Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH SOSIOLOGI PARIWISATA

DAMPAK SOSIAL BUDAYA PARIWISATA

OLEH :
KELOMPOK 6
Reinaldo Natan Tanaya (21101042)
Indra Budiarta (21101106)
Ilham (21101041)

Program Studi S1 Pariwisata


Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas perkuliahan yang diberikan. Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pariwisata yaitu Bapak
Dr.Fathurrahim,M.Pd. sebagai dosen pengajar yang telah meluangkan waktu untuk mengajar
kami mahasiswa pariwisata Angkatan 2021. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat berharap kepada para pembaca
untuk bersedia menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Harapan penulis dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya, terima
kasih.

Mataram, 16 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
2.1 pariwisata dan eksistensi organisasi sosial ....................................................................... 3
2.2 Pariwisata dan Mobilitas Sosial ....................................................................................... 4
BAB III ...................................................................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah kegiatan multiusaha atau mencakup bermacam-macam bidang kegiatan.


Keragaman bidang kegiatan tersebut ditunjukkan dalam bentuk industri/usaha berskala besar,
sedang maupun kecil. Semua bidang tersebut tergambar dalam bentuk produk pelayanan jasa
dan barang untuk memenuhi kebutuhan kepariwisataan. Begitu banyak ragam dan bentuk
usaha kegiatan pariwisata sehingga nama usaha layanan itu berlabel alfabetik dari A sampai
dengan Z. Pariwisata juga merupakan kegiatan sosial yang dilakukan dan dihasilkan oleh
berbagai lembaga, organisasi, asosiasi, dan kelompok masyarakat yang memiliki fungsi atau
menjalankan fungsi-fungsi serta berdampak sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya
terhadap individu, kelompok sosial, dan masyarakat luas lainnya. Dewasa ini kegiatan
pariwisata berkembang secara luas, merasuk ke dalam kehidupan individu dan masyarakat di
seluruh dunia. Persebaran kegiatan kepariwisataan makin meluas, di perkotaan, pedesaan,
pegunungan, pantai, pinggiran hutan, dan sebagainya. Kegiatan sosial yang digerakkan oleh
industri pariwisata telah berkembang cepat dan mengundang ketertarikan bagi penyelidikan
dan pengamatan. Sosiologi sangat tertarik untuk ambil bagian dalam mempelajari pariwisata.
Sifat multibidang dari pariwisata juga mengundang daya tarik bagi disiplin-disiplin ilmu yang
lain. Dari catatan dinyatakan bahwa sejumlah disiplin ilmu memiliki perhatian dan melakukan
pendekatan terhadap studi pariwisata, yaitu pendidikan, administrasi hotel dan restoran,
transportasi, bisnis, hukum, pemasaran, perencanaan kota dan regional, pertamanan dan
rekreasi, pertanian, ekologi, geografi, politik, antropologi, psikologi, ekonomi dan sosiologi.
Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata memiliki bidang kegiatan yang luas dan kompleks yang
merasuki aspek-aspek kehidupan manusia. Pendekatan sosiologis tentang pariwisata mencoba
melihat hubungan antara kekuatan (potensi) pariwisata, yaitu orang, kelompok, organisasi/
badan usaha kepariwisataan dan masyarakat serta objek dan daya tarik wisata, organisasi,
kelembagaan pemerintah juga mobilitas sosial yaitu kunjungan wisatawan ke daerah-daerah
tujuan wisata. Analisis terhadap kekuatan, mutu dan karakteristik pelayanan wisata, organisasi,
kelembagaan, interaksi sosial dari lembaga pelayanan, serta permasalahan memiliki hubungan
dengan sistem pengembangan pariwisata. Kajian dan analisis sosiologis mengenai
kepariwisataan dilakukan melalui kegiatan mendeskripsikan, menjelaskan, dan memahami hal-
hal terkait fenomena, permasalahan maupun perkembangan bidang kepariwisataan.
Kemajuan teknologi terutama di bidang komunikasi dan transportasi telah mempermudah
mobilitas manusia antar ruang. Daerah-daerah yang belum pernah diketahui, diinginkan untuk
diketahui, dikunjungi dan dikagumi. Lewat media massa, surat kabar, radio, televisi
memungkinkan pengenalan daerah lain yang belum pernah dikenal, dikenal secara tidak
langsung. Dengan alat-alat transportasi yang semakin berkembang memungkinkan kunjungan
langsung ke objek, maupun pergaulan antar manusia menjadi semakin meningkat frekuensinya.
Sesungguhnya mobilitas keruangan bukan merupakan gejala baru dalam sejarah kehidupan
manusia. Gerakan manusia antar daerah, pulau, negara sudah dikenal sejak lama, datangnya
orang dari daratan Asia, Eropa ke Indonesia merupakan bukti sejarah. Perjalanan armada
Sultan Agung ke Batavia, armada Pejajaran ke Majapahit, dan masih banyak lagi contoh lain.
Gerakan manusia antar daerah, pulau, ataupun benua tentu mempunyai motif yang berbeda-

1
beda. Ada yang bermotif penyiaran agama, perdagangan, penguasaan daerah, persahabatan dan
masih banyak lagi, yang kadang-kadang bersifat amat pribadi. Tidak sedikit juga perjalanan itu
tidak jelas tujuannya. Gelombang perjalanan manusia antar ruang ini menjadi semakin
.meningkat jumlahnya sejak abad ke-19, yaitu bersamaan dengan perkembangan teknologi
modern. Perjalanan yang mereka lakukan dalam rangka ingin mengetahui daerah baru untuk
tujuan tertentu, atau sekedar mencari pengalaman baru, kepuasan, kesegaran Jasmani dan
rohani. Gerakan manusia semacam ini sering disebut sebagai pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumus permasalahan dalam tulisan ini ialah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pariwisata dan eksistensi organisasi sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan pariwisata dan mobilitas sosial?

1.3 Tujuan

Tujuan makalah ini ialah untuk mengetahui pariwisata dan eksistensi organisasi sosial serta
pariwisata dan mobilitas sosial.

1.4 Manfaat

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pariwisata dan eksistensi


organisasi sosial serta pariwisata dan mobilitas sosial.

2
BAB II

ISI
Di Indonesia, istilah pariwisata digunakan dalam suatu percakapan oleh mendiang Presiden
Soekarno yang memiliki padanan kata dengan tourism atau turisme. Arti kata pariwisata atau
turisme sering kali dekat dengan caracara dan makna dari orang-orang yang menggunakan
istilah tersebut. Secara etimologis pariwisata terdiri dari kata wisata yang berarti perjalanan
(traveling); kata wisatawan yaitu orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan
(travelers), dan kepariwisataan yaitu hal, kegiatan atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan pariwisata. Sifat kegiatan pariwisata adalah sosial, ekonomi, kebudayaan yang timbul
sebagai efek dari perjalanan wisata. Aspek yang berhubungan dengan pariwisata adalah
manusia, tempat/ruang, dan waktu. Manusia adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan perjalanan dan yang melayani atau menyediakan layanan kebutuhan perjalanan
wisata. Tempat atau ruang adalah tempat atau daerah tujuan wisata, lokasi objek dan daya tarik
wisata yang dikunjungi wisatawan. Dan waktu adalah waktu luang (leisure time) atau hari-hari
libur yang tersedia dan digunakan untuk dan selama perjalanan wisata.
2.1 pariwisata dan eksistensi organisasi sosial

Organisasi merupakan ajang ekspresi diri bagi setiap remaja terutama para pelajar, baik
siswa maupun mahasiswa. Jadi, tak heran jika banyak remaja yang berminat untuk bergabung
dalam suatu organisasi tertentu. Meski demikian ada hal penting yang harus diperhatikan dalam
berkecimpung dalam suatu komunitas, yaitu eksistensi. Tidak mudah untuk menjaga
eksistensinya suatu komunitas dengan latar belakang anggota yang berbeda-beda.
Pariwisata merupakan kegiatan sosial yang dilakukan dan dihasilkan oleh berbagai
lembaga, organisasi, asosiasi, dan kelompok masyarakat yang memiliki fungsi atau
menjalankan fungsi-fungsi serta berdampak sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya
terhadap individu, kelompok sosial, dan masyarakat luas lainnya. Dewasa ini kegiatan
pariwisata berkembang secara luas, merasuk ke dalam kehidupan individu dan masyarakat di
seluruh dunia. Persebaran kegiatan kepariwisataan makin meluas, di perkotaan, pedesaan,
pegunungan, pantai, pinggiran hutan, dan sebagainya. Kegiatan sosial yang digerakkan oleh
industri pariwisata telah berkembang cepat dan mengundang ketertarikan bagi penyelidikan
dan pengamatan. Sosiologi sangat tertarik untuk ambil bagian dalam mempelajari pariwisata.
Sifat multibidang dari pariwisata juga mengundang daya tarik bagi disiplin-disiplin ilmu yang
lain.
Pendekatan sosiologis tentang pariwisata mencoba melihat hubungan antara kekuatan
(potensi) pariwisata, yaitu orang, kelompok, organisasi/ badan usaha kepariwisataan dan
masyarakat serta objek dan daya tarik wisata, organisasi, kelembagaan pemerintah juga
mobilitas sosial yaitu kunjungan wisatawan ke daerah-daerah tujuan wisata. Analisis terhadap
kekuatan, mutu dan karakteristik pelayanan wisata, organisasi, kelembagaan, interaksi sosial
dari lembaga pelayanan, serta permasalahan memiliki hubungan dengan sistem pengembangan
pariwisata. Kajian dan analisis sosiologis mengenai kepariwisataan dilakukan melalui kegiatan
mendeskripsikan, menjelaskan, dan memahami hal-hal terkait fenomena, permasalahan
maupun perkembangan bidang kepariwisataan.

3
Pada beberapa daerah, pariwisata dikatakan telah menghancurkan sifat–sifat kolektivitas
masyarakat, menurunnya self conformity digeser oleh individualisme pragmatis, namun ini
tidak sepenuhnya benar, dapat dilihat dari kasus Bali. Steven Lansing (1974) secara
meyakinkan menyimpulkan bahwa”solidaritas banjar” di daerah–daerah pariwisata di Bali
tidak berubah (artinya tidak melemah) dibandingkan dengan sebelum kedatangan wisatawan.
Organisasi sosial seperti desa pekraman dengan banjarnya, subak (organisasi petani pengelola
air), pemaksaan (organisasi keagamaan yang berhubungan dengan sebuah pura atau benda
keramat lainnya) masih tetap kokoh dengan berbagai sifat ke”Bali”annya. Dari penelitian di
Ubud, Sudiarmawan (1994) melaporkan bahwa desa adat dan banjar adat berkembang di Ubud
justru bertambah kuat dengan berkembangnya pariwisata. Sanksi sosial (rasa malu) dalam
masyarakat Bali masih sangat kuat. Hal ini dapat dilihat misalnya dari denda yang dikenakan
kepada anggota banjar yang tidak hadir dalam kegiatan banjar/ desa adat. Dari penelitian di
Desa adat Sangeh, yang mengelola hutan wisata alas pala, Geriya (1993) menyimpulkan bahwa
desa adat justru bertambah kuat dengan kemajuan pariwisata karena dana yang diperoleh dari
pendapatan pariwisata dapat digunakan untuk membangun desa.
2.2 Pariwisata dan Mobilitas Sosial

Greenwood (1972) mengatakan bahwa pariwisata mempunyai dampak yang sangat besar
terhadap mobilitas vertikal. Perkembangan ekonomi yang disebabkan oleh pariwisata
menyebabkan tumbuhnya kelas-kelas menengah baru, yang senantiasa ada dalam situasi
kompetisi dengan kelas menengah yang telah ada sebelumnya. Stratifikasi yang sebelumnya
berdasarkan darah dan keturunan beralih kepada dasar-dasar baru yang lebih mengutamakan
aspek aspek ekonomi. Contoh lainnya di Bali, literatur lama menyatakan bahwa masyarakat
Bali tersusun atas kelas-kelas sosial kasta yang sangat hierarkis yang disebut kasta, dengan
bergesernya dominasi stratifikasi ke arah ekonomi sehingga teori kasta (Brahmana, Ksatria,
Wesya dan Sudra) tidak berlaku lagi. Gelar-gelar kebangsawanan tidak bermakna apa–apa
dalam kehidupan sosial ekonomi, dalam arti bahwa kasta tidak mempunyai hubungan apa-apa
dengan “hak-hak isitimewa” dalam kehidupan sehari-hari.
Arus perjalanan manusia antar ruang menjadi semakin meningkat jumlahnya sejak abad
ke-19. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi modem. Dari perjalanan
manusia yang beragam tujuannya itu satu di antaranya adalah pariwisata. Mobilitas semacam
ini jelas mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Objek pariwisata dapat berupa
bentang alam seperti pegunungan yang indah, laut dan lain-lain., bentang budi daya seperti
hutan wisata bendungan dan lain-lain. Aspek budaya misalnya adat dan upacara sakral, dapat
menjadi daya tarik wisatawan. Potensi Objek wisata tersebut masih perIu dikembangkan. dan
terkait dengan kepentingan tersebut adalah pengelolaan pariwisata yang meliputi pengelola
fasilitas dan jasa, masyarakat setempat

4
dan Pemda. Pengembangan kepariwisataan di Indonesia, apabila dibandingkan dengan apa
yang telah dicapai oleh sejumlah negara Asia yang lain masih perlu mendapatkan penanganan
yang serius, demi peningkatan devisa yang saat ini amat diperlukan.
Kemajuan teknologi terutama di bidang komunikasi dan transportasi telah mempermudah
mobilitas manusia antar ruang. Daerah-daerah yang belum pernah diketahui, diinginkan untuk
diketahui, dikunjungi dan dikagumi. Lewat media massa, surat kabar, radio, televisi
memungkinkan pengenalan daerah lain yang belum pernah dikenal, dikenal secara tidak
langsung. Dengan alat-alat transportasi yang semakin berkembang memungkinkan kunjungan
langsung ke objek, maupun pergaulan antar manusia menjadi semakin meningkat frekuensinya.
Sesungguhnya mobilitas keruangan merupakan gejala baru dalam sejarah kehidupan manusia.
Gerakan manusia antar daerah, pulau, negara sudah dikenal sejak lama, datangnya orang dari
daratan Asia, Eropa ke Indonesia merupakan bukti sejarah. Perjalanan armada Sultan Agung
ke Batavia, armada Pejajaran ke Majapahit, dan masih banyak lagi contoh lain Gerakan
manusia antar daerah, pulau, ataupun benua tentu mempunyai motif yang berbeda-beda. Ada
yang bermotif penyiaran agama, perdagangan, penguasaan daerah, persahabatan dan masih
banyak lagi, yang kadang-kadang bersifat amat pribadi. Tidak sedikit juga perjalanan itu tidak
jelas tujuannya. Gelombang perjalanan manusia antar ruang ini menjadi semakin .meningkat
jumlahnya sejak abad ke-19, yaitu bersamaan dengan perkembangan teknologi modern.
Perjalanan yang mereka lakukan dalam rangka ingin mengetahui daerah baru untuk tujuan
tertentu, atau sekedar mencari pengalaman baru, kepuasan, kesegaran Jasmani dan rohani.
Gerakan manusia semacam ini sering disebut sebagai pariwisata yang berarti merupakan
kegiatan perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak untuk menetap
melainkan akan kembali ke tempat asal dengan tujuan pokok uotuk mencari kepuasan (S. Budi-
Santosa, 1980:11) Berdasarkan pada pengertian tersebut maka mobilitas manusia antar daerah
tertentu akan mendatangkan ·keuntungan bagi kedua belah pihak. Orang-orang yang
melakukan perjalanan tersebut tentu akan membelanjakan sejumlah uangnya di tempat tujuan,
seperti untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi, pembelian cindera mata ataupun sekedar
menikmati keindahan dan keunikan daerah tujuan. Dengan dernikian kedua belah pihak akan
mendapat keuntungan, wisatawan memperoleh kepuasan, daerah tujuan akan memperoleh
pemasukan dari pembelanjaan dan retribusi. Apa bila wisatawan itu datang dari negara lain, ini
berarti akan menjadi sarana yang baik bagi pengenalan daerah dimata internasional, sekaligus
menambah devisa negara dan membuka lapangan kerja baru. Bagi Indonesia yang merniliki
potensi cukup besar meiiputi potensi alam, adat istiadat, kesenian, kerajinan dan lain-lain
merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing. Karena itu produk wisata Indonesia,
masih perlu dipasarkan agar makin banyak wisata masuk, makin lama tinggal di Indonesia, dan
semakin banyak uang yang dibelanjakan. Keinginan ini perlu didukung oleh semua pihak untuk
dengan sungguh-sungguh mengembangkan pariwisata bagi peningkatan devisa negara,
lapangan kerja dan pendapatan penduduk daerah wisata.

