Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU

DENGAN KECEMASAN PADA PENDERITA TB PARU DI INSTALASI


RAWAT INAP RSU FIKRI MEDIKA KARAWANG

Farid Robiansyah¹, Risma Ramadhani², Nanda Riski Ndalu Widodo³,


Firman Anggita Bowo⁴
1
Mahasiswa Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung (Analis Kesehatan)
Email: ¹faridrobiansyah.28@gmail.com, ²rsmramdani@gmail.com,
³ndaluwidodo@gmail.com, ⁴firmananggita04@gmail.com

Abstrak
Sekitar sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian
besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun). Indonesia sendiri
merupakan negara berkembang sebagai penderita terbesar ketiga di dunia setelah
India dan Cina (Depkes RI, 2006). Menurut Engram dalam Doengoes (2000)
penderita TB Paru menunjukkan kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan
pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi. Pasien TB yang
belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami kecemasan. Kecemasan
muncul pada penderita TB Paru karena kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita menjadi muncul perasaan
tak berdaya dan tak ada harapan. Kecemasan yang berlebihan menyebabkan
terjadinya penekanan sistem imun yang berakibat pada penghambatan proses
penyembuhan dan mempercepat terjadinya komplikasi sehingga memerlukan
waktu perawatan yang lebih lama. Data Medical Record RSU FIKRI MEDIKA
KARAWANG, jumlah kasus TB Paru di Instalasi Rawat Inap tahun 2023
berjumlah 901 kasus. Pada studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 20
penderita TB Paru terdapat 80% mengalami kecemasan. Sampel penelitian
sebanyak 30 orang, dan tehnik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner dan pedoman
wawancara dan observasi dari Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) . Desain
penelitian menggunakan studi korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Analisa data yang digunakan adalah uji Spearman Rank dengan taraf signifikansi
5%. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden terdapat 56,7% dengan
tingkat pengetahuan kurang, 23,3% dengan tingkat pengetahuan cukup dan 20%
dengan tingkat pengetahuan baik. Sebanyak 40% mengalami kecemasan berat,
33,3% mengalami kecemasan sedang dan 26,7% mengalami kecemasan ringan.
Berdasarkan analisa data diperoleh hasil R hitung sebesar 0,776 dengan taraf
signifikan 5% dan R tabel sebesar 0,377 sehingga R hitung > R tabel (0,776 >
0,377) maka Ho ditolak. Pada penelitian ini ada hubungan pengetahuan tentang
TB Paru dengan tingkat kecemasan pada penderita TB Paru di Instalasi Rawat
Inap RSU FIKRI MEDIKA KARAWANG. Kepada penderita TB Paru disarankan
meningkatkan pengetahuannya tentang TB Paru dengan banyak berkonsultasi
pada petugas kesehatan dan mencari informasi dari para penderita TB Paru yang
sembuh maupun sedang dalam pengobatan supaya tidak mengalami kecemasan
yang berlebihan.
Kata kunci : Kecemasan, Pengetahuan, TB Paru.
Pendahuluan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tolak ukur keberhasilan pelayanan Untuk dapat mewujudkan visi
kesehatan sesuai dengan visi Indonesia sehat 2010 telah ditetapkan
Indonesia sehat yang merupakan empat misi pembangunan kesehatan
pandangan masyarakat Indonesia antara lain : memelihara dan
yang penduduknya hidup dalam meningkatkan kesehatan individu,
lingkungan dan perilaku sehat, keluarga dan masyarakat serta
mampu menjangkau pelayanan lingkungannya. Salah satu upaya
kesehatan yang bermutu, adil dan adalah penyembuhan penyakit dan
