Tujuan Percobaan
Mempelajari perubahan kimia yang terjadi pada siklus logam Cu
II.
Dasar Teori
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan
materi serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Semua materi selalu mengalami
perubahan. Perubahan itulah yang disebut perubahan kimia. Dalam perubahan kimia selalu
terjadi reaksi di dalamnya yang kemudian kita kenal dengan nama reaksi kimia. Reaksi
kimia merupakan proses yang selalu menghasilkan perubahan senyawa kimia. Zat yang
mengalami perubahan dalam reaksi kimia disebut zat pereaksi (reaktan) dan zat yang
terbentuk dalam reaksi kimia disebut hasil reaksi (produk).
Beberapa reaksi kimia yang sering terjadi lingkungan antara lain,pohon-pohon atau
kayu yang terbakar, proses perkaratan, proses pencemaran bahan makanan, proses
pembuatan plastik, proses fermentasi, nasi basi dan lain sebagainya.
Jika suatu perubahan kimia terjadi, kita dapat mengamati salah satu atau beberapa
peristiwa-peristiwa berikut.
- habisnya zat yang bereaksi
- timbul gas
- terjadi perubahan warna
- timbul endapan
- terjadi perubahan suhu
- tercium adanya bau yang baru
Faktor ini digunakan untuk menunjukkan apakah suatu reaksi kimia telah terjadi atau tidak.
Secara umum beberapa jenis jenis reaksi kimia antara lain :
a. Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan
b.
terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa)
c. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih
sederhana
d. Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur pindahan
unsur lain dalam suatu senyawa.
e. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara
dua reaksi.
Dalam mereaksikan suatu zat, terlebih dahulu kita harus menghitung massa, volume,
serta mol zat yang terlibat dalam reaksi tersebut dengan teliti. Seperti dalam percobaan ini
kita harus menghitung massa logam Cu, mengitung mol HNO3 dan Cu, dan volume HNO3
agar reaksi dapat berlangsung.
Sebelumnya kita harus bisa menuliskan reaksi antara logam Cu dengan HNO3.
Kemudian kita tentukan perbandingan koefisien dari reaksi tersebut. Konsep mol
digunakan untuk menyatakan jumlah zat yang bereaksi. Secara umum mol merupakan
satuan jumlah zat yang menyatakan jumlah partikel zat yang sangat besar. Dimana 1 mol
adalah banyaknya zat yang mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah atom
yang terdapat dalam 12 gram C-12, yaitu 6,02 x 10 23 . Kemolalan atau molalitas adalah
banyaknya mol zat terlarut dalam kg zat pelarut.
Massa satu mol zat sama dengan massa atom relatif/massa molekul relatif dalam
gram. Rumus mol suatu unsur/ senyawa dirumuskan sebagai berikut :
Untuk unsur
atau
Untuk senyawa :
atau
Keterangan :
n
= mol unsur/senyawa
= massa unsur/senyawa
Ar
Mr
Volume merupakan ukuran besarnya ruang yang ditempati oleh suatu zat yang
dilambangkan (V) dengan satuan liter (L). Avogadro menyatakan bahwa volume setiap
mol gas pada suhu 0C (273K) dan tekanan 1 atm (76 cmHg) mempunyai volume 22,4
liter. Sehingga kondisi tersebut dinamakan sebagai keadaan standar/STP (Standard
Temperature and Pressure) yang dituliskan dengan (0C, 1 atm). Hubungan volume gas
dengan mol dapat dituliskan sebagai berikut :
atau
Keterangan:
V
= mol unsur/senyawa
Volume gas untuk keadaan tidak STP, maka dapat dihitung dengan menggunakan
rumus.
Keterangan:
P
= temperatur (K)
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu peristiwa atau
reaksi disebut STOIKIOMETRI (bahasa Yunani : Stoichea = unsur , metrain =
mengukur), jadi Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Pada persamaan reaksi kimia berlaku
Hukum Kekelan Massa, yang dikemukakan oleh Lavoiser. Pada tahun 1774 ia
melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah tertutup.
Dengan mengamati secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi itu
tidak terjadi perubahan massa. Hukum Kekelan Massa itu menyatakan bahwa setiap reaksi
kimia, massa zat zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat sebelum bereaksi.
Hukum Kekekalan Massa
Dalam setiap reaksi kimia, massa zat zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi
sama
III.
B. Bahan:
1. Logam Cu (0,2 gram)
2. Larutan HNO3
3. Larutan NaOH
4. Larutan H2SO4
5. Air Suling
6. Logam Zn dalam bentuk lempengan/plat
gram.
Logam Cu(dalam bentuk potongan kecil) dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml.
Sebanyak 2,5 ml larutan HNO3 dituangkan kedalam gelas kimia yang berisi logam Cu.
a.
minggu.
Langkah 2 : Penambahan Larutan NaOH
Sebanyak 7 ml larutan NaOH dicampurkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan
b.
c.
menit.
Pengaduk dikeluarkan dari larutan lalu disemprotkan dengan aquades untuk melepaskan
partikel partikel yang melekat.
Setelah kurang lebih 5 menit, cairan bening dituangkan ke dalam gelas kimia terpisah
(dekantasi) dengan hati hati agar padatan yang ada tidak ikut tertuang.
