Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Kimia Dasar 1

KI-1201 Sem. 1 2022/2023


Percobaan 1
REAKSI-REAKSI KIMIA

Nama : Abdi Salim Mubarak


NIM : 16722214
Tanggal Percobaan : Kamis, 15 September 2022
Tanggal Pengumpulan : Kamis, 29 September 2022
Shift Praktikum : P-6.1 (Kamis siang-sore)
Kelompok :E
Nama Asisten : Indah

LABORATORIUM KIMIA DASAR TPB


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
MODUL 1 REAKSI-REAKSI KIMIA

1. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Menentukan spontanitas reaksi oksidasi antara CuS O4 ( aq )❑ + Mg , HCl (aq) + Zn, dan
AgN O3+ Cu berdasarkan hasil pengamatan.
1.2 Menentukan apakah reaksi ion P b2+ ¿¿ + NaC 2 H 3 O2 dan P b2+ KI akan terbentuk
endapan atau tidak.
1.3 Menentukan perbedaan reaksi antara CuS O4 .5 H 2 O dengan KI dalam fasa padat dan
fasa larutan.
1.4 Menentukan pengaruh kekuatan asam/basa terhadap perubahan warna pada indicator
dari reaksi antara NaOH + H 2 C 2 O4 dan N H 3 + H 2 C 2 O4 serta menentukan perbedaan
kedua rekasi berlangsung.
1.5 Menentukan perubahan warna larutan reaksi kesetimbangan ion kromat dan ion
dikromat dalam suasana reaksi yang berbeda antara K 2 Cr O4 + NaOH , K 2 Cr O4 +
HCl
1.6 Menentukan apakah terjadi perubahan suhu dan warna larutan dari reaksi reduksi
hidrogen peroksida.
1.7 Menentukan pengaruh pemilihan reduktor pada reaksi kalium permanganate terhadap
perubahan warna dan waktu reaksi antara H 2 C 2 O4 + H 2 S O 4 + KMn O 4 dan FE ( II ) +
H 2 S O4 + KMn O 4

2. TEORI DASAR

Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi (Syukri,
1999). Reaksi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan dua atau lebih zat (reaktan)
yang akan menghasilkan suatu zat (produk) dengan sifat kimia/fisika yang baru, yang
berbeda dengan zat-zat pembentuknya.Reaksi kimia berfokus pada produk yang
dihasilkannya yang disertai dengan beberapa perubahan yang dapat diamati secara
kuantitatif. Beberapa kriteria yang menunjukkan telah terjadi reaksi kimia antara lain: (i)
adanya gas sebagai produk reaksi; (ii) adanya endapan; (iii) perubahan pH larutan; (iv)
perubahan warna larutan; atau (v) perubahan suhu larutan. Meskipun dapat diamati dari
perubahan-perubahan yang dapat diamati, terjadinya reaksi kimia harus dikuatkan dengan
analisis stoikiometri yang menunjukkan bagaimana zat-zat yang bereaksi dapat
membentuk zat baru.

Dari banyaknya reaksi kimia yang terjadi di setiap sisi kehidupan kita, reaksi kimia dapat
dibagi menjadi reaksi asam-basa dan reaksi reduksi-oksidasi (redoks).

2.1. Reaksi Asam-Basa


 Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang mengandung hidrogen dan
+¿¿
menghasilkan ion H O3 bila dilarutkan dalam air. Sedangkan basa adalah
suatu senyawa yang mengandung OH dan menghasilkan ion O H−¿¿ jika
dilarutkan dalam air.

 Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry


Bronsted-Lowry mendefinisikan asam dan basa berdasarkan pada reaksi
protonisasi. Asam merupakan suatu senyawa yang dapat mendonorkan proton.
Sedangkan basa merupakan senyawa yang dapat menerima proton (akseptor
proton).

 Teori Asam-Basa Lewis


Lewis mendefinisikan, senyawa bersifat asam atau basa berdasarkan transfer
pasangan elektron bebas (PEB). Asam merupakan senyawa yang menerima
PEB. Basa merupakan senyawa yang berperan sebagai donor PEB.

2.2. Reaksi Reduksi-Oksidasi


Reaksi redoks adalah reaksi yang berlangsung karena terjadinya perubahan bilangan
oksidasi pada zat-zat yang bereaksi. Reaksi redoks mencakup reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi.

Reaksi reduksi adalah reaksi yang penurunan bilangan oksidasi pada atom/unsur yang
bereaksi.

C u+2 +2 e−¿→ Cu ( s) ¿

Reaksi oksidasi adalah reaksi peningkatan bilangan oksidasi pada atom/unsur yang
bereaksi.
¿ −¿¿
Zn ( s ) → Z n +2 e ¿

Pada dasarnya reaksi redoks berlangsung di dalam pelarut air sehingga untuk
penyetaraan persamaan reaksi redoks selalu melibatkan ion H +¿¿ dan ion O H−¿¿.
Persamaan reaksi redoks dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi dan
metode bilangan oksidasi. Reaksi redoks dapat terjadi dalam suasana asam yang
ditandai dengan adanya ion H +¿¿ maupun basa yang ditandai dengan ion O H−¿¿.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat :
3.1. Pipet tetes
3.2. Tabung reaksi
3.3. Rak tabung reaksi
3.4. Spatula

Bahan :
3.1. Larutan CuS O4 0,1 M H2O 3.11 Larutan NaOH 1 M
3.2. Larutan HCl 0,1 M 3.12 Larutan KMn O4 0,05 M
3.3. Larutan AgN O3 0,1 M 3.13 Larutan FE ( II )0,1 M
3.4. Larutan Na H 2 C2 O20,1 M 3.14 Larutan H 2 S O 4 2 M
3.5. Larutan KI 0,1 M 3.15 Larutan H 2 O 2 3 %
3.6. Larutan N H 33 0,1 M 3.16 Padatan CuS O 4 .5 H 2 O
3.7. Larutan HC ❑2 H 3 O20,1 M 3.17 Padatan KI
3.8. Larutan KCr O❑40,1 M 3.18 Logam Mg
3.9. Larutan K 2 Cr O4 0,1 M 3.19 Logam Cu
3.10 Larutan HCl 1M 3.20 Logam Zn

4. CARA KERJA

4.1 BAGIAN 1: Reaksi Oksidasi Logam


a. Larutan CuS O 4 sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
sepotong logam Mg dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Akan diamati perubahan
yang terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
b. Larutan HCl sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
sepotong logam Zndimasukkan ke dalam larutan tersebut. Akan diamati perubahan
yang terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
c. Larutan AgN O 3sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
sepotong logam Cudimasukkan ke dalam larutan tersebut. Akan diamati perubahan
yang terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
d. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga reaksi di atas, apakah ketiga reaksi tersebut
dapat berlangsung secara spontan? Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk
masing-masing reaksi di atas! Gunakan data potensial reduksi standar, E0 , untuk
masing-masing pereaksi di atas.
4.2 BAGIAN 2: Reaksi Asam-Basa Ion P b2+ ¿¿

a. Larutan Pb ( N O 3 ) 2 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian 1 mL larutan N a2 C2 H 3 O2 0,1 M ditambahkan ke dalam larutan tersebut
dan akan diamati perubahan yang terjadi.

b. Larutan Pb ( N O 3 ) 20,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian 1 mL larutan KI 0, 1 M ditambahkan ke dalam larutan tersebut dan akan
diamati perubahan yang terjadi.
c. Berdasarkan hasil pengamatan kedua reaksi di atas, tuliskan persamaan reaksi yang
setara untuk masing-masing reaksi di atas.
d. Apakah kedua reaksi di atas menghasilkan endapan dalam larutan? Bila ya, beri
penjelasan mengapa dapat terbentuk endapan dalam larutan tersebut. Diketahui Ksp
Pb I 2 (25 ℃ ) = 7,9 x 10−9 dan kelarutan Pb ( C2 H 3 O2 )2) (20 ℃ ) = 44,31 g/100 mL
4.3 BAGIAN 3: Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat & Larutan
a. Siapkan 4 tabung reaksi.
Tabung 1 & 2: masing-masing diisi dengan sedikit mungkin padatan CuS O4 .5 H 2 O
Kemudian masing-masing tabung diberi label A dan B.
Tabung 3 & 4: masing-masing diisi dengan sedikit mungkin padatan KI. Kemudian
masing-masing tabung diberi label C dan D.
b. Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam tabung C, kemudian
diamati perubahan yang terjadi.
c. Ke dalam masing-masing tabung B dan D ditambahkan 2 mL air dan kemudian
diaduk sampai padatan larut seluruhnya. Larutan tabung B dituangkan ke dalam
larutan tabung D, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
d. Berdasarkan hasil pengamatan tahap b dan c, apa perbedaan reaksi dalam fasa
padat (tahap b) dengan fasa larutan (tahap c) ?
e. Tuliskan persamaan reaksi untuk masing-masing reaksi tersebut.
BAGIAN 4: Perubahan Warna Indikator Dalam Reaksi Asam-Basa
a. Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian 2 tetes larutan indikator ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Ke dalam
larutan NaOH tersebut ditambahkan 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M (tetes demi tetes).
Akan diamati apakah ada perubahan warna larutan NaOH setelah penambahan larutan
indikator dan larutan H2C2O4. Hitung jumlah tetesan hingga terjadi perubahan
warna! Beri penjelasannya mengapa hasil pengamatannya demikian.
b. Larutan N H 3 (aq) 0,1 M (catatan: larutan N H 3 bukan larutan N H 4 OH ) sebanyak
1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian 2 tetes larutan indikator
ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan N H 3tersebut ditambahkan
1 mL larutan H 2 C 2 O4 0,1 M (tetes demi tetes). Akan diamati apakah ada perubahan
warna larutan NH3 setelah penambahan larutan indikator dan larutan H 2 C 2 O4.
Hitung jumlah tetesan hingga terjadi perubahan warna! Beri penjelasannya mengapa
hasil pengamatannya demikian.
c. Tuliskan persamaan reaksi untuk kedua reaksi di atas.
d. Berdasarkan kekuatan asam/basa, diskusikan apa perbedaan antara reaksi (a) dan
reaksi (b).