merata serta memiliki derajat pemeliharaan kesehatan dari
penyakit menular termasuk penyakit pasien BTA positif diantara suspect
Tuberkulosis (TB). pada tahun 2010 adalah 11,1% dari
Tuberkulosis (TB) merupakan target nasional 5-15% (Subdit TB
penyakit menular langsung yang Depkes RI, 2010).
disebabkan oleh kuman TB yaitu Data Medical Record RSU
Mycobacterium tuberculosis yang FIKRI MEDIKA KARAWANG
pada umumnya menyerang jaringan menunjukkan bahwa jumlah kasus
paru, tetapi dapat juga menyerang TB Paru di Instalasi Rawat Inap
organ lainnya (WHO, 2011). tahun 2011 berjumlah 253 kasus.
Indonesia merupakan negara Jumlah penderita TB Paru
berkembang sebagai penderita berdasarkan tingkat pendidikan yang
terbesar ketiga di dunia setelah India dirawat di Instalasi Rawat Inap
dan Cina (Depkes RI, 2006). Sekitar menunjukkan bahwa sebagian besar
sepertiga dari populasi dunia sudah tingkat pendidikannya masih rendah
tertular dengan TB dimana sebagian yaitu tidak sekolah sebesar 17,9%,
besar penderita TB adalah usia SD 45% SMP 30% dan SMA 0,1%.
produktif (15-55 tahun). Dari studi pendahuluan yang peneliti
Tuberkulosis yang tidak lakukan terhadap 20 penderita TB
ditanggulangi akan mengakibatkan paru terdapat 80% mengalami
berbagai dampak negatif yang serius. kecemasan.
Pada tahun 2009 sekitar 1,7 juta Penderita TB Paru
orang meninggal karena TB, 600.000 menunjukkan kurang pengetahuan
diantaranya perempuan. Sementara mengenai kondisi, aturan pengobatan
ada 9,4 juta kasus baru TB dan 3,3 yang berhubungan dengan kurangnya
juta diantaranya perempuan informasi (Engram,1993) dalam
(Aditama, 2011). Seorang pasien TB (Doengoes, 2000). Pasien TB yang
dewasa, akan kehilangan rata-rata belum mengetahui proses
waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. penyakitnya akan mengalami
Hal tersebut berakibat pada kecemasan dan akan banyak bertanya
kehilangan pendapatan tahunan pada perawat dan dokter yang
rumah tangganya sekitar 20–30%. merawatnya atau orang yang
Selain merugikan secara ekonomis, dianggap lebih tahu mengenai
TB juga memberikan dampak buruk penyakitnya. Selain itu, proses
lainnya secara sosial bahkan pengobatan TB yang lama dapat pula
dikucilkan oleh masyarakat (Depkes menimbulkan kecemasan yang bisa
RI, 2006). Angka Multiple Drug mengakibatkan penolakan terhadap
Resistance of Tuberculosis (MDR- pengobatan.
TB) diperkirakan sebesar 2% dari Berdasarkan pada konsep
seluruh kasus TB Baru, dan 20% dari psikoneuroimunologi, melalui poros
kasus TB dengan pengobatan ulang. hipothalamus hypofisis adrenal,
Terdapat 6.300 kasus MDR-TB bahwa kecemasan akan berpengaruh
setiap tahunnya (WHO, 2010). pada hipothalamus, kemudian
Provinsi Nusa Tenggara Barat pada hipothalamus akan mempengaruhi
tahun 2010 jumlah penjaringan hypofisis sehingga hypofisis akan
Suspect TB Paru yang diperiksa mengekspresikan ACTH (Adrenal
dahaknya diantara 100.000 penduduk Cortico Tropic Hormone) yang pada
sebanyak 162 dari target 210 per akhirnya dapat mempengaruhi
100.000 penduduk. Angka proporsi kelenjar adrenal, dimana kelenjar ini
akan menghasilkan kortisol. Apabila
cemas yang dialami pasien berlebihan 2008). Tehnik sampling
maka kelenjar adrenal akan
menghasilkan kortisol dalam jumlah
banyak sehingga dapat menekan
sistem imun. Adanya penekanan
sistem imun inilah akan berakibat
pada penghambatan proses
penyembuhan dan mempercepat
terjadinya komplikasi-komplikasi
sehingga memerlukan waktu
perawatan yang lebih lama (Clancy,
1998) dalam (Nursalam, 2009).

