Anda di halaman 1dari 12

PENGAUDITAN INTERNAL

REVIEW ARTIKEL

NI LUH RISTA DEWI


210266

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR 2023
PEMBAHASAN MATERI

A. KECURANGAN (FRAUD) DALAM PERUSAHAAN

Secara literal, fraud adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang
memiliki arti kecurangan. Tindakan ini dapat berupa pemalsuan laporan keuangan
yang dilakukan secara sengaja untuk menipu pihak terkait. Fraud juga dapat diartikan
sebagai tindakan yang melawan hukum (illegal act) dan sebuah tindakan
ketidakberesan (irregularities) yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal
perusahaan demi meraup keuntungan pribadi. Selain tidak terpuji, fraud sangat
merugikan perusahaan dari segi materiil maupun immateriil.

Sedangkan pengertian fraud menurut the Association of Certified Fraud Examiners


(ACFE), fraud adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan secara sengaja
untuk tujuan tertentu, seperti manipulasi atau memberikan laporan yang keliru
terhadap pihak lain. Tindakan tersebut bisa dilakukan oleh orang dari dalam maupun
luar organisasi untuk meraup keuntungan pribadi. Berikut sifat, unsur-unsur, serta
lingkungan dari kecurangan (fraud) diantaranya:

Sifat Kecurangan

Melakukan kejahatan dengan penipuan memiliki banyak istilah, antara lain


dapat disebut sebagai kecurangan (fraud), kejahatan kerah putih (white-collar crime),
dan penggelapan (embezzlement). Tidak satupun dari kejahatan ini dapat meringkas
keseluruhan arti dari praktik-praktik ilegal dan penipuan yang terdapat di dalam
sektor-sektor umum dan swasta dari masyarakat.

1. Kecurangan (Fraud)
Merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang
material untuk mempengaruhi seseorang agar mau ambil bagian dalam suatu hal yang
berharga. Definisi ini tidak termasuk pencurian oleh karyawan, pemerasan, ataupun
konversi penggunaan secara pribadi aktiva-aktiva yang berada di bawah pengawasan
si pelaku kejahatan. Institute of Internal Auditors (IIA) menyebutkan kecurangan
adalah meliputi serangkaian tindakan-tindakan tidak wajar dan ilegal yang sengaja
dilakukan untuk menipu. Tindakan tersebut dapat dilakukan untuk keuntungan
ataupun kerugian organisasi dan oleh orang-orang di luar maupun di dalam organisasi.
2. Kejahatan Kerah Putih
Didefinisikan sebagai tindakan atau serangkaian tindakan kejahatan yang dilakukan
dengan cara-cara nonfisik melalui penyembunyian ataupun penipuan untuk
mendapatkan uang ataupun harta benda, untuk menghindari pembayaran
atau hilangnya uang dan harta benda, untuk mendapatkan keuntungan bisnis maupun
pribadi. Akan tetapi banyak bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan oleh karyawan
atau manajer bukanlah suatu tindak kriminal dan banyak di antaranya dilakukan oleh
orang-orang yang tidak masuk ke dalam kategori pekerja kerah putih.

3. Penggelapan
Merupakan konservasi secara tidak sah untuk kepentingan pribadi, harta benda yang
secara sah berada di bawah pengawasan pelaku kejahatan. Ini adalah tindakan
kriminal dalam arti sempit. Penggelapan tidak meliputi tindakan-tindakan kriminal
seperti penyuapan, pencurian, kecurangan terhadap pemerintah, memperoleh harta
benda melalui ancaman kekerasan atau pengungkapan, ataupun hal-hal sejenis yang
lainnya.

Unsur Kecurangan

Kecurangan dapat memiliki banyak bentuk. Kecurangan dapat diakibatkan


oleh kesalahan representasi yang disengaja. Kecurangan juga termasuk janji-janji
palsu, yaitu janji yang dibuat dengan maksud untuk tidak akan dipenuhi. Unsur-unsur
kecurangan legal, ataupun penipuan seperti yang dikenal menurut hukum secara
umum antara lain:

a. Representasi yang salah atas fakta yang material, maupun opini dalam
beberapa kasus tertentu.
b. Dibuat dengan pengetahuan akan kepalsuannya atau tanpa memiliki
cukup pengetahuan atas subjek untuk dapat memberikan sebuah representasi.
c. Seseorang yang bertindak atas representasi tersebut.
d. Menimbulkan kerugian.

