Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Pariwisata, Vol.

6 No 1 April 2019

‘Serenity, Sustainability dan Spirituality’ dalam


Industri Manajemen Wisata Religi

Aun Falestien Faletehan


UIN Sunan Ampel Surabaya, aunfalestien@uinsby.ac.id

ABSTRAK
Dengan menggunakan studi fenomenologi di dua kasus: Masjid Tiban di Turen, Malang
dan Makam Sunan Ampel di Surabaya, riset ini menjawab tiga pertanyaan: (1)
Bagaimanakah nilai-nilai 'Serenity, Sustainability dan Spirituality' yang melekat pada
industri wisata religi?; (2) Bagaimana pengelola wisata bisa mendesain strategi yang
mampu melahirkan nilai-nilai 'Serenity, Sustainability dan Spirituality'?; dan (3)
Bagaimanakah model manajemen wisata religi yang berbasis nilai-nilai 'Serenity,
Sustainability dan Spirituality'? Sebagai bagian dari riset kualitatif, studi ini
menggunakan interview, observasi dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data.
Hasil riset ini menunjukkan bahwa nilai serenity ditunjukkan dengan adanya ketenangan
dalam pikiran, perasaan dan raga. Nilai sustainability dijabarkan dalam keberlanjutan
sumber daya lingkungan, sosial-keagamaan dan perolehan ekonomi warga sekitar.
Sedangkan nilai spirituality dirasakan bila pengunjung bisa melakukan koneksi atas tiga
hal, yaitu koneksi dengan diri sendiri melalui perenungan dan introspeksi, aspek koneksi
dengan sesama orang lain atau lingkungan sekitar, serta koneksi dengan Tuhan melalui
proses yang sangat transendental. Selain itu, pengelola wisata religi mampu mendesain
strategi wisata melalui perencanaan strategik wisata, sistem penataan aset atau
pelengkapan fasilitas wisata dengan nilai plus religi, panduan wisata dan metode evaluasi
wisata yang memang ditempatkan agar bisa menghadirkan tiga nilai tersebut. Keempat
tahapan tersebut diuraikan dengan memberikan sentuhan khas kereligian. Inilah yang
melahirkan model manajemen wisata religi yang berbasis nilai-nilai „Serenity,
Sustainability dan Spirituality’.

Kata kunci: Wisata religi, serenity, sustainability, spirituality

ABSTRACT
By using a phenomenology study in two cases: Tiban Mosque Turen Malang and the
Tomb of Sunan Ampel Surabaya, this research was designed to answer three questions:
(1) How are the values of 'Serenity, Sustainability and Spirituality' embodied in religious
tourism?; (2) How could managers design a tourism strategy to generate the values of
'Serenity, Sustainability and Spirituality'?; and (3) How is the model of religious tourism
management based on the values of 'Serenity, Sustainability and Spirituality'?. As a part
of qualitative approach, this research used data collection techniques such as interviews,
observation and documentation. The results of this study demonstrated that the value of
serenity was indicated by peacefulness in mind, feelings and body; the value of
sustainability was marked with the environmental, social and economic aspects; and
spirituality was specified by connectedness with oneself, the environment and the
Transcendent. Related to these values, the managers seem succeeded in designing
tourism strategies through strategic planning, asset organizing system, travel guides and
evaluation method. This process leads to the emergence of the model of religious tourism
management based on the values of 'Serenity, Sustainability and Spirituality'.

Keywords: Religous tourism, serenity, sustainability, spirituality

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 16
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

PENDAHULUAN masyarakat dan pendapatan ekonomi.


Saat ini terjadi pergeseran paradigma Makam Sunan Ampel dan Masjid Tiban
wisata dunia. Paradigma parawisata yang adalah contoh kongkrit keberhasilan
secara singkat dikenal dengan istilah 3-S masyarakat dalam menggalakkan
bergerak dari konsep "Sun, Sand and Sex" pariwisata religi. Oleh karenanya, harus
menjadi "Serenity, Sustainability and ditemukan secara jelas tentang
Spirituality". Evolusi ide ini diinisiasi oleh pengejawantahan nilai serenity,
jurnalis dan pemantau industri wisata sustainability dan spirituality agar identitas
dunia, Imtiaz Muqbil, yang melihat wisata religinya semakin jelas. Dari tujuan
implikasi konkrit terkait kondisi inilah, riset ini dihadirkan. Pertanyaan-
pengunjung lokasi wisata saat ini. Turis pertanyaan penelitian yang menjadi fokus
lebih cenderung ingin mencari ketenangan dalam riset ini adalah (1) Bagaimanakah
hati, semangat keberlanjutan dan aspek nilai-nilai „Serenity, Sustainability dan
spiritualitas di dalam proses bermain dan Spirituality’ terwujudkan dalam wisata
relaksasi di tempat wisata. Jika melihat religi?; (2) Bagaimanakah pengelola wisata
wisata sebagai industri jasa dan pelayanan religi mendesain strategi wisata untuk
yang mempekerjakan 260 juta orang di menghasilkan nilai-nilai „Serenity,
seluruh dunia, serta bertanggung jawab Sustainability dan Spirituality’? dan (3)
atas 9% pendapatan bruto dunia; maka Bagaimanakah model manajemen wisata
potensi wisata tidak lagi menjadi sesuatu religi yang berbasis nilai-nilai „Serenity,
yang diremehkan. Di dalam pangsa pasar Sustainability dan Spirituality’?
tersebut, terselip juga kategori wisata religi
yang sedang naik daun dan sangat bisa KAJIAN LITERATUR
mencakup tiga aspek „Serenity, Organisasi Pariwisata Dunia PBB (The
Sustainability dan Spirituality’ (Bowler, United Nations World Tourism
2013). Organization/UNWTO) mendefinisikan
Trend tingginya daya tarik wisata religi pariwisata sebagai “kegiatan orang-orang
juga dibaca oleh Indonesia, dan kita semua yang bepergian menuju ke beberapa lokasi
mestinya bangga dan turut berupaya dan tinggal di tempat-tempat tertentu yang
memelihara potensi wisata ini (Pramanik, berada di luar lingkungan mereka selama
Gantina, dan Habibie, 2017). Kementerian tidak lebih dari satu tahun berturut-turut
Pariwisata Republik Indonesia mendorong untuk tujuan bersantai, bisnis dan target
pemberdayaan masyarakat untuk lain yang tidak terkait untuk pelaksanaan
mengelola objek wisata religi. Di wilayah kegiatan". Wisata adalah suatu perubahan
Jawa Timur, salah satu situs wisata religi tempat tinggal sementara seseorang di luar
yang terkenal dan rutin didatangi tempat tinggalnya karena suatu alasan dan
wisatawan adalah makam Sunan Ampel di bukan untuk kegiatan yang menghasilkan
Surabaya dan Masjid Tiban di Malang. upah. Dengan demikian perjalanan wisata
Kedua situs religi tersebut sejauh ini dapat dikatakan sebagai suatu perjalanan
mencerminkan magis tersendiri sehingga yang dilakukan oleh seseorang atau lebih
bisa menyedot banyak wisatawan. Selain dengan tujuan lain untuk mendapatkan
faktor relaksasi atau sebatas refreshing, kenikmatan memenuhi hasrat ingin
setiap pengunjung yang hadir di lokasi mengetahui sesuatu (Suwantoro, 2004).
wisata tersebut sebenarnya juga berusaha Salah satu sub tema dalam pariwisata
mencari sisi spiritual yang pasti berada adalah kajian tentang wisata religi yang
dalam sudut-sudut situs religi. Spiritualitas saat ini sedang mendapatkan perhatian
tersebut pasti juga akan bisa menghadirkan utama dari beberapa kalangan. Istilah lain
sisi ketenangan (serenity) hati sehingga yang juga terkadang dipakai adalah
bisa menjamin adanya keberlanjutan Pariwisata Spiritual (Spiritual Tourism).
(sustainability) sikap positif di masa-masa Spiritual Tourism tampaknya menjadi
mendatang karena bersinergi secara baik sebuah konsep baru meskipun sebenarnya
dengan alam semesta, struktur sosial bukan sebuah fenomena baru. Berdasarkan

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 17
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

tinjauan pustaka dan riset di berbagai


negara, studi ini mendefinisikan Spiritual
Tourism sebagai “Aktivitas mengunjungi
tempat tertentu yang keluar dari
lingkungan biasanya dengan tujuan Sumber: Smith (1992)
mendapatkan pengembangan rohani, tanpa
ada paksaan dari dogma agama, terlepas Istilah wisata religi amat lekat dengan
dari alasan utama bepergian tersebut.” konsep 3-S yang menunjukkan paradigma
Sebagai imbasnya, perjalanan wisata baru dalam wisata dunia. Konsep ini
spiritual ini akan menarik beberapa menunjukkan adanya tiga nilai yang harus
individu untuk mendatangi tempat-tempat muncul dalam praktek wisata religi.
suci yang kaya akan lapisan sejarah dan Ketiganya adalah "Serenity, Sustainability
budaya untuk memperkuat pengalaman and Spirituality" yang dicetuskan pertama
spiritual setiap individu (Mazumdar & kali oleh jurnalis dan pemantau industri
Mazumdar, 2004). wisata dunia, Imtiaz Muqbil, yang melihat
Berbagai peneliti telah memberikan perlunya pergesaran makna dari falsafah
penilaian bahwa tema spiritualitas menjadi wisata yang lama, yakni "Sun, Sand and
topik yang penting dalam penelitian bidang Sex" (Bowler, 2013).
sosial dan bisnis. Cimino dan Lattin (1999) Sebagai nilai pertama, Serenity menurut
mengangkat tema spiritual dalam kaitan Cambridge Dictionary Online (2016)
demografi sebuah negara. Kemudian, Konz diterjemahkan dengan keadaan damai,
dan Ryan (1999) mengaitkannya dalam tenang, tanpa kekhawatiran dan relaks.
perspektif organisasi. Pentingnya tema Lawan katanya adalah keadaan kacau,
spiritualitas telah mempengaruhi sejumlah tidak menentu, panik, berantakan,
industri di seluruh dunia, termasuk bidang kekhawatiran, stress atau ketegangan.
industri pariwisata. Salah satunya adalah Serenity dapat dilihat dari tiga aspek yaitu
kajian yang dilakukan oleh Brian Hill serenity in mind (fikiran), feeling
(2002). (perasaan) dan physical (fisik). Sementara
Wisata religi adalah salah satu bentuk baru itu, konsep Sustainability merujuk pada
pariwisata yang memiliki kecenderungan keberlanjutan wisata karena bisa bersinergi
tinggi dalam fase pengembangan terutama dengan banyak hal di luar faktor wisata
dalam sepuluh tahun terakhir. Meskipun semata. Dalam beberapa hal, istilah yang
proses sekularisasi pariwisata juga telah sering dipakai adalah Sustainable Tourism,
hadir di beberapa negara maju, namun yang dimaknai sebagai konsep
keberadaan wisata religi tetap mengunjungi sebuah tempat sebagai turis
mendapatkan perhatian yang tinggi dari dan mencoba membuat dampak positif
masyarakat sekitar (Malcolm, 2003). terhadap lingkungan, masyarakat dan
Posisi wisata religi memang unik ekonomi. Pada akhirnya, untuk nilai ketiga
dalam kategorisasi wisata yang lazim dari konsep wisata religi, yaitu
dilakukan orang-orang. Smith spiritualitas, aspek ini mencerminkan pada
menyimpulkan penelitiannya pada sesuatu yang bersifat God’s Spot karena
perbedaan pariwisata dan ziarah sakral, merespon sesuatu yang mistik dan
serta menunjukkan keberadaan posisi berdimensi motivasi diri. Spiritualitas
wisata religi yang berada di antara difahami secara kompleks oleh banyak
keduanya. Figur 1 yang berasal dari scholar; yang sebagiannya lebih
diagram Smith (1992) berikut menempatkan spiritualitas sebagai sesuatu
menggambarkan posisi wisata religi di yang lebih luas cakupannya dari agama
antara wisata konvensional dan ziarah suci: (Sinclair, Pereira & Raffin, 2006). Salah
satu konstruksi definisi spiritualitas yang
Figur 1: sangat bagus dibuat oleh Meezenbroek dan
Posisi wisata religi dalam rekan-rekan. Spiritualitas dimaknai sebagai
kategorisasi sekuler dan sakral upaya insan dalam mencapai pengalaman

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 18
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

koneksitas dengan esensi kehidupan yang sebagai akibat dari evaluasi kritis terhadap
mencakup tiga hal, yakni koneksi dengan sebuah frame konsep dan praktek
diri sendiri, koneksi dengan sesama atau pengelolaan wisata religi yang sedang
alam semesta, serta koneksi dengan dilaksanakan (Srivastava & Thomson,
„Sesuatu‟ yang transendental 2009).
(Meezenbroek dkk., 2012).
PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Internalisasi nilai Serenity dalam wisata
Dengan menggunakan pendekatan religi
kualitatif, riset ini memaksimalkan frame Suasana hening, dalam konteks serenity,
studi fenomenologi sebagai acuan model tidak dimaknai secara harfiah dengan
penelitian dengan dimensi fenomena yang setting lokasi yang sepi atau tidak ada
sangat ekstensif. Dengan model studi orang sama sekali. Serenity adalah situasi
fenomenologi, riset ini menangkap yang sangat tenang dan orang yang
fenomena „Serenity, Sustainability dan mengalaminya bisa merasakan ketenangan,
Spirituality’ dalam praktek manajemen sedalam-dalamnya. Dalam praktiknya,
wisata religi. Desain fenomenologi dibuat memang terkadang bisa dibantu dengan
untuk mengiluminasi pengalaman spesifik lokasi wisata yang sepi, karena setiap
dan untuk mengidentifikasi fenomena yang muslim mungkin bisa memanfaatkannya
terjadi di lokasi wisata dalam setting untuk bisa 'berdua' saja dengan Allah.
suasana tertentu (Lester, 1999). Penelitian Akan tetapi, bilamana tanpa suasana sepi,
ini menggunakan tiga teknik pengumpulan seseorang mampu mencapai ketenangan,
data, yakni wawancara semi terstruktur maka serenity juga telah timbul. Banyak
dengan sejumlah pengelola wisata dan hal yang bisa mempengaruhi kemunculan
pengunjung, observasi dan dokumentasi. serenity. Salah satunya adalah lingkungan
Pengumpulan data ini dilakukan pada dua dan suasana wisata yang menggemuruhkan
lokasi wisata religi, yaitu Makam Sunan kalimat dzikir, sebagai misal, atau hanya
Ampel di Surabaya dan Masjid Tiban di dengan memberikan desain arsitektur yang
Malang menakjubkan sehingga pengunjung mampu
Data-data yang sudah terkumpul kemudian menarik hal positif darinya.
dianalisa menggunakan teknik framework Bilamana Serenity difahami dengan adanya
analysis. Teknik analisa ini dapat suasana damai, tenang, tanpa kekhawatiran
dikatakan hampir mirip dengan fungsi serta relaks terutama dalam tiga aspek
grounded theory dalam penelitian sosial. yaitu serenity in mind (fikiran), serenity in
Akan tetapi, analisa framework ini sedikit feeling (perasaan) dan serenity in physical
berbeda karena lebih bagus bilamana (fisik); maka kisah pengelolaan wisata di
diadaptasikan dalam riset yang memiliki Masjid Tiban Malang, atau lebih tepatnya
pertanyaan spesifik, time-frame yang di kawasan Pondok Bi Ba‟a Fadlrah,
terbatas dan pre-designed sample seperti adalah sebuah cerita yang menarik sekali.
melibatkan partisipan dari kalangan Masjid Tiban Malang memberikan contoh
profesional pengelola wisata religi dan isu tentang efektivitas arsitekur bangunan
khusus yang perlu dicarikan modelnya. dalam mengajak pengunjung luar untuk
Framework analysis ini amat tepat bisa menemukan ketenangan. Dari
bilamana diterapkan pada konsep dan semenjak awal didirikannya bangunan
praktek manajemen di sebuah organisasi. megah Pondok Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah,
Karena penelitian ini berfungsi untuk meskipun masyarakat luas sudah terlanjur
menelurkan solusi yang bisa menyebutnya dengan Masjid, tujuan
mengejawantah dalam bentuk model atau arsitekturnya memang dibuat untuk proses
frame manajemen wisata religi untuk pembersihan jiwa santri dan sekaligus
konteks riset ini, maka penggunaan analisa sebagai media penghubung bagi orang luar
framework dirasa sangat pas karena alat untuk menemukan hal positif seperti
analisis ini memang memungkinkan ketenangan. Pesantren memang tidak
peneliti untuk bisa melahirkan sebuah teori menunjukkan secara detail dan teknis

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 19
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

tentang bagaimana menemukan terbuka dan masjid yang berada di samping


ketenangan tersebut. Pesantren hanya bangunan pesantren dan berdekatan
membangun sebuah gedung, dan dengan tempat parkir dan area makan. Hal
selanjutnya terserah pengunjung untuk inilah yang dikehendaki dari Kiai
memaksimalkan bangunan tersebut. pesantren semenjak dibangunnya pesantren
Di pesantren ini, arsitektur bangunan bisa yang megah ini.
dimanfaatkan dengan banyak cara oleh Ketenangan memang bisa didapat dengan
pengunjung untuk mendapatkan cara yang berbeda-beda. Pesantren ini
kedamaian. Ada pengunjung yang suka menawarkan sarana infrastruktur yang
berjalan secara ramai-ramai atau megah untuk mempercepat perolehan
berkelompok. Mereka kemudian suasana serenity. Yang menarik lagi,
menggunakan sebagian ruangan yang tidak ketenangan yang diperoleh siapapun yang
dipakai dalam pesantren untuk melakukan masuk dalam area Pondok Bi Ba‟a Fadlrah
aktivitas seperti tahlilan, pengajian, ini bisa jadi mengarah pada ketenangan
pembacaan shalawat, dan lain sebagainya. pikiran (serenity in mind), ketenangan
Dengan cara inilah mereka menemukan perasaan (serenity in feeling) dan
ketenangan; hanya dengan membaca ketenangan raga (serenity in body or
kalimat-kalimat dzikir secara bersama- physical).
sama. Kedamaian pikiran dan perasaan biasanya
Selain itu, pengunjung juga mendapatkan bercampur aduk satu sama lain. Suasana
ketenangan dengan mencari spot yang sepi alam yang masih sangat terlihat di area
di lokasi pesantren. Kemudian, pengunjung pesantren, dengan nikmatnya
berusaha menikmati keindahan arsitektur pemandangan pohon-pohon besar nan
bangunan pesantren yang terkadang tinggi, membuat rangsangan pikiran
mengundang setiap orang yang melihatnya menjadi tenang; apalagi ditambah dengan
untuk mengucapkan rasa syukur dan nuansa kultur budaya Islam yang semarak
takjub. Dengan melihat luasnya area seperti dzikir, tahlil dan bacaan shalawat.
pesantren, suasana keheningan yang bisa Hal ini bisa dilihat dari para santri dan
diperoleh pengunjung amat jama'ah pesantren yang memilih untuk
memungkinkan. Pengunjung bisa belajar spiritual dan belajar agama di sini.
menelusuri sembilan lantai gedung Tidak sedikit „mantan‟ pelaku kriminal
pesantren dan menikmati setiap sudut- yang bertaubat dan kemudian memilih
sudut ruang yang dipenuhi ornamen dan menjadi santri tetap di pesantren.
ukiran berlafadkan Arab. Sebagaimana Kebanyakan mereka berasal dari daerah
yang disebutkan dalam wawancara jauh dan kemudian mendengar sekilas
sebelumnya, bahwa pengunjung bebas kabar keberadaan pesantren ini, lalu
memaknai desain arsitektur yang ada di mereka mendatangi pesantren untuk
setiap bagian gedung pesantren. Jalan kecil berguru dan mengabdi.
yang berliku-liku untuk menuju setiap Para santri atau jama'ah bisa mendapatkan
lantai yang berjumlah sembilan saja bisa ketenangan fikiran dan perasaan di
membuat pengunjung cukup terhenyak. pesantren, dan mungkin hal tersebut adalah
Ditambah lagi dengan melihat pilihan sesuatu yang wajar mengingat santri punya
ornamen dan makna bentuk ukiran yang misi tertentu dalam belajar agama. Salah
ada di setiap lantai. Maka pengunjung satunya adalah pembersihan jiwa melalui
senantiasa memiliki peluang untuk proses nyantri di pesantren ini. Sehingga,
menemukan ketenangan dengan perasaan kedamaian adalah bagian dari
memandang dan menikmati desain ukiran proses pembelajaran agama tersebut.
bangunan. Ditambah lagi dengan suasana Namun, di sisi lain, pada perjalanannya,
di luar bangunan utama pesantren. Area suasana kedamaian dalam fikiran dan rasa
pondok ini banyak memiliki ruang terbuka ternyata juga bisa diperoleh oleh para
namun tetap dihiasi dengan ornamen pengunjung atau orang luar yang berniat
ukiran yang memiliki nilai seni yang untuk sekedar wisata di pesantren ini, atau
tinggi. Ini bisa dilihat dari ruang panggung

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 20
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

Masjid Tiban seperti yang disebut banyak seluruh area pesantren; maka pengunjung
media massa. bisa mendapatkan relaksasi fisik atau
Dalam beberapa kesempatan, pengunjung ketenangan raga. Capek mungkin adalah
banyak yang terpesona dengan arsitektur kondisi fisik yang pasti didapat, namun
bangunan secara umum atau desain imbas ke depannya adalah tubuh terasa
ornamen bangunan yang melekat dalam kembali segar karena telah bergerak terus.
area gedung pesantren. Desain ornamen Sejatinya, ketenangan pikiran, rasa dan
yang dimaksud bisa jadi berupa kaligrafi raga adalah trilogi ketenangan yang satu
dinding, meja kayu unik, model tangga, paket utuh. Pengunjung wisata religi di
tiang penyangga bangunan, beduq, ruangan Masjid Tiban ini akan gampang sekali
serba guna, dan sebagainya. Terpesonanya mendapatkannya.
penunjung mungkin disebabkan dengan Nilai serenity yang tampak dalam praktek
keunikan desain yang kemudian pengelolaan wisata religi diwujudkan
mengantarkan ke situasi khusus yang bisa dalam bentuk perasaan pengunjung yang
mengajak pengunjung untuk merenung, menggambarkan ketenangan fikiran, rasa
berpikir dan akhirnya merasakan dan raga karena berada di lokasi wisata.
kedamaian. Terkadang, proses ini tidak Nilai ini hadir karena pengunjung mampu
bisa dikisahkan secara rasional atau mengekspresikan keindahan arsitektur
menggunakan pola hubungan sebab akibat bangunan pesantren secara maksimal dan
yang kongkrit. Namun, kenyataannya mampu menghubungkan fenomena seni
memang terjadi, dan acapkali seseorang yang dilihatnya dengan olah rasa yang
menemukan ketenangan hati, fikiran dan dimilikinya. Mata dan hati menyatu,
perasaan karena hal yang bermacam- sehingga wisata fisik Masjid Tiban
macam. menjadi media efektif bagi pengunjung
Situasi ini mungkin bisa dianalogikan untuk bisa menenangkan hati.
dengan seorang muslim yang melihat Dengan cara yang tidak jauh beda, wisata
keindahan panorama alam hingga akhirnya religi makam Sunan Ampel Surabaya juga
bisa mengucapkan puji syukur atas mampu menghadirkan nilai serenity bagi
kebesaran Allah. Imbasnya kemudian, bisa setiap pengunjungnya. Dibandingkan
jadi berupa perasaan ketenangan hati, dan dengan Masjid Tiban, hal yang mungkin
enggan untuk berpindah dari lokasi alam sedikit berbeda adalah aspek seni atau
tersebut. Arsitektur Pondok Bi Ba‟a desain arsitektur dari area Makam Sunan
Fadlrah bersifat seperti hal tersebut. Ampel dan situs-situs lain di sekelilingnya
Bentuknya sangat indah, dan menawarkan (masjid, pasar, makam tokoh selain Sunan
sesuatu yang bisa membuat pengunjung Ampel) yang bukan menjadi daya tarik
merasakan ekstase untuk mengingat Allah. utama dalam wisata. Tentu saja, pusat
Indikasi sederhananya adalah merasa sentral dari keberadaan wisata religi ini
damai, tenang, serenity in mind and adalah makam Sang Sunan sendiri,
feeling. meskipun tempat-tempat yang lain tidak
Lalu, nilai plus lagi, bilamana bisa dikatakan hanya sebagai pelengkap
disinkronkan dengan adanya tiga jenis saja.
serenity, maka ketenangan raga sebagai Kebanyakan pengunjung bisa menemukan
bentuk ketiga serenity in body bisa jadi ketenangan di area makam bila memang
juga bisa diperoleh pengunjung dari wisata tujuan kedatangannya diiringi dengan
religi di Masjid Tiban Turen Malang ini. aktivitas ritual yang serius, tidak semata-
Karena suasananya yang masih berdekatan mata pariwisata. Dengan sarana dan
dengan alam, jauh dari polusi udara, prasarana yang ada, banyak di antara para
dikelilingi dengan pepohonan yang besar- pengunjung yang merasakan kenyamanan
besar, dan area pesantren yang sangat; dan ketenangan ketika berkunjung ke
maka pengunjung bisa merasakan relaksasi Sunan Ampel. Selain sarana prasarana
fisik. Sambil 'berolahraga' dengan jalan- yang mendukung untuk beribadah,
jalan menaiki dan menuruni sembilan lingkungan dan suasana di sekitar makam
lantai gedung, atau dengan mengelilingi dan masjid Sunan Ampel yang penuh

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 21
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

dengan hawa-hawa spiritual menjadikan berkelanjutan memiliki tujuan yang sama,


pengunjung lebih khusyuk atau fokus bahwa pembangunan haruslah
dalam beribadah. Hawa-hawa spiritual berkelanjutan. Oleh karena itu, sebagai
yang dimaksud adalah suasana ketenangan indikasinya, pilar pariwisata yang
orang beri‟tikaf, suara merdu lantunan ayat bertanggung jawab adalah sama dengan
suci Al-Qur‟an setiap kali menjelang pariwisata berkelanjutan, yaitu mencakup
waktu adzan sholat lima waktu, suara integrasi lingkungan, keadilan sosial dan
pengunjung yang melantunkan kalimat- pembangunan ekonomi.
kalimat tayyibah seperti tahlil, bacaan Nilai keberlanjutan menunjukkan bahwa
yasin dan lain sebagainya. Dengan pengelolaan wisata tidak hanya
gambaran suasana di atas, pengunjung dimanfaatkan untuk sekali pakai saja,
merasa semakin kerasan, betah atau ataupun sebaliknya, juga tidak untuk
nyaman berkunjung ke Sunan Ampel. Rasa dieksplorasi sepuas-puasnya hingga tidak
kedamaian hati bisa dirasakan pengunjung bisa digunakan lagi di masa mendatang
meskipun kadang mereka hanya membaca karena resource yang sudah habis. Nilai ini
shalawat atau tahlil secara bersama-sama diuraikan secara lanjut dengan kaitannya
saja. pada tiga hal, yakni lingkungan, sosial
Memang, pengaruh suasana makam yang kemasyarakatan dan ekonomi.
hening ketika di malam hari, atau bahkan Dalam prakteknya, pengelolaan
ketika ramai gema dzikir di siang hari, Pesantren dan Makam Sunan Ampel
mengantarkan situasi jiwa yang tenang nyatanya bisa melahirkan nilai
bagi sebagian pengunjung. Ketenangan keberlanjutan ini, meskipun dalam format
fikiran atau perasaan ini bahkan sampai yang tidak sama persis. Dalam proses
masuk ke fase selanjutnya yang lebih penataan fasilitas dan sarana prasarana,
dahsyat, yakni ketenangan dalam raga. terutama untuk aspek pembangunan
Pengunjung yang merasakan sakit pun, gedung utama, Pesantren sangat
secara di luar nalar, bisa mengaku sudah memperhatikan kondisi alam sekitar. Hal
tidak merasakan sakit lagi. ini berkaitan erat dengan keberlanjutan
Secara garis besar, serenity memang pintu lingkungan. Bangunan didirikan dengan
awal yang unik dari nilai wisata religi yang tidak merusak ekosistem yang berada di
harus ditonjolkan. Kereligiusitasan area sekitar pesantren. Pepohonan tetap
mestinya bisa memberikan ketenangan menjadi ciri khas suasana rindang, saluran
yang lebih berdampak daripada wisata air tetap terjaga alirannya dan tempat
konvensional. Ketenangan di sini bisa pembuangan sampah tetap terkelola
dicitrakan dalam bentuk pikiran yang sejuk dengan baik. Dalam satu kisahnya, proses
dan ketenangan pikiran, perasaan serta pembangunan yang dilakukan secara
mengalir ke ketenangan raga. Dari hati ramah lingkungan. Bahkan ada salah satu
menuju badan. Semuanya terasa damai. bagian dari masjid tersebut yang sengaja
dibuat dengan posisi menghindari sebuh
Internalisasi nilai Sustainability dalam pohon kelapa. Hal ini dimaksudkan untuk
wisata religi tetap menjaga pohon tersebut tetap hidup
Selain serenity, nilai kedua dalam dan tidak perlu menebangnya (Saefullah,
pengelolaan wisata religi yang juga 2015).
penting adalah sustainability atau Di sisi lain, keberlanjutan sosial
keberlanjutan. Amat jelas, bila pesantren ditunjukkan dengan adanya perkumpulan
ini sangat memperhatikan aspek rutin di area lokasi wisata, baik yang
keberlanjutan dalam pengelolaan wisata melibatkan santri, jama'ah atau bahkan
religi. Secara teoritis, wisata religi amat orang luar. Sebagaimana layaknya
mendukung „pariwisata yang bertanggung Pesantren pada umumnya, lokasi ini
jawab‟ (Responsible Tourism) sebagai jalur memiliki cukup banyak kegiatan sosial
menuju pariwisata yang berkelanjutan keagamaan sehingga potensi bertemunya
(Sustainable Tourism). Pariwisata yang orang banyak dalam satu momen amat
bertanggung jawab dan pariwisata sangat dimungkinkan. Ketika terjadi acara

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 22
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

haul kelahiran Kiai, pengunjung wisata terjadi kontak antara beberapa komunitas
juga diperbolehkan mengikuti rangkaian yang secara tidak sengaja bertemu pada
acara. Dari sini, terjadi proses akulturasi saat kegiatan ziarah di makam.
dan setidaknya terjadi pertemuan di antara Kemudian, dalam aspek keberlanjutan
orang-orang yang baru kenal. ekonomi, lokasi wisata ini justru sangat
Lalu, untuk aspek keberlanjutan ekonomi, dikenal dengan profil Pasar Ampelnya
Pesantren memaksimalkan keberadaan yang sangat diminati masyarakat. Dengan
santri yang sudah berkeluarga untuk melihat lokasi wisata yang berada di
mengelola unit bisnis yang berupa warung Kampung Arab, maka nilai jual wisata ini
makan, sentra camilan dan pusat souvenir. memang semakin tinggi. Warga sekitar
Sebagian besar modal usaha ini difasilitasi juga sangat diuntungkan dengan adanya
oleh Pesantren. Dari sini, ikatan antara makam Sunan Ampel karena banyak
Pesantren dan santri semakin kuat karena wisatawan yang juga sengaja singgah di
tidak hanya berbicara masalah ilmu-ilmu pusat perbelanjaan hanya untuk
Islam saja, namun juga pemberdayaan mendapatlan oleh-oleh khas Arab.
ekonomi. Pesantren mengarahkan mata Barangkali yang agak berbeda terkait nilai
pencaharian santri yang sudah berkeluarga sustainability adalah terkait keberlanjutan
sehingga kehidupan perekonomian mereka lingkungan. Letak geografi makam yang
bisa tertata. Tidak jarang juga santri yang berada di kota menjadikan nilai ramah
berkeluarga di sini memiliki banyak putra- lingkungannya hanya terletak pada upaya
putri dan mereka tetap aktif bermukim di penataan ruang yang bisa meminimalisir
Pesantren dengan menyekolahkan anak kemacetan. Ruang akses jalan harus ditata
mereka di luar Pesantren. sedemikian rupa agar wisatawan bisa
Selain menguntungkan keberadaan santri, dengan mudah menikmati perjalanan
pengelolaan wisata Masjid Tiban juga rekreasi religinya. Karena itu, sebagai
memberikan dampak positif secara tempat cagar budaya, Pemerintah Kota
finansial bagi warga sekitar. Sepertihalnya Surabaya telah berusaha mengembangkan
tipikal wisata lain, banyak sekali warung wisata ini secara terus-menerus. Wisata
dan toko-toko souvenir yang bermunculan Makam Sunan Ampel akan dimodifikasi
di jalan utama menuju pintu masuk sesuai corak Timur Tengah, Maroko.
Pesantren. Selain itu, warga sekitar juga Proses ini akan melibatkan integrasi antara
berinisiasi membangun ruang parkir bagi banyak titik lokasi publik. Pembenahannya
pengunjung yang ingin menitipkan pada area pedestrian. Kemudian akan ada
kendaraannya di luar Pesantren. Dampak tiga JPO (Jembatan Penyeberangan Orang)
ekonomi lokasi wisata ini sangat tampak dari Jalan Nyamplungan hingga Pegirikan
dirasakan masyarakat sekitar Pesantren. dan traffict light (Hadi, 2016).
Warga sekitarlah yang terkesan berhasil Secara umum, internalisasi sustainability
membangun area wisata perbelanjaan di di wisata religi Pesantren dan Makam
luar pintu masuk Pesantren. Sunan Ampel dijabarkan dalam upaya
Pengalaman Pesantren terkait internalisasi penataan aset dan fasilitas sarana prasarana
nilai sustainability juga terjadi secara yang bisa menjaga keberlanjutan sumber
serupa di Makam Sunan Ampel Surabaya. daya lingkungan, sosial-keagamaan dan
Wisata berbasis ziarah kubur Wali Allah perolehan ekonomi warga sekitar. Dengan
ini justru sangat kuat dalam aspek adanya nilai sustainability ini, lingkungan
keberlanjutan sosial-keagamaan dan sekitar diharapkan tidak rusak, hubungan
keberlanjutan ekonomi. Sustainability sosial antar lintas komunitas tetap terjalin
dalam hal sosial-keagamaan jelas kelihatan secara positif, dan semua warga sekeliling
melalui ramainya komunitas tahlil, dzikir wisata bisa mendapatkan keuntungan
atau shalawat. Hal ini sangat wajar finansial dari adanya Makam Sunan Ampel
mengingat Ampel adalah salah satu sentral ini.
aktivitas keagamaan di Surabaya, terlebih
lagi dengan adanya peranan Masjid Ampel
yang sangat terkenal. Tidak jarang juga