Kecemasan akan muncul pada


penderita TB Paru dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya yang akhirnya membuat
kondisi penderita menjadi perasaan
tak berdaya dan tak ada harapan
(Doengoes, 2000). Perhatian petugas
sangat diperlukan untuk memberikan
informasi tentang penyakit dan
manfaat pengobatan untuk
menghindari kecemasan kepada
penderita TB (Doengoes, 2000).
Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Hubungan pengetahuan
tentang TB Paru dengan tingkat
kecemasan pada penderita TB Paru
di Instalasi Rawat Inap RSU FIKRI
MEDIKA KARAWANG”.

Metode
Rancangan penelitian ini adalah studi
korelasional (hubungan/asosiasi)
yang bertujuan mengungkapkan
hubungan korelatif antara variabel
dengan pendekatan cross sectional
yaitu dua variabel diambil dalam
waktu bersamaaan (Sugiono, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua penderita TB paru yang
dirawat di Instalasi Rawat Inap RSU
FIKRI MEDIKA KARAWANG.
Besar sampel ditentukan
berdasarkan jumlah sampel minimal
dalam penelitian survey yaitu
sebanyak 30 orang (Sugiyono,
yang digunakan adalah ada, 2 = separuh dari gejala yang
purposive sampling yaitu ada, 3 = lebih dari separuh gejala
menetapkan sampel yang ada, 4 = semua gejala yang ada.
berdasarkan kriteria tertentu Derajat kecemasan dinilai dengan
yang disesuaikan dengan menghitung total skor dengan
jumlah sampelnya kriteria: skor < 6 = tidak ada
(Sugiyono, 2008). kecemasan, skor 6-14 = kecemasan
Pengumpulan data ringan, skor 15-27 = kecemasan
untuk variabel pengetahuan sedang, dan skor > 27 = kecemasan
dilakukan dengan wawancara berat (Nursalam, 2008).
menggunakan lembar
kuesioner dan untuk variabel
kecemasan menggunakan
pedoman wawancara dan
observasi tingkat kecemasan
dari Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS). Lembar
kuesioner untuk
variabel
pengetahuan menggunakan
skala ordinal yang
merupakan skala perjenjang
atau bertingkat (baik, cukup,
kurang) berisi daftar 10
pertanyaan dengan pilihan
“benar” dan “salah”. Jika
responden menjawab tepat
diberikan skor 1 dan jika
tidak tepat diberikan skor 0.
Selanjutnya skor digunakan
untuk mempermudah
dalam
mengkategorikan jenjang
atau peringkat dalam
penelitian yang biasanya
dituliskan dalam persentase.
Untuk pengetahuan baik =
76-100%, cukup = 56-75%,
kurang = < 55 % (Nursalam,
2008). Pedoman wawancara
dan observasi tingkat
kecemasan dari Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS)
berisi daftar pedoman
wawancara dan observasi
dengan kriteria penilaian
untuk masing-masing butir
pertanyaan adalah : 0 = tidak
ada gejala sama sekali, 1 =
satu gejala dari pilihan yang
Analisis data untuk mengetahui dari responden yang akan diuraikan
hubungan antara tingkat pengetahuan
pasien tentang TB Paru dengan
tingkat kecemasan pada penderita TB
Paru menggunakan uji statistik
korelasi Spearman Rank yaitu
mencari hubungan antara variabel
independent dan variabel dependent,
bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal. Alat
bantu yang digunakan adalah
software spss for windows versi
16,00. Jika hasil rho hitung ternyata
lebih besar dari rho tabel untuk taraf
kesalahan 5%, hal ini berarti H1
diterima dan H0 ditolak. Untuk
memberikan penafsiran terhadap
koefisien korelasi yang ditemukan
tersebut besar atau kecil,
berpedoman pada ketentuan sebagai
berikut (Sugiono, 2008): Sangat
rendah: 0,00-0,199; Rendah : 0,20-
0,399; Sedang : 0,40-0,599; Kuat :
0,60-0,799; Sangat kuat : 0,80-
1,000.

Hasil
RSU FIKRI MEDIKA
KARAWANG merupakan salah satu
sarana pelayanan kesehatan dengan
pasien yang banyak berlokasi di
Kabupaten Karawang, yaitu di Jalan
Raya Kosambi-Telagasari KM. 03.
Secara geografis wilayah RSU
FIKRI MEDIKA KARAWANG
terletak di Timur Kabupaten
Karawang. Adapun pelayanan
instalasi rawat inap di RSU FIKRI
MEDIKA KARAWANG yang
menerima perawatan pasien TB Paru
adalah Ruang PU3(ISOLASI) untuk
pasien Kelas III dengan jumlah 2
ruangan, kapasitas 10 tempat tidur
dan jumlah perawat 16 orang dan
Ruang PU2(ISOLASI) untuk pasien
Kelas II, dengan jumlah 2 ruangan,
kapasitas 8 tempat tidur dan jumlah
perawat 10 orang
Data ini meliputi karakteristik
berdasarkan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
Data yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Distribusi
Responden Berdasarkan Umur.
Distribusi responden berdasarkan
umur disajikan dalam tabel 1
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Responden
Berdasarkan Umur.
Jumlah Persentase
Umur
(n) (%)
< 20
1 3,3%
Tahun
20-35
5 16,6%
Tahun
> 35
24 80,0%
Tahun
Total 30 100%
Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan tabel 1 dapat


diketahui bahwa
sebagian besar responden memiliki
umur > 35 tahun yaitu sebanyak 24
orang (80,0%),
responden yang berumur antara 20-
35 tahun sebanyak 5 orang (16,6%)
dan responden yang berumur < 20
tahun 1 orang (3,3%).
b. Distribusi
Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Distribusi

responden berdasarkan jenis


kelamin dapat dilihat pada tabel
2:

