2. Teori Dasar
Reaksi kimia adalah suatu proses ketika reaktan (terdiri dari dua atau lebih
zat) diubah menjadi zat baru yakni produk, dengan perbedaan sifat fisik/kimia.
Dengan kata lain, reaksi kimia adalah serangkaian proses yang melambangkan
adanya perubahan dari pereaksi menjadi hasil reaksi.
Suatu larutan memiliki sifat asam dan basa yang dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori para ahli. Menurut Arrhenius, ahli kimia dari Swedia, zat
asam merupakan zat yang terionisasi dalam air dan menghasilkan ion H+.
Sementara, zat basa merupakan zat yang terionisasi dalam air dan menghasilkan
ion OH-. Teori ini memiliki keterbatasan berupa zat yang didefinisikan hanya
berlaku untuk larutan. Menurut Bronsted, seorang ahli kimia dari Denmark, asam
adalah spesi yang berperan sebagai donor proton, dan basa adalah spesi yang
berperan menjadi akseptor proton. Kemudian, Lewis menyempurnakan kedua
teori sebelumnya dan memperluas asam basa ke reaksi dalam gas dan padatan.
Menurut Lewis, asam merupakan spesi yang berperan sebagai akseptor pasangan
elektron, sedangkan basa merupakan spesi yang berperan sebagai donor pasangan
elektron.
Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) merupakan salah satu jenis reaksi kimia
yang ditandai dengan keterlibatan transfer elektron. Kondisi ketika hilangnya
elektron disebut dengan oksidasi, sedangkan perolehan elektron disebut reduksi.
Untuk melacak jumlah elektron dalam reaksi redoks, akan berguna untuk
menetapkan bilangan oksidasi pada reaktan dan produk. Bilangan oksidasi atom
menunjukkan jumlah muatan yang akan dimiliki atom dalam sebuah molekul atau
senyawa ionik jika elektron ditransfer sepenuhnya. Oksidasi dapat didefinisikan
sebagai peningkatan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi dapat didefinisikan
sebagai penurunan bilangan oksidasi. (Chang,2010).
Dalam reaksi sintesis, senyawa baru terbentuk dari reaksi dua atau lebih zat
yang lebih sederhana, biasanya disebut reaktan atau bahan awal. Bentuk umum
dari reaksi sintesis adalah sebagai berikut.
A B AB
AB A B
A BC AC B
Reaksi metatesis adalah suatu reaksi ketika kation dan anion berganti
pasangan. Reaksi metatesis seringkali disebut sebagai reaksi penggantian ganda.
Bentuk umum dari reaksi penggantian ganda adalah sebagai berikut.
AB CD AD CB
massa ( gram )
mol
gram
MassaMolar ( )
mol
C. Percobaan 3 (Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat dan Larutan)
1. Alat : tabung reaksi dan spatula
2. Bahan : Padatan CuSO4.5H2O, KI dan 4 mL air
4. Cara Kerja
a. Percobaan 1
Larutan CuSO4 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Lalu, sepotong logam Mg dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Tabung reaksi
diamati pada awal reaksi dan 5 menit setelah reaksi berlangsung. Kemudian,
larutan HCl 0,1 M dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi. Lalu,
sepotong logam Zn dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Tabung reaksi diamati
pada awal reaksi dan 5 menit setelah reaksi berlangsung. Selanjutnya, larutan
AgNO3 sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu, sepotong
logam Cu dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Tabung reaksi diamati pada
awal reaksi dan 5 menit setelah reaksi berlangsung.
b. Percobaan 2
Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Lalu, dimasukkan 1 mL larutan NaC2H3O2 0,1 M ke dalam larutan
tersebut. Perubahan yang terjadi diamati. Kemudian larutan NaC2H3O2 0,1 M
diganti dengan 1 mL larutan KI 0,1M. Perubahan yang terjadi diamati.
c. Percobaan 3
Sebanyak empat tabung reaksi diambil. Tabung reaksi A dan B diisi
dengan sesedikit mungkin padatan CuSO4.5H2O. Tabung reaksi C dan D diisi
dengan sesedikit mungkin padatan KI. Selanjutnya, padatan pada tabung A
dituangkan ke dalam tabung C. Perubahan yang terjadi diamati. Langkah
berikutnya, ditambahkan 2 mL air pada tabung reaksi B dan D. Tabung reaksi B
dan D pun diaduk. Kemudian, larutan B dituangkan ke larutan D. Perubahan yang
terjadi diamati.
d. Percobaan 4
Sebanyak 1 mL larutan NaOH 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Selanjutnya, ditambahkan dua tetes larutan indikator. Setelah itu, dimasukkan
juga 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M tetes demi tetes. Perubahan yang terjadi pada
warna larutan NaOH setelah penambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4
diamati. Selain itu, dihitung juga jumlah tetesan hingga terjadi perubahan warna.
Sebanyak 1 mL larutan NH3 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Selanjutnya, ditambahkan dua tetes larutan indikator. Setelah itu, dimasukkan
juga 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M tetes demi tetes. Perubahan yang terjadi pada
warna larutan NH3 setelah penambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4
diamati. Selain itu, dihitung juga jumlah tetesan hingga terjadi perubahan warna.
e. Percobaan 5
Sebanyak dua tabung reaksi diambil. Tabung reaksi 1 dan 2 diisi dengan
1 mL larutan K2CrO4. Selanjutnya, pada tabung reaksi 1 ditambahkan lima tetes
larutan HCl 1 M, campuran diaduk perlahan. Perubahan warna pada larutan
diamati. Kemudian, pada tabung reaksi 2 ditambahkan lima tetes larutan NaOH
1 M, campuran diaduk perlahan. Perubahan warna pada larutan diamati.
Dilakukan juga hal yang sama seperti di atas, namun larutan K2CrO4 diganti
dengan larutan K2Cr2O7.
f. Percobaan 6
Sebanyak 2 mL larutan H2O2 3% dimasukkan ke tabung reaksi.
Selanjutnya, ditambahkan padatan KI seujung sendok kecil ke dalam larutan.
Perubahan yang terjadi pada suhu dan warna larutan diamati.
g. Percobaan 7
Sebanyak 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M dan 2 mL larutan H2SO4 2 M
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya, ditambahkan larutan KMnO4
0,05 M tetes demi tetes sambil diaduk hingga terjadi perubahan warna.
Diperhatikan waktu dan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk berubah warna.
Dilakukan hal yang sama seperti di atas, namun 1mL larutan H2C2O4 0,1 M
diganti dengan 1 mL Fe(II) 0,1 M.
7. Kesimpulan
a. Pecobaan 1 : ketiga reaksi terjadi secara spontan dan diklasifikasikan
sebagai reaksi redoks.
b. Percobaan 2 : Reaksi kesatu menunjukkan tidak terbentuknya endapan.
Sementara reaksi kedua menunjukkan terbentuknya
endapan PbI2.
c. Percobaan 3 : Reaksi kimia dalam fasa larutan akan memakan waktu
lebih singkat dibandingkan dalam fasa padatan.
d. Percobaan 4 : Terjadi perubahan warna pada reaksi kesatu dan kedua.
Reaksi kesatu membutuhkan tetesan yang lebih banyak
dibanding reaksi kedua karena merupakan basa kuat,
sementara reaksi kedua merupakan basa lemah.
e. Percobaan 5 : Ion kromat cenderung stabil pada kondisi basa, sedangkan
ion dikromat cenderung stabil pada kondisi asam.
f. Percobaan 6 : Peran KI sebgai katalis dalam reaksi, sedangkan ion IO-
berperan sebagai intermediet.
g. Percobaan 7 : Untuk berubah warna, tetesan ion MnO4- lebih banyak
diperlukan pada reaksi kesatu dibandingkan reaksi kedua
karena koefisien reaksi kesatu lebih besar dibanding
reaksi kedua.
8. Daftar Pustaka
Brady, J.E dan Hyslop., (2012), Chemistry : The Molecular Nature Of
Matter, 6th edition, New York : John Willey & Sons, Inc.
9. Lampiran