Hasil padatan dalam gelas kimia dicuci sebanyak dua kali dengan penambahan 50 ml
air suling, dekantasi, kemudian biarkan zat padat kembali mengendap.
d.
e.
f.
hasilnya dengan cara cawan penguap dipanaskan di atas steambath. Kemudian cawan
penguap beserta isinya ditimbang dan dicatat massanya.
massa Cu dan rendemennya dihitung.
mol Cu =
mol HNO3 =
volume HNO3 = =
Pada reaksi tahap 1 semua logam Cu habis bereaksi dengan HNO3 sebanyak 2
ml (min 2 ml).
Identifikasi
No.
1.
2.
3.
Identifikasi
Wujud
Warna
Bentuk
Logam Cu
Padatan
Coklat kemerahan
Lempengan tipis/plat
Larutan HNO3
Cair
Bening
Larutan
yang kemudian
4.
5.
Massa
Volume
dipotong kecil-kecil
0,2gr
-
2,5 ml
Pada reaksi tahap 1 ini logam Cu habis bereaksi dan terbentuklah senyawa
Cu(NO3)2 yang berwarna biru.
Nb : lempengan plat dipotong kecil-kecil dan penambahan larutan HNO3 untuk
mempercepat terjadinya reaksi antara Cu dengan HNO3
b.
mol Cu(NO3)2
= 1 x n Cu = 1x
mol NaOH
mol
= 0,00629 mol
V=
Jadi, pada langkah ke II larutan Cu(NO3)2 ditambahkan dengan NaOH sebesar
7 ml(min 6,29 ml, penambahan untuk mempercepat reaksi). Dari penambahan
NaOH pada Larutan Cu(NO3)2 terbentuklah larutan Cu(OH)2.
Identifikasi
No.
1.
2.
3.
4.
Identifikasi
Wujud
Warna
Bentuk
Volume
Larutan NaOH
Cair
Bening
Larutan
7 ml
Langkah 3 : Pemanasan
Dalam percobaan pada langkah III, ke dalam larutan Cu(OH)2
ditambahkan 50 ml air suling, kemudian dipanaskan menurut reaksi
Cu(OH)2(s)
CuO(s) + H2O(l)
dipanaskan
Identifikasi
No. Identifikasi Cu(OH)2(s) saat diaduk dan
1.
2.
3.
Wujud
Warna
Bentuk
maka
mol CuO
= 1 x mol Cu(OH)2
=1x
mol H2SO4
volume H2SO4
mol
mol
= 1 x mol CuO
=1x
Jadi, pada langkah ke IV larutan CuO ditambahkan dengan H2SO4 sebesar 3,1
ml(namun dalam percobaan ini digunakan 2 ml H2SO4 ).
Identifikasi
No. Identifikasi Larutan H2SO4
1.
Volume
2 ml
2.
Kemolaran 1 M
3.
4.
5.
Wujud
Warna
Bentuk
Cair
Bening
Larutan
Larutan asam sulfat adalah larutan yang berwarna bening. Asam sulfat
merupakan bahan baku untuk membuat senyawa senyawa sulfat. Kegunaannya :
elektrolit pada aki kendaraan bermotor, proses pembuatan minyak bumi, pembuatan
berbagai produk industri.
Pada langkah IV perubahan yang terjadi adalah
-
Adanya perubahan warna larutan yang semula hitam pekat kembali menjadi
biru bening.
Zat yang bereaksi CuO telah habis bereaksi dengan H2SO4.
Hasil akhir dari tahap ini adalah CuSO4 yang berwarna biru bening.
e.
mol CuSO4 =
mol Zn =
massa Zn = mol Zn x Ar Zn =
x mol CuSO4 =
Identifikasi
No.
1.
2.
3.
4.
Identifikasi
Massa
Wujud
Warna
Bentuk
Logam Zn
0,2gram
Padatan
Abu-abu
Padat yang
dipotong
kecil-kecil
Dalam percobaan ini massa Cu awal adalah 0,2 gram dan massa Cu akhir
adalah
0,1278 gram. Selisih massa Cu adalah 0,0722 gram. Hal ini disebabkan
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan tentang reaksi kimia pada siklus logam tembaga, maka
lain:
Habisnya zat yang bereaksi
Timbulnya gas
Terjadi perubahan warna
Timbul endapan
Terjadi perubahan suhu
Tercium adanya bau yang baru
2. Pada perubahan atau reaksi kimia berlaku hukum kekebalan massa yang
dikemukakan oleh LAVOISIER yakni massa zat sebelum reaksi sama atau tetap
dengan massa sesudah reaksi.
3. Perhitungan zat zat yang terlibat dalam reaksi menggunakan konsep
STOIKIOMETRI.
4. Ketelitian dan ketepatan sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
praktikum ini.
5. Jumlah larutan atau padatan yang digunakan mempengaruhi cepat lambatnya suatu
reaksi yang terjadi. Penambahan akan mempercepat kerja reaksi dan pengurangan
akan memperlambat kerja reaksi tersebut.
6. Yang terpenting adalah melaksanakan praktikum dengan hati-hati dan sesuai
petunjuk agar tidak terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan.