Anda di halaman 1dari 21

BAB 10

INTERAKSI ATOM DENGAN MEDAN DAN RADIASI GELOMBANG


ELEKTROMAGNETIK

Dosen Pengampu: Bapak Antomi Siregar, M.Pd., M.Si.

Disusun Oleh
Syukur Fitriansyah (2111090017)
Zein Fudhail Al Vhito (2111090028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023
1. Efek Zeeman dan Efek Stark
1. Efek Zeeman
Dua fenomena penting dalam interaksi atom dengan medan dan radiasi
gelombang elektromagnetik adalah Efek Zeeman dan Efek Stark. Efek Zeeman
terjadi ketika atom berada dalam medan magnet, yang mengacu pada arah
momentum sudut gerak elektron mengelilingi inti atom.. Efek Stark terjadi
ketika atom berinteraksi dengan medan listrik, yang dapat mempengaruhi
struktur energi atom.
Fisikawan Belanda Pieter Zeeman pertama kali melihat efek Zeeman pada
tahun 1896, ia menemukan bahwa garis emisi atom dari sebuah sumber Cahaya
akan terpecah menjadi beberapa komponen jika dipengaruhi oleh medan
magnet. Pergeseran Zeeman adalah fenomena yang disebut sebagai Efek
Zeeman. Jika frekuensi sumber cahaya adalah fo, maka dua frekuensi
tambahan muncul ketika medan magnet mempengaruhinya: fo + ∆f dan fo - ∆f.
Efek Zeeman terutama terjadi pada atom dengan spin nol, di mana spin total
elektron dalam atom tersebut adalah nol (S=0). Salah satu contohnya adalah
atom dengan jumlah elektron genap. Dalam hal ini, elektron-elektron tersebut
akan berpasangan jika jumlah elektron valensi atom genap sama, sehingga
momen magnetik spin mereka saling meniadakan. Atom akan bertindak seperti
partikel yang tidak memiliki spin karena hal ini.
Efek Zeeman terjadi karena atom memiliki mommen magnetic sehingga
dapat dipengaruhi oleh medan magnet luar. Medan magnet menyebabkan
tