PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tourism is travel for pleasure or business; also the theory and practice
of touring, the business of attracting, accommodating, and entertaining tourist,
and the business of operating tours. Pengertian ini dipahami bahwa pariwisata
adalah perjalanan untuk kesenangan atau bisnis perjalanan, atraksi, juga kegiatan
mengakomodasi dan menghibur turis. Penulis mengambil pengertian ini sebagi
alasan dasar untuk mengemukakan permasalahan utama dalam laporan ini,
bahwa pariwisata adalah sebuah industri modern yang sangat penting. Pariwisata
disebut industri karena di dalamnya ada ruang kerja, manajemen kerja, para
wisatawan, pemandu wisata, dan lain-lain.
Lebih dari itu, Penulis membaca bahwa jika industri pariwisata dipahami
dalam ruang lingkup sempit seperti ini, maka kepariwisataan belum menjadi
sebuah proyek yang berkelanjutan karena World Tourism Organization
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan sebesar 200%
terhadap angka kunjungan wisatawan dunia.1 Ini merupakan bentuk pariwisata
modern yang dipengaruhi sistem globalisasi dunia dengan interkoneksi antar
bidang kehidupan, bangsa, dan antar individu yang hidup di dalamnya.
Untuk itu, interkoneksi dimaksud bukan hanya berada dalam satu titik
pijak semata, melainkan dibuat sedemikian berdasarkan planning yang baik
untuk membangun pariwisata dalam jangka panjang. Tentu saja, lembaga
pendidikan semacam sekolah kejuruan harus menempatkan tourism dalam skala
terkecil menjuju sesuatu yang besar. Dalam arti, merujuk pada SMK Swasta
Katolik Syuradikara saat ini, pariwisata adalah komoditas dan kualitas yang
harus memiliki pengaruh besar bagi banyak orang karena posisi SMK Swasta
1
I Gusti Bagus Rai Utama, Pengantar Industri Pariwisata (Yogyakarta: Deepublish, 2014), p.
1.
1
Katolik Syuradikara saat ini adalah to be dan to have. Secara lebih khusus, SMK
Swasta Katolik Syuradikara sedang berjalan untuk menjadi dan untuk memiliki.
Pertama, apa yang perlu dijadikan atau diciptakan? Kedua, apa yang menjadi
milik SMK Swasta Katolik Syuradikara ke depan? Penulis mengajukan
pertanyaan sederhana bahwa sebagai sekolah pariwisata, maka apa yang mau
dibuat sekarang supaya pada waktunya apa yang dikerjakan itu dimiliki atau
dinikmati secara bersama?
Dalam hal ini, Yayasan Pendidikan Santo Paulus Ende dan SVD sebagai
kongregasi misi yang mengemban tugas misi pelayanan terhadap dunia
pendidikan, maka sebagai tanggung jawab bersama dalam menerapakan totalitas
kepariwisataan di sekolah kejuruan, laporan ini adalah sebuah pengamatan yang
(bukan) semata ilmiah, melainkan proyek pembelajaran jangka panjang atau
berkelanjutan (sustainable).
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Kedua, Siapa yang bertanggung jawab atas jasa pariwisata itu sendiri?
Tujuan dari laporan kegiatan pelatihan pemandu wisata ini antara lain
adalah pertama, mempelajari model sederhana menjadi guide yang handal dan
berkualitas.
3
dan penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan Tourism sambil
menemukan beberapa referensi atau acuan yang jelas mengenai laporan ini.
Tulisan ini dibagi dalam 4 (empat) bab penting yang terdiri dari Bab I
Pendahuluan, Bab II Pembahasan, Bab III Laporan Kegiatan, dan Bab IV
Penutup.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ibid., p. 14.
3
Ibid., p. 15.
5
bagian dari pariwisata dengan menempatkan dimensi waktu untuk perjalanan
yang dilakukan wisatawan, yang tidak lebih dari satu tahun berturut-turut.
Dimensi ini menekankan pariwisata sebaga indutri jasa dan bisnis yang
menghasilkan income atau pemasukan bagi pemerintah, masyarakat, dan para
pemandu wisata atau guide.
2.3.1 Definisi
4
Mohammad Jumail, Teknik Pemanduan Wisata (Yogyakarta: ANDI, 2017), pp. 4-10.
6
Tour sebagai kata kerja berarti mengelilingi tempat sekitar. Gudie
sebagai kata benda berarti buku atau majalah; orang menunjukkan jalan ke suatu
tempat ke tempat yang lain, khususnya seorang yang ditugaskan menunjukkan
wisatawan mengenai tempat-tempat wisata di sekitarnya. Sedangkan, guide
sebagai kata kerja berarti menunjukkan jalan; memengaruhi perilaku, dan
membantu seseroang untuk bergerak.
Dalam artikel Jacobs (2007) yang berjudul How to Be the Best Tour
Guide on the Planet, bahwa menjadi pemandu wisata dilihat sebagai suatau
pekerjaan yang mewah, mengunjungi tempat-tempat eksotis, menikmati aneka
rasa makanan, hotel, pantai, dan semua hal yang menyenangkan. Sehingga
penekanan bagi pemandu wisata ialah know yourself, know your option.
7
d. Pemandu Wisata Lokal ialah seorang yang bekerja di objek wisata.
Tugasnya ialah memandu wisatawan yang mengunjungi objek
wisata di mana dia bekerja.
e. Pemandu Wisata Perorangan ialah seorang yang memandu tur
perorangan. Tugasnya sama tetapi penekanan pada person atau
perorangan.
f. Pemandu Wisata Kelompok ialah seorang yang memimpin tur dalam
negeri. Tugasnya sama tetapi penekanan pada kelompok atau grup.
g. Pemandu Wisata Domestika ialah seorang yang memimpin tur
dalam negeri dengan berpijak pada wisatawan domestik. Tugas dan
tanggung jawabnya tidak jauh berebeda dengan sebelumnya.
h. Pemandu Wisata untuk Wisatawan Asing ialah seorang yang
bertugas untuk memimpin atau memandu wisatawan asing.
Tugasnya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, namun penekanan
pada wisatawan asing.
a. WNI.
b. Sekurang-kurangnya berusia 18 tahun.
c. Mampu berbicara bahasa Indonesia dengan lancar.
d. Kemampuan menguasai satu bahasa asing dengan lancar.
e. Kemampuan mengetahui dan menceritakan kebudayaan, tempat
sejarah, objek wisata, dan pengetahuan umum lainnya.
Hal penting yang juga diperhatikan ialah kesehatan secara jasmani dan
rohani, fisik dan mental, stamina prima dan kuat, layak dan tidak layak.
8
2.3.4 Peran, Fungsi, Tanggung Jawab, dan Kewajiban Pemandu Wisata
Lebih jauh, fungsi dan tanggung jawab pemandu wisata adalah sebagai
motivator, instructor, interpreter, leader, host culture (tuan pemilik budaya)
dimana tanggung jawabnya ialah:
9
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
3.1 DAY 1
3.2 DAY 2
Hari ketiga ini dijelaskan soal bagaimana seorang pemandu wisata harus
memahami “yang boleh” dan “yang tidak boleh” atau DO’S and DONT’S.
Mengingat bahwa dalam tur, ada banyak kendala atau kesulitan yang dihadapi
oleh guide atau pemandu wisata, maka seorang pemandu wisata harus terampil
dalam menguasai budaya, adat, seni, dan lain-lain dengan menjelaskan perihal
DO’S dan DONT’S kepada wisatawan supaya tidak terjadi hal-hal buruk ketika
mengunjungi suatu tempat atau objek wisata.
3.3 DAY 3
10
After the disscusion, continued with practice about guide skill. One by
one of us must be a guide and or the tourist. This process about how to be a
guide man, you must be smart, creative, good teller/speaker.
3.4 DAY 4
1. Mengidentifikasi:
a. Apa saja potensi-potensi wisata daerah atau kabupten?
b. Apa saja potensi kendala yang dihadapi atau ditemukan?
c. Aturan-aturan (DO’S AND DON’TS) dalam setiap potensi
yang ditemukan?
2. Membuat Mind Mapping and Itinerary Programme sambil
mempertimbangkan aspek keberlanjutannya.
3. Untuk masing-masing orang atau per individu: diminta untuk
menemukan potensi tour yang baru (belum terpaktekan) di
tempat wisata yang dikunjungi.
11
3.5 DAY 5
12
d. Persentasi Kelompok Sumba Tengah (Grup 2)
13
f. Persentasi Kelompok Sumba Barat Daya
14
3.6 DAY 6
Dalam proses diskusi ini, ada banyak masukan dan harapan yang
datang dari masyarakat.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
16
3.1 LAMPIRAN
Foto 1
(This is a simple card game for understanding about tourism. How to play
well, and find the difficulties of the game. It’s really amazing.)
Foto 2:
17
Foto 3:
Foto 4:
(Menebak gambar atau foto sambil menemukan profesi atau jabatan orang
atau person di dalam gambar atau foto)
18
DAFTAR PUSTAKA
19