(MDR-TB)
Oleh:
CICIK RAHAYU
NIM.G0A019008
Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam
bulan berturut-turut tanpa henti. Kedisiplinan pasien dalam menjalankan
pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal
serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk minum obat.
Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu
akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten
sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya. Beberapa faktor yang
harus diperhatikan yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan, seperti
lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat,
daya tahan tubuh, juga faktor sosial ekonomi penderita yang tidak kalah
pentingnya. Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai dengan standar DOTS
juga dapat berakibat pada munculnya kasus kekebalan multi terhadap obat anti TB
yang memunculkan jenis kuman TB yang lebih kuat, yang dikenal dengan Multi
Drug Resistant (MDR-TB). Pengobatan MDR-TB membutuhkan biaya yang lebih
mahal dan waktu yang lebih lama dengan keberhasilan pengobatan yang belum
pasti. MDR-TB merupakan permasalahan utama di dunia. Banyak faktor yang
memberikan kontribusi terhadap resistensi obat pada negara berkembang
termasuk ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya, kepatuhan penderita
buruk, pemberian monoterapi atau regimen obat yang tidak efektif, dosis tidak
adekuat, instruksi yang buruk, keteraturan berobat yang rendah, motivasi
penderita kurang, suplai obat yang tidak teratur, bioavailibity yang buruk dan
kualitas obat memberikan kontribusi terjadinya resistensi obat sekunder.(Restinia
et al., 2021)
Faktor risiko lain untuk terjadinya MDR–TB adalah infeksi HIV, sosial
ekonomi, jenis kelamin, kelompok umur, merokok, konsumsi alkohol, diabetes,
pasien TB paru dari daerah lain (pasien rujukan), dosis obat yang tidak tepat
sebelumya dan pengobatan terdahulu dengan suntikan dan fluoroquinolon (Balaji
et al., 2010). Sumber lain menyebutkan bahwa faktor risiko MDR-TB adalah jenis
kelamin perempuan, usia muda, sering bepergian, lingkungan rumah yang kotor,
konsumsi alkohol dan merokok serta kapasitas paru-paru.(Restinia et al., 2021)
Variabel jenis kelamin juga dilaporkan menjadi salah satu faktor risiko TB
MDR dalam beberapa penelitian. Sebagian besar pasien TB MDR dalam
penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 60,2% (68 pasien dari 113 pasien).
Penelitian Feleke M, dkk di Ethiopia menemukan sebanyak 64,5% pasien TB
MDR adalah laki-laki (Mekonnen et al., 2015). Laki-laki memiliki kecenderungan
yang lebih tinggi untuk tidak mematuhi pengobatan anti-TB dibandingkan
perempuan, sehingga meningkatkan risiko TB MDR. Pada penelitian ini juga
mendapatkan hasil terkait status parut BCG yakni terdapat sebanyak 43,8% pasien
yang tidak memiliki parut BCG dan 48,8% memiliki tanda yang jelas pada parut
BCG. Penelitian yang dilakukan oleh Putri P, dkk menemukan adanya hubungan
antara riwayat BCG dengan kejadian TB MDR (Pamungkas, Rahardjo and Murti,
2018). Karena vaksin BCG dapat menurunkan risiko TB. Peluang kejadian TB
MDR lebih besar pada pasien TB MDR yang telah memiliki riwayat pengobatan
sebelumnya. Pada penelitian ini diketahui terdapat 80,7% yang memiliki riwayat
pengobatan sebelumnya dan terdapat sebanyak 44,7% merupakan pasien yang
kambuh. Dalam penelitian Muluken D, dkk mengidentifikasi bahwa riwayat
pengobatan TB sebelumnya merupakan penentu utama dalam kejadian TB MDR.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata umur responden yakni 43,4
tahun; terdapat sebanyak 60,2% pasien laki-laki dan 39,8% pasien perempuan;
sebagian besar tipe pasien adalah kambuh sebanyak 44,7% dan 80,7% adalah
pasien yang memiliki riwayat pengobatan sebelumnya. Terdapat sebanyak 27,5%
pasien yang positif menderita DM; pasien yang memiliki status gizi kurus terdapat
sebanyak 62,2% dan hanya 89,6% pasien yang mengalami konversi sputum.
(Dwiastuti & Djano, 2020)
DAFTAR PUSTAKA
Restinia, M., Khairani, S., & Manninda, R. (2021). Faktor Resiko Penyebab
Multidrug Resistant Tuberkulosis: Sistematik Review. Pharmaceutical and
Biomedical Sciences Journal (PBSJ), 3(1), 9–16.
https://doi.org/10.15408/pbsj.v3i1.20049