PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU
PADA SATU RUMAH SAKIT DI KABUPATEN GARUT
Tuberkulosis paru adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Indonesia adalah urutan
nomor 3 di asia dalam jumlah pasien dengan tuberculosis paru (WHO, 2009). Dari beberapa penyakit
menular yang ditangani di RSUP Dr.Slamet Garut selama tahun 2013 kejadian pasien tuberkulosis paru
masih tinggi sebanyak 2.100 pasien. Salah satu komplikasi tuberkulosis paru adalah gangguan psikologis
seperti kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Slamet Garut.
Penelitian termasuk penelitian deskriptif korelatif dengan menggunakan cross-sectional dengan populasi
62 orang. Teknik pengambilan sampel purposive sampling untuk memperoleh sampel sebanyak 54 orang.
Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis ini menggunakan uji Chi - Square univariat dan
bivariat. Hasilnya menunjukkan; Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang tingkat kecemasan (p-
value = 0,008), Ada hubungan antara usia dan tingkat kecemasan (p-value = 0,002), Ada hubungan antara
jenis kelamin dengan tingkat kecemasan ( p-value = 0,008), Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan
tingkat kecemasan (p-value = 0,001), Ada hubungan antara status ekonomi dengan tingkat kecemasan (p-
value = 0,003). Berdasarkan hasil penelitian, yang perlu ditingkatkan pelayanan keperawatan; konseling
tentang tuberkulosis, memberikan dukungan sosial kepada pasien yang lebih tua, memberikan motivasi
kepada pasien wanita, dan kerjasama lintas sektoral.
Kata kunci: Kecemasan, tuberkulosis, pengetahuan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
ekonomi
kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, Penyakit TB paru bila tidak ditangani
tulang dan persendian, usus, ginjal dan dengan benar akan menimbulkan
organ tubuh lainnya (PPTI, 2010). komplikasi. Komplikasi dibagi atas
Pasien TB dengan keadaan umum komplikasi dini (pleuritis, efusi pleura,
masih baik tanpa komplikasi lanjut di laryngitis, menjalar ke organ lain seperti
indikasikan untuk rawat jalan sementara usus) dan komplikasi lanjut (kerusakan
pasien TB yang sudah mengalami parenkim berat, karsinoma paru).
komplikasi lanjut dengan keadaan umum Komplikasi psikologis juga dapat di
tidak baik di indikasikan untuk rawat inap timbulkan dari penyakit tuberkulosis yakni
(Jaorana, dkk, 2009). Menurut Nanda bahwa setiap orang memiliki reaksi yang
(2006) masalah yang dapat terjadi pada berbeda-beda ketika dihadapkan dengan
pasien yang mengalami TB Paru suatu penyakit, reaksi perilaku dan emosi
diantaranya : Bersihan jalan nafas tidak tersebut tergantung pada penyakit, sikap
efektif akibat adanya akumulasi sekret, orang tersebut dalam menghadapi suatu
Infeksi resiko tinggi penularan, Rasa penyakit, reaksi orang lain terhadap
nyaman nyeri karena kontraksi otot penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
pernafasan yang secara terus-menerus Penyakit dengan jangka waktu yang
tanpa disertai relaksasi, Sesak napas yang singkat dan tidak mengancam kehidupan
terjadi karena adanya jalan napas yang hanya sedikit menimbulkan sedikit
tidak efektif sehubungan dengan eksudasi perubahan perilaku dalam fungsi orang
cairan rongga pleura yang menyebabkan tersebut dan keluarga, sedangkan penyakit
rangsangan pada impuls saraf pusat lapar berat seperti tuberkulosis paru yang dapat
yaitu hypothalamus sehingga mengancam kehidupan dapat
menimbulkan anorexia. Gangguan Istirahat menimbulkan perubahan emosi dan
tidur karena adanya sesak napas sebagai perilaku yang lebih luas, seperti ansietas,
kegiatan pada system pengaktivasi syok, penolakan, marah, dan menarik diri
retukulasis sehingga tidur terganggu, (Perry & Potter, 2005).
Penurunan suplai oksigen akan Salah satu perubahan emosi dari
menghambat metabolisme sebagai sumber penyakit tuberkulosis adalah
energi terhambat maka akan menyebabkan ansietas/kecemasan. Kecemasan (ansietas/
keluhan dan kelemahan, Rasa cemas akibat anxiety) adalah gangguan alam perasaan
kurangnya pengetahuan tentang (affectiv) yang ditandai dengan perasaan
penyakitnya. ketakutan atau kekhawatiran yang
Pengobatan TB Paru dilakukan mendalam dan berkelanjutan, tidak
secara bertahap dan teratur, tahapan mengalami gangguan dalam menilai
pengobatan TB Paru diantaranya tahap realitas (Reality Testing Ability),
intensif dan tahap lanjutan. Untuk itu para kepribadian masih tetap utuh, perilaku
penderita harus mengenal, memahami, dapat terganggu tetapi masih dalam batas –
bagaimana cara pencegahan, tanda gejala batas normal. Ada segi yang disadari dari
dan penatalaksanaan dari TB Paru. TB kecemasan itu sendiri seperti rasa takut,
Paru dapat sembuh bila dilakukan tidak berdaya, terkejut, rasa berdosa atau
pengobatan secara teratur selama 6-8 terancam, selain itu juga segi – segi yang
bulan. Karena pengobatan memerlukan terjadi di luar kesadaran dan tidak dapat
waktu yang lama maka penderita TB Paru menghindari perasaan yang tidak
sangat memungkinkan mengalami stress menyenangkan (Jatman, 2001).
yang cukup berat (Rachmawati & Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh
Turniani, 2006). Tuberkulosis pada beberapa faktor yang terkait meliputi hal
penderita memiliki tanda dan gejala seperti berikut: Potensi stressor ; Stresor
perilaku tidak biasa dan perubahan status psikososial adalah setiap keadaan atau
mental, demam, anoreksia, dan penurunan peristiwa yang menyebabkan perubahan
berat badan (Smeltzer dan Bare, 2008). dalam kehidupan seseorang. Status
pendidikan dan status ekonomi ; Status
[22]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
pendidikan dan status ekonomi yang orang, hepatitis 187 orang, HIV 3 orang.
rendah pada seseorang menyebabkan orang Dari data tersebut terlihat bahwa angka
tersebut lebih mudah mengalami cemas kejadian penyakit TB masih tinggi
dan stres dibanding dengan mereka yang (Medical Record RSUD Dr.Slamet, 2013).
status pendidikan dan status ekonomi yang Setelah dilakukan studi pendahuluan
tinggi. Tingkat pengetahuan ; Tingkat dari 12 pasien ternyata 9 diantaranya
pengetahuan yang rendah pada seseorang kurang mengetahui sepenuhnya tentang TB
akan menyebabkan orang tersebut mudah Paru, 8 diantaranya berusia >50 tahun, 8
stress dan cemas.Semakin banyak diantaranya berjenis kelamin perempuan, 9
pengetahuan yang dimiliki seseorang maka diantaranya berpenghasilan sekitar Rp.
seseorang tersebut akan lebih siap 1.000.000-Rp. 2.000.000 per bulan, 5
menghadapi sesuatu dan dapat mengurangi diantaranya berpendidikan hanya lulus
kecemasan. SMP, 3 tidak tamat SD, 2 lulusan SMA, 2
Ketidaktahuan terhadap suatu hal lulusan SD. Dari 12 pasien tersebut 7
dianggap sebagai tekanan yang dapat diantaranya mengalami gelisah, khawatir
mengakibatkan krisis dan dapat dengan keadaan nya, dan emosi tidak
menimbulkan kecemasan. Stress dan stabil.
