Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FERDI YANTO

NIM :63030170022
1. Membuat Perencanaan Investigasi

Ketika seorang klien menyewa auditor forensik, maka auditor tersebut sebaiknya memahami
betul fokus auditnya. Contoh, klien merasa curiga dengan kemungkinan penipuan dalam hal
bahan baku yang dipasok. Maka auditor mungkin akan merencanakan penyelidikan untuk
mencapai tujuan sebagai berikut: 

1. Identifikasi jenis penipuan dan apa yang dilakukan.


2. Menentukan rentang waktu dilakukannya penipuan. 
3. Menemukan seperti apa penipuan tersebut ditutupi atau disembunyikan. 
4. Mengidentifikasi pelaku penipuan. 
5. Menghitung perkiraan kerugian yang dialami karena penipuan.
6. Mengumpulkan bukti relevan yang dapat diterima saat di pengadilan nanti. 
7. Menyarankan langkah-langkah yang dapat mencegah penipuan semacam itu terjadi lagi
di masa yang akan datang. 
Pengumpulan Bukti

Tahap ini sangat penting untuk dilakukan untuk memahami jenis kecurangan yang telah
dilakukan dan bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Bukti harus relevan dan cukup untuk
naik saat di pengadilan. Auditor pun harus dapat mengungkapkan rincian skema penipuan
dan mendokumentasikan jumlah kerugian yang diterima dan pihak mana saja yang
terdampak dari penipuan tersebut. 

Baca Juga: Sejumlah Hal yang Harus Dipersiapkan Saat Menghadapi Audit Pajak

Auditor pun diharapkan dapat memastikan bukti atau dokumen yang dikumpulkan tidak
rusak atau diubah oleh pihak manapun. Teknik yang biasa dilakukan untuk mengumpulkan
bukti dalam audit forensik ini adalah:

1. Teknik analitis: untuk membandingkan tren selama periode waktu tertentu atau
mendapatkan data komparatif dari segmen yang berbeda-beda. 
2. Teknik subtantif: Melakukan rekonsiliasi, tinjau dokumen, dll. 
3. Audit komputer: Melacak program perangkat lunak yang digunakan untuk
mengindentifikasi kecurangan. 
4. Mendalami pengendalian internal dan mengujinya: Agar mengetahui celah kemungkinan
terjadinya kecurangan. 
Pelaporan

Membuat laporan agar dapat disajikan kepada klien. Laporan tersebut mencakup temuan
investigasi, ringkasan bukti, penjelasan tentang seperti apa kecurangan dilakukan, serta
saran agar pengendalian internal dapat ditingkatkan guna mencegah kecurangan yang sama
terjadi di masa depan. Laporan ini diserahkan kepada klien agar klien dapat menentukan
untuk mengajukan kasus hukum apabila dibutuhkan. 
Proses Pengadilan

Selama proses pengadilan, sebaiknya auditor forensik dapat pula hadir untuk menjelaskan
bukti yang telah terkumpul. Auditor harus dapat menyederhanakan masalah akuntansi yang
kompleks dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh orang awam sehingga
dapat memahami istilah akuntansi. Dengan begitu proses akan jauh lebih mudah dan fokus
kecurangan dapat disampaikan secara lebih sederhana namun rinci dan pasti.