Sedangkan unsur-unsur dari kejahatan kerah putih dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bermaksud untuk melakukan sebuah tindakan kejahatan atau untuk


mencapai tujuan yang tidak sesuai dengan kebijakan hukum maupun publik.
b. Menyamarkan tujuan melalui pemalsuan dan representasi yang tidak benar
yang digunakan untuk mencapai maksud tersebut.
c. Ketergantungan pelaku kejahatan pada ketidaksadaran maupun kelalaian dari
korban.
d. Tindakan secara sukarela yang dilakukan oleh korban untuk membantu pelaku
kejahatan sebagai hasil dari praktik penipuan yang dilakukan.
e. Penutupan tindakan kriminal.

Lingkungan Kecurangan

Lingkungan di dalam sebuah organisasi pada umumnya dikembangkan dan


dijaga oleh manajemen senior dan dewan komisaris. Untuk mencegah terjadinya
kecurangan, lingkungan tersebut harus tegas. Manajemen hendaknya menentukan
dengan jelas dalam kebijakan-kebijakan tertulisnya mengenai komitmen dalam
perlakuan yang adil, posisinya dalam konflik kepentingan, persyaratannya akan
merekrut karyawan-karyawan yang jujur, keharusannya akan kontrol internal yang
kuat dan diatur dengan baik, serta keteguhannya untuk menghukum yang bersalah.
Terdapat tiga gabungan kondisi lain yang dapat menggerakkan seseorang untuk
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang curang, antara lain:

a. Tekanan situasional pada karyawan, Karyawan mungkin terlibat utang atau


ditekan (baik secara eksternal maupun internal) untuk memperbaiki posisinya.
Begitu pula, karyawan-karyawan organisasi yang dihadapkan dengan
hilangnya penjualan, kompetisi yang kuat, skedul atau spesifikasi yang berat,
peraturan-peraturan yang keras, atau laba yang menurun, mungkin melakukan
hal-hal yang ilegal atau tidak etis untuk membalik posisi atau organisasinya.

b. Akses terhadap aktiva yang tidak terkontrol dan ketidakpedulian dari


manajemen, Salah satu penangkal yang paling kuat bagi kecurangan oleh
karyawan dan manajemen adalah kepastian pendeteksian dan hukuman.
Kontrol yang kuat dan pengawasan yang ketat akan meningkatkan kepastian
ini.

c. Kepribadian yang merusak integritas seseorang, Beberapa orang memiliki


kecenderungan untuk mengambil jalan yang tidak jujur. Ketika orang lain
melihat tidak adanya halangan dalam jalan tersebut, maka mereka akan
cenderung untuk ikut melakukannya.

B. PENCEGAHAN, DETEKSI DAN PELAPORAN KECURANGAN

Berikut pencegahan, deteksi dan pelaporan kecurangan:

1. Pencegahan Kecurangan

Merupakan tanggung jawab manajemen. Auditor internal bertanggung jawab


untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas langkah-
langkah tindakan yang telah diambil oleh manajemen untuk memenuhi
kewajiban tersebut.

2. Deteksi Kecurangan

Auditor internal sebaiknya memiliki cukup pemahaman tentang kecurangan


untuk dapat mengidentifikasikan adanya indikasi bahwa kecurangan mungkin
telah terjadi. Jika dideteksi adanya kelemahan signifikan dalam kontrol,
pengujian tambahan yang dilakukan oleh auditor internal hendaknya meliputi
pengujian yang diarahkan menuju identifikasi dari indikator-indikator
kecurangan yang lain. Auditor internal tidak diharapkan untuk memiliki
pengetahuan yang sama dengan seseorang yang tanggung jawab utamanya
adalah untuk mendeteksi dan melakukan investigasi atas kecurangan. Begitu
pula prosedur-prosedur audit sendiri, meskipun telah dilaksanakan dengan
profesional, tidak menjamin bahwa kecurangan akan terdeteksi. Jika auditor
internal ingin berhasil dalam mendeteksi kecurangan, mereka harus
mengembangkan kewaspadaan yang tinggi mengenai bagaimana kecurangan
dapat terjadi dan mengapa. Langkah pertama adalah meluangkan lebih banyak
waktu untuk menilai bagaimana sistem kontrol komputer yang ada dan risiko-
risiko apa yang sedang atau sebaiknya dijauhkan. Selanjutnya auditor harus
menentukan apakah dalam praktik nyata di lapangan, prosedur-prosedur
kontrol telah mengalami pelanggaran.

