MODUL PERKULIAHAN
Manajemen
Pariwisata
Pariwisata sebagai Disiplin Ilmu
(Teori & Konsep Pariwisata I)
Abstrak Sub-CPMK
01
Ali Hanafiah, SE. MM.
Ekonomi dan Bisnis Manajemen
Pendahuluan
Meskipun Ilmu Pariwisata pada saat ini telah diakui sebagai ilmu, namun persoalan
kedudukan Ilmu Pariwisata sebagai sebuah Ilmu masih terus diperdebatkan. Perdebatan
terjadi terutama dikalangan para saintis pengkaji Pariwisata, dimana mereka masih
mempertanyakan: Ilmu Pariwisata sebagai bagian ilmu apa?
Perdebatan diatas kiranya wajar bilamana hingga saat ini para saintis masih
mengkaji dunia Pariwisata dari masing-masing sudut keilmuan tertentu. Dalam hal ini
Pariwisata baru dipandang sebagai bagian dari obyek materia suatu ilmu yang selama ini
digelutinya. Artinya, Pariwisata baru dijadikan sebagai salah satu objek kajian, belum
didudukkan secara mandiri sebagai subjek pengkaji bagi dirinya sendiri (baca: dunia
Pariwisata). Dengan kata lain, kalaupun Ilmu Pariwisata telah diakui sebagai ilmu, namun
Ilmu Pariwisata masih dipandang sebagai ilmu terapan dari ilmu tertentu.
Para ahli melalui berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, antropologi, geografi
ekonomi melakukan pendekatan, ternyata kurang mampu dalam menggali pariwisata
sebagai suatu fenomena yang kompleks dengan karakteristik khasnya. Kemudian dalam
perjalanan sejarah munculah keinginan dari berbagai pihak untuk menjadikan pariwisata
sebagai ilmu baru. Wacana tersebut muncul pertamakali pada tahun 1980-an. Akan tetapi
ternyata wacana tersebut banyak menimbulkan banyak perdebatan di berbagai pihak.
Perdebatan tersebut berfokus pada “apakah pariwisata adalah suatu ilmu yang mandiri
atau hanya objek studi dari ilmu-ilmu yang telah mapan dengan pendekatan multi
disipliner.”
Ilmu pariwisata harus mampu menyediakan informasi ilmiah yang lengkap tentang
hakikat pelancongan, gejala pariwisata, wisatawannya sendiri, prasarana dan
sarana pariwisata, objek – objek yang dikunjungi, sistem dan organisasi, dan
kegiatan bisnisnya serta semua komponen pendukung di daerah asal wisatawan
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek material adalah seluruh
lingkup (makro) yang dikaji suatu ilmu. Objek formal adalah bagian tertentu dari
objek material yang menjadi perhatian khusus dalam kajian adalah kehidupan
masyarakat manusia.
Dengan demikian fenomena pariwisata dapat difokuskan pada tiga unsur yakni:
pergerakan wisatawan, aktivitas masyarakat yang memfasilitasi pergerakan
wisatawan dan implikasi atau akibat-akibat pergerakan wisatawan dan aktivitas
masyarakat yang memfasilitasinya terhadap kehidupan masyarakat secara luas.
2) Epistemologi (metode suatu ilmu untuk mencari sebuah kebenaran) atau pendekatan
system. Pendekatan ini menekankan bahwa pergerakan wisatawan, aktifitas
masyarakat yang memfasilitasi, serta implikasi dari keduanya terhadap kehidupan
mayarakat secara luas merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan atau
saling mempengaruhi. Pariwisata dapat dicari kebenaranya melalui metode ilmiah,
oleh sebab itu pariwisata memenuhi syarat epistemology.
3) Aksiologi, yaitu pandangan bahwa ilmu pariwisata harus menghasilkan nilai berupa
manfaat positive bagi perkembangan ilmu pariwisata itu sendiri, bagi kehidupan
ekonomi dan sosial budaya masyarakat, serta lingkungan alam yang mendukungya.
Hal ini jelas bahwa ilmu pariwiata juga dapat digunakan sebagai ilmu yang bersifat
praktis dalam mengembangkan kepariwisataan di lapangan sehingga dapat
berkontribusi memberi dampak positive.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa pariwisata telah memenuhi 3 syarat dasar
untuk menjadi disiplin ilmu baru, maka 26 tahun kemudian yaitu pada tahun 2006
pariwisata secara resmi dideklarasikan sebagai sebuah disiplin ilmu mandiri melalui
perjuangan panjang Depudpar dan Hildiktipari. Isi deklarasi tersebut adalah :
a) Pariwisata adalah cabang ilmu yang mandiri, yang sejajar dengan ilmu-ilmu lain.
b) Program S1, S2, dan S3 Ilmu Pariwisata di berbagai lembaga pendidikan sudah layak
untuk diberikan ijin oleh Departement Pendidikan Nasional.
Ilmu pariwisata sebagai ilmu mandiri memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri
yaitu “walaupun pariwisata merupakan disiplin ilmu tersendiri yang memiliki jati diri
khusus, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ilmu pariwisata mempu bersinergi
dengan disiplin ilmu lain untuk mencapai kesempurnaan aplikasinya dilapangan.
Kedudukan ahli pariwisata adalah sebagai penggerak atau pemikir proyek rancang
bangun destinasi, kedudukan seorang ahli pariwisata hendaknya mampu memadukan
sudut pandang Ilmu Alam dan sudut pandang Ilmu Sosial mendaji sudut pandang baru
yaitu pariwisata. Mengelola fenomena alam dan sosial budaya menjadi sebuah daya tarik
yang mampu mendatangkan wisatawan sehingga memunculkan dampak positif berupa
peningkatan ekonomi dan sosial masyarakat, serta terjaga atau meningkatkan kualitas
lingkungan alam adalah tugas mulia seorang ilmuan dan ahli pariwisataan.
Dimensi Pariwisata
1. Wisatawan
2. Elemen geografi
Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, seperti berikut ini.
Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun, seluruh wisatawan
pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali
terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah
yang membuat negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong berupaya
menjadikan daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah Tujuan
Wisata.
Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujungjtombak) pariwisata. Di DTW ini
dampak pariwisata sangat dirasakan settingga dibutuhkan perencanaan dan strategi
manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu
keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari
DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau alasan utama perkembangan
pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan.
Sumber daya merupakan atribut alam yang bersifat netral sampai ada campur tangan
manusia dari luar untuk mengubahnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
manusia itu. Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya
berupa : sumber daya manusia dan sumber daya alam
4. Insfratruktur Pariwisata
Infrastruktur dapat dijelaskan sebagai suatu sistem fasilitas fisik yang mendukung
kehidupan, keberlangsungan dan pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu masyarakat
atau komunitas. Infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada
katersediaan sarana prasarana penunjang. Contoh :
a. Bandara, Pelabuhan, jalan tol, stasiun dan lain-lain sebagai sarana pariwisata.
b. Hotel, restoran, money changer dll. Sebagai prasaran pariwisata.
Adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, nilai dan kemudahan berupa
keanekaragaman alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi kunjungan
wisatawan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009). Dalam kegiatan wisata, ada
pergerakan manusia dari tempat tinggalnya menuju ke destinasi pariwisata atau daerah
tujuan wisata, merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
Objek pariwisata negara kita tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang terdiri dari
berbagai jenis pariwisata, sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah. Berikut
beberapa contohnya objek pariwisata yang ada di Indonesia tersebut;
1) DKI Jakarta, antara lain Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah,
Museum Pusat, Pulau Seribu, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pusat Taman Ismail
Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Proklamator, Museum Bahari,
Museum Wayang, Monumen Pancasila Sakti, Pasar Burung, dan Museum Tekstil.
2) Jawa Barat, antara lain Maribaya, Tangkuban Perahu, air panas Ciater, Kebun Raya
Bogor, Istana Presiden Cipanas, Pelabuhan Ratu, Pantai Pangandaran, Pantai
Karang Bolong, Puncak, Waduk Jatiluhur, dan Keraton Cirebon.
3) Jawa Tengah, antara lain Masjid Agung Demak, Istana Mangkunegara, Taman
Hiburan dan Rekreasi Tegal Wareng Semarang, Baturaden, Museum Batik
Pekalongan, Museum Kereta Api, dan Candi Borobudur.
4) DI Yogyakarta, antara lain Keraton Yogyakarta, Candi Prambanan, Kebun Binatang
Gembira Loka, Museum Lukis Affandi, Taman Wisata Pelawangan, Makam Imogiri,
Kota Cede, Istana Air Taman Sari, Museum Sono Budaya, Pantai Samas, dan Pantai
Parangtritis. Jawa Timur, antara lain Karapan Sapi Madura, Pantai Kenjeran, Candi
Panataran, Air Terjun Sudodo, Pantai Perigi, Gunung Kawi, Taman Candra
Wilwatikta, Taman Nasional Gunung Bromo, Pasir Putih, Kali Klosok, Semeru, Air
Panas Songgoriti, dan Museum Trowu Ian.
5) Bali, antara lain Art Centre Arbian Kapal, Pasar Burung, Museum Bali, Museum Le
Maveur, Bukit Seni Sange, \Verdi Budaya, Pura Taman Ayu, Mandala Wisata Wengi,
Pantai Kuta, Pantai Nusa Dua, Pantai Sanur, Pura Luwur Uluwati, Desa Kintamani,
Kebun Raya, Istana Tampak Siring, Toya Bungkah, Desa Ubud, dan Batu Bulan.
6) Sumatera Utara, antara lain Danau Toba, Prapat, Taman Wisata Kundur, Pantai
Cermin, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Pulau Samosir, Candi Portibi, Museum
Dairi, Brastagi, Pulau Tau, Pulau Nias, Barus Jahe/Lingga, Balig, dan Pusat
Rehabilitasi Orang Utan Bahorok.
7) Sumatera Barat, antara lain Taman Siti Nurbaya, Pantai Sikek, Tugu Khatulistiwa
Bonjol, Rimba Panti, Bukittinggi, Kepulauan Mentawai, Danau Singkarak, Karang
Tirta, Pantai Air Panas, Kota Gadang, dan Lembah Harau.
Seperti dilansir oleh CNN Indonesia, pada ertemuan tahunan Dana Moneter
Internasional-Bank Dunia (IMF-WB) 2018 di Nusa Dua, Bali rupanya tak hanya menjadi
wadah diskusi antara Indonesia dengan negara-negara anggota untuk membahas isu dan
kebijakan penting di sektor ekonomi. Pertemuan yang diadakan pada 8-14 Oktober ini
juga menjadi kesempatan pemerintah untuk memamerkan destinasi wisata yang disebut
sebagai 10 Bali Baru kepada para delegasi dan tamu undangan.
Sahala Lumban Gaol, Staf Khusus I Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
mengungkapkan hal ini dilakukan karena pemerintah ingin memanfaatkan momentum,
terutama karena ada 34 ribu peserta yang berpartisipasi dalam acara ini, baik dari dalam
maupun luar negeri.
Pameran 10 Bali Baru itu dikemas dalam bingkai foto dan video yang siap dipertontonkan
kepada para delegasi dan tamu pertemuan. Berikut adalah 10 Bali Baru yang dikenalkan
tersebut:
1. Danau Toba
2. Tanjung Kelayang
Pantai Tanjung Kelayang terletak di Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Pantai ini memiliki
ciri khas batu granit raksasa yang mirip dengan kepala burung garuda. Selain menjadi
bagian dari 10 Bali Baru, pantai ini juga ditetapkan pemerintah sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) di bidang pariwisata.
3. Tanjung Lesung
Pantai Tanjung Lesung terletak di Pandeglang, Banten atau 160 kilometer dari ibu kota
Jakarta, sehingga bisa ditempuh dengan perjalanan darat. Pantai ini memiliki pasir putih
dan lokasinya dekat Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau, dan Pulau Umang.
4. Pulau Seribu
Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau yang terletak di utara Jakarta. Beberapa
pulau memiliki penghuni, sedangkan yang lainnya merupakan pulau yang hanya
diperuntukkan demi kepentingan wisata dan riset, sehingga tidak berpenghuni.
5. Candi Borobudur
6. Mandalika
Pantai Mandalika merupakan salah satu KEK yang diresmikan langsung oleh Presiden
Joko Widodo (Jokowi). Pantai ini terletak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan
hanya berjarak sekitar 30 menit dari Bandara Lombok.
7. Gunung Bromo
Gunung Bromo terletak di Taman Nasional Bromo Tengger yang meliputi empat kawasan
sekaligus, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan
Kabupaten Malang di Jawa Timur. Gunung Bromo merupakan salah satu gunung api aktif
di Indonesia. Gunung ini dikelilingi lembah, ngarai, dan kaldera atau lautan pasir.
Wakatobi merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara sekaligus salah satu
taman nasional di Tanah Air. Wakatobi merupakan taman nasional kehidupan bawah air
yang kaya dengan panorama terumbu karang.
9. Labuan Bajo
Labuan Bajo merupakan salah satu desa di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai
Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kawasan ini menawarkan balutan panorama
laut biru dengan bukit-bukit hijau.
10. Morotai
Pulau Morotai merupakan pulau paling utara Indonesia yang merupakan bagian dari
Kepulauan Halmahera, Maluku Utara. Morotai menawarkan keindahan pantai pasir putih
dengan paduan hutan lebat.