Anda di halaman 1dari 15

PEREKONOMIAN INDONESIA

KEBIJAKAN GUBERNUR PROVINSI BANDA ACEH

Dosen Pengampu:

Tiksnayana Vipraprastha, S.E, M.M

Disusun Oleh :

Nama : NI LUH PUTU EGA WANDA


No/NPM : 2202612010001
Kelas : MANAJEMEN PAGI A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FALKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kebijakan Gubernur Provinsi Banda Aceh” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perekonomian Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Gunernur Provinsi Sulawesi
Tenggara bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan
serta pengalaman penulis. Namun demikian makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, 7 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Gubernur Provinsi Banda Aceh2

2.2 Profil Gubernur Banda Aceh ........................................................................2

BAB III PENUTUP8

3.1 Kesimpulan11

3.2 Saran11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Banda Aceh adalah ibukota Provinsi NAD. Dahulu kota ini bernama
Kutaraja, kemudian sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda
Aceh. Sebagai pusat pemerintahan, Kota Banda Aceh yang telah berumur 803
tahun ini (berdasarkan Perda Aceh No.5/1988, tanggal 22 April 1205 ditetapkan
sebagai hari jadi Kota Banda Aceh) menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik,
sosial, dan budaya. Pemerintahan yang baik adalah yang mampu memfokuskan
pada pemenuhan kesejahteraan yang adil dan merata. Pemenuhan kesejahteraan
yang adil dan merata hanya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan disertai dengan stabilitas ekonomi yang mantap. Pembangunan
ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara. Oleh
karena itu pembangunan ekonomi yang disertai dengan suatu kebijakan tentunya
bertujuan untuk mengubah kondisi negara ke arah yang lebih baik lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan permasalahan dalam penulisan ini yaitu

1. Bagaimana dampak positif dan dampak negatif dari setiap kebijakan –


kebijakan yang dibuat oleh Gubernur Provinsi Banda Aceh?
2. Bagaimana Penerapan Kebijakan Provinsi Banda Aceh ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu :

1. Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari setiap kebijakan –
kebijakan yang dibuat oleh Gubernur Provinsi Banda Aceh
2. Untuk mengetahui Penerapan kebijakan provinsi Banda Aceh

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profil Gubernur Banda Aceh

Nova Iriansyah lahir dari pasangan Nurdin Sufi (ayah) asal Linung Bulen I,
Aceh Tengah dan Fathma A.R. (ibu) asal Maninjau, Agam. Ayahnya adalah politkus
yang pernah menjadi Bupati Aceh Tengah pada tahun 1970 hingga 1974 Ia
menempuh pendidikan Strata 1 di Teknik Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya kemudian dilanjutkan ke Magister Teknik Arsitektur Institut
Teknologi Bandung. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam berbagai kegiatan
kemahasiswaan, di antaranya Ketua Pelajar Mahasiswa Keluarga Tanah Rencong
(PMKTR) Surabaya, dan Ketua Temu Karya Ilmiah ke-5 Mahasiswa Arsitektur se-
Indonesia di Surabaya. Setelah lulus dari perkuliahan, ia dipercaya sebagai
Sekretaris Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi Aceh.

2.2 Penetapan Upah Minimum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

KEPUTUSAN GUBERNUR ACEH


NOMOR: 67 TAHUN 2007

2
TENTANG

PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI NANGGROE ACEH


DARUSSALAM
GUBERNUR ACEH

Dalam peraturan ini menimbang bahwa : (a) bahwa kondisi perekonomian saat
ini telah memungkinkan untuk mewujudkan penetapan upah yang lebih realistis
sesuai kondisi daerah dan kemampuan perusahaan, sehingga perlu penetapan Upah
Minimum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mengacu pada pemenuhan
Kebutuhan Hidup Layak; (b) bahwa Keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Nomor 47 Tahun 2006 tanggal 15 November 2006 tentang Penetapan
Upah Minimum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan sehingga perlu ditinjau kembali. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
dalam Peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam.

Dampak Kebijakan Tersebut Bagi Perekonomian Masyarakat :


Peraturan Gubernur mengenai penetapan upah minimum di suatu provinsi
memiliki dampak positif dan negatif tergantung pada konteks dan implementasinya.
Dalam kasus penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Nanggroe Aceh,
dampaknya bisa seperti berikut:

 Dampak Positif:
1) Perlindungan Pekerja: Penetapan UMP dapat memberikan perlindungan
bagi pekerja dengan memastikan bahwa mereka mendapatkan upah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan, tempat tinggal, dan
pendidikan.
2) Mendorong Peningkatan Kesejahteraan: Dengan menaikkan upah minimum,
pekerja memiliki lebih banyak pendapatan yang dapat berkontribusi pada
peningkatan kesejahteraan mereka dan keluarga mereka.

3
3) Stimulasi Ekonomi Lokal: Kenaikan upah minimum dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi lokal, karena pekerja yang menerima upah lebih
tinggi cenderung memiliki daya beli yang lebih besar, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan permintaan barang dan jasa di daerah tersebut.
4) Peningkatan Produktivitas: Kenaikan upah dapat mendorong pekerja untuk
meningkatkan produktivitas mereka, karena mereka mungkin merasa lebih
termotivasi untuk bekerja lebih keras.
 Dampak Negatif:
1) Beban bagi Pengusaha: Kenaikan upah minimum dapat meningkatkan
biaya tenaga kerja bagi pengusaha. Ini bisa menjadi masalah terutama bagi
usaha kecil dan menengah yang mungkin sulit menanggung beban
kenaikan upah ini.
2) Potensi Pengurangan Pekerja: Pengusaha mungkin akan mencari cara
untuk mengurangi biaya dengan mengurangi jumlah pekerja, mengurangi
jam kerja, atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja jika
kenaikan upah terlalu besar.
3) Inflasi: Jika kenaikan upah minimum tidak diiringi oleh peningkatan
produktivitas yang cukup, hal ini dapat memicu inflasi. Peningkatan biaya
tenaga kerja dapat mengarah pada peningkatan harga barang dan jasa
secara umum.
4) Menghambat Investasi: Jika pengusaha merasa bahwa biaya tenaga kerja
yang tinggi dapat menghambat profitabilitas, mereka mungkin enggan
untuk melakukan investasi baru atau mengembangkan bisnis di wilayah
tersebut.
5) Disincentive terhadap Pendidikan dan Keterampilan: Jika perbedaan antara
upah minimum dan upah pekerja yang lebih terampil menjadi terlalu
sempit, hal ini dapat mereduksi insentif bagi individu untuk mencari
pendidikan atau melatih keterampilan tambahan.
Dalam penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Peraturan Gubernur
mengenai penetapan Upah Minimum Provinsi Nanggroe Aceh memiliki dampak
positif seperti perlindungan pekerja, peningkatan kesejahteraan, dan stimulasi
ekonomi lokal. Namun, juga memiliki dampak negatif seperti beban bagi

4
pengusaha, potensi pengurangan pekerja, risiko inflasi, dan potensi penghambatan
investasi. Evaluasi dampak ini perlu dilakukan secara hati-hati untuk memastikan
keseimbangan antara kepentingan pekerja, pengusaha, dan perekonomian secara
keseluruhan.

2.3 Pengeluaran Daerah Mendahului Penetapan Anggaran Pendapatan Dan


Belanja Aceh Tahun Anggaran 2023

PERATURAN GUBERNUR ACEH


NOMOR : 49 TAHUN· 2022
TENTANG

PENGELUARAN DAERAH MENDAHULUI PENETAPAN ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA ACEH TAHUN ANGGARAN 2023
GUBERNUR ACEH

Dalam peraturan Gubernur Banda Aceh menimbang (a) bahwa berdasarkan


ketentuan Lampiran Bab IV huruf e angka 1 huruf 1 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam hal Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah bel\lm menyetujui bersama rancangan Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau menetapkan rancangan Peraturan
Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menjadi Peraturan
Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dimulainya tahun
anggaran setiap tahun, Kepala Daerah menetapkan Peraturan Kepala Daerah
mengenai dasar pengeluaran setiap bulan yang paling tinggi sebesar seperduabelas
jumlah pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran
sebelumnya; (b) bahwa untuk memenuhi kelengkapan administrasi pembayaran gaji
dan tunjangan serta untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan operasional
Pemerintah Aceh, perlu dilakukan pengeluaran kas guna membiayai belanja yang
bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib melalui mekanisme LS dan
UP/GU; (c) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

5
a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pengeluaran Daerah
Mendahului Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh Tahun Anggaran
2023;

Dampak Kebijakan Tersebut Bagi Perekonomian Masyarakat :

Peraturan Gubernur mengenai Pengeluaran Daerah Mendahului Penetapan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) Tahun Anggaran 2023 memiliki
dampak positif dan negatif yang perlu dipertimbangkan:

 Dampak Positif:
1) Fleksibilitas Respons Ekonomi: Mengizinkan pengeluaran daerah
mendahului penetapan APBA dapat memberikan fleksibilitas bagi
pemerintah daerah dalam merespons keadaan darurat atau situasi kritis
yang memerlukan dana dengan cepat. Hal ini bisa berdampak positif
dalam penanganan bencana alam atau situasi darurat lainnya.
2) Pemenuhan Kebutuhan Mendesak: Pendahuluan pengeluaran dapat
membantu memenuhi kebutuhan mendesak seperti layanan kesehatan,
pendidikan, dan sosial tanpa harus menunggu penetapan anggaran formal.
Ini dapat memastikan bahwa layanan publik yang krusial tetap berjalan
dengan baik.
3) Stimulasi Ekonomi: Dengan mengalokasikan dana lebih awal, pemerintah
daerah dapat merangsang aktivitas ekonomi lokal dengan membiayai
proyek infrastruktur atau program lainnya. Ini dapat membantu
mendukung pertumbuhan ekonomi setempat.

 Dampak Negatif:
1) Ketidaktransparan dan Akuntabilitas: Pengeluaran mendahului APBA dapat
mengurangi transparansi dan akuntabilitas dalam pengeluaran publik. Tanpa
proses penetapan anggaran yang teratur, sulit untuk memastikan bahwa dana
digunakan dengan efisien dan sesuai dengan prioritas pembangunan.

6
2) Potensi Penggunaan Tidak Efektif: Tanpa panduan yang jelas dari anggaran
yang telah disetujui, risiko penggunaan dana yang tidak efektif atau tidak
sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang dapat meningkat.
3) Gangguan pada Proses Perencanaan: Pendahuluan pengeluaran dapat
mengganggu proses perencanaan dan penganggaran yang normal. Ini
mungkin sulit untuk dikelola dalam jangka panjang karena mengabaikan
langkah-langkah penting dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber
daya.
4) Potensi Ketidakseimbangan Anggaran: Pendahuluan pengeluaran dapat
mengganggu keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran dalam
APBA. Hal ini dapat berdampak negatif pada keberlanjutan keuangan
daerah.
 Review

Mengenai penjelasan diatas dapat diberikan kesimpulan Peraturan Gubernur


yang memungkinkan Pengeluaran Daerah Mendahului Penetapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) Tahun Anggaran 2023 memiliki dampak
positif, seperti fleksibilitas dalam respons ekonomi darurat, pemenuhan kebutuhan
mendesak, dan potensi stimulasi ekonomi lokal. Namun, juga membawa dampak
negatif, termasuk ketidaktransparan, potensi penggunaan dana yang tidak efektif,
gangguan pada proses perencanaan, dan risiko ketidakseimbangan anggaran.
Keputusan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, memastikan keseimbangan
antara kebutuhan mendesak dan prinsip-prinsip penting seperti transparansi dan
akuntabilitas keuangan daerah.

2.4 Pengembangan Kewirausahaan Terpadu

KEPUTUSAN GUBERNUR ACEH


NOMOR : 39 TAHUN 2020

7
TENTANG

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN TERPADU


GUBERNUR ACEH

Dalam Keputusan ini menimbang (a) bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2


ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
Pemerintah Aceh sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (b) bahwa dalam upaya penanggulangan
kemiskinan, mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat serta mendayagunakan potensi ekonomi Aceh dibutuhkan
pengembangan kewirausahaan terpadu yang memberdayakan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah; (c) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf berlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pengembangan
Kewirausahaan Terpadu;

Dampak Kebijakan Tersebut Bagi Perekonomian Masyarakat :


 Dampak Positif:
1) Stimulasi Ekonomi: Kewirausahaan yang terpadu dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan peluang bisnis baru, lapangan
kerja, dan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) suatu
wilayah.
2) Inovasi dan Kreativitas: Kewirausahaan mendorong inovasi dan kreativitas
dalam pengembangan produk dan layanan baru. Ini dapat menghasilkan
solusi yang lebih baik untuk masalah yang ada dan memberikan nilai
tambah bagi masyarakat.
3) Pemberdayaan Masyarakat: Kewirausahaan dapat memberdayakan
masyarakat dengan memberikan keterampilan, pengetahuan, dan
kesempatan untuk menciptakan dan mengelola usaha mereka sendiri,
meningkatkan kemandirian ekonomi.