3. Pelaporan Kecurangan
Praktik yang berlaku sekarang menyatakan tanggung jawab yang tidak banyak
berbeda dengan peraturan-peraturan yang diberikan dalam kasus-kasus
pengadilan di Inggris pada abad ke-19. Auditor internal adalah pengawas dari
sistem kontrol organisasi mereka; mereka bukan jaminan terhadap kecurangan,
penggelapan, pencurian, dan ketidakpatuhan terhadap prosedur. Mereka harus
menerapkan kehati-hatian secara normal ketika membuat program audit dan
melaksanakannya. Mereka tidak bertanggung jawab untuk melakukan
antisipasi atau mengungkapkan setiap kesalahan- kesalahan yang berliku-liku
atau tersembunyi yang dapat saja tidak tertangkap oleh pemeriksaan yang telah
dilaksanakan dengan cara yang profesional. Beberapa kecurangan akan
mustahil untuk dideteksi bahkan oleh auditor-auditor terbaik sekalipun.
Kecurangan tersebut adalah pembayaran kembali, pemalsuan, kolusi, dan
transaksi-transaksi tidak tercatat lainnya. Auditor juga tidak dapat dianggap
sebagai ahli tulisan tangan. Ketika dokumen-dokumen palsu yang dibuat
dengan sangat ahli disajikan ke hadapan auditor yang tidak memiliki alasan
untuk meragukan validitasnya, adalah suatu hal yang wajar jika auditor akan
mempercayainya. Bahaya kecurangan dari sisi auditor adalah terlalu besar,
resikonya terlalu tinggi untuk menerima sebuah peran yang pasif. Seperti yang
dikatakan oleh Standar yang berlaku, auditor internal harus waspada. Oleh
karena itu, jika sebuah temuan audit menunjukkan adanya kelemahan kontrol,
maka hanya merupakan awal dari sebuah perkembangan penyimpangan.
Evaluasi atas risiko dapat menyoroti area-area yang rentan dan hendaknya
diberikan perhatian audit yang lebih besar. Misalnya: jika sebuah persyaratan
persetujuan tidak dipenuhi, jika dokumen-dokumen pengiriman yang tidak
dibuat dengan baik mengganggu kontrol atas barang dagangan, jika
pengiriman faktur tertunggak, jika tidak diperoleh penawaran yang kompetitif,
jika cek-cek yang diterima di bagian surat tidak dicatat, jika seseorang yang
memelihara catatan juga memiliki kontrol atas aktiva-aktiva yang tercatat,
maka auditor internal sebaiknya waspada terhadap kemungkinan adanya
penyelewengan yang disengaja dan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
C. PROSES MENGAUDIT KECURANGAN CYBER

Salah satu buku terbaru mengenai audit atas kecurangan menguraikan subjek
yang lebih merupakan sebuah pemikiran daripada sebuah metodologi. Namun tetap
berisi sebagian besar teknik-teknik audit keuangan. Perbedaan dasarnya adalah auditor
sebaiknya berpikir seperti seorang pencuri dan kreatif dalam merancang langkah-
langkah yang akan akan gunakan dalam:

a. Mengidentifikasi area-area terlemah yang rentan untuk dimanipulasi.


b. Menentukan bagaimana cara untuk menyerangnya tanpa menarik perhatian.
c. Tidak menghancurkan bukti dari tindakan.
d. Mengidentifikasi kekuatan yang mungkin akan dibutuhkan untuk
mengontrol penggelapan.
e. Menyiapkan penjelasan yang dapat diterima jika tertangkap.

Auditor akan memproyeksikan metode-metode yang dapat digunakan oleh


pelaku untuk mencapai tujuannya dan kemudian memeriksa untuk melihat apakah ada
bukti yang digunakan oleh metode-metode ini. Pekerjaan dapat dikoordinasikan
dengan ahli forensik untuk mencoba mengidentifikasi "bagaimana" dan kemudian
diperiksa lebih lanjut untuk menentukan unsur dari "bagaimana." Yaitu, siapa yang
akan meraih keuntungan dan "bagaimana." Audit keuangan juga memiliki bagian
dalam upaya ini. Bagi aktivitas-aktivitas audit internal yang secara organik
berhubungan dengan unit-unit investigasi, segera setelah terbukti bahwa terdapat
kemungkinan adanya kecurangan, investigasi hendaknya menjadi sebuah usaha yang
terkoordinasi. Kebanyakan usaha-usaha forensik umum berasal dari unit investigasi.

