategori diare

Kategori air bersih * kategori diare Crosstabulation


kategori diare Total
Diare Tidak diare

Count Expected Count 22 37 59


% within Kategori air bersih fix 22.2 36.8 59.0
Count Expected Count
Baik
% within Kategori air bersih fix
Count 37.3% 62.7% 100.0%
Kategori air bersih fix
7 11 18
6.8 11.2 18.0
Buruk

38.9% 61.1% 100.0%

29 48 77
To
Expected Count 29.0 48.0 77.0

% within Kategori air bersih


37.7% 62.3% 100.0%
fix

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square .015a 1 .902


Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .015 1 .902
Fisher's Exact Test 1.000 .557
Linear-by-Linear Association .015 1 .903
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.78.
b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan antara Sarana Air Minum dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan
Banjir Kec.Tanasitolo Kab.Wajo
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Kategori air minum *


77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%
kategori diare

Kategori air minum * kategori diare Crosstabulation


kategori diare Total
Diare Tidak diare

Count 9 13 22
Baik Expected Count 8.3 13.7 22.0

% within Kategori air minum 40.9% 59.1% 100.0%


Kategori air minum
Count 20 35 55

Buruk Expected Count 20.7 34.3 55.0

% within Kategori air minum 36.4% 63.6% 100.0%


Count 29 48 77

Expected Count 29.0 48.0 77.0


To % within Kategori air minum 37.7% 62.3% 100.0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square .138a 1 .710
Continuity Correction b
.012 1 .911
Likelihood Ratio .137 1 .711
Fisher's Exact Test .797 .452
Linear-by-Linear Association .136 1 .712
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.29.
b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan antara Jamban dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir


Kec.Tanasitolo Kab.Wajo
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Apakah rumah tangga


bapak/Ibu/Saudara memiliki 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%
jamban/WC * kategori diare

Apakah rumah tangga bapak/Ibu/Saudara memiliki jamban/WC * kategori diare Crosstabulation

kategori diare Total


Diare Tidak diare

Count 6 12 18
Expected Count 6.8 11.2 18.0
Tidak % within Apakah rumah
tangga bapak/Ibu/Saudara 33.3% 66.7% 100.0%
Apakah rumah tangga
bapak/Ibu/Saudara memiliki jamban/WCmemiliki jamban/WC
Count 23 36 59

Expected Count 22.2 36.8 59.0


Ya % within Apakah rumah
tangga bapak/Ibu/Saudara 39.0% 61.0% 100.0%
memiliki jamban/WC
Count 29 48 77
To
Expected Count 29.0 48.0 77.0

% within Apakah rumah


tangga bapak/Ibu/Saudara 37.7% 62.3% 100.0%
memiliki jamban/WC

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square .188a 1 .665


Continuity Correction b
.024 1 .877
Likelihood Ratio .190 1 .663
Fisher's Exact Test .784 .443
Linear-by-Linear Association .185 1 .667
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.78.
b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan antara Sarana Tempat Sampah dengan Kejadian Diare di Wilayah


Rawan Banjir Kec.Tanasitolo Kab.Wajo
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Apakah rumah tangga


bapak/ibu/saudara memiliki
77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%
tempat pembuangan
sampah? * kategori diare

Apakah rumah tangga bapak/ibu/saudara memiliki tempat pembuangan sampah? * kategori diare
Crosstabulation

kategori diare Total


Diare Tidak diare

Count 13 31 44

Apakah rumah tangga Expected 16.6 27.4 44.0

bapak/ audara Count


Tidak
ibu/s memiliki % within Apakah rumah 29.5% 70.5% 100.0%
tempat mbuangan tangga
bapak/ibu/saudara
Count 16 17 33
Expected Count 12.4 20.6 33.0

% within Apakah rumah


Ya
tangga bapak/ibu/saudara 48.5% 51.5% 100.0%
memiliki tempat
pembuangan sampah?
29 48 77
Count
29.0 48.0 77.0
Expected Count
Total
% within Apakah rumah
37.7% 62.3% 100.0%
tangga bapak/ibu/saudara
memiliki tempat
pembuangan sampah?

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.881 a
1 .090
Continuity Correction b
2.131 1 .144
Likelihood Ratio 2.877 1 .090
Fisher's Exact Test .102 .072
Linear-by-Linear Association 2.844 1 .092
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.43.
b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan antara SPAL dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan Banjir


Kec.Tanasitolo Kab.Wajo
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori E1 * kategori diare 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

Kategori SPAL * kategori diare Crosstabulation


kategori diare Total
Diare Tidak diare
Count 1 1 2
1 Baik
Kategori Expected Count .8 1.2 2.0
% within Kategori E1 50.0% 50.0% 100.0%
Count 28 47 75

Buruk Expected Count 28.2 46.8 75.0

% within Kategori E1 37.3% 62.7% 100.0%


Count 29 48 77

Total Expected Count 29.0 48.0 77.0


% within Kategori E1 37.7% 62.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square .133a 1 .715


Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .129 1 .719
Fisher's Exact Test 1.000 .614
Linear-by-Linear Association .131 1 .717
N of Valid Cases 77

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .75.
b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan antara Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare di Wilayah Rawan


Banjir Kec.Tanasitolo Kab.Wajo
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori F * kategori diare 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

Kategori Sanitasi Makanan * kategori diare Crosstabulation


kategori diare Total
Diare Tidak diare

Count 5 17 22
Baik Expected Count 8.3 13.7 22.0

% within Kategori F 22.7% 77.3% 100.0%


Kategor Count 24 31 55

Buruk Expected Count 20.7 34.3 55.0


% within Kategori F 43.6% 56.4% 100.0%
Count 29 48 77

Total Expected Count 29.0 48.0 77.0


% within Kategori F 37.7% 62.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.926a 1 .087


Continuity Correctionb 2.103 1 .147
Likelihood Ratio 3.072 1 .080
Fisher's Exact Test .120 .071
Linear-by-Linear Association 2.888 1 .089
N of Valid Cases 77

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.29.
b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 3

PERSURATAN
LAMPIRAN 4
RIWAYAT HIDUP

Nama : Dahyuniar
TTL : Bone, 23 Juni 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :O
Agama : Islam
Suku : Bugis
Kebangsaan : Indonesia

Kewarganegaraan : Indonesia

Nomor Hp 082323630105

E-mail : dayuniyar96@gmail.com

Alamat : Jalan Poros Bone-Wajo Kecamatan Pammana Kelurahan


Cina

Pendidikan :

1. TK Pertiwi Maroanging Kecamatan Pammana Tahun 2001 – 2002


2. SD Negeri 205 Pammana Tahun 2002 – 2008
3. SMP Negeri 2 Pammana Tahun 2008 – 2011
4. SMA Negeri 1 Pammana Tahun 2011 – 2014

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan

sebenarnya

Makassar, Agustus 2018

Dahyuniar

Anda mungkin juga menyukai