8
4) Diversifikasi Ekonomi: Kewirausahaan terpadu dapat membantu
diversifikasi struktur ekonomi suatu wilayah, mengurangi ketergantungan
pada sektor tertentu, dan menciptakan keberagaman ekonomi yang lebih
stabil.
5) Peningkatan Daya Saing: Melalui kewirausahaan yang inovatif, suatu
daerah dapat meningkatkan daya saingnya dalam skala lokal, nasional,
maupun internasional.
 Dampak Negatif:
1) Resiko Bisnis: Kewirausahaan tidak selalu berhasil, dan banyak usaha
yang gagal. Ini dapat mengakibatkan kerugian finansial dan emosional
bagi para wirausahawan.
2) Kesenjangan Sosial: Kewirausahaan mungkin tidak selalu dapat
menciptakan peluang yang sama bagi semua kelompok masyarakat. Jika
tidak dikelola dengan baik, ini bisa memperburuk kesenjangan sosial.
3) Kerentanan Terhadap Pasar: Usaha kecil dan menengah yang bergantung
pada kewirausahaan dapat lebih rentan terhadap fluktuasi pasar, perubahan
tren, dan situasi ekonomi yang sulit.
4) Lingkungan dan Sosial: Tergantung pada jenis usaha, kewirausahaan juga
dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan dan aspek sosial, seperti
pencemaran lingkungan atau dampak buruk pada kesejahteraan
masyarakat.
5) Regulasi dan Birokrasi: Lingkungan regulasi yang rumit dan birokrasi
yang berat dapat menjadi hambatan bagi kewirausahaan yang berkembang
 Review

..........Peraturan Gubernur mengenai Pengembangan Kewirausahaan Terpadu memiliki


dampak positif seperti merangsang pertumbuhan ekonomi, mendorong inovasi,
pemberdayaan masyarakat, diversifikasi ekonomi, dan peningkatan daya saing.
Namun, juga membawa dampak negatif seperti risiko bisnis, potensi kesenjangan
sosial, kerentanan terhadap pasar, dampak lingkungan dan sosial, serta tantangan
regulasi dan birokrasi. Penting untuk merancang kebijakan yang seimbang,
memaksimalkan manfaat positif dan mengatasi dampak negatif dalam upaya
mendukung kewirausahaan yang berkelanjutan dan inklusif.

9
10
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan dari kebijakan-kebijakan yang telah diuraikan di
atas, dapat kita rasakan bahwa setiap kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah atau gubernur memiliki kelebihan dan kekurangan, memiliki efek
positif dan negatif. . Mencapai masyarakat yang sukses membutuhkan
pengorbanan, yang akan berdampak negatif pada setiap kebijakan atau peraturan
yang dibuat oleh pemerintah atau gubernur.

1.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam artikel ini adalah pemerintah dan masyarakat
harus bersinergi untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Banyak kebijakan
yang ditetapkan oleh negara tetapi dilanggar oleh masyarakat. Hukum Indonesia
sangat sederhana sehingga membuat orang tidak takut dan kebal terhadap hukum
yang ada. Oleh karena itu, pemerintah harus menyelaraskan kebijakan yang
dikeluarkan dengan konsekuensi yang dialami masyarakat untuk membuat
masyarakat lebih tertib dan mendukung penegakan hukum yang lebih kuat.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://datacenter.ortax.org/ortax/aturan/show/12956 diakses pada 7 Agustus 2023.

https://jdih.acehprov.go.id/dih/view/b32aef01-4f06-40dd-884a-fe284ff9970e diakses
pada 7 Agustus 2023.

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/305278/
Peraturan_Gubernur_49_Tahun_2022.pdf diakses pada 7 Agustus 2023.

12

Anda mungkin juga menyukai