BAGIAN 5: Kesetimbangan Ion Kromat (Cr O2−¿


4
¿
) & Dikromat (C r 2 O 2−¿¿
7 )

Kalium kromat ( K 2 Cr O4 ¿ dan kalium dikromat ( K 2 C r 2 O7 ) merupakan garam oksi


senyawa Cr ( VI )yang larut baik dalam air. Keberadaan masing-masing ion oksi
2−¿¿
C r2 O7 dan Cr O2−¿
4
¿
dalam larutan sangat dipengaruhi oleh pH larutan. Larutan
yang mengandung ion C r 2 O 2−¿¿ 7 berwarna jingga, sementara Larutan yang
2−¿ ¿
mengandung ion Cr O 4 berwarna kuning. Catatan: senyawa Cr ( VI ) bersifat toksik,
hati-hati jangan sampai terkena kulit. Bila terkena larutan C r 2 O 2−¿¿
7 atau Cr O2−¿
4
¿
,
harus segera dibilas.
1) 2 buah tabung reaksi disiapkan, kemudian masing-masing diisi dengan 1 mL
larutan K 2 Cr O4 . 5 tetes larutan HCl 1 M (khusus untuk kromat) ditambahkan
ke dalam tabung 1 dan kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan.
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah warna larutan berubah atau
tidak.
Untuk tabung 2, 5 tetes larutan NaOH 1 M akan ditambahkan kemudian
campuran tersebut dikocok perlahan-lahan. Dilakukan pengamatan untuk
mengetahui apakah warna larutan berubah atau tidak. Kedua reaksi ini
disimpan.
2) Lakukan hal yang sama seperti di atas, larutan K 2 Cr O4 diganti dengan larutan
K 2 C r 2 O7 .
3) Bandingkan hasil percobaan bagian (a) dengan bagian (b). Tentukan pH
larutan asam ataukah basa untuk masing-masing ion Cr ( VI ) oksi tersebut.
4) Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan ion C r 2 O 2−¿¿ 7 dan ion Cr O 2−¿
4
¿

dalam suasana asam dan basa.


BAGIAN 6: Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida
Diketahui reaksi larutan H 2 O 2 dengan KI berlangsung dalam 2 tahap, yaitu:
H 2 O 2 (aq) + I −¿¿ (aq) → 2 H 2 O (l) + I O −¿ ¿(aq) (i)

K (aq) + I O −¿ ¿(aq) → H 2 O (l) + alt (g) + I−(aq) (ii)


Berdasarkan tahap reaksi di atas, I− ada pada awal dan akhir reaksi. Hal ini
menunjukkan bahwa KI merupakan katalis untuk reaksi reduksi H2O2.
Lakukan percobaan di bawah ini di lemari asam.
Larutan H2O2 3% sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan sedikit padatan KI (seujung sendok kecil) ke dalam larutan tersebut.
Amati perubahan yang terjadi. Apakah ada perubahan suhu dan warna larutan?
BAGIAN 7: Reaksi Reduksi Kalium Permanganat
Kalium permanganat, KMnO4, merupakan salah satu oksidator kuat yang banyak
digunakan dalam reaksi-reaksi kimia. Diketahui, unsur Mn dapat membentuk
senyawa dengan bilangan oksidasi yang sangat bervariasi, yaitu +2,+3, +4, +5, +6,
dan +7. Dalam suasana asam, ion MnO4− dapat direduksi menjadi ion MnO42−
(larutan berwarna hijau), MnO2 (padatan berwarna coklat kehitaman), atau Mn2+
(larutan berwarna merah muda) sangat tergantung pada jenis reduktor yang digunakan
dalam reaksi. Reduktor yang dapat mereduksi ion MnO4− antara lain Zn, H2C2O4,
dan Fe. Hal ini berkaitan dengan nilai potensial reduksi E0 antara KMnO4 dengan
reduktor.
a. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M.
Kemudian ke dalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes demi
tetes sampai teramati adanya perubahan warna dan sambil dikocok perlahan.
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta
jumlah KMnO4 yang diperlukan.
b. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL Fe 0,1 M dan 2 mL H 2 S O4 2 M. Kemudian
ke dalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMn O4 0,05 tetes demi tetes sampai
teramati adanya perubahan warna dan sambil dikocok perlahan. Perhatikan waktu
yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta jumlah KMnO4 yang
diperlukan.
c. Manakah waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna KMnO4, pada reaksi
(a) ataukah (b)? Beri penjelasannya mengapa demikian hasilnya.
d. Tuliskan persamaan reaksi setara untuk kedua reaksi di atas.
e. Jika 1 tetes larutan KMn O4 diasumsikan setara dengan 0,05 mL, maka hitung
jumlah mol KMn O 4 yang diperlukan pada masing-masing reaksi di atas. Apakah
jumlah mol KMnO4 yang diperlukan dalam kedua reaksi tersebut berbeda? Beri
penjelasannya mengapa demikian hasilnya.

5. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


5.1 Tabel Pengamatan
Bagian I : Reaksi Oksidasi Logam
Prosedur Pengamatan Persamaan Reaksi

1. CuS O4 ( aq)+ Mg ( s) Terbentuk endapan hitam CuS O4 ( aq )+ Mg ( s ) → MgS O4 ( aq ) +Cu ( s )


tembaga

2. HCl ( aq ) + Zn( s) Terbentuk gelembung gas 2 HCl(aq)+ Zn(s )→ ZnC l 2 (aq)+ H 2 (s)
hidrogen

3. AgN O 3 ( aq ) +Cu( s) Terbentuk endapan perak AgN O3 ( aq ) +Cu ( s ) → Cu ( N O3 )2 ( aq )+2 Ag ( s )

Bagian II : Reaksi Asam Basa Ion P b2+ ¿¿

Prosedur Pengamatan Persamaan Reaksi


1. Tidak terdapat endapan Pb ( N O3 ) 2 ( aq )+ 2C 2 H 3 O2 Na ( aq ) → Pb ( C 2 H 3
Pb ( N O3 ) 2 ( aq )+ C2 H 3 O2 Na ( aq )

2. Terdapat endapan kuning Pb ( N O3 ) 2 ( aq )+ 2 KI ( aq ) → Pb I 2 ( s )+ 2 KN O3 ( a


Pb ( N O3 ) 2 ( aq )+ 2 KI ( aq )

Bagian III : Reaksi Ion C u2 +¿¿dalam Fasa Padat dan Larutan

Prosedur Pengamatan Persamaan Reaksi


1. Tidak bereaksi seluruhnya, 2 CuSO 4 .5 H 2 O ( aq ) +5 KI ( aq ) →2 CuI ( s ) + I −3
CuS O 4 ( s ) (tabung A ) + KI (s)(tabung
hanyaC) pada permukaan
kontak langsung antara
kedua reaktan.
2. Bereaksi seluruhnya, warna 2 CuSO 4 .5 H 2 O ( aq ) +5 KI ( aq ) →2 CuI ( s ) + I −3
CuS O 4 aq ( tabung B ) + KI (aq)(tabung
larutan D) menjadi hitam
kecoklatan.

Bagian IV : Perubahan Warna Indikator dalam Reaksi Asam-Basa


Prosedur Pengamatan Persamaan Reaksi
NaOH ( aq )+ fenolftalein+ H 2 C 2 OPerubahan
4 (aq) warna : ungu 2 NaOH + PP+ H 2 C 2 O4 → N a2 C 2 O
menjadi bening
Jumlah tetesan : 10 tetes
N H 3 ( aq ) + fenolftalein+ H 2 C2 O4Perubahan
(aq) warna : ungu 2 N H 3❑
( aq )
+ PP+ H 2 C 2 O4❑(aq ) → N H 4 C 2 O4❑(aq )
menjadi bening
Jumlah tetesan : 5 tetes

Bagian V : Kesetimbangan Ion Kromat dan Dikromat


Prosedur Pengamatan Persamaan Reaksi
2−¿( aq ) +H O ( l) ¿

K 2 Cr O4 0,1 M + HCl 1 M (tabungTabung


I) I: perubahan warna
2
+¿ (aq ) →C r2 O7 ¿
( aq ) +2 H
Cr O2−¿
4
¿

larutan dari kuning ke jingga.