5. Pengertian Gratifikasi
Gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik
atau tanpa sarana elektronik.
Pengecualian:
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Peraturan yang Mengatur Gratifikasi
1. Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi "Setiap gratifikasi
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya".
2. Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi "Ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK".
Penjelasan Aturan Hukum
Pasal 12 UU No. 20/2001:
1. Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1
miliar: 
2. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya.
3. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
Sanksi
Pasal 12B ayat (2) UU no. 31/1999 jo UU No. 20/2001
Pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.
6. Irregularity atau ketidakteraturan yang ditemukan pada laporan keuangan mengarah pada dua
kemungkinan yaitu kecurangan (fraud) atau kesalahan (error). Apa perbedaan keduanya?
Perbedaan antara kecurangan dan kesalahan terletak pada niat. Sederhananya, kecurangan adalah
tindakan yang sengaja dilakukan untuk menguntungkan individu atau kelompok tertentu hingga
merugikan pihak lain, sedangkan kesalahan adalah tindak kesalahan yang tidak disengaja atau
karena keteledoran.
Setidaknya ada dua kategori ketidakteraturan:
1. Ketidakteraturan satu kali adalah kelainan yang hanya muncul sekali atau beberapa kali untuk
satu mitra proyek dan tidak secara teratur dalam pengeluaran jenis yang sama atau jenis mitra
atau proyek yang sama. Ketidakteraturan ini disebabkan oleh kesalahan yang disengaja atau
tidak disengaja, dan insiden yang terjadi pada umumnya terisolasi. Bentuk ketidakteraturan
seperti ini cenderung masuk kategori kesalahan. Adapun bentuk-bentuk kesalahan yaitu:
– Kesalahan tulis (clerical error)
– Error of comission
– Compensating error
– Principle error
2. Irregularity atau ketidakteraturan yang ditemukan pada laporan keuangan mengarah pada dua
kemungkinan yaitu kecurangan (fraud) atau kesalahan (error). Apa perbedaan keduanya?
Perbedaan antara kecurangan dan kesalahan terletak pada niat. Sederhananya, kecurangan adalah
tindakan yang sengaja dilakukan untuk menguntungkan individu atau kelompok tertentu hingga
merugikan pihak lain, sedangkan kesalahan adalah tindak kesalahan yang tidak disengaja atau
karena keteledoran.
Setidaknya ada dua kategori ketidakteraturan:
Ketidakteraturan sistemik: adalah kesalahan berulang karena kegagalan serius dalam
manajemen dan kontrol sistem. Ini adalah kesalahan yang sering terjadi dan memengaruhi
operasional secara keseluruhan, contohnya, banyak proyek dengan mitra tertentu saja dan banyak
pengeluaran dari item jenis tertentu. Bentuk ketidakteraturan seperti ini patut dicurigai sebagai
kecurangan. Bentuk-bentuk kecurangan di antaranya:
– Penggelapan dana
– Penyalahgunaan aset perusahaan
– Faktur palsu
Budaya, ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, perubahan bisnis memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap potensi ketidakteraturan. Contohnya, transisi metode pembayaran dari
manual ke digital sangat rentan terhadap kecurangan dan kesalahan.
Memang bentuk-bentuk kecurangan dan kesalahan terlihat jelas berbeda, tetapi tak mudah untuk
mendeteksi dan memutuskan apakah sebuah ketidakteraturan masuk dalam kategori kesalahan
atau kecurangan.
7. Berikut perbedaan antara audit forensic dan audit operasional
Audit forensik adalah spesialisasi dalam akuntansi dan sebagian besar kantor akuntan memiliki
bidang khusus pada audit forensik. Audit forensik membutuhkan prosedur akuntansi dan audit
serta pengetahuan ahli tentang hukum audit tersebut.
Audit forensik mencakup berbagai kegiatan investigasi, yang sering dilakukan untuk menuntut
suatu pihak atas penipuan, penggelapan, atau kejahatan keuangan lainnya. Dalam proses audit
forensik, auditor dapat dipanggil untuk menjadi saksi ahli selama proses persidangan.
 Audit forensik juga dapat melibatkan situasi yang tidak termasuk penipuan keuangan, seperti
perselisihan terkait kebangkrutan, penutupan bisnis, dan perceraian.
Investigasi audit forensik dapat mengungkap atau mengkonfirmasi berbagai jenis aktivitas ilegal.
Biasanya, audit forensik lebih sering dipilih daripada audit reguler.
Sedangkan audit operasional Audit operasional merupakan tindak lanjut dari rekomendasi
evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern.
Rekomendasi evaluasi SPI ada dua:
a.       Bila tidak memerlukan pengujian audit maka unit kerja yang dievaluasi memerlukan
perbaikan disain SPI
b.      Bila memerlukan pengujian Audit, maka BPI akan menyusun program audit untuk aktivitas
tertentu
Tujuan Audit Operasional
1.      Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai kegiatan dan kejadian
ekonomi
2.      Menentukan tingkat kesesuaian antara realitas dengan kriteria yang distandartkan
3.      Mengukur kinerja operasional yang berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas

Anda mungkin juga menyukai