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 23
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

Internalisasi nilai Spirituality dalam bertafakur sendiri (indikasi koneksi dengan


wisata religi diri sendiri), mampu bersahabat dengan
Nilai ketiga yang sangat penting dalam santri atau suasana alam (indikasi koneksi
pengelolaan wisata religi adalah dengan sesama atau alam semesta), serta
spirituality. Pada dasarnya, kehadiran nilai mampu melakukan ibadah yang khusyuk
spiritual ini biasanya beriringan dengan dengan Allah (indikasi koneksi dengan
lahirnya nilai serenity. Pengunjung wisata „Sesuatu‟ yang transendental).
yang bisa mendapatkan ketenangan hati Sebagaimana yang disebutkan tadi, salah
dan kedamaian jiwa; acapkali bisa satu contoh paling kongkrit adalah ketika
merasakan getaran spiritual yang bisa ada seorang non-muslim yang memeluk
berwujudkan adanya koneksi kuat dalam Agama Islam setelah berkunjung dan
diri sendiri, koneksi yang kuat dengan melihat-lihat arsitektur bangunan
orang lain dan alam sekitar, serta koneksi pesantren. Dalam kisahnya, selama ini juga
yang kuat dengan Yang Maha Kuasa ada satu orang Nasrani yang rutin
(Meezenbroek dkk., 2012). berkunjung saat terjadi perayaan hari besar
Potensi sarana dan fasilitas yang terdapat yang diadakan pesantren. Namun diketahui
di Pesantren amat memungkinkan untuk belakangan bahwa pria tersebut sudah
menghadirkan nilai spiritual. Pengalaman menjadi muallaf, setelah mengucapkan
pengunjung menunjukkan hanya dengan syahadat di Yogyakarta (Gresik Travelling,
menikmati keindahan arsitektur Pesantren 2015).
dan dibarengi dengan perasaan syukur Pada hakikatnya, proses pengajaran bagi
yang tulus; pengunjung bisa merasakan pengunjung dari luar pesantren di sini
spiritual tersebut. Proses tadabur atau secara langsung memang tidaklah ada. Hal
perenungan biasanya adalah awal dari ini terjadi karena kebetulan pengunjung
perjalanan spiritual. Banyak spot atau titik memiliki perspektif sendiri dalam
lokasi di Pesantren yang dijadikan mengamati arsitektur bangunan Pesantren.
pengunjung untuk melakukan perenungan. Berdasarkan wawancara dengan beberapa
Sambil mengamati arsitektur, lalu pengurus, pesantren hanya membangun
memandang suasana alam sekitar yang gedung, dan selanjutnya memberikan
banyak dihiasi pepohonan besar, keleluasaan bagi pengunjung untuk
menambah suasana perenungan semakin menikmatinya dengan caranya masing-
mantap. Keheningan dan kesunyian di masing.
malam hari juga menjadi nilai plus untuk Situasi serupa juga terjadi di wisata
upaya mendapatkan spirit yang tinggi. Fase Makam Sunan Ampel Surabaya. Awalnya
ini biasanya sudah memasuki bentuk adalah serenity dan kemudian berlanjut
spirituality yang kedua, yakni koneksi kepada spirituality. Suasana ziarah makam
dengan alam sekitar atau sesama. Koneksi menjadi pemicu bagi pengunjung untuk
dengan sesama biasanya diwujudkan mendapatkan pengalaman spiritual. Cerita
dalam kegiatan ritual yang melibatkan legenda Masjid Ampel dan juga kewalian
lebih dari dua orang. Bentuknya bisa Kanjeng Sunan Ampel membuat
berupa acara dzikir bersama, kerjasama pengunjung juga ramai-ramai berusaha
dengan mitra, tadabur bersama, dialog untuk memperoleh pengalaman
konseling, atau kegiatan-kegiatan lain. transendental tersebut. Sebagian besar
Pada akhirnya, koneksi dengan „sesuatu‟ cerita spiritual ini memang tidak bisa
yang transendental adalah puncak dari dilogikakan. Pengunjung bisa
pengalaman spiritual. Kisah yang mendapatkannya hanya dengan berada di
fenomenal dalam Pesantren, sebagai akibat makam, baik itu hanya membaca Al-
adanya wisata ini, adalah adanya kejadian Qur'an, tahlil, atau dzikir. Bahkan, berada
orang non-muslim yang memeluk Agama di Masjid untuk menjalankan ibadah shalat
Islam karena awalnya tersentuh dengan ataupun i'tikaf pun terkadang menggiring
apa-apa yang ada di lingkungan Pesantren. pengunjung untuk mengalami kejadian
Barangkali hal ini terjadi karena sikap spiritual. Latar belakang pengunjung
pengunjung di lokasi yang mampu memang sangat mempengaruhi hal ini,

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 24
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

mulai dari intensitas kunjungan, karakter agar masyarakat luas bisa mendapatkan
pengunjung yang menyukai hal-hal mistis, nilai tambah dan keimanan setelah
serta kepercayaan Supranatural yang berkunjung ke situs lokasi. Sistem
sangat diyakininya. Sebagian pengunjung pengelolaan wisata keduanya didesain
bisa merasakannya, yang biasanya untuk bisa menghasilkan tiga nilai utama
diindikasikan dengan perasaan tenang dalam konsep wisata religi, yakni nilai
terlebih dahulu. "Serenity, Sustainability and Spirituality".
Nilai spirituality bisa muncul dalam aspek Hal ini bisa dilihat dari perencanaan
koneksi dengan diri sendiri melalui strategik wisata, sistem penataan aset atau
perenungan dan introspeksi, aspek koneksi pelengkapan fasilitas wisata dengan nilai
dengan sesama atau lingkungan melalui plus religi, panduan wisata dan metode
pemanfaatan suasana riuh ramai dzikir atau evaluasi wisata yang memang ditempatkan
keheningan malam di Makam, serta agar bisa menghadirkan tiga nilai tersebut.
koneksi dengan Allah melalui proses yang Keempat unsur tersebut menjadi acuan
bermacam-macam dan terkadang amat dalam desain pengelolaan wisata religi
sulit dijelaskan. Namun indikatornya bisa sekaligus berangkat dari modifikasi teori
dilihat dari perubahan perilaku pengunjung besar proses manajemen yang terdiri dari
selepas masa ziarahnya di Makam. planning, organizing, leading dan
Fenomena ini tidaklah sedikit dan selalu controlling (Certo dan Certo, 2012).
bertambah dari waktu ke waktu. Dalam beberapa riset lain, sejumlah ahli
Secara garis besar. Internalisasi spirituality menggunakan pendekatan SWOT dalam
bisa dihadirkan melalui proses perolehan memahami strategi pengembangan
serenity terlebih dahulu, dan kemudian destinasi wisata (Hermawan, 2017).
baru menggiring seseorang untuk bisa Penjabaran dari keempatnya adalah
merasakan tiga jenis koneksi atau sebagaimana berikut:
kebersatuan. Pengunjung bisa merasakan 1) Perencanaan strategik
pengalaman spiritual bilamana ia sudah Dalam aspek perencanaan strategik,
mampu melakukan koneksi dengan dirinya peruntukan arsitektur bangunan Pondok
sendiri yang mungkin dibantu melalui fase Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah jelas didesain
tadabur, introspeksi, kontemplasi atau untuk pengabdian masyarakat secara luas.
perenungan diri. Setelah itu, muncul Pembangunannya dimanfaatkan untuk
koneksi dengan orang lain atau alam pembersihan hati para santri dan jama‟ah
sekitar. Fase ini bisa dibantu melalui pesantren, sementara gedung yang sudah
dialog bersama orang lain, adanya sharing, jadi dimanfaatkan oleh semua orang,
atau upaya perwujudan syukur atas termasuk pengunjung pesantren yang
fenomena alam semesta yang sangat indah. berwisata.
Kemudian, pada ujungnya, pengalaman Konsep arsitektur bangunan pondok
spiritual ditandai dengan adanya perasaan ini berkaitan dengan tujuan didirikannya
kontak dan koneksi dengan Yang Maha pondok. Merujuk pada informasi dalam
Kuasa. Hal terakhir ini yang amat sulit situs pesantren, ada tiga tujuan alasan
diukur secara kuantitatif. Pastinya didirikannya pondok ini, yakni
perubahan spirit tersebut ditunjukkan meningkatkan iman, membersihkan hati,
dengan perubahan sikap ke arah positif dan membangun akhlakul karimah. Salah
karena seseorang tersebut sudah bisa satu media untuk mendapatkan hal tersebut
berkomunikasi dengan Allah. adalah melalui proses membangun gedung
Relevansi manajemen strategi sekaligus menikmati keindahan
pengelolaan wisata religi dengan nilai- bangunannya. Pembangunan fisik pondok
nilai ‘Serenity, Sustainability dan dimaksudkan untuk menyediakan
Spirituality’ sarana/media/alat untuk membersihkan
Desain strategi pengembangan wisata hati agar timbul rasa cinta dan kedekatan
Masjid Tiban atau Pondok Pesantren Bi kepada Allah. Dengan rasa cinta dan dekat
Ba‟a Fadlrah Turen Malang dan Makam kepada Allah diharapkan akan timbul rasa
Sunan Ampel Surabaya memang ditujukan sayang kepada sesama umat dan makhluk,