kecemasan dapat terjadi pada individu
dengan tingkat pengetahuan yang rendah,
disebabkan karena kurangnya informasi METODE
yang diperoleh. Keadaan fisik ; Individu
yang mengalami gangguan fisik seperti Penelitian ini termasuk penelitian
cidera, penyakit badan, operasi, cacat deskriptif korelatif, karena peneliti ingin
badan lebih mudah mengalami cemas dan mengetahui hubungan antara tingkat
stres.Tipe kepribadian ; Individu dengan pengetahuan, jenis kelamin, umur, tingkat
tipe kepribadian tipe A lebih mudah pendidikan, dan status ekonomi dengan
mengalami gangguan akibat adanya cemas tingkat kecemasan pada pasien TB Paru.
dan stres dari individu dengan kepribadian Penelitian ini menggunakan pendekatan
B. Sosial Budaya ; cara hidup individu di Cross Sectional. Pada pendekatan Cross
masyarakat yang sangat mempengaruhi Sectional ini, penelitian menekankan
pada timbulnya stres. Individu yang waktu pengukuran/observasi data variabel
mempunyai cara hidup sangat teratur dan independen dan dependen dinilai secara
mempunyai falsafat hidup yang jelas maka simultan pada suatu saat, jadi tidak ada
pada umumnya lebih sukar mengalami tindak lanjut. Adapun varibel bebas dalam
stres. Demikian juga keyakinan agama penelitian ini adalah Tingkat pengetahuan,
akan mempengaruhi timbulnya stres. usia, jenis kelamin, status pendidikian,
Lingkungan atau situasi ; Individu yang dan status ekonomi, sedangkan variabel
tinggal pada lingkungan yang dianggap terikat dalam penelitian ini adalah tingkat
asing akan lebih mudah mangalami cemas kecemasan.
dan stress. Usia ; Ada yang berpendapat Populasi dalam penelitian ini adalah
bahwa faktor usia tua lebih mudah semua pasien TB Paru yang sedang
mengalami cemas dan stres dari pada usia dirawat di ruang penyakit Kecubung dan
muda. Jenis kelamin ; Umumnya wanita Zamrud RSUD Kabupaten Garut.
lebih mudah mengalami cemas dan stres, Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
tetapi usia harapan hidup wanita lebih pengambilan sampel Nonprobability
tinggi dari pada pria (Isaacs, 2004). sampling, dengan teknik Purposive
Dari data yang diperoleh ketika sampling.Purposive sampling adalah suatu
melakukan pendataan awal terdapat 5 dari teknik penetapan sampel dengan cara
beberapa penyakit infeksi menular yang memilih sampel diantara populasi sesuai
ditangani RSUD Dr.Slamet Garut selama dengan yang dikehendaki peneliti
tahun 2013 yaitu : TB Paru 2100 orang, (tujuan/masalah dalam penelitian),
konjungtivitis 1509 orang, dermatitis 751 sehingga sampel tersebut dapat mewakili
[23]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 23 42.6
Perempuan 31 57.4
Jumlah 54 100
[24]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
Kecemasan Kecemasan
Total Status Total
Usia Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat
f % f % f % f % Ekonomi
f % f % f % f %
Tua 2 6,1 4 12,1 27 81,8 33 100 Bawah 5 10,4 9 18,8 34 70,8 48 100
Muda 5 23,8 9 42,9 7 33,3 21 100 Atas 2 33,3 4 66,7 0 0 6 100
Total 7 13 13 24 34 63 54 100 Total 7 13 13 24 34 63 54 100
p value 0,002 p value 0,003
[25]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
[26]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
[27]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
antara status ekonomi dengan tingkat (2003) dengan hasil ada hubungan antara
kecemasan p-value 0.003 (p-value ≤ tingkat sosial ekonomi dengan tingkat
0.05).Hal ini terjadi karena adanya beban kecemasan. Hal ini dikuatkan dalam
pikiran untuk biaya sehari-hari yang harus penelitian Maryaningtyas (2005), bahwa
dikeluarkan selama sakit. Untuk hal ini faktor ekonomi adalah salah satu faktor
perlu adanya kerja sama lintas sektoral yang dapat berkontribusi terhadap
untuk pemberdayaan masyarat untuk timbulnya kecemasan.
meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat, ini sesuai dengan undang-
undang Nomor 17 tahun 2007 tentang KESIMPULAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJP-N) tahun 2005-2025 Faktor-faktor yang berhubungan
mencantumkan bahwa: Pembangunan dengan tingkat kecemasan pasien TB paru
bidang kesehatan diarahkan salah satunya yaitu: tingkat pengetahuan, usia, jenis
pada kemampuan hidup sehat bagi setiap kelamin, tingkat pendidikan, dan status
orang agar peningkatan derajat kesehatan ekonomi. Sebagian besar responden
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat memiliki tingkat pengetahuan kurang,
terwujud. Pembangunan kesehatan sebagian besar responden kategori usia tua,
dilaksanakan melalui peningkatan upaya sebagian besar responden berjenis kelamin
kesehatan, sumber daya manusia perempuan, hampir seluruh responden
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan memiliki tingkat pendidikan rendah, dan
yang ditandai oleh peningkatan hampir seluruh responden berstatus
pengawasan dan pemberdayaan ekonomi kelas bawah.Ada hubungan
masyarakat serta manajemen kesehatan. antara tingkat pengetahuan, usia,jenis
Penelitian ini sesuai dengan beberapa kelamin, pendidikan, status ekonomi
teori diantaranya ; stuart dan sundenn dengan tingkat kecemasan.
(1998) yang menyatakan bahwa Status Hasil penelitian ini dijadikan bahan
ekonomi yang rendah pada seseorang masukan untuk membuat kebijakan kepada
menyebabkan orang tersebut mengalami perawat untuk lebih meningkatkan
stres cemas dan dibanding dengan mereka pelayanan keperawatan berupa penyuluhan
yang status pendidikan dan status ekonomi tentang tuberkulosis, memberikan
yang tinggi. Status ekonomi yang rendah dukungan sosial kepada pasien usia tua,
umumnya memiliki tekanan dan tuntutan memberikan motivasi kepada pasien
yang lebih tinggi untuk menghadapi perempuan. Memberikan masukan kepada
kehidupan sehingga mudah mengalami pemerintah daerah tentang kondisi status
cemas dalam menghadapi masalah. ekonomi pasien agar dicarikan solusi untuk
Faktor lain yang mempengaruhi meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang
kecemasan antara lain ancaman terhadap dapat meningkatkan derajat kesehatan.
integritas biologi yaitu meliputi Sebaiknya meningkatkan kualitas
ketidakmampuan fisiologis yang akan dan kuantitas pendidikan kesehatan tentang
datang atau menurunnya kapasitas untuk tuberkulosis paru untuk memberikan
melakukan aktifisehari-hari dapat berupa informasi dan meningkatkan pengetahuan
penyakit trauma fisik dan ancaman pasien agar dapat mengurangi rasa
terhadap konsep diri dan harga diri yaitu kecemasan pasien.Memberikan motivasi
meliputi proses kehilangan, perubahan dan memberikan masukan kepada anggota
peran, perubahan hubungan, dan status keluarga untuk memberikan perhatian
ekonomi (Kaplan & Sadock, 2000). lebih kepada pasien usia tua agar
Penelitan ini sejalan dengan meningkatkan rasa semangat yang dapat
penelitian Priyatin (2007) bahwa ada mengurangi kecemasan. Memberikan
hubungan yang kuat dan signifikan antara motivasi kepada pasien perempuan dan
ekonomi dengan kecemasan, seperti halnya memberikan masukan kepada anggota
penelitian yang dilakukan oleh Junait keluarga untuk memberikan motivasi
[28]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
[29]