K 2 Cr O4 0,1 M + NaOH 1 M (tabung II ) Cr O2−¿ ( aq ) +O H
−¿→tidakbereaksi ¿
¿
4
Tabung II: tidak terjadi
perubahan warna larutan.
2− ¿ ( aq) +H O ( l) ¿

Tabung
K 2 C r 2 O7 0,1 M + HCl1 M (tabung III ) III: perubahan warna
2
−¿ ( aq )→ 2Cr O4 ¿
( aq ) +2 O H
C r 2 O 2−¿
7
¿

larutan dari kuning ke jingga.


+ ¿→tidakbereaksi ¿
Tabung
K 2 C r 2 O7 0,1 M + NaOH 1 M (tabung IV )IV: tidak terjadi C r 2 O2−¿+H
7
¿

perubahan warna larutan.

Bagian VI : Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida


Prosedur Pengamatan Persamaan Reaksi
H 2 O 2 ( aq )+ KI ( s ) 1. Larutan berubah 2 H 2 O2 ( aq ) →2 H 2 O ( l ) +O2 ( g )
warna dari bening ke
kuning
2. Suhu meningkat dan
terbentuk gelembung
gas

Bagian VII : Reaksi Reduksi Kalium Permanganat


Prosedur Pengamatan Persamaan Reaksi
1. Tetes 1 KMnO4 : larutan
2+¿ ¿ ¿
+ ¿ ( aq ) →10C O2 (g )+ 2M n ¿
−¿ ( aq ) +5 H 2C 2 O 4+6 H ¿
2 Mn O4
H 2 C 2 O4 O , 1 M + H 2 S O 4 2 Mberwarna
+ KMn O4bening
0,05 M
Setelah beberapa tetes :
larutan berubah warna
menjadi ungu
Jumlah tetesan : 4
2. Tetes 1 KMnO4 : larutan
3+¿ ¿ ¿
2+¿ ( aq )+ 5Fe ¿
2+ ¿(aq)+8 H+ ¿( aq ) → Mn ¿
¿
( aq ) +5 F e
Mn O−¿
4
¿

Fe ( II ) 0,1 M + H 2 S O4 2 M + KMn
berwarna bening
O4 0,05 M
Setelah beberapa tetes :
larutan berubah warna
menjadi ungu
Jumlah tetesan : 6

6. PEMBAHASAN

6.1 reaksi oksidasi logam

Pada percobaan ini, logam magnesium yang dimasukkan ke dalam larutan tembaga(II) sulfat
(CuS O 4 ¿ mengalami oksidasi dari 0 menjadi +2 dan menghasilkan endapan magnesium di
akhir reaksi. Sementara, atom tembaga akan mengalami penurunan bilangan oksidasi dari
+2 ke 0 sesuai reaksi berikut:
CuS O4 ( aq )+ Mg ( s ) → MgS O4 ( aq ) +Cu ( s )

Prinsip reaksi redoks yang sama terjadi juga pada percobaan kedua dan ketiga. Logam seng
dan tembaga akan mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 ke +2 yang membentuk
senyawa dengan anionnya. Hanya saja, tidak terjadi pembentukan endapan pada reaksi
logam seng dengan HCl . Hal ini karena akan dihasilkan produk berupa Seng(II) klorida (
ZnC l 2 ¿yang larut dalam air. Hal tersebut dapat terlihat pada reaksi berikut :

2 HCl ( aq ) + Zn ( s ) → ZnC l 2 ( aq ) + H 2 ( s )
AgN O3 ( aq ) +Cu ( s ) → Cu ( N O3 )2 ( aq )+2 Ag(s)

Berdasarkan data potensial reduksi unsur-unsur dalam keadaan standar di bawah ini,
didapatkan bahwa nilai potensial sel dari ketiga reaksi di atas bernilai positif sehingga ketiga
reaksi di atas dapat terjadi secara spontan, yaitu reaksi dapat berjalan dengan sendirinya
tanpa harus diberi energi tambahan, yang ditandai dengan terbentuknya endapan maupun
produk gas.
0

2 +¿ ( aq) +2 e−¿→ Cu (s ) E =+ 0,34 V ¿ ¿


Cu 0
−¿→ Zn( s ) E =−0,76 V ¿
2 +¿ ( aq ) +2 e ¿
Zn 0
−¿→ Ag (s ) E =+ 0,80V ¿
+¿ ( aq )+ e ¿
Ag 0
−¿→ Mg ( s ) E =−2,37 V ¿
2+¿ ( aq ) +2 e ¿
Mg

0 0 0
E sel=E reduksi−E oksidasi
0 0 0
E sel=E Cu−E Mg=+2,71 V
0 0 0
E sel=E H 2−E Zn=+0,76 V
0 0 0
E sel=E Ag−E Cu=+ 0,46V

6.2 reaksi asam basa ion Pb2+

Pada percobaan ini, larutan Pb ( N O3 ) 2 akan bereaksi dengan larutan NaC 2 H 3 O2 yang
akan menghasilkan Pb ( C2 H 3 O2 )2 dan NaN O3 yang keduanya larut dalam air sehingga
untuk percobaan pertama hanya terjadi pertukaran ion-ion pada tiap spesinya dengan tidak
terbentuk endapan.

Pb ( N O3 ) 2 ( aq )+ 2C 2 H 3 O2 Na ( aq ) → Pb ( C 2 H 3 O 2) 2 ( aq ) +2 NaN O3 ( aq )

Selanjutnya untuk percobaan yang kedua, larutan Timbal(II) Nitrat Pb ( N O3 ) 2 akan


direaksikan dengan Kalium Iodida KI menghasilkan endapan kuning Timbal(II) Iodida
Pb I 2 dan larutan berubah menjadi kuning sebagaimana reaksi berikut :
Pb ( N O3 ) 2 ( aq )+ 2 KI ( aq ) → Pb I 2 ( s )+ 2 KN O3 ( aq )

Terbentuknya endapan pada reaksi kedua disebabkan karena Ksp Pb I 2 (25 ℃ ) = 7,9 x

(g
)
10−9 dan kelarutan Pb I 2 0,76 pada suhu 20 ℃ lebih kecil dibandingkan tingkat
L
kelarutan Pb ( C2 H 3 O2 )2(44,31 g/100 ml pada suhu 20℃ ), sehingga akan terbentuk
endapan Pb I 2 di akhir reaksi. Sementara timbal(II) asetat yang memiliki kelarutan cukup
tinggi akan terus larut jika dilarutkan dalam air hingga suatu saat dimana penambahan
timbal(II) asetat tidak bisa dilarutkan lagi, kondisi ini disebut dengan keadaan jenuh
larutan.

6.3 Reaksi ion C u2 +¿¿dalam fasa padat dan larutan

Pada percobaan ini, bilangan oksidasi logam tembaga akan direduksi dalam fasa
padat maupun larutan dengan kalium iodida. Tembaga (II) sulfat ¿) akan bereaksi dengan
padatan kalium iodida dan akan terbentuk produk berupa endapan tembaga(I) iodida ( CuI
) dan warna berubah menjadi hitam kecoklatan pada campuran tersebut.

Sementara, untuk reaksi yang berlangsung dalam larutannya, semua CuS O4 .5 H 2 O


dan KI bereaksi menghasilkan larutan berwarna coklat dan terbentuk endapan coklat
sebagaimana reaksi berikut :
+ ¿ (aq )+ 2K 2 S O4 (aq )+10 H 2 O (l ) ¿
( aq ) + K
2 CuSO 4 .5 H 2 O ( aq ) +5 KI ( aq ) →2 CuI ( s ) + I −¿
3
¿

Pada percobaan tersebut, reaksi pada fasa larutan lebih cepat dibandingkan dengan
fasa padat. Hal ini dapat kita ketahui penyebabnya melalui pendekatan teori tumbukan
terhadap berjalannya suatu reaksi. Makin banyak tumbukan yang terjadi, semakin besar
peluang terjadinya tumbukan efektif, makin besar peluang terjadinya suatu reaksi. Dalam
fasa larutan, atom-atom penyusun suatu senyawa terdisosiasi menjadi ion-ionnya. Dalam
keadaan yang demikian, makin banyak kemungkinan ion-ionnya untuk bertumbukan
karena pergerakan ion-ion dalam larutan yang jauh lebih bebas dibandingkan pada fasa
padatan ,dimana atom-atom penyusunnya terikat dalam struktur yang kaku. Dapat
disimpulkan, peluang terjadinya tumbukan efektif pada fasa larutan lebih besar daripada
fasa padatan sehingga reaksi yang berlangsung dalam fasa larutan lebih cepat daripada
reaksi pada fasa padatan.

