Anda di halaman 1dari 8

TEORI DASAR 

Laser Merah  

Laser atau kepanjangan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation adalah gelombang
elektromagnetik berupa foton yang memiliki intensitas sangat kuat. Laser memiliki sifat yang berbeda
dibandingkan sumber cahaya pada umumnya yang menjadikannya kriteria pemilihan laser merah dalam
percobaan kali ini.

1. Monokromatik
Laser memiliki rentang frekuensi yang sempit sehingga hanya menghasilkan satu spektrum warna
sesuai dengan panjang gelombang tertentu. Pada laser merah, rentang panjang gelombang berkisar
pada panjang gelombang 630 nm. Pada peristiwa difraksi, cahaya yang melewati celah sempit harus
memiliki panjang gelombang spesifik, sementara penggunaan sumber cahaya biasa seperti senter
merupakan contoh cahaya polikromatik yang memiliki rentang frekuensi yang luas sehingga tidak
dapat dijadikan sebagai sumber cahaya pada percobaan difraksi.
2. Koheren
Sinar laser memiliki fasa dan amplitudo yang koheren, artinya gelombang cahaya dalam sinar laser
memiliki fasa yang seragam dan terpolarisasi pada arah yang sama. Adanya sifat koheren ini
memungkinkan terjadinya interferensi dari cahaya yang melewati celah.
3. Terkolimasi
Sinar laser memiliki kolimasi yang baik, kolimasi berarti sinar laser merambat dengan berkas yang
memiliki penyebaran sudut yang sangat kecil, sehingga sinar tersebut dapat terfokus menjadi titik yang
sangat kecil pada jarak yang jauh.

Interferensi

Gelombang memiliki sifat khas, yakni dapat mengalami interferensi. Untuk mengalami interferensi, kedua
gelombang harus koheren, yaitu beda fase kedua gelombang konstan terhadap waktu. Interferensi pada
prinsipnya merupakan operasi penjumlahan, jika puncak gelombang saling bertemu maka akan menghasilkan
puncak gelombang yang amplitudonya penjumlahan amplitudo kedua gelombang. Pada kondisi ini, kedua
gelombang dikatakan sefase (interferensi konstruktif). Sebaliknya, jika puncak bertemu dengan lembah,
amplitudo akan saling mengurangi. Pada kondisi ini kedua gelombang berlawanan fase (interferensi destruktif).

Pada gelombang cahaya, terjadinya interferensi dari dua sumber gelombang dapat teramati melalui percobaan
celah ganda Young. Pada layar akan terbentuk pola terang-gelap yang menandakan pola intensitas cahaya
gelombang yang bergabung.
Pada gambar di atas menunjukkan skema percobaan celah ganda Young. Sumber cahaya koheren melewati
kedua celah dan cahaya yang keluar pada tiap celah menjadi sumber gelombang baru. Tinjau interferensi di titik
P, kedua gelombang awalnya sefase, namun akan akan memiliki beda fase akibat perbedaan lintasan yang
ditempuh sejauh ∆ l .

Jika ∆ l sama dengan nol atau kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang maka kedua gelombang akan
sefase di titik P dan akan menghasilkan pola terang. Namun, jika ∆ l merupakan kelipatan dari bilangan ganjil
dari setengah panjang gelombang maka kedua gelombang akan berlawanan fase dan menghasilkan pola gelap.

Pola terang :

∆ l=mα … (1 ) m=0,1,2,3 , … .
Pola gelap :

( 12 ) α … ( 2) m=0,1,2,3 , … .
∆ l= m+

Posisi pola gelap-terang terhadap terang pusat dapat ditentukan hanya dengan variabel θ , bayangkan kita
menggerakkan tangan ke atas dan bawah maka pada layar laser akan ikut bergerak ke atas dan bawah. kita tidak
dapat menghitung perbedaan lintasan yang ditempuh ∆ l secara langsung sehingga ∆ l harus kita nyatakan
dalam variabel lainnya, yaitu jarak antara celah ke layar L, jarak antarcelah d , dan posisi pola terang/gelap y .

Hubungan antara θ dengan ∆ l sulit ditentukan, namun dengan mengaproksimasi nilai d jauh lebih kecil
dibandingkan L maka lintasan gelombang dari kedua sumber akan paralel satu sama lain dan membentuk sudut
θ terhadap pusat. Tinjau segitiga S1 S 2 B diperoleh hubungan trigonometri antara ∆ l dengan d dan θ
∆l
sin θ= → ∆l=d sinθ
d
y
Karena L ≫d , sin θ ≈ tan θ=
L
y
∆ l=d … (3)
L
Substitusi persamaan 3 ke persamaan 1 dan 2, diperoleh:
y
Pola terang : d =mα m=0,1,2,3 ,…
L
y 1
Pola gelap : d =(m+ )α m=0,1,2,3 , …
L 2
Intensitas Cahaya pada Interferensi Celah Ganda
Asumsikan di titik P kedua gelombang berbeda fasa ∅ . Persamaan medan listrik untuk
gelombang 1 dan 2 sebagai berikut:
E1=E 0 sin(ωt−kx)

E2= E0 sin(ωt−kx+ ∅)

Dengan pendekatan diagram fasor, resultan medan listrik dapat ditentukan :

E R=2 E0 cos β …( 4)

Pada segitiga, analisis geometri :


β + β+ γ =180 ° …(5)
Sudut ∅ dan γ saling berpelurus, maka :
γ=180 °−∅ … (6)
Substitusi persamaan 6 ke persamaan 5 diperoleh hubungan:
1
β= ∅ substitusi ke pers 4
2
1
E R=2 E0 cos ( ∅) …(7)
2

1 2
E2R=4 E20 cos ( ∅)
2
Pada gelombang elektromagnetik (cahaya), intensitas rata-rata dinyatakan sebagai :
2
Em
I=
2 μ0 c
2
I∝E
Persamaan intensitas cahaya interferensi dua celah :
2
1
I =4 I 0 cos ( φ)
2
2 πd
φ= sin θ
α

Difraksi

Difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang karena melewati celah sempit. walaupun hanya memiliki
satu celah sehingga seolah hanya ada satu sumber gelombang, tetap dapat terjadi superposisi gelombang
berdasarkan prinsip Huygens. Tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya dari satu
bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah lainnya.

Difraksi dapat dianggap sebagai peristiwa interferensi tak hingga celah. Perhatikan analisis fasor untuk
interferensi dengan variasi jumlah celah berikut:
Pada fenomena difraksi, pola terang tidak memiliki keteraturan yang tetap dan intensitasnya
berkurang dengan cepat sehingga sulit melakukan pengamatan pola terang. Sebaliknya, pola
gelap dapat diamati dengan jelas. Pola gelap terjadi saat ujung fasor terakhir bertemu dengan
pangkal fasor pertama yang mengakibatkan resultannya sama dengan nol. Akibatnya,
penjumlahan tiap komponen fasor ini akan membentuk lingkaran.
Pola gelap pada difraksi terjadi jika beda fasa antara fasor awal dan akhir sebesar 2 π atau
kelipatannya.

Gambar interferensi tak hingga celah gambar dua sinar yang saling sejajar

Jika L ≫a , tiap sinar dapat dikatakan paralel satu sama lain dengan beda lintasan ∆ s
∆ ∅=2 πm m=1,2,3 ,…

∆ ∅=k ∆ s k =
α

∆ ∅= a sin θ
α
y
Karena L ≫a → tan θ ≈ sin θ=
L

a sinθ=2 πm
α
y
a =m α
L
Intensitas cahaya pola difraksi

Er =meda n listrik resultan ( ditandai dengan tali busur )

Em =medanlistrik maksimum ( ditandai dengan lengkung busur )


Dengan analisis geometri pada fasor diperoleh :

Em =2 αr

Er =2 r sin α

∅ +2 β=π
π
α + β=
2

Sehingga : α=
2
2
I Er
Karena I ∝ E2 =( )
I 0 Em
2
sin α
I =I 0 ( )
α
Grafik pola intensitas difraksi

Pengukuran Diameter Serat

difraksi cahaya tidak hanya dapat terjadi pada celah sempit saja, penghalang kecil dapat membuat cahaya
terdifraksi jika tebalnya sebanding dengan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Gambar di bawah
memperlihatkan perbandingan lebar celah terhadap panjang gelombang berpengaruh pada pola gelap terang
yang dihasilkan. Semakin lebar celah mendekati ukuran panjang gelombang, efek difraksi semakin jelas
sehingga akan dihasilkan pola gelap-terang yang lebih mudah dilihat.

Diameter serat (a) :

y
a =mα
L
mαL
a=
y

Daftar Pustaka gambar/tabel :


https://sainsmania.com/6-contoh-interferensi-cahaya-dalam-kehidupan-sehari-hari/
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/d-interferensi-cahaya/
https://www.slideshare.net/rafikawitama/materi-12-interferensidifraksi

Anda mungkin juga menyukai