5
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pariwisata adalah kegiatan multiusaha atau mencakup bermacam-macam bidang kegiatan.


Keragaman bidang kegiatan tersebut ditunjukkan dalam bentuk industri/usaha berskala besar,
sedang maupun kecil. Semua bidang tersebut tergambar dalam bentuk produk pelayanan jasa
dan barang untuk memenuhi kebutuhan kepariwisataan. Begitu banyak ragam dan bentuk
usaha kegiatan pariwisata sehingga nama usaha layanan itu berlabel alfabetik dari A sampai
dengan Z. Pariwisata juga merupakan kegiatan sosial yang dilakukan dan dihasilkan oleh
berbagai lembaga, organisasi, asosiasi, dan kelompok masyarakat yang memiliki fungsi atau
menjalankan fungsi-fungsi serta berdampak sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya
terhadap individu, kelompok sosial, dan masyarakat luas lainnya.
Arus perjalanan manusia antar ruang menjadi semakin meningkat jumlahnya sejak abad
ke-19. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi modem. Dari perjalanan
manusia yang beragam tujuannya itu satu di antaranya adalah pariwisata. Mobilitas semacam
ini jelas mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Objek pariwisata dapat berupa
bentang alam seperti pegunungan yang indah, laut dan lain-lain., bentang budi daya seperti
hutan wisata bendungan dan lain-lain. Aspek budaya misalnya adat dan upacara sakral, dapat
menjadi daya tarik wisatawan. Potensi Objek wisata tersebut masih perIu dikembangkan. dan
terkait dengan kepentingan tersebut adalah pengelolaan pariwisata yang meliputi pengelola
fasilitas dan jasa, masyarakat setempat dan Pemda. Pengembangan kepariwisataan di
Indonesia, apabila dibandingkan dengan apa yang telah dicapai oleh sejumlah negara Asia yang
lain masih perlu mendapatkan penanganan yang serius, demi peningkatan devisa yang saat ini
amat diperlukan.

6
DAFTAR PUSTAKA

(Soemanto, 2010)Soemanto, R. B. (2010). Pengertian Pariwisata, Sosiologi, dan Ruang


Lingkup Sosiologi Pariwisata. Jurnal Sosiologi Pariwisata, 1(1), 1–32.
Wardoyo, S. (1987). Mobilitas Manusia dalam Rangka Pengembangan Kepariwisataan di
Indonesia. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(1).
https://suarakampus.com/menjaga-eksistensi-organisasi/
https://herindiyah.wordpress.com/2019/10/01/dampak-sosial-budaya-pariwisata/

Anda mungkin juga menyukai