6.4 Perubahan warna indikator dalam reaksi asam-basa

Fenolftalein merupakan indikator asam-basa, prinsip perubahan warna ini digunakan


melalui metode titrasi.   Fenolftalein tidak akan berwarna dalam kondisi yang asam atau
netral, namun akan berwarna kemerahan jika dalam keadaan basa. Pada saat PH 8,3,
indikator fenolftalein tepat berubah warna dari bening menjadi ungu kemerahan.

Pada percobaan yang pertama, NaOH (basa kuat) direaksikan dengan asam oksalat
(asam lemah) dibutuhkan 10 tetes asam oksalat untuk membuat indikator berubah warna
dari ungu menjadi bening.

2 NaOH + PP+ H 2 C 2 O4 → N a2 C 2 O4 + 2 H 2 O

Sementara pada percobaan kedua, N H 3 (basa lemah) dititrasi dengan asam oksalat
membutuhkan 5 tetes untuk membuat indikator berubah warna.
❑ ❑ ❑
2 N H 3( aq) + PP+ H 2 C 2 O4 (aq ) → N H 4 C 2 O4 (aq )

Berdasarkan pengamatan terhadap kedua reaksi, titrasi N H 3 dengan asam oksalat


akan mencapai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna indikator) dengan penambahan
asam oksalat sebanyak 5 tetes, sedangkan untuk mentitrasi NaOH dibutuhkan penambahan
asam oksalat sebanyak 10 tetes. Perbedaan mol asam oksalat yang dibutuhkan untuk
mencapai hasil akhir titrasi dipengaruhi oleh kekuatan basa yang digunakan. Basa kuat,
seperti NaOH memiliki rentang PH > 11, sehingga untuk mencapai akhir titrasi pada PH
8,3 akan dibutuhkan mol asam yang lebih banyak dibandingkan dengan basa lemah ( N H 3 ¿
yang memiliki rentang PH yang lebih rendah disbandingkan basa kuat.

6.5 Kesetimbangan ion Kromat dan Dikromat

Pada percobaan ini ion kromat ¿ dan dikromat (C r 2 O2−¿¿ 7 direaksikan dengan
pereaksi asam/basa untuk melihat bagaimana pengaruh suasana asam/basa terhadap reaksi
yang berlangsung. Larutan yang mengandung ion kromat berwarna kuning. Jika larutan
tersebut direaksikan dengan HCl 1 M, warna larutan akan berubah dari kuning ke jingga,
namun jika larutan direaksikan dengan NaOH 1 M tidak terjadi perubahan warna larutan.
Hal tersebut terjadi karena ion kromat hanya akan bereaksi jika dalam suasana asam tetapi
tidak bereaksi dalam suasana basa. Ini artinya bahwa ion kromat akan stabil (tidak
bereaksi) dalam suasana basa.
2− ¿( aq ) +H O ( l) ¿
2
+¿ (aq ) →C r2 O7 ¿

Cr O 2−¿ ( aq ) +2 H
4
¿
(suasana asam)

−¿→tidakbereaksi ¿
( aq) +O H
Cr O2−¿
4
¿
(suasana basa)

Reaksi berkebalikan terjadi pada larutan ion dikromat. Larutan ini berwarna jingga
mula-mula. Jika direaksikan dalam suasana asam, HCl 1 M, tidak terjadi perubahan warna
larutan. Sebaliknya, jika direaksikan dalam suasana basa, NaOH 1 M , terjadi perubahan
warna larutan dari jingga ke kuning. Hal tersebut terjadi karena ion dikromat hanya akan
bereaksi jika dalam suasana basa, sehinnga dapat disimpulkan bahwa ion dikromat akan
stabil (tidak bereaksi) dalam suasana asam.
2−¿ ( aq) +H O ( l) ¿
2
−¿ ( aq )→ 2Cr O4 ¿

C r 2 O 2−¿
7
( aq ) +2 O H ¿
(suasana basa)

+¿→tidakbereaksi ¿

C r 2 O2−¿+H
7
¿
(suasana asam)

6.6 Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida

Dalam percobaan ini, reaksi reduksi hidrogen peroksida yang dikataliskan dengan
KI akan menghasilkan gelembung udara berupa dan terjadi perubahan warna larutan dari
bening menjadi kuning. Gelembung udara ini adalah oksigen yang merupakan hasil dari
proses reduksi hidrogen peroksida dan perubahan warna terjadi karena adanya katalis KI.
Reaksi reduksi hidrogen peroksida sebagai berikut:

H 2 O 2❑
( aq ) .
+I❑
( aq )
→ H 2 O❑

( l)
+ I O−¿¿
( aq )

❑ −¿+O 2( g) ¿
−¿ → H 2O (l ) +I ( aq ) ¿
H 2 O 2❑
( aq ) + I O ( aq )
2 H 2 O 2❑ (aq )
→ 2 H 2 O❑( l )+ O2❑(g )