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 25
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

yang selanjutnya akan membentuk akhlak (spirituality) bisa naik cepat sewaktu
yang karimah. berada di lokasi wisata. Selain itu, nilai
Amat tampak jika visi pesantren ini, Sustainability juga sangat diperhatikan,
meskipun sekarang sudah menjadi target terlebih lagi lokasi wisata ini adalah bagian
wisata nasional, diarahkan untuk mengajak dari cagar budaya Pemerintah Kota. Aspek
pengunjung luar untuk bisa menemukan keberlanjutan dari hal ekonomi,
ketenangan (Serenity) serta mendapatkan lingkungan dan sosial sangatlah tampak.
semangat baru (Spirituality). Sementara Ampel menjadi daerah yang populer serta
itu, aspek keberlanjutan (Sustainability) pusat roda perekonomian, dan di tahun ini
didapatkan dari koordinasi pesantren pula, sudah ada rencana untuk
dengan lingkungan warga sekitar dalam pengembangan wisata Ampel.
mengelola sentral perekonomian yang 2) Sistem penataan aset dan
menguntungkan bagi warga. Pesantren pelengkapan fasilitas wisata dengan
tidak keberatan dengan hal tersebut. Dari nilai plus religi
rencana sini, unsur keberlanjutan dalam hal Dalam aspek sistem penataan aset
ekonomi sangat kelihatan. Di sisi lain, wisata Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah sangat
unsur keberlanjutan dalam hal lingkungan memperhatikan alur jalan pengunjung.
juga tampak dari arsitektur bangunan Meskipun pada awalnya tidak didesain
pesantren yang tidak merusak alam. Ide untuk wisata, namun dengan
dasar bangunan memang dari hasil membludaknya pengunjung, pesantren
istikharah, namun hal itu tidak menjadi sangat pandai menata fasilitas sarana dan
alasan untuk membangun gedung yang prasarana bagi orang luar. Pesantren
berpotensi merusak alam seperti memberikan ruang nyaman untuk
pepohonan, sumber air, saluran kebutuhan dasar pariwisata seperti tempat
pembuangan air dan sampah, dan shalat, tempat parkir, rumah makan, ruang
sebagainya. istirahat, toilet dan sentral oleh-oleh.
Begitu juga dengan lokasi Makam Sunan Penataan aset ini bisa dikoordinasikan
Ampel Surabaya. Bahkan dari semenjak dengan warga sekitar, terutama tentang
dikelola sebelum fase profesional, lokasi penempatan pusat oleh-oleh. Dari sini,
ini sudah menjadi ziarah rutin rakyat sistem pengelolaan aset pesantren amat
Indonesia yang memang didesain bagi memperhatikan nilai sustainability dalam
pengunjung untuk mendapatkan nilai hal perekonomian. Lalu untuk unsur
positif dari keberadaan makam Sunan keberlanjutan lingkungan, sebagaimana
Ampel. Wisata ziarah religi Sunan Ampel yang tampak dalam perencanaan arsitektur
mulai digalakkan sejak tahun 1972, setelah pesantren, bisa dilihat dari penataan
diadakannya haul atau peringatan hari fasilitas yang tidak merusak kondisi alam
wafat Sunan Ampel untuk pertama kalinya. sekitar. Lebih lanjut, keberlanjutan sosial
Perilaku syirik semakin dikikis oleh kemasyarakatan bisa dilihat dari pelibatan
pengelola makam dengan menjaga tempat warga sekitar dan jama‟ah yang berasal
wisata dengan basis syari‟ah. dari luar kota dalam beberapa kegiatan
Sistem perencanaan pengelola lokasi yang ada di Pesantren. Pemandangan
wisata makam mengutamakan keberadaan menarik sangat tampak manakala semua
pengunjung dan warga sekitar makam agar jama‟ah dan warga hadir dalam acara
sama-sama mendapatkan keuntungan. pesantren, seperti kegiatan mengenang hari
Pengelola mengharapkan pengunjung bisa kelahiran Kiai. Hal ini menjadi daya tarik
menemukan apa-apa yang dicari. Memang bagi wisatawan juga untuk melihat kultur
pengelola tidak bisa membaca keinginan lokal yang dilestarikan pesantren Bi Ba‟a
pengunjung yang terkadang juga Fadlrah. Berbasis observasi lapangan,
menyimpan sesuatu yang „aneh-aneh‟ semua pengunjung dipersilahkan untuk
ketika berkunjung ke makam. Namun turut dalam rangkaian kegiatan pesantren
setidaknya, harapan pengelola Makam tersebut yang terdiri dari Pembacaan
adalah agar pengunjung bisa mendapatkan Tahlil, Shalat Syukur, pembacaan
ketenangan (serenity) dan semangat hidup Manaqib, Marhaban, dan makan bersama.

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 26
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

Sementara itu, pesantren juga menambah setelah berkunjung dan melihat-lihat


fasilitas wisata yang berkaitan dengan arsitektur bangunan pesantren. Proses
kebutuhan ekstra wisata religi seperti pengajaran bagi pengunjung pesantren di
ruangan khusus berdzikir, ornamen yang sini secara langsung memang tidaklah ada.
bertuliskan lafadz-lafadz Arab, aula besar Hal ini terjadi karena kebetulan
untuk pertemuan keagamaan, tempat shalat pengunjung memiliki perspektif sendiri
yang tersebar di banyak titik, akses untuk dalam mengamati arsitektur bangunan
bertemu dengan keluarga Kiai, hingga Pesantren. Pesantren hanya membangun
fasilitator acara kultur keislaman. Hal-hal gedung, dan selanjutnya memberikan
inilah yang semakin menunjukkan identitas keleluasaan bagi pengunjung untuk
wisata religi Masjid Tiban atau Pesantren menikmatinya dengan caranya masing-
Bi Ba‟a Fadlrah. Pengunjung memang masing.
digiring secara tidak langsung untuk Dengan cara yang sedikit sama dengan
sanggup menemukan serenity; baik Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah, Wisata Makam
kedamaian atau ketenangan dalam bentuk Sunan Ampel juga menawarkan fasilitas
fikiran, perasaan dan fisik. Biasanya, yang memberikan peluang bagi
pengunjung bisa merenung sejenak dengan pengunjung dan warga sekitar untuk
berada di spot wisata tertentu; yang mendapatkan "Serenity, Sustainability and
terkadang sepi dan tenang, lalu kemudian Spirituality". Wisata Makam Ampel
merasakan sendiri kedamaian hatinya. Di mendesain sarana prasarana yang
Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah, ini bisa menunjang bagi peziarah kubur. Dengan
ditemukan di mushalla, masjid Pesantren tetap memaksimalkan keberadaan Masjid
yang dikelilingi pohon-pohon besar atau Ampel, makam masih menjadi sentral
dengan melihat ornamen arsitektur tujuan wisata. Karenanya, fasilitas
Pesantren yang sangat indah. pendukung mulai dari ruangan yang
Pengalaman serenity biasanya beriringan memadai bagi pendo‟a, pembaca ayat-ayat
dengan pengalaman spiritual. Nilai terakhir Al-Qur‟an, ruang toilet dan jalur pemisah
inilah yang paling esensial, yakni antara perempuan dan lelaki.
spirituality. Secara teoritis, spiritualitas Suasana malam hari menjadi sesuatu yang
dimaknai sebagai upaya insan dalam khas di makam. Setting ruangan yang
mencapai pengalaman koneksitas dengan memang beraroma pemakaman suci dan
esensi kehidupan yang mencakup tiga hal, diiringi dengan banyaknya riuh tahlil dan
yakni koneksi dengan diri sendiri, koneksi tadarus Al-Qur‟an mengantarkan
dengan sesama atau alam semesta, serta pengunjung pada suasana serenity dan
koneksi dengan „Sesuatu‟ yang spirituality. Pengunjung bisa mencapai
transendental (Meezenbroek dkk., 2012). suasana hati tenang, mantap, pikiran dingin
Pesantren memang sulit untuk menakar dan situasi ekstase spiritual dengan
sukses atau tidaknya setiap pengunjung dibayangi pengalaman transendental.
untuk menemukan spiritual. Yang jelas, Terkadang, pemicunya tidak bisa
indikasinya memang pengunjung dijelaskan secara rasional. Pengalaman
mengalami perubahan sikap ke arah positif masing-masing pengunjung sangat
pasca berkunjung ke Pesantren. Barangkali berbeda-beda, apalagi maksud kedatangan
hal ini terjadi karena sikap pengunjung di pengunjung ke Makam Ampel juga tidak
lokasi yang mampu bertafakur sendiri sama antara satu dengan yang lain. Yang
(indikasi koneksi dengan diri sendiri), pasti, suasana makam yang didesain
mampu bersahabat dengan santri atau pengelola, ditambah dengan modal profil
suasana alam (indikasi koneksi dengan Sunan Ampel yang melegenda, menjadi
sesama atau alam semesta), serta mampu trigger bagi pengunjung untuk bisa
melakukan ibadah yang khusyuk dengan mendapatkan serenity dan spirituality.
Allah (indikasi koneksi dengan „Sesuatu‟ Sementara itu, aspek sustainability dari sisi
yang transendental). Salah satu contoh ekonominya bisa dilihat dari Pasar Ampel
paling kongkrit adalah ketika ada seorang yang menjadi sentra roda perekonomian
non-muslim yang memeluk Agama Islam warga sekitar. Desain arsitektur dan tata

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 27
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

ruang wisata yang diawali dengan gang- panduan wisata biasanya diberikan pada
gang pasar; dan kemudian diakhiri dengan lokasi wisata yang berbayar. Oleh
masjid serta makam Ampel sebagai tujuan karenanya, panduan wisata dari kedua
utama, membuat kisah perjalanan lokasi wisata religi ini hanya berdasarkan
pengunjung semakin menarik. Pengunjung tulisan-tulisan kecil yang dipasang di
mendapatkan keuntungan rekreasi melalui dinding sekitar jalur jalan pengunjung
berbelanja dan warga sekitar diuntungkan wisata ataupun aturan tertulis yang ditaruh
dengan adanya profit bisnisnya. dalam situs resmi pengelola seperti yang
Aspek sustainability yang lain, dari segi dilakukan Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah.
sosial, tampak dari pergumulan komunitas Kebanyakan, panduan wisata religi ini
muslim yang banyak aktif berdzikir dan tidaklah ditulis secara rumit. Tidak
bertahlil di area lokasi. Tidak sedikit lokasi mencakup hal-hal teknis seperti makanan
ini mempertemukan banyak komunitas atau peralatan yang tidak boleh dibawa
keagamaan. Masjid juga menjadi pusat masuk ke dalam lokasi wisata atau
perkumpulan ulama-ulama populer di semacamnya. Namun panduan lebih
Surabaya dan sekitarnya. Di aspek ini, diarahkan pada arahan bersikap, petunjuk
lokasi wisata Makam Sunan Ampel arah jalan dan nasehat untuk menjaga niat
tampak lebih unggul daripada Pesantren Bi ibadah agar tidak syirik. Hal ini wajar
Ba‟a Fadlrah dengan Masjid Tibannya. mengingat wisata yang dijual adalah
Nilai kesejarahan dan daya saing Ampel wisata kategori religi, apalagi untuk kasus
dalam hal keagamaan jelas lebih Wisata Makam Sunan Ampel yang
„berwarna‟ daripada Pesantren yang cenderung dekat dengan isu-isu
usianya terbilang masih baru. ketauhidan. Bila melihat jenis wisata religi
Akan tetapi, untuk pengukuran aspek yang berkaitan dengan spiritual, maka
sustainability dalam hal keberlanjutan pengelolaan wisata Pesantren Bi Ba‟a
lingkungan, letak Ampel yang berada di Fadlrah dan Makam Sunan Ampel
pusat kota menjadikan proses penataan diharapkan sampai pada perwujudan
„ramah lingkungan‟ agak sulit dilakukan. pengunjung, yang menurut bahasa Bob
Berbeda dengan Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah McKercher dan Hillary Cros (2003),
yang masih di wilayah pedesaan dan adalah menjadi Purposeful spiritual
dataran tinggi, Makam Sunan Ampel sudah tourist, yakni Pertumbuhan spiritual
terlanjur dihimpit oleh hiruk piruk industri pribadi menjadi alasan utama untuk
Kampung Arab di Surabaya. Karenanya, mengunjungi lokasi wisata karena
salah satu cara yang dilakukan pengelola pengunjung memiliki niatan spiritual yang
dari pihak pemerintah Kota Surabaya mendalam. Jenis wisata ini diharapkan
untuk mengembangkan „keberlanjutan setiap pengelola wisata religi, karena
lingkungan-nya‟ adalah dengan terdapat kedalaman pengalaman spiritual
memetropolitankan Wisata Makam Sunan dan niatan menunjukkan tingkat
Ampel, sebagaimana yang ada dalam spiritualitas sebagai faktor signifikan
desain pengembangan wisata bercorak dalam tujuan proses pengambilan
Maroko Style di tahun 2016. keputusan berwisata.
3) Panduan wisata 4) Metode evaluasi
Panduan wisata sejatinya diperlukan Metode evaluasi sepertinya salah satu
bagi pengunjung lokasi agar mereka bisa yang terlemah dalam pengelolaan wisata
menikmati rekreasi dengan nyaman dan religi di Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah dan
tidak harus bertanya secara aktif kepada Makam Sunan Ampel. Selama ini, evalusi
pengelola. Selain itu, panduan diperlukan yang dilakukan berbarengan dengan
untuk menjaga aturan dan tata tertib wisata pelaksanaan atau sosialisasi panduan
agar tidak terjadi kekacauan, mengingat ini wisata. Pengelola wisata memberikan
melibatkan banyak orang. Akan tetapi, panduan kepada pengunjung sekaligus
Pesantren Bi Ba‟a Fadlrah dan Makam melakukan evaluasi. Pengelola wisata
Sunan Ampel adalah lokasi wisata religi biasanya langsung menegur pengunjung
yang tidak menarik biaya masuk. Buku bilamana ditemukan perilaku yang

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 28
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

dianggap menyimpang. Akan tetapi hal ini bisa dicitrakan dalam bentuk ketenangan
semua menjadi bahan kajian secara pikiran, ketenangan perasaan dan
sistemik untuk perbaikan tata kelola wisata ketenangan raga. Kemudian, Sustainability
di masa depan melalui forum yang lebih dijabarkan dalam upaya penataan aset dan
formal, semisal melalui rapat pengelola fasilitas sarana prasarana yang bisa
wisata. menjaga keberlanjutan sumber daya
Model manajemen wisata religi yang lingkungan, sosial-keagamaan dan
berbasis nilai-nilai ‘Serenity, perolehan ekonomi warga sekitar.
Sustainability dan Spirituality’ Terakhir, nilai Spirituality adalah
Masjid Tiban atau Pondok Pesantren Bi puncaknya. Internalisasi spirituality bisa
Ba‟a Fadlrah Turen Malang dan Makam dihadirkan melalui proses perolehan
Sunan Ampel Surabaya menawarkan serenity terlebih dahulu, dan kemudian
konsep yang cukup berbeda dalam sistem baru masuk ke wilayah spirituality.
pengelolaannya. Kedua jenis lokasi wisata Pengunjung bisa merasakan pengalaman
religi ini memang berjarak cukup jauh, spiritual bilamana ia sudah mampu
antara kota Malang dan Surabaya. Jenis melakukan koneksi atas tiga hal, yaitu
wisata yang ditawarkan pun juga berbeda. koneksi dengan diri sendiri melalui
Pesantren memaksimalkan keunikan perenungan dan introspeksi, aspek koneksi
arsitektur bangunannya sementara Makam dengan sesama orang lain atau lingkungan
Sunan Ampel jelas memanfaatkan sekitar, serta koneksi dengan Allah melalui
keberadaan kuburan Sang Wali dan Masjid proses yang sangat transendental.
legendarisnya. Pesantren menjual nilai
estetika bangunan sebagai wahana
pengembangan diri personal, sementara
Makam Sunan Ampel menjual sakralitas
Masjid dan kewalian Sunan Ampel.
Pesantren memiliki basis dana yang
berasal dari masyarakat dan jama‟ah;
sedangkan Makam Sunan Ampel, selain
memiliki basis donatur dari masyarakat,
juga merupakan bagian cagar budaya dari
Pemerintah Kota Surabaya. Jadi, kepastian
dan jaminan anggaran dari Makam Sunan
Ampel lebih terjamin karena berintegrasi
kuat dengan pemerintah. Walau demikian,
perbedaan profil dari kedua lokasi wisata
tersebut bisa disinkronkan untuk bisa
mendapatkan „blue-print‟ dari model
pengelolaan wisata religi yang ideal.
Secara umum, Figur 2 berikut
mengilustrasikan model pengelolaan
wisata religi berbasis tiga nilai tersebut.

PENUTUP
Nilai-nilai „Serenity, Sustainability dan
Spirituality’ mampu hadir dalam dalam
pengelolaan wisata religi di Masjid Tiban
Turen Malang dan Makam Sunan Ampel
di Surabaya. Serenity mewakili dampak
awal dari keberadaan wisata religi yang
ditunjukkan dengan indikasi pengunjung
yang bisa merasakan ketenangan ketika
berada di lokasi wisata. Ketenangan di sini

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 29
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

Figur 2:
Model wisata religi berbasis nilai ‘Serenity, Sustainability dan Spirituality’

Visi Wisata Religi: Faith/Profane


(Di antara Sakral dan Sekuler,
Di antara Ibadah dan Rekreasi)

Bebas Biaya Masuk Lokasi,


Terintegrasi Kuat dengan Pemerintah
dan Ulama, Dukungan Dana dari
Donatur Masyarakat dan Unit Bisnis

Rencana Strategik: Pelengkapan Fasilitas Wisata dengan


(seperti: Dakwah, Nilai Plus Religi (seperti ruangan khusus
Kemaslahatan bertadabur, ornamen estetika Panduan Sistem Evaluasi
Umat, dsb) bertuliskan lafadz spiritual, aula besar Wisata
untuk pertemuan keagamaan, tempat
ibadah yang tersebar merata, hingga
fasilitator acara kultur keagamaan)

Serenity: Sustainability: Spirituality:


(Ketenangan dalam (Keberlanjutan dalam (Koneksi dengan Diri
Pikiran, Perasaan Aspek Lingkungan, Sosial Sendiri, Sesama-Alam
dan Raga) dan Ekonomi) Sekitar dan Tuhan)

Pengelola Masjid Tiban Turen Malang „Serenity, Sustainability dan Spirituality’;


dan Makam Sunan Ampel di Surabaya diawali dengan visi wisata religi yang
mendesain strategi wisata untuk memang diletakkan pada posisi di tengah
menghasilkan nilai-nilai „Serenity, antara pilgrimage yang sakral dengan
Sustainability dan Spirituality’ melalui wisata konvensional yang cenderung
perencanaan strategik wisata, sistem sekuler dan hedonis. Posisi ini
penataan aset atau pelengkapan fasilitas mengharuskan wisata religi harus bebas
wisata dengan nilai plus religi, panduan biaya masuk lokasi, bebas biaya masuk
wisata dan metode evaluasi wisata yang lokasi, terintegrasi kuat dengan pemerintah
memang ditempatkan agar bisa dan ulama, serta adanya dukungan dana
menghadirkan tiga nilai tersebut. Keempat dari donatur masyarakat dan unit bisnis.
tahapan tersebut diuraikan dengan
memberikan sentuhan khas kereligian. REFERENSI
Inilah yang melahirkan Model manajemen Bowler, B. (2013). How Spiritual Tourism
wisata religi yang berbasis nilai-nilai Might Change the World,

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 30
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

http://www.huffingtonpost.co.uk/ben- spirituality as a universal human


bowler/can-the-changing-face-of- experience: Development of the
_b_4363378.html Spiritual Attitude and Involvement
Cambridge Dictionary (2016). Serenity List (SAIL), Journal of Psychosocial
Definition, Oncology, 30(2), 141–167.
http://dictionary.cambridge.org/dictio Pramanik, P.D., Gantina, D., & Habibie,
nary/english/serene?q=serenity F.H. (2017). Kebanggaan dan perilaku
Certo, S.C. & Certo, S.T. (2012). Modern memelihara potensi pariwisata. Jurnal
management: Concepts and skills. Pariwisata, 4(2), 113-122.
Boston: Prentice Hall. Saefullah, S. (2015). Megahnya Masjid
Cimino, R. & David L. (1999). Choosing Tiban Turen Malang,
my religion, American Demographics, https://www.islampos.com/megahnya-
21(4). masjid-tiban-turen-malang-172576/
Gresik Travelling (2015). Masjid Tiban Sinclair, S. J., Pereira S., & Raffin (2006).
Malang bukan dibangun Jin tapi A thematic review of the spirituality
Ribuan Santri, gresik.co/gaya- literature within palliative care, Journal
hidup/travelling/masjid-tiban-bukan- of Palliative Medicine, 9, 464–479.
dibangun-jin-tapi-ribuan-santri Smith, V. (1992) Introduction: The quest
Hadi, P. (2016). Makam Sunan Ampel in guest. Annals of Tourism Research,
dirombak jadi bergaya Maroko, 19(1), 1-17.
http://mediamalang.com/wisata-religi- Srivastava, A. & Thomson, S.B. (2009).
makam-sunan-ampel-dirombak-jadi- Framework analysis: A qualitative
bergaya-maroko/ methodology for applied policy
Hermawan, H. (2017). Pengembangan research, Journal of Administration and
destinasi wisata pada tingkat tapak Governance, 4(2), 72-79.
lahan dengan pendekatan SWOT. Suwantoro, G. (2004). Dasar–dasar
Jurnal Pariwisata, 4(2), 64-74. pariwisata, Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hill, B. (2002). Tourism and religion, The
International Journal of Tourism
Research, 4(4), 327-328. BIODATA PENULIS
Konz, G. & Ryan, F. (1999). Maintaining Setelah memperkuat basis ilmu agama
an organizational spirituality: No easy di pesantren selama 6 tahun, Aun Falestien
task, Journal of Organizational Faletehan melanjutkan program sarjana di
Change Management, 12(3), 200-210. bidang Manajemen Dakwah IAIN Sunan
Lester, S. (1999). An introduction to Ampel Surabaya (2002). Dua gelar
phenomenological research, Taunton, program magister juga direngkuhnya
UK: Stan Lester Developments. dalam bidang Filsafat Islam (IAIN
Malcolm, B.H. (2003). The Sociology of Surabaya: 2005) dan Manajemen SDM
Religion, London: Routledge, Taylor (University of Canberra: 2008). Saat ini,
dan Francis Group. masih terdaftar sebagai kandidat PhD di
Mazumdar, S. & Mazumdar, S. (2004). School of Business and Economics, Vrije
Religion and place attachment: A Universiteit Amsterdam, mulai tahun 2017.
study of sacred places, Journal of Warga kelahiran Sidoarjo 36 tahun
Environmental Psychology, 24, 385– silam ini telah menjadi dosen UIN Sunan
397. Ampel Surabaya semenjak tahun 2005.
McKercher, B. dan Cros, H. (2003). Dengan minat riset yang tinggi di bidang
Testing a cultural tourism typology, tasawuf, wisata religi, dan manajemen
The International Journal of Tourism SDM; beliau menghasilkan beragam
Research, 5(1), 45-58. tulisan ilmiah dengan spesifikasi pada
Meezenbroek, E.D.J., Garssen, B., Van telaah tasawuf falsafi, industri bisnis
den Berg, M., Tuytel, G., Van wisata religi, manajemen kinerja, training
Dierendonck, D., Visser, A., & and development, dan retention program.
Schaufeli, W.B. (2012). Measuring

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 31
Jurnal Pariwisata, Vol. 6 No 1 April 2019

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 32

Anda mungkin juga menyukai