Tabel 2 Distribusi
Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(n) (%)
Laki-laki 24 80%
Perempuan 6 20%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer, 2023
Berdasarkan tabel 2 dapat Tabel 4 Distribusi Responden
diketahui bahwa sebagian besar Berdasarkan Pekerjaan
responden adalah laki-laki dengan
jumlah 24 orang (80%), Pekerjaan Jumlah Persentase
sedangkan jumlah responden (N) %
perempuan sebanyak 6 orang IRT 4 13,3%
( 20%). Petani 11 36,7%
c. Distribusi Responden berdasarkan Pedagang 5 16,7%
pendidikan Buruh 10 33,3%
Distribusi responden Total 30 100%
berdasarkan pendidikan dapat Sumber: Data Primer, 2023.
dilihat pada tabel 3:
Berdasarkan tabel 4 dapat
Tabel 3 Distribusi Responden diketahui bahwa hampir sebagian
Berdasarkan Pendidikan. responden bekerja sebagai petani
Pendidikan Jumlah Persentase dengan jumlah 11 orang ( 36,7%),
(N) (%) buruh sebanyak 10 orang
Tidak 12 40% (33,3%), pedagang sebanyak 5
sekolah orang (16,7%) dan responden
SD 4 14,3% dengan pekerjaan sebagai IRT
SMP 9 30% sebanyak 4 orang ( 13,3%).
SMA 5 16,7% Dari data diatas akan disajikan
Total 30 100% hasil penelitian yang sudah
dilakukan yaitu tentang hubungan
Sumber: Data Primer, 2023
pengetahuan tentang TB Paru
dengan tingkat kecemasan pada
Berdasarkan tabel 3 dapat
penderita TB Paru di Instalasi
diketahui bahwa hampir sebagian
Rawat Inap RSU FIKRI MEDIKA
responden tidak sekolah dengan
KARAWANG.
jumlah 12 orang (40%),
a. Tingkat pengetahuan penderita
responden dengan pendidikan
tentang TB Paru di Instalasi
SMP sebanyak 9 orang ( 30%),
Rawat Inap RSU FIKRI
responden dengan pendidikan
MEDIKA KARAWANG dapat
SMA sebanyak 5 orang (16,7%)
dilihat pada tabel 5:
dan responden pendidikan SD
sebanyak 4 orang (14,3%).
Tabel 5 Tingkat Pengetahuan
d. Distribusi responden berdasarkan
Penderita Tentang TB Paru di
pekerjaan
Instalasi Rawat Inap RSU FIKRI
Distribusi responden berdasarkan
MEDIKA KARAWANG
pekerjaan dapat dilihat pada tabel
Tingkat Jumlah Persentase
4:
Pengetahuan (n) %
Baik 6 20%
Cukup 7 23,3%
Kurang 17 56,7%
Total 30 100%
Sumber: Kuesioner

Berdasarkan tabel 5 di atas


terlihat bahwa dari 30 responden
terdapat 6 responden (20%)
dengan tingkat
pengetahuan baik,
7 responden (23,3%) dengan
tingkat pengetahuan cukup dan 17 Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat
responden (56,7%) dengan tingkat bahwa dari 30 responden terdapat
pengetahuan kurang 12 responden (40%) dengan
b. Tingkat Kecemasan Penderita TB tingkat kecemasan berat, 10
Paru di Instalasi Rawat Inap RSU responden (33,3%) dengan tingkat
FIKRI MEDIKA KARAWANG. kecemasan sedang dan 8
Tingkat kecemasan responden (26,7%) dengan tingkat
penderita TB Paru di Instalasi kecemasan ringan.
Rawat Inap RSU FIKRI c. Hubungan Pengetahuan Tentang
MEDIKA KARAWANG dapat TB Paru dengan Tingkat
dilihat pada tabel 6: Kecemasan pada Penderita TB
Paru di Instalasi Rawat Inap RSU
Tabel 6 Tingkat Kecemasan FIKRI MEDIKA KARAWANG.
Penderita TB Paru di Instalasi Hubungan pengetahuan tentang
Rawat Inap RSU FIKRI TB Paru dengan tingkat
MEDIKA KARAWANG kecemasan pada penderita TB
Tingkat Jumlah Persentase Paru di Instalasi Rawat Inap RSU
Kecemasan (n) % FIKRI MEDIKA KARAWANG
Berat 12 40% dapat dilihat pada tabel 7:
Sedang 10 33,3%
Ringan 8 26,7%
Total 30 100%
Sumber: Wawancara
danobservasi

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan Tentang TB Paru dengan Tingkat


Kecemasan pada Penderita TB Paru di Instalasi Rawat Inap RSU
FIKRI MEDIKA KARAWANG
Tingkat
Tingkat kecemasan Total Rho Rho
pengetahuan Berat Sedang Ringan hitung tabel
n % n % n % n %
Baik - - - - 6 20% 6 20%
Cukup - - 5 16,7% 2 6,7% 7 23,3%
Kurang 12 40% 5 16,7% - - 17 56,7%
Total 12 40% 10 33,3% 8 26,7% 30 100% 0,776 0,377

Berdasarkan tabel 7 diatas (16,7%) yang mengalami tingkat


terlihat bahwa dari 6 responden kecemasan sedang dan terdapat 12
dengan pengetahuan baik terdapat 6
responden (20%) mengalami
kecemasan ringan. Selanjutnya dari 7
responden dengan pengetahuan
sedang terdapat 2 (6,7%) responden
mengalami kecemasan ringan dan 5
responden (16,7%) mengalami
kecemasan sedang. Sedangkan dari
17 responden dengan pengetahuan
kurang, terdapat 5 responden
(40%) responden yang mengalami
tingkat kecemasan berat.
Hasil pada tabel tersebut diatas
sesuai dengan hasil analisa statistik
dengan menggunakan uji korelasi
Spearman Rank dimana diperoleh
Rho hitung sebesar 0,776 dengan
taraf signifikansi 5% dan diperoleh
Rho tabel sebesar 0,377. Karena
Rho hitung > Rho tabel (0,776 >
0,377) maka Ho ditolak dan H1
diterima artinya ada hubungan
pengetahuan tentang TB Paru
dengan tingkat kecemasan pada
penderita TB Paru di Instalasi
Rawat Inap RSU FIKRI MEDIKA
KARAWANG .
Pembahasan 7 responden (23,3%) dengan
Dari hasil penelitian di atas akan tingkat pengetahuan cukup dan 17
dibahas sesuai dengan penelitian responden (56,7%) dengan tingkat
yang telah di laksanakan, mencakup: pengetahuan kurang. Responden
1. Pengetahuan penderita TB Paru di dengan tingkat pengetahuan
Instalasi rawat Inap RSU FIKRI kurang dan cukup disebabkan
MEDIKA KARAWANG. karena kurangnya keinginan
Pengetahuan adalah hasil responden untuk mengakses
dari tahu yang terjadi melalui informasi tentang TB Paru baik
proses sensoris khususnya mata dari petugas kesehatan maupun
dan telinga terhadap objek dari para penderita TB Paru yang
tertentu. Pengetahuan merupakan sudah sembuh maupun yang
domain yang sangat penting masih dalam pengobatan. Faktor
dalam membentuk tindakan penyebab lainnya adalah
seseorang (over behavior). ketidakmampuan responden untuk
Perilaku yang didasari tahu segala informasi tentang
pengetahuan umumnya bersifat penyakit TB Paru dan prosedur
langgeng (Notoatmodjo, 2003). pengobatan dikarenakan sebagian
Pengetahuan adalah segala besar responden tidak sekolah
bentuk pemahaman seseorang (40%). Kurangnya konseling yang
sebagai hasil dari pendidikan dan dilakukan oleh petugas kesehatan
pengalaman hidup yang juga dapat menjadi penyebab
menyangkut segala sesuatu yang tingkat pengetahuan penderita TB
ada di sekitarnya. Pengetahuan Paru tentang TB Paru menjadi
diperoleh dari apa yang dirasakan kurang. Khusus untuk
dari panca indra manusia tentang pengetahuan responden terhadap
gejala atau fenomena yang terjadi. pertanyaan no 2 dan 8 mengenai
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengetahuan penyebab TB paru
pendidikan, baik pendidikan dan TB Ekstra Paru yang masih
formal maupun pendidikan non sangat kurang disebabkan karena
formal, serta pengalaman hidup kurangnya konseling dari petugas
seseorang secara langsung kesehatan dan kecenderungan
maupun secara tidak langsung responden agak sulit memahami
tentang segala fenomena informasi mengenai materi yang
kehidupan yang ada, karena komplek atau jarang didengar
tujuan dari pendidikan itu sendiri seperti kuman Mycobacterium
adalah untuk meningkatkan tuberculosis dan TBC ekstra paru.
pengetahuan seseorang tentang Sedangkan untuk responden
sesuatu hal sehingga bisa dengan tingkat pengetahuan baik
menguasainya (Effendy, 2004). disebabkan karena responden
Tingkat pendidikan dan sering berbagi informasi dengan
pengetahuan masyarakat sangat penderita TB Paru yang sudah
menentukan dalam sembuh dan karena keinginan
pengembangan kualitas sumber responden untuk mendapatkan
daya manusia itu sendiri. informasi tentang TB Paru dari
Berdasarkan tabel 5 di atas petugas kesehatan sering
terlihat bahwa dari 30 responden dilakukan ketika berobat di
terdapat 6 responden (20%) Puskesmas maupun Rumah Sakit.
dengan tingkat pengetahuan baik,
Individu yang memiliki Berdasarkan tabel 6 di atas
pengetahuan yang lebih tinggi menunjukkan bahwa tingkat
akan memiliki kemampuan kecemasan penderita TB Paru
koping yang lebih baik dibanding sebagian besar responden
individu yang memiliki mempunyai tingkat kecemasan
pengetahuan rendah berat yaitu sebanyak 12 orang
(Carpenito,2000). (40%), kecemasan sedang
Salah satu faktor penyebab sebanyak 10 orang (33,3%) dan
masalah tingginya kasus TB di yang mengalami kecemasan
Indonesia adalah adanya penderita ringan sebanyak 8 orang (26,7%).
TB laten, dimana penderita tidak Dari 30 responden penderita TB
sakit namun akibat daya tahan Paru semuanya mengalami
tubuh/imunitas menurun kecemasan, dan cukup banyak
diantaranya karena malnutrisi yang mengalami kecemasan
(gizi buruk) mengakibatkan sedang dan berat. Semua
seseorang menjadi pasien TB. Hal penderita TB Paru yang
ini dipengaruhi karena tingkat mengalami kecemasan sedang dan
ekonomi yang rendah karena berat disebabkan karena
sebagian besar penderita TB kurangnya informasi tentang
bekerja sebagai petani dan buruh penyakit TB Paru, tata cara
sehingga penghasilannya tidak pengobatan, dan cara pencegahan
bisa untuk memenuhi kebutuhan penularan sehingga ada perasaan
gizi yang baik (Aditama, 2011). khawatir dikucilkan dari kerabat
Hal ini sesuai dengan hasil dan keluarganya karena akan
penelitian dalam tabel 4. menularkan penyakitnya.
2. Tingkat Kecemasan penderita TB Disamping itu juga ada
PARU di Instalasi Rawat Inap kekhawatiran dari penderita TB
RSU FIKRI MEDIKA Paru tidak akan mampu menjalani
KARAWANG . pengobatan yang lama sehingga
Kecemasan (Anxietas) adalah penyakitnya tidak bisa sembuh.
gangguan alam perasaan yang Kecemasan akan muncul
ditandai dengan perasaan pada penderita TB Paru
ketakutan atau kekhawatiran dikarenakan kurangnya
yang mendalam dan berkelanjutan pengetahuan tentang penyakitnya
(Hawari, 2001). Kecemasan yang akhirnya membuat kondisi
adalah kebingungan, penderita menjadi perasaan tak
kekhawatiran pada suatu yang berdaya dan tak ada harapan
akan terjadi dengan penyebab (Doengoes, 2000). Kecemasan
yang tidak jelas dan dihubungkan adalah kebingungan,
dengan keadaan tidak menentu kekhawatiran pada suatu yang
dan tidak berdaya. Kecemasan akan terjadi dengan penyebab
yang terjadi dapat dipengaruhi yang tidak jelas dan dihubungkan
oleh berbagai faktor, yaitu faktor dengan keadaan tidak menentu
internal: Usia, jenis kelamin, dan tidak berdaya. Pengalaman
pengetahuan, pendidikan, cemas seseorang tidak sama pada
pekerjaan, dan faktor eksternal beberapa situasi dan hubungan
seperti: Sikap dan prilaku petugas, interpersonal. Cemas secara
kondisi lingkungan dan dukungan psikologis dan emosional
keluarga (Nusalam, 2003).
terwujud dalam gejala-gejala Kecemasan Penderita TB Paru di
kejiwaan seperti tegang, bingung, Instalasi Rawat Inap RSU FIKRI
khawatir, sukar berkonsentrasi, MEDIKA KARAWANG. Sesuai
perasaan tidak menentu dan dengan hasil penelitian
sebagainya. Sedangkan secara didapatkan bahwa terdapat 6
fisiologis terwujud dalam gejala- responden yang mempunyai
gejala fisik terutama pada sistem tingkat pengetahuan baik, 7
saraf misalnya tidak dapat tidur, responden dengan tingkat
jantung berdebar-debar, gemetar, pengetahuan cukup dan 17
perut mual-muntah, diare, nafas responden dengan tingkat
sesak disertai tremor pada otot pengetahuan kurang, sedangkan
(Videbeck, 2008). Gejala-gejala yang mengalami kecemasan berat
fisik yang menyertai kecemasan sebanyak 12 orang, 10 orang
adalah palpitasi, keringat dingin, dengan kecemasan sedang dan 8
telapak tangan basah, denyut orang dengan kecemasan ringan.
jantung meningkat, serta Berdasarkan tabel 7 terlihat
keluarnya keringat dingin bahwa hubungan antara
(Sulistyaningsih, 2000). pengetahuan tentang TB Paru
Manifestasi kecemasan dengan tingkat kecemasan pada
terwujud dalam empat hal berikut penderita Tb Paru didapatkan rho
ini: hitung sebesar 0,776 dengan taraf
a. Manifestasi kognitif, yang signifikansi 5%, dan rho tabel
terwujud dalam pikiran sebesar 0,377, sehingga rho
seseorang, seringkali hitung > rho tabel (0,776 > 0,377)
memikirkan tentang maka Ho ditolak. Jika
malapetaka atau kejadian buruk dibandingkan dengan teori yang