D. PROGRAM AUDIT PEMERIKSAAN KECURANGAN

George Manning telah mengembangkan sebuah program umum bagi


pemeriksa kecurangan yang setidaknya memuat:

1. Pengumpulan Data-Data Industri


Program ini termasuk informasi umum mengenai bagaimana pelaksanaan
industri berkaitan dengan operasi keuangan dan nonkeuangannya.
2. Analisis Keuangan
Termasuk disini adalah data analisis keuangan untuk organisasi dibandingkan
dengan organisasi-organisasi yang lain di dalam industri. Teknik-teknik yang
sebaiknya digunakan antara lain: analisis rasio, analisis vertikal, analisis
horizontal, data nonkeuangan, informasi arus kas, serta penyesuaian laba
bersih.
3. Penelaahan Kontrol Internal
Menentukan bahwa: transaksi-transaksi telah dilaksanakan sesuai dengan
perintah dari manajemen, transaksi-transaksi telah dicatat dengan benar,
perlindungan aktiva, dan kesesuaian antara aktiva dengan catatan.
4. Pengumpulan Bukti
Teknik-teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan bukti adanya
aktivitas kecurangan. Contohnya adalah: mewawancarai, bagan kontrol
internal dan perbandingan visual, pemeriksaan dokumen, pencarian karyawan,
investigasi, observasi, penyamaran, serta hal-hal khusus.
5. Pengevaluasian
Analisis bukti untuk menentukan apakah kecurangan benar-benar terjadi.
6. Pelaporan Temuan Kepada Pihak-Pihak Yang Tepat.

E. KONTROL MINIMUM

Bentuk-bentuk kontrol minimum tertentu yang dibuat dengan baik hendaknya


selalu diterapkan. Penggelapan jarang menimbulkan jumlah yang besar kecuali jika
pelakunya mampu menutupi penggelapan tersebut selama jangka waktu yang lama
melalui manipulasi catatan-catatan akuntansi. Sehingga:

a. Mereka yang bertanggung jawab atas penerimaan fisik barang sebaiknya tidak
bertanggung jawab untuk melakukan pembayaran dari barang tersebut.
b. Mereka yang bertanggung jawab untuk menjaga aktiva sebaiknya tidak
bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan aktiva tersebut.
c. Mereka yang bertanggung jawab untuk menagih piutang sebaiknya tidak
bertanggung jawab untuk memasukkan transaksi ke dalam pembukuan
rekening.
d. Mereka yang bertanggung jawab untuk mencatat piutang sebaiknya tidak
mampu menciptakan transaksi-transaksi non kas untuk mengurangi saldonya.
e. Mereka yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan cek sebaiknya tidak
bertanggung jawab untuk melakukan rekonsiliasi rekening koran dengan
pembukuan
F. KECURANGAN MANAJEMEN

Kecurangan manajemen membutuhkan pertimbangan khusus. Kecurangan


manajemen merupakan sebuah bentuk kecurangan yang berada di luar definisi hukum
yang sempit atas penggelapan, kecurangan, dan pencurian. Kecurangan manajemen
terdiri atas seluruh bentuk kecurangan yang dipraktikkan oleh para manajer untuk
menguntungkan diri sendiri dan merugikan organisasi. Kecurangan oleh para manajer
bukanlah suatu hal yang sering dibicarakan. Kecurangan manajemen lebih sering
ditutup-tutupi daripada diungkapkan. Kecurangan manajemen biasanya ditutup-tutupi
oleh para korbannya untuk menghindari dampak merugikan dari publisitas yang
buruk.

Kecurangan manajemen dapat ditemukan pada tempat dimana para manajer


memiliki kesempatan dan kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan mereka, status
mereka, atau ego mereka melalui kecurangan. Kesempatan terutama terletak pada
posisi manajer yang dipercayai dalam organisasi. Peranan mereka yang dihormati
sebagai para manajer pusat menempatkan mereka di atas kecurigaan. Mereka sering
kali kebal terhadap pengujian check dan balance umum yang diterapkan kepada para
bawahan mereka.
Tekanan-tekanan yang berbeda mendorong manajer melakukan kecurangan.
Tekanan- tekanan ini dapat berupa internal maupun eksternal. Seorang manajer
mungkin memiliki dorongan di dalam dirinya untuk mengalahkan para manajer yang
lain, untuk melebihi kinerja yang telah ditampilkan di tahun fiskal sebelumnya, untuk
mengalahkan pesaing dalam sebuah promosi, atau untuk menerima bonus insentif
yang lebih besar.
Para konsultan investigasi telah mengidentifikasi sekumpulan gejala yang
biasanya menjadi indikator yang dapat diandalkan bagi sebuah kondisi yang tidak
wajar. Berikut adalah beberapa indikator tersebut:
a. Laporan yang selalu terlambat.
b. Para manajer yang secara rutin mengerjakan tugas bawahannya.
c. Ketidakpatuhan terhadap aturan dan prosedur perusahaan.
d. Pembayaran kepada kreditor-kreditor dagang yang didukung oleh
dokumen salinan dan bukannya dokumen asli.
e. Memo debit negatif.
f. Komisi yang tidak sejalan dengan peningkatan penjualan

G. KONTROL KECURANGAN MANAJEMEN

Fondasi dari struktur yang dirancang untuk mengontrol kecurangan


manajemen adalah sebuah lingkungan yang diciptakan oleh para pembuat kebijakan
organisasi. Lingkungan tersebut adalah lingkungan yang menumbuhkan rasa moralitas
dan etika berbisnis yang tinggi. Manajemen senior juga harus memahami bahwa
manajer dari sebuah pusat laba memiliki otonomi dan kesempatan. Semakin besar
kebebasannya, maka semakin mudah baginya untuk melakukan kecurangan. Beberapa
ukuran kontrol yang sebaiknya diterapkan oleh manajer eksekutif antara lain:

a. Menetapkan standar, anggaran dan statistik, serta melakukan investigasi untuk


seluruh penyimpangan material yang terjadi.
b. Menggunakan teknik-teknik analitis dan kuantitatif untuk menyoroti perilaku
yang menyimpang dari kebiasaan.
c. Membandingkan kinerja dengan standar normal industri sekaligus dengan
kinerja dari pusat laba lain yang dapat diperbandingkan di dalam organisasi.
d. Mengidentifikasi indikator-indikator proses yang kritis.
e. Secara seksama menganalisis kinerja yang terlihat terlalu bagus dan juga
kinerja yang tidak memenuhi standar.
f. Membuat suatu departemen audit internal yang profesional.
H. ARTIKEL PENELITIAN TERKAIT DENGAN PENDETEKSIAN
KECURANGAN

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENCEGAHAN

KECURANGAN (STUDI KASUS PADA PT.

TRANSMARCO)

Judul Analisis Penerapan Sistem Pencegahan Kecurangan (Studi Kasus


Pada PT. Transmarco)

Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Indonesia

Tahun 2022

Penulis Hasya Salsabila Putriaji, et.al

Hasil Berdasarkan riset yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa PT.
Peneliti Transmarco mempunyai sistem pencegahan kecurangan. Sistem tersebut
an telah ada dari tahun 2012 dan masih terus berjalan sampai saat ini dan
terus dilakukan peningkatan agar tingkat kecurangan di PT. Transmarco
dapat berkurang. Berdasarkan riset yang telah dilakukan, mengenai
tindakan kecurangan yang pernah terjadi selama tahun 2016-2022
tindakan kecurangan dianggap tidak terlalu sering terjadi karena dalam
satu tahun terjadinya kecurangan hanyalah 1 sampai 2 kali kecurangan.
Kecurangan yang pernah terjadi yaitu penggelapan dana dan pencurian
barang seperti tas, sepatu dan pakaian. Perlindungan terhadap pelapor
juga telah benar-benar diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2023, Februari 8). Fraud adalah : Definisi, Faktor, Jenis, dan Cara
Pencegahannya. Retrieved from
www.bfi.co.id:https://www.bfi.co.id/id/blog/fraud-adalah-salah-satu-tindakan-krimi
nal#:~:text=Definisi%20Fraud,-Secara%20literal%2C%20fraud&text=Fraud%20ju
ga%20dapat%20diartikan%20sebagai,perusahaan%20demi%20meraup%20keuntun
gan%20pribadi.
Sawyer, Lawrence B., et al. 2006. Sawyer's Internal Auditing Buku III Edisi 5. Jakarta:
Salemba Empat.
Salsabila Putriaji, H. 2022. Analisis Penerapan Sistem Pencegahan Kecurangan (Studi Kasus
Pada PT. Transmarco. REVIU AKUNTANSI, KEUANGAN, DAN SISTEM
INFORMASI Vol. 1 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai