Anda di halaman 1dari 5

PARIWISATA SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN,DISIPLIN

ILMU ATAU KAJIAN

DISUSUN OLEH :

GEDE DIKY WARDANA


2211511100
KELAS DPW B

FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANANA
2023
PENDAHULUAN
Pariwisata adalah bidang studi yang baru dalam dunia
akademik.Sampaitahun 1990-anpariwisata bukanlah bidang penelitian yang diterima
sebagai ilmu yang mandiri atau berdiri sendiri [Jansen Verbeke M ,2009]. Para
Akademisi yang mengkaji studi pariwisata menulis secara mendalam tentang
manfaat pariwisata dan telah menggunakan istilah-istilah seperti bidang kajian,
studi, dan disiplinil musecara tidak tepatuntuk menguraikan pariwisata di dunia
akademis [Jovicic Z 1988; Tribe J 1997; Leiper N 2000]. Ahlipariwisata
memerlukan penerimaan dikomunitas akademik atau disiplin ilmu yang lebih
besarseperti dalam teori Maslowkonsep aktualisasi diri. Namun, kenyataannya
terdapat hambatan pariwisatadiakui di dunia akademikCrick [1989] mencatat
bahwa para pakar pariwisata ingin sekali membangun kredibilitas di bidang
ilmu ilmu sosial.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk kajian kurikulum pariwisata di awalawal
pada tahun1990-an [Leiper, 1981]. Cara untuk mendapatkan kredibilitas
adalah diantaranya pendirian sebuah komunitas akademik dengan jaringan global
[Hirst P 1074; Becher T 1989], berdirinyasuatu disiplinilmu[Tribe J 2006], atau
berbagai penelitian [Popper K, 1975]. Pembentukan disiplinilmu, atau bidang
kajiansangat penting untuk menetapkan jawaban untuk apa studi pariwisata
saat ini dan meramalkanhal halapa yang penting dalam studi pariwisataMeskipun
tidak berdasar, pariwisata telah disebut dalams astra skolastik disebur sebagai
bidang kajian,studi, atau disiplin ilmu.Pariwisata dikutipdalam berbagai model, yaitu
melalui orang orang yang mempelajari pariwisata sebagai bidang akademik,
praktik pariwisata sebagai manajemen professionalatau alat ekonomi.
Lalustudi pariwisata sebagai komponen akademik tertentu, yang termasuk
tetapi tidakhanya terbatas pada: Ekonomi, Psikologi,Geografi, Antropologi,
Studi Bisnis, dan Pemasaran [Jafari J, Ritchie B (1981); Jafari J, Aaser D (1988);
Sheldon P (1990); dan Echtner C Jamal T (1997).Beranjak dari latar belakang
tersebut,penelitian ini akan menyajikan telaahbliteratur mengenaipariwisata sebagai
ilmu pengetahuan, kajian dan atau disiplinilmu. Tulisan inimempelajarikonsep-
konsep dalam konteks pariwisata.Setelah konsep tersiratmuncul, terdapat
pemahaman yang mapandalam masing-masing yang menempatkan
PEMBAHASAN
Penciptaan Ilmu Pariwisata
Definisi untuk studi pariwisata belum kokoh berdiri. Ini bukan hal kecil
karena studi pariwisata bersifat multi disiplin. Bukanlah masalah persoalan
semantik,tetapi bidang studi yang tidak memiliki definisi yang disepakati
adalah masalah besar.
Selanjutnya, para sarjana pariwisata terus mengembangkan basisnya,
pengetahuan epistemologis dalam penelitian pariwisata. Penciptaan definisi
dalam lingkungan yang sering berubah adalah sulit. Sebagai contoh, Franklin dan
Crang mempertanyakan apakah penelitian pariwisata sedang dilakukan berpacu
dengan praktisi pariwisata. Ateljevic, Pritchard, dan Morgan (2007] percaya
perubahan yang menghasilkan perubahan kritis dalam penelitian dankajian mendalam
saat ini sedang dilakukan dalam bidangpariwisata.Tribe berkata,bidang studi
sesuai disiplin ilmu, memiliki akronim, kata-kata, dan klasifikasi sendiri [Ramsden P
1997].Bidang pariwisata multi-disiplin telah mendapatkan momentum sebagai
bidang penelitian akademik.Saat inipariwisata yang terdiri dari para sarjana dari
berbagai disiplin ilmu. Penelitian pariwisataterus dilakukan dan dipublikasikan di
luarliteratur pariwisata. Komunitas akademik melakukan penelitian telah menerima
pariwisata sebagai suatu kajianbukan sebagai ilmu pengetahuan. Bahkan, ada penulis
yang menemukannya pariwisata sebagai konsep penghujatan dan selera buruk
[Fowles J 1978], secara budaya penghinaan [Mitford N 1959)d an kejahatan
[Mings RC 1978].Saat in tidak ada posisi status yang disepakati yang
menganggapnya sebagai suatu disiplinilmu, kajian, atau jaringan akademik.
Sebelum berdebat apa yang akan menjadi tujuan pariwisata, atau apakah sudah,
pemahaman tentang itu posisi pariwisata dalam dunia akademis harus dipahami.
Penulis penulis pariwisata terjun ke dalam studi pariwisata, tetapi juga
mendalami berbagai disiplin ilmu lain ,dengan demikian merka dapat mengalami
kesulitan mengaitkan satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lain. Menurut Jamal,
para penulis ini sedang belajar pariwisata dalam kaitannya dengan bidang minat
mereka, seperti sosiologi untuk John Urry atau arsitektur lansekap untuk Dean Mac
Cannell. Kedua penulis menerbitkan data empiris dalam pariwisata, tetapi
tetap dibatasi dalam bidang utama mereka.Bangunan teori yang berasal dari
bidang yang berbeda, memecah publikasi kajian pariwisata. Ketika penulis
menerbitkan hasil kajian mereka tanpa pengetahuan tentang pekerjaan serupa yang
dilakukan di luar disiplin ilmu mereka, tetapi dalambidang akademik
pariwisata,maka terdapat jebakan dalam pariwisata dalam hal membangun
teori.“Kebenaran “ ilmu pariwisata dalam dunia akademikJohn Tribe percaya
"kebenaran" pariwisata sebagai ilmu pengetahuan tidak dapat di jelaskan.Pada
tahap awal ide ini dibuktikan dalam publikasi 1997-nya “Ketidakdisiplinan
Pariwisata”. Tribe membahas kekurangan teori mendasar di bidang
pariwisata. Dia percaya kurangnya teori merusak kenyataan di lapangan.
"Kebenaran" yang tak terhitung dalam pariwisata adalah titik fokusnya. Publikasi
tahun 2006 "Kebenaran tentang pariwisata". Meskipun maksudnya adalah
tidak berdasar, argumennya tentang kurangnya "kebenaran" di lapangan
kurang dapat dipercaya. Tribe menghadapi argumen penting yang menentang
dalam metodologinya. Dia mendistorsi konstruktivisme sosial dalam pariwisata dan
membentuk agar sesuai dengan argumennya. Untuk memahami kekurangan argumen
Tribe, seseorang harus memahami pendekatan apa dan asumsi apa serta
pendekatan -pendekatan lain yang berarti. Sebagai contoh, Tribe menyatakan
menggunakan pendekatan konstruktivis sosial. Berger dan Luckmann, (1996)
menghasilkan argumen berasal dari teks konstruktivisme sosial menurut
profesor Filsafat Universitas New York (Paul Boghossian, 2001) . Dalam teks ini
Berger dan Luckmann mengidentifikasi Konstruksi Realitas Sosial yaitu orang-orang,
ketika waktu berakhir, akan mulai mereplikasi mental masing-masing
tindakan, pikiran,dan perilaku kolektif. Perilaku kolektif ini dimasukkan ke dalam
keberadaan mereka

PENUTUP
Kesinpulan
Terdapat perbedaan pendapat apakah pariwisata sebagai ilmu pengetahuan,
kajian ataupun disiplin ilmu. Pariwisata yang bersifat multi disiplin dan belum
mempunyai basis defenisi serta epistimologi yang kokoh membuat
ketidakjelasan posisi pariwisata. Banyaknya para peneliti bidang lain yang
meneliti pariwisata sebagai objek sampingan memecah publikasi pariwisata
dan tidak berkontribusi membangun teori pariwisata sesuai kaidah-kaidah
ilmiah. Dalam dunia akademik “ketidakdisiplinan Pariwisata”, banyakya bidang
bidang yang meneliti pariwisata serta tidak adanya paradigma pemersatu
membuat sulit mendefenisikan disiplin ilmu pariwisata itu sendiri. Saran Dimasa
depan para Sarjana pariwisata harus menerbitkan data empiris dari berbagai
disiplin ilmu dan membangun teori yang unik dengan fenomena pariwisata.
"Tourismology" Leiper atau milik Jovicic "Turologi" dapat didirikan jika teori
dan disiplin ilmu dibangun. Sebelum langkah-langkah pembangunan disiplin ilmu
diperlukan langkah langkah membangun konstruksi teori yang sesuai
dengan kaidah kaidah ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA
AteljevicI, Pritchard A, Morgan N (2007) The Critical Turn in Tourism
Studies:Innovative Research Methodologies. Elsevier, Netherlands.
Becher T (1989) Academic Tribes and Territories. Open University
Press,Buckingham.
Burr V (1995) An introduction to Social Constructionism. Routledge
Publishing,London

Anda mungkin juga menyukai