yang terjadi. dikemukakan oleh Sugiono
b. Perilaku motorik, kecemasan tentang penafsiran terhadap
seseorang terwujud dalam correlation coficcient yang
gerakan tidak menentu seperti ditemukan kuat atau tidak (besar
gemetar. atau kecil), maka sesuai dengan
c. Perubahan somatik, muncul hasil uji analisa data yang didapat
dalam keadaan mulut kering, yaitu rho hitung 0,776, hubungan
tangan dan kaki dingin, diare, (korelasi) antara pengetahuan
sering kencing, ketegangan tentang TB Paru dengan tingkat
otot, peningkatan tekanan kecemasan pada penderita TB
darah dan lain-lain. Hampir Paru adalah “Kuat” artinya ada
semua penderita kecemasan hubungan yang bermakna
menunjukkan peningkatan (signifikan) antara pengetahuan
detak jantung, respirasi, tentang TB Paru dengan tingkat
ketegangan otot, dan tekanan kecemasan pada penderita TB
darah. Paru di Instalasi Rawat Inap RSU
d. Afektif, diwujudkan dalam FIKRI MEDIKA KARAWANG.
perasaan gelisah, dan perasaan Teori psikoneuroimunologi
tegang yang berlebihan. dapat menjelaskan hal ini melalui
3. Analisa Hubungan Tingkat teori HPA (Hipotalamus, Pituitari,
Pengetahuan dengan Tingkat Adrenal) axis. Berdasarkan pada
konsep psikoneuroimunologi ini,
melalui poros hipothalamus
hypofisis adrenal, bahwa tingkat pengetahuan tentang
kecemasan akan berpengaruh penderita TB Paru berdasarkan hasil
pada hipothalamus, kemudian kuesioner di Instalasi Rawat Inap
hipothalamus akan mempengaruhi RSU FIKRI MEDIKA
hypofisis sehingga hypofisis akan KARAWANG menunjukkan
mengekspresikan ACTH (Adrenal sebagian responden
Cortico Tropic Hormone) yang dengan tingkat
pada akhirnya dapat pengetahuan kurang yaitu sebanyak
mempengaruhi kelenjar adrenal, 17 responden (56,7%) dan hanya
dimana kelenjar ini akan sebagian kecil yaitu 6 (20%)
menghasilkan kortisol. Apabila responden dengan tingkat
cemas yang dialami pasien pengetahuan baik.
berlebihan maka kelenjar adrenal Kesimpulan lainnya adalah
akan menghasilkan kortisol dalam bahwa tingkat kecemasan penderita
jumlah banyak sehingga dapat TB Paru berdasarkan hasil observasi
menekan sistem imun. Adanya dan wawancara di Instalasi Rawat
penekanan sistem imun inilah Inap RSU FIKRI MEDIKA
akan berakibat pada KARAWANG menunjukkan hampir
penghambatan proses sebagian responden mempunyai
penyembuhan dan mempercepat tingkat kecemasan berat yaitu
terjadinya komplikasi-komplikasi sebanyak 12 orang (40%),
sehingga memerlukan waktu kecemasan sedang sebanyak 10
perawatan yang lebih lama orang (33,3%) dan yang mngalami
(Clancy, 1998) dalam (Nursalam, kecemasan ringan sebanyak 8 orang
2009). (26,7%). Dari 30 responden
Berdasarkan tabel 7 diatas penderita TB Paru semuanya
dapat ditarik kesimpulan bahwa mengalami kecemasan, dan cukup
semakin tinggi tingkat banyak yang mengalami kecemasan
pengetahuan penderita tentang TB sedang dan berat.
Paru maka semakin rendah tingkat Kesimpulan terakhir yang
kecemasan yang dialami oleh menjawab masalah penelitian adalah
penderita TB Paru. Hal ini sesuai berdasarkan hasil hasil analisa data
dengan pendapat Notoatmodjo diperoleh hasil R hitung sebesar
(2003) yang menyatakan bahwa 0,776 dengan taraf signifikansi 5%
pengetahuan atau kognitif dan diperoleh R table sebesar 0,377
merupakan domain yang penting sehingga R hitung > R tabel ( 0,776 >
untuk terbentuknya tindakan 0,377 ). Dari hasil diatas maka Ho
seseorang. ditolak artinya ada hubungan antara
pengetahuan tentang Tb Paru dengan
Kesimpulan
tingkat kecemasan pada penderita TB
Berdasarkan analisa data dan Paru di Instalasi Rawat Inap RSU
pembahasan hasil penelitian tentang FIKRI MEDIKA KARAWANG.
hubungan pengetahuan tentang TB
Saran
Paru dengan tingkat kecemasan pada
penderita TB Paru di Instalasi Rawat Kesimpulan penelitian ini yang
Inap RSU FIKRI MEDIKA menunjukkan adanya hubungan
KARAWANG, maka dapat ditarik antara pengetahuan dan kecemasan
kesimpulan sebagai berikut bahwa penderita TB paru dapat menjadi
masukan bagi penderita TB Paru
agar meningkatkan
pengetahuannya tentang TB Paru.