6.7 Reaksi Reduksi Kalium Permanganat

Ion permanganat merupakan oksidator kuat yang banyak digunakan dalam


berbagai reaksi kimia. Untuk mereduksi ion permanganat ( Mn 0 4 ) biasanya digunakan asam
lemah oksalat ( H 2 C2 O 4 ) 0,1 M dan Besi (II) Fe ( II ) 0,1 M . Sesuai analisis stoikiometri,
Kalium permanganat akan bereaksi lambat dengan asam oksalat yang ditandai dengan
jumlah tetes kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengubah warna larutan dari
bening ke ungu lebih banyak jika dibandingkan dengan reaksi kalium permanganat dengan
larutan besi (II) Dapat disimpulkan Besi (II) merupakan reduktor yang lebih kuat
dibandingkan dengan asam oksalat.

Berikut ini persamaan reaksi untuk kedua percobaan:


2+¿ ¿ ¿
+ ¿ ( aq ) →10C O2 (g )+ 2M n ¿
−¿ ( aq ) +5 H 2C 2 O 4+6 H ¿
2 Mn O4
3+¿ ¿ ¿
2+¿ ( aq )+ 5Fe ¿
2+ ¿(aq)+ 8 H+ ¿(aq ) → Mn ¿
¿
( aq ) +5 F e
Mn O−¿
4
¿

Berdasarkan reaksi yang sudah setara di atas, untuk 5 mol asam oksalat dibutuhkan 2 mol
kalium permanganat, sementara untuk bereaksi dengan 5 mol besi(II) hanya dibutuhkan 1
mol kalium permanganat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa dibutuhkan jumlah ion
permanganat yang lebih sedikit jika bereaksi dengan besi(II).
Namun, dari data pengamatan justru didapat hasil yang sebaliknya. Jumlah tetes kalium
permanganat yang dibutuhkan untuk berekasi dengan asam oksalat lebih sedikit (4 tetes)
dibandingkan dengan reaksi dengan besi(II) sebanyak 6 tetes. Kemungkinan terdapat
kesalahan pada saat proses pengamatan berlangsung, seperti kesalahan konsentrasi reaktan,
larutan belum tercampur merata, maupun kesalahan mekanis.

7. KESIMPULAN

7.1. Berdasarkan hasil percobaan dan teori, reaksi terjadi secara spontan
dikarenakan dari E0 selnya yang bernilai positif.
7.2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, reaksi antara ion P b2+ ¿ (aq )+C H O Na (aq ) ¿
2 3 2

tidak menghasilkan endapan sedangkan reaksi antara ion P b2+ ¿ (aq )+2 KI (aq )¿
akan menghasilkan endapan Pb I 2yang berwarna kuning.
7.3. Berdasarkan hasil percobaan, reaksi antara CuS O 4 .5 H 2 O dengan KI dalam
fase larutan lebih cepat bereaksi dibandingkan reaksi pada fase padatannya.
7.4. Berdasarkan hasil percobaan, pengaruh kekuatan asam/basa dalam reaksi
titrasi akan mempengaruhi cepat/lamanya titrasi berlangsung. Titrasi
asam/basa kuat membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
asam/basa lemah untuk mencapai hasil akhir titrasi.
7.5. Berdasarkan hasil percobaan, ion kromat akan bereaksi pada suasana asam
yang ditandai dengan berubahnya warna larutan dari kuning ke jingga,
sedangkan ion dikromat akan bereaksi pada suasana basa yang ditandai
dengan berubahnya warna larutan dari jingga ke kuning.
7.6. Berdasarkan hasil percobaan, reaksi reduksi hidrogen peroksida ditandai
dengan bertambahnya suhu sistem dan, berubahnya warna larutan dari bening
ke kuning dan terbentuk gas oksigen.
7.7. Berdasarkan hasil percobaan, pemilihan reduktor berupa asam oksalat pada
reduksi kalium permanganat mempercepat reaksi terjadi dibandingkan
dengan reduktor berupa besi(II).

8. DAFTAR PUSTAKA

8.1. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change by Martin


Silberberg and Patricia Amateis 
8.2. General chemistry : principles and structure / James E. Brady 1990
8.3. https://id.wikipedia.org/wiki/Kromat_dan_dikromat diakses pada tanggal 26
september 2022
8.4. https://id.wikipedia.org/wiki/Indikator_universal diakses pada tanggal 26
september 2022
8.5. https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi diakses pada tanggal 28 september
2022

Anda mungkin juga menyukai