Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Tourism is travel for pleasure or business; also the theory and practice
of touring, the business of attracting, accommodating, and entertaining tourist,
and the business of operating tours. Pengertian ini dipahami bahwa pariwisata
adalah perjalanan untuk kesenangan atau bisnis perjalanan, atraksi, juga kegiatan
mengakomodasi dan menghibur turis. Penulis mengambil pengertian ini sebagi
alasan dasar untuk mengemukakan permasalahan utama dalam laporan ini,
bahwa pariwisata adalah sebuah industri modern yang sangat penting. Pariwisata
disebut industri karena di dalamnya ada ruang kerja, manajemen kerja, para
wisatawan, pemandu wisata, dan lain-lain.

Lebih dari itu, Penulis membaca bahwa jika industri pariwisata dipahami
dalam ruang lingkup sempit seperti ini, maka kepariwisataan belum menjadi
sebuah proyek yang berkelanjutan karena World Tourism Organization
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan sebesar 200%
terhadap angka kunjungan wisatawan dunia.1 Ini merupakan bentuk pariwisata
modern yang dipengaruhi sistem globalisasi dunia dengan interkoneksi antar
bidang kehidupan, bangsa, dan antar individu yang hidup di dalamnya.

Untuk itu, interkoneksi dimaksud bukan hanya berada dalam satu titik
pijak semata, melainkan dibuat sedemikian berdasarkan planning yang baik
untuk membangun pariwisata dalam jangka panjang. Tentu saja, lembaga
pendidikan semacam sekolah kejuruan harus menempatkan tourism dalam skala
terkecil menjuju sesuatu yang besar. Dalam arti, merujuk pada SMK Swasta
Katolik Syuradikara saat ini, pariwisata adalah komoditas dan kualitas yang
harus memiliki pengaruh besar bagi banyak orang karena posisi SMK Swasta

1
I Gusti Bagus Rai Utama, Pengantar Industri Pariwisata (Yogyakarta: Deepublish, 2014), p.
1.

1
Katolik Syuradikara saat ini adalah to be dan to have. Secara lebih khusus, SMK
Swasta Katolik Syuradikara sedang berjalan untuk menjadi dan untuk memiliki.
Pertama, apa yang perlu dijadikan atau diciptakan? Kedua, apa yang menjadi
milik SMK Swasta Katolik Syuradikara ke depan? Penulis mengajukan
pertanyaan sederhana bahwa sebagai sekolah pariwisata, maka apa yang mau
dibuat sekarang supaya pada waktunya apa yang dikerjakan itu dimiliki atau
dinikmati secara bersama?

Sambil berkaca pada setiap daerah dengan keunikan masing-masing,


khususnya merujuk pada kegiataAn Pelatihan Pemandu Wisata Kabupaten
Sumba Barat Daya, maka diperlukan strategi perencanaan untuk
memaksimalkan apa yang belum dimiliki sekolah ini karena berdasarkan
kebutuhan pelatihan ini yang diasosiasikan oleh Ikatan Alumni Syuradikara
(IAS), maka perencanaan untuk SMK Swasta Syuradikara Ende merupakan titik
tolak objek perhatian secara bersama.

Untuk itu, format pelatihan guide atau pemandu wisata di Tambolaka,


Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan kolaborasi secara menyeluruh di
dalam semua kabupaten yang ada di Sumba yang akan dijadikan referensi
aplikatif di dalam konteks Syuradikara (SMK Swasta Katolik Syuradikara
Ende). Penulis membaca bahwa ada kualitas yang bisa diandalkan jika gude skill
pun menjadi sebuah ‘mata pelajaran’ yang diajarkan secara kreatif dalam proses
belajar dan mengajar. Tentu saja, hal yang diharapkan ialah bahwa ketika para
student berhasil atau lulus dari sekolah ini, mereka adalah masa depan
kepariwisataan yang ada di Flores, bahkan di mana saja mereka berada.

Dalam hal ini, Yayasan Pendidikan Santo Paulus Ende dan SVD sebagai
kongregasi misi yang mengemban tugas misi pelayanan terhadap dunia
pendidikan, maka sebagai tanggung jawab bersama dalam menerapakan totalitas
kepariwisataan di sekolah kejuruan, laporan ini adalah sebuah pengamatan yang
(bukan) semata ilmiah, melainkan proyek pembelajaran jangka panjang atau
berkelanjutan (sustainable).

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam


bentuk pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik sebagai berikut.

Pertama, apa yang dimaksud dengan industri jasa pariwisata?

Kedua, Siapa yang bertanggung jawab atas jasa pariwisata itu sendiri?

Ketiga, bagaimana aplikasi model person atau individu dalam pariwisata


yang berkelanjutan ini diterapkan dalam konteks siswa-siswi SMK Swasta
Katolik Syuradikara?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari laporan kegiatan pelatihan pemandu wisata ini antara lain
adalah pertama, mempelajari model sederhana menjadi guide yang handal dan
berkualitas.

Kedua, mengaplikasikan model pelatihan tersebut ke dalam bentuk


konkrit dalam lembaga pendidikan SMK Swasta Syuradikara Ende.

Ketiga, menjadi guide atau pemandu wisata yang berkualitas.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat dari laporan ini adalah untuk menjadi bahan dasar
pembelajaran jangka panjang mengenai pariwisata dan seluk-beluknya. Lebih
jauh, laporan ini bermanfaat sebagai pegangang bagi siswa-siswi SMK Swasta
Katolik Syuradikara dalam proses belajar-mengajar dengan penekanan pada
bahasa Inggris sebagai bahasa yang harus dikuasi oleh students SMK Swasta
Syuradikara Ende.

1.5 METODE PENULISAN

Dalam menyelesaian laporan ini, penulis menggunakan metode


observasi lapangan dan juga kepustakaan. Melalui obseravasi, penulis
mengamati dan ikut ambil bagian dalam kegiatan Pelatiahan Pemandu Wisata

3
dan penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan Tourism sambil
menemukan beberapa referensi atau acuan yang jelas mengenai laporan ini.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Tulisan ini dibagi dalam 4 (empat) bab penting yang terdiri dari Bab I
Pendahuluan, Bab II Pembahasan, Bab III Laporan Kegiatan, dan Bab IV
Penutup.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INDUSTRI JASA PARIWISATA

Definisi tentang pariwisata yang berkembang di dunia saat ini sangat


beragam. Menurut Meis (1992), pariwisata adalah konsep yang perlu dipahami
untuk dianalisis dan sebagai bahan pengambilan keputusan.2 Hawkin dan
Ritchie (1991), sebagaimana ditulis oleh I Gusti Bagus, bahwa industri
perjalanan dan pariwisata menjadi nomor satu dalam penyediaan tenaga kerja
di Australia, Hongkong, Italia, Jamaika, Jepang, Singapura, United Kingdom,
dan Amerika.

Pada dasarnya, definisi pariwisata itu merujuk pada hal-hal sederhana


seperti budaya, seni, bahasa, cerita rakyat, lagu daerah, tarian daerah,
peninggalan bersejarah, dan lain sebagainya. Maka, untuk melihat secara lebih
spesifik, ada tiga dimensi dasar dalam pariwisata yakni sisi demand, suplay, dan
gabungan dari sisi demand dan sisi supplay.3 Katogori pertama merupakan
definisi pariwisata yang didekati dari sisi wisatwan yang sangat kental dengan
dimensi spasial, yakni tempat dan jarak. Sedangkan, kategori kedua dipandang
dari dimensi industri atau bisnis, sedangkan kategori ketiga dilihat dari dimensi
akademik dan sosial budaya.

2.1.1 Dimensi Spasial

Dimensi ini menekankan pariwisata pada pergerakan wisatawan ke


suatu tempat yang jauh dari lingkungan tempat kerjanya untuk waktu yang
sementara. Tourism is the temporary short-term movement of people to
destinations outside the palces where they normally live and work, and their
activities during their stay at these destinations. Namun, ini dipandang sebagai

2
Ibid., p. 14.
3
Ibid., p. 15.

5
bagian dari pariwisata dengan menempatkan dimensi waktu untuk perjalanan
yang dilakukan wisatawan, yang tidak lebih dari satu tahun berturut-turut.

2.1.2 Dimensi Industri dan Bisnis

Dimensi ini menekankan pariwisata sebaga indutri jasa dan bisnis yang
menghasilkan income atau pemasukan bagi pemerintah, masyarakat, dan para
pemandu wisata atau guide.

2.1.3 Dimensi Akademik dan Sosial Budaya

Dimensi akademik dan sosial budaya merupakan gabungan antara


demand dan supplay. Dalam arti bahwa, demand (permintaan, keperluan) dan
supply (penyediaan, perbekalan) dipadukan dalam satu kesatuan komponen
yang bersifat akademis dan sosial budaya. Artinya, secara akademis, pariwisata
membutuhkan person atau individu yang siap pakai dan memiliki kualitas yang
bagus dalam ilmu pengetahuan dan secara langsung bersinggungan dengan
pariwisata itu sendiri.

Kemudian, dari kualitas akademik yang dicapai, usaha untuk


mempertajam dan memperkuat person adalah dengan perbekalan yang baik dan
siap pakai secara industri. Sehingga, dimensi ini sungguh-sungguh menjadi
ujung tombak yang membuka peluang kerja nyata sebagai guide atau pemandu
wisata yang berkelas.

2.2 PEMANDU WISATA4

2.3.1 Definisi

Dari segi etimologis, wisata atau pramuwisata dalam bahasa Inggris


disebut Tour Guide, terdiri dari dua kata yaitu tour dan guide. Dalam Oxford
Advance Learner Dictionary, tour sebagai kata benda yang berarti perjalanan
yang bertujuan untuk bersenang-senang.

4
Mohammad Jumail, Teknik Pemanduan Wisata (Yogyakarta: ANDI, 2017), pp. 4-10.

6
Tour sebagai kata kerja berarti mengelilingi tempat sekitar. Gudie
sebagai kata benda berarti buku atau majalah; orang menunjukkan jalan ke suatu
tempat ke tempat yang lain, khususnya seorang yang ditugaskan menunjukkan
wisatawan mengenai tempat-tempat wisata di sekitarnya. Sedangkan, guide
sebagai kata kerja berarti menunjukkan jalan; memengaruhi perilaku, dan
membantu seseroang untuk bergerak.

Definisi lainnya, parmuwisata ialah seorang yang bertugas memberikan


bimbingan, penjelasan, dan petujuk tentang objek wisata di Indonesia serta
membantu segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan (Peraturan
Menparpostel Nomor: Km. 82/102-mppt/88).

Dalam artikel Jacobs (2007) yang berjudul How to Be the Best Tour
Guide on the Planet, bahwa menjadi pemandu wisata dilihat sebagai suatau
pekerjaan yang mewah, mengunjungi tempat-tempat eksotis, menikmati aneka
rasa makanan, hotel, pantai, dan semua hal yang menyenangkan. Sehingga
penekanan bagi pemandu wisata ialah know yourself, know your option.

2.3.2 Ruang Lingkup Kepemanduan Wisata

Berdasarkan ruang lingkup tugasnya, pemandu wisata dibagi menjadi


delapan jenis, yakni:

a. Pemandu Wisata Tetap ialah seorang yang bekerja pada biro


perjalanan wisata sebagai staf tetap dan digaji setiap bulannya.
Tugasnya ialah memandu tour, transfer kedatangan/keberangkatan,
tur dalam kota dan keluar kota, dan lainnya.
b. Pemandu Wisata Lepas ialah seorang yang bekerja untuk biro
perjalanan wisata untuk sementara atau paruh waktu dan dapat
bekerja juga di tempat yang lain. Tugasnya tidak jauh berbeda
dengan pemandu wisata tetap.
c. Pemandu Wisata Tur ialah seorang yang memandu para wisatawan
selama berlangsungnya perjalanan wisata dengan tugas yang tidak
jauh berbeda dengan pemandu tetap dan lepas.

7
d. Pemandu Wisata Lokal ialah seorang yang bekerja di objek wisata.
Tugasnya ialah memandu wisatawan yang mengunjungi objek
wisata di mana dia bekerja.
e. Pemandu Wisata Perorangan ialah seorang yang memandu tur
perorangan. Tugasnya sama tetapi penekanan pada person atau
perorangan.
f. Pemandu Wisata Kelompok ialah seorang yang memimpin tur dalam
negeri. Tugasnya sama tetapi penekanan pada kelompok atau grup.
g. Pemandu Wisata Domestika ialah seorang yang memimpin tur
dalam negeri dengan berpijak pada wisatawan domestik. Tugas dan
tanggung jawabnya tidak jauh berebeda dengan sebelumnya.
h. Pemandu Wisata untuk Wisatawan Asing ialah seorang yang
bertugas untuk memimpin atau memandu wisatawan asing.
Tugasnya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, namun penekanan
pada wisatawan asing.

2.3.3 Persyaratan sebagai Pemandu Wisata

Persyaratan sebagai pemandu wisata secara legal formal berdasarkan


Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan ditetapkan syarat-
syarat sebagai berikut:

a. WNI.
b. Sekurang-kurangnya berusia 18 tahun.
c. Mampu berbicara bahasa Indonesia dengan lancar.
d. Kemampuan menguasai satu bahasa asing dengan lancar.
e. Kemampuan mengetahui dan menceritakan kebudayaan, tempat
sejarah, objek wisata, dan pengetahuan umum lainnya.

Hal penting yang juga diperhatikan ialah kesehatan secara jasmani dan
rohani, fisik dan mental, stamina prima dan kuat, layak dan tidak layak.

8
2.3.4 Peran, Fungsi, Tanggung Jawab, dan Kewajiban Pemandu Wisata

Sahin dan Balta (2007:213), sebagaimkana dikutip Jamil, bahwa


pemandu wisata akan memainkan peran penting dalam membuat kepuasan
pengalaman wisatwan dalam perjalanan dan menciptakan citra positif
negaranya di benak para wisatawan serta mempromosikan potensi pariwisata
suatau negara.

Pemandu wisata harus berperan sebagai instrumental leadership roles,


social leadership roles, interactionary mediatory role, communicator resources
role, dan the resources management roles baik sebagi motivator dan interpreter.

Lebih jauh, fungsi dan tanggung jawab pemandu wisata adalah sebagai
motivator, instructor, interpreter, leader, host culture (tuan pemilik budaya)
dimana tanggung jawabnya ialah:

1. Menjamin kepuasan berlibur wisatawan secara total


2. Menjamin terlaksananya tur sesuai dengan yang dipromosikan.
3. Memberikan serangkaian informasi kepada wisatawan.
4. Bekerja sama dengan Biro Perjalanan Wisata (BPW) untuk
menjamin suksesnya tur.
5. Memimpin pengantaran tamu untuk check-in dan check-out di hotel.
6. Membuat laporan perjalanan.

9
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

3.1 DAY 1

Hari pertama dibuka dengan berbagai sambutan oleh yang mewakili


pemerintah, William and Lili Foundation, IAS, dan Sumba Hospitality.
Kegiatan ini dibuka dengan resmi oleh Wakil Bupati Sumba Barat Daya. Hadir
dalam kegiatan ini, para pers dan para undangan-undangan.

Selanjutnya, pembuka kegiatan ini dimulai dneganj sebuah permainan


sederhana sebagai model tantangan atau konsekuensi yang bisa dihadapi dalam
dunia pariwisata itu sendiri. Consequence of Meeting Different Cultures seperti
Culture Shock, dan lainnya.

3.2 DAY 2

Hari ketiga ini dijelaskan soal bagaimana seorang pemandu wisata harus
memahami “yang boleh” dan “yang tidak boleh” atau DO’S and DONT’S.
Mengingat bahwa dalam tur, ada banyak kendala atau kesulitan yang dihadapi
oleh guide atau pemandu wisata, maka seorang pemandu wisata harus terampil
dalam menguasai budaya, adat, seni, dan lain-lain dengan menjelaskan perihal
DO’S dan DONT’S kepada wisatawan supaya tidak terjadi hal-hal buruk ketika
mengunjungi suatu tempat atau objek wisata.

3.3 DAY 3

Berdasarkan video rekaman proses Guide Skill, peserta Tour Guide


saling mengoreksi perihal-perihal berikut ini: First, Content: Structure, well-
organized, Related Ideas. The second, Body Language: Confident, Eye
Contact. Third, Atitude: Enthusiasm, Voice. Fourth, Language: Effective,
Diction.

10
After the disscusion, continued with practice about guide skill. One by
one of us must be a guide and or the tourist. This process about how to be a
guide man, you must be smart, creative, good teller/speaker.

Lebih jauh, jika ada kesalahan atau kekurangan, maka teman-teman


guide senior menambahkan berdasarkan pengalaman meraka. Sangat menarik
karena hadir dalam kegiatan ini Mr. Robertus dan Mrs. Helena yang ikut masuk
ambil bagian dalam kegiatan ini.

3.4 DAY 4

Day 5 ini, panitia memberikan tugas yang semakin menantang


dengan suruhan sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi:
a. Apa saja potensi-potensi wisata daerah atau kabupten?
b. Apa saja potensi kendala yang dihadapi atau ditemukan?
c. Aturan-aturan (DO’S AND DON’TS) dalam setiap potensi
yang ditemukan?
2. Membuat Mind Mapping and Itinerary Programme sambil
mempertimbangkan aspek keberlanjutannya.
3. Untuk masing-masing orang atau per individu: diminta untuk
menemukan potensi tour yang baru (belum terpaktekan) di
tempat wisata yang dikunjungi.

Hari keempat disiapkan untuk terjuan ke lapangan dimana pemandu


wisata dibagi ke dalam kelompok-kelompok (4 kelompok). Masing-masing
kelompok dipilih satu orang sebagai pemandu lokal sedangkan para pemandu
wisata yang lain berperan sebagai turis. Pada moment ini, seluruh proses
berjalan tanpa perencanaan seperti menyusun mind mapping dan itenerary
programe. Mengenai mind mapping dan itenerary program.

Tujuan tempat perjalanan ini ialah kampung adat di Ratenggaro, Sumba


Barat Daya. Perjalanan menuju ke kampung ini ditempuh dalam waktu 1,5 jam.

11
3.5 DAY 5

Game tentang penyampaian informasi dan membawakan persentasi


kelompok. Pertama, Mengenai permainan ini, masing-masing kelompok
diberikan kalimat kemudian dibisikkan kepada teman yang satu dengan yang
lain. Setelah selesai permainan ini, evaluasi tentang kesulitan yang ditemukan
selama permainan. Kedua, kegiatan dilanjutkan dengan persentasi.

a. Persentasi Kelompok Sumba Timur (Grup 1)


Solusi: menyampaikan kepada turis untuk memberikan soft
skill berupa benda yakni bukan uang, misalnya buku tulis, dan
lainnya tetapi melalui sponsor atau lembaga tertentu di daera wisata
bersangkutan.
b. Persentasi Kelompok Sumba Timur (Grup 2)
Bentuk kelapa yang unik, bentuk pohon manggrove yang
seperti wanita yang menari, pasir putih yang luas, bintang laut yang
banyak, hutan cemara di area pantai.
Potensi kendala, tidak adanya karcis masuk dan aturan yang
mengatur tempat tersebut. Soal DO’S dan DONT’S diperhatikan
secara baik. Kemudian, ada hal yang belum diekspos secara baik
yakni Kampung Raja dengan keturunan mereka. Ada juga tenun ikat
dan proses membuat tenunannya, kerajinan tangan, pacuan kuda,
dan lainnya.
Seribu kampung dan seribu bangsawan dengan pola
kehidupan adat yang kental sehingga mempersulit pendidikan
karena adat yang
c. Persentasi Kelompok Sumba Tengah (Grup 1)
Mengidentifikasikan hal-hal seperti Batu Mimbar untuk
agama Merapu yang sudah tua (The old stone/altar of the Merapu
religion). Hal yang boleh/DO’S dan tidak boleh/DONT’S juga
diperhatikan atau dijaga secara baik.

12
d. Persentasi Kelompok Sumba Tengah (Grup 2)

Hal-hal yang menjadi potensi: anyaman tempat siri pinang,


lagu atau syair dalam bercocok tanam sambil bergotong royong, gua
tempat berdoa atau melakukan acara, ada permainan gasing oleh
anak-anak, cerita rakyat, dan lainnya.

Kemudian, hal-hal yang tidak dilakukan atau DO’S sangat


bervariasi. Misalnya, tidak boleh mendahului Rato, tidak mengambil
gambar pada rumah adat tertentu, tidak boleh mengambil barang dan
membawa pulang benda atau barang tertentu di tempat yang
dikunjungi.

e. Persentasi Kelompok Sumba Barat


Hal-hal yang menjadi perhatian adalah: soal fasilitas umum,
SDM, dan lain-lain.
Ada pun beberapa anjuran antara lain: Dancing Tour, Horse
Riding, Cooking Class, Taking Picture, Making the traditional
Clothes, memakai pakaian adat Sumba, penginapan yang disiapkan
secara baik, misalnya di rumah warga, atau bisa dibuat Post Card
dengan beberapa point-point penting soal kekhasan di masing-
masing rumah adat. Tentu saja, hal yang paling utama ialah soal cost
atau pembayaran yang perlu diakomodasikan secara baik.
Terobosan yang bisa dibuat secara baik ialah soal kreativitas
dalam menyusun mind mapping. Dalam arti, ada banyak
kemungkinan yang bisa dilakukan secara baik. Hal yang belum ada
misalnya, kalender event dengan kegiatan-kegiatan yang
dijadwalkan secara baik.
Anjuran dan masukan dari forum: misalnya, Pasola yang
memiliki waktu atau masa yang tidak menentu. Jadi, dibutuhkan
jadwal yang benar-benar bisa dijalankan secara baik. Hal yang
terpenting, hal lain selain Pasola, bisa disiasati dengan
mempertimbangkan

13
f. Persentasi Kelompok Sumba Barat Daya

Potensi wisata seperti budaya, parang tradisional, tarian,


kampung, air terjun, gunung, dan ada yang belum terekspose seperti
salah satu gunung di Sumba yakni Gunung. Ada banyak hal yang
bisa dilihat misalnya unggas dan satwa-satwa yang ada. Ada juga
tangga alam, kerbau liar, mata air, lintah, dan berbagai hal yang bisa
ditemukan atau dilihat.

Anjuran dan masukan dari forum: apa bisa melibatkan tourist


untuk terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan. Misalnya, ada
penanaman kembali tumbuhan atau pohon jangka panjang.

Hal lain seperti kekhasan yang dimiliki di kampung seperti


pembuatan gula merah yang khas, atau ritual makan panen baru.
Contoh Mind Mapping yang kreatif, misalnya paket 2 hari 1 malam
dengan aktivitas-aktivitas yang terorganisir, seperti minum kopi
sambil menunggu sunset, horse riding, belajar membuat patung khas
orang Sumba, mengikuti ritual berburuh di bulan Oktober (Umbu
Koba), camping, menyusuri sungai, climbing. Jadi, masyarakat bisa
membuat perkawinan budaya dan alam.

g. Tugas dari Panitia Pelaksana

Pertama, mendiskusikan poin-poin penting secara bersama


dan mengidentifikasikan potensi-potensi yang ada. tidak boleh
mengulang lagi hal-hal yang sudah dipersentasikan. Artinya, hal-hal
yang siap dijalankan atau dikerjakan secara bersama dengan
mempertimbangkan semua masukan-masukan baru. Kedua,
diperlukan rekomendasi yang baik untuk memperbaiki apa yang
belum baik dan mempertahanka apa yang sudah ada atau dimiliki
secara bersama-sama.

14
3.6 DAY 6

Hari keenam merupakan diskusi antara semua kalangan. Di sini,


peserta Pemandu Wisata mempersentasikan semua pengetahuan tentang
pariwisata di depan pers, undangan dari tempat atau kampung adat, tokoh
masyarakat, dan lainnya.

Dalam proses diskusi ini, ada banyak masukan dan harapan yang
datang dari masyarakat.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dengan mengikuti kegiatan Pelatihan Pemandu Wisata ini, maka


sebagai kesimpulan yang bisa dijadikan pegangan bersama ialah sebagai
berikut. Pertama, kegiatan ini adalah proses belajar dan saling melengkapi
antara pemandu wisata yang satu dengan yang lainnya. Kedua, isi dan
maksud dari kegiatan ini ialah bagaimana pemandu wisata benar-benar
menjadi tour guide yang handal dan mampu membaca kepariwisataan dalam
jangka waktu yang panjang atau berkelanjutan.

Ketiga, ada model Mind Mapping yang harus dirancang secara


bersama atau pun person untuk melakukan sekali perjalanan wisata.
Pemetaan pikiran ini sebagai pegangan bagi pemandu wisata dan juga bagi
wisatawan supaya informasi soal tur perjalanan dan semua yang akan
dialamai selama sehari bisa diketahui secara bersama.

Keempat, pelatihan ini menjadi pijakan supaya lembaga pendidikan


SMK Swasta Katolik Syuradikara bisa belajar mewujudnyatakan kegiatan
ini dalam konteks Ende secara khusus dan Flores secara umum. Artinya,
seluruh proses pelatihan ini adalah refrensi praktis yang dipakai untuk
melatih students menjadi pemandu wisata yang baik dan berpengalaman.

4.2 USUL DAN SARAN

Penulis memberi usulan dan saran sebagai berikut: pertama, SMK


Swasta Syuradikara harus memasukan Skill Guide sebagai bagian dari
kegiatan ekstra sekolah. Kegiatan ini dilakukan dua kali (2x) dalam
seminggu sebagai bentuk implementasi dan aplikasi praktis.

16
3.1 LAMPIRAN
Foto 1

(This is a simple card game for understanding about tourism. How to play
well, and find the difficulties of the game. It’s really amazing.)

Foto 2:

(The persentation about DO’S and DONT’S)

17
Foto 3:

(IAS, Panitia dari Viavia Yogyakarta berpose bersama Wakil Bupati


Sumba Barat Daya)

Foto 4:

(Menebak gambar atau foto sambil menemukan profesi atau jabatan orang
atau person di dalam gambar atau foto)

18
DAFTAR PUSTAKA

Jumail, Mohammad. Teknik Pemanduan Wisata. Yogyakarta: ANDI, 2017.

Rai Utama, Bagus I Gusti. Pengantar Industri Pariwisata. Yogyakarta: Deepublish,


2014.

19

Anda mungkin juga menyukai