Salah satu caranya
adalah dengan lebih banyak Daftar Pustaka
berkonsultasi dengan petugas
kesehatan maupun kader kesehatan 1. Aditama, T., & Soepandi, P.
dan mencari informasi dari (2000). Tuberkulosis :
penderita-penderita TB Paru yang Diagnosis, Terapi dan
sudah sembuh maupun yang sedang Masalahnya Edisi 3. Jakarta:
dalam pengobatan anti TB sehingga Lab Mikobakteriologi RSUP
tidak mengalami kecemasan yang Persahabatan/WHO
berlebihan karena akan berdampak Collaborating Center for
buruk terhadap kesehatan. Tuberculosis.
Pentingnya informasi tentang 2. Departemen Kesehatan RI.
kondisi dan tentang perawatan TB 2004. Kajian Riset Operasional
bagi penderita TB Paru agar Intensifikasi Pemberantasan
mencegah secara dini timbulnya Penyakit Menular, Depkes RI,
kecemasan dapat menjadi indikasi Jakarta.
bagi petugas kesehatan di Instalasi 3. Departemen Kesehatan RI.
Rawat Inap agar memberikan 2008. Pedoman Nasional
perhatian dan informasi pada Penanggulangan Tuberculosis,
penderita TB Paru. Informasi yang Depkes RI, Jakarta.
diberikan terkait dengan penyakit 4. Departemen Kesehatan RI.
TB, prosedur pengobatan TB, 2008. Pedoman Pelatihan
perawatan TB dan segala sesuatu Penanggulangan Tuberculosis
yang berkaitan dengan TB Paru agar dengan Strategi DOTS,
pengetahuan penderita tentang TB Depkes RI, Jakarta.
Paru menjadi lebih baik sehingga 5. Departemen Kesehatan RI,
kecemasan yang dirasakan tidak BPPSDMK 2011. TBC Masalah
menjadi memburuk. Kesehatan Dunia, tersedia di
Intitusi pendidikan juga dapat http://www.bppsdmk.depkes.go.i
berperan untuk dapat meningkatkan d
dan mengembangkan pengetahuan 6. Doenges, M. E. 2000. Rencana
tentang keperawatan medikal bedah Asuhan Keperawatan: Pedoman
khususnya tentang perawatan pada untuk Perencanaan dan
penyakit TB Paru sehingga dapat Pendokumentasian Perawatan
memberikan pemahaman yang lebih Pasien, Terjemahan, Edisi ke-3.
mendalam kepada petugas pelayan Penerbit Buku Kedokteran EGC,
kesehatan dan dapat mengatasi Jakarta.
masalah-masalah yang mungkin 7. Hidayat, A. Alimul Azis. 2009.
muncul ketika akan melakukan riset Metode Penelitian Keperawatan
mengenai pengetahuan penderita TB Dan Teknik Analisis Data,
Paru dan masalah kecemasan pada Salemba Medika, Jakarta.
penderita TB Paru. Penelitian 8. Idrus Alwi. 2000. Buku Ajar
lanjutan dapat dilakukan untuk Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
membuktikan efektifitas metode Departemen Ilmu Penyakit
pengelolaan kecemasan sehingga Dalam, FKUI, Jakarta.
dapat diterapkan sebagai intervensi 9. Irham Machfoedz. 2010.
keperawatan untuk mengurangi Kuesioner dan Panduan
kecemasan khususnya pada pasien Wawancara (Alat Ukur
TB Paru. Penelitian) Bidang Kesehatan,
Kedokteran, Keperawatan, dan
Kebidanan, Penerbit Fitramaya,
Yogyakarta.
10. Nursalam. 2003. Manajemen
Keperawatan : Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan
Profesional, Edisi 1, PT.
Salemba Medika, Jakarta.
11. Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian lmu
Keperawatan,Edisi 2, PT.
Salemba Medika, Jakarta.
12. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-
Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
13. Notoatmodjo, S. 2010.
Metodologi Penelitian
Kesehatan, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
14. Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk
Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
15. Sugiyono. 2008. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D, CV. Alfabeta,
Bandung.
16. Subianto, T. 2010. Asuhan
Keperawatan Tuberculosis Paru
dengan Efusi Pleura tersedia di
http://teguh
subianto.blogspot.com/feeds/pos
ts/defaut
17. Videbeck, Sheila L. 2008. Buku
Ajar Keperawatan Jiwa,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
18. Wawan, A., Dewi. 2011. Teori
& Pengukuran Pengetahuan,
Sikap, Dan Prilaku Manusia,
Penerbit Nuha Medika,
Yogyakarta.
19. WHO. (2012). Global
Tuberculosis Control : WHO
report 2011. Geneva,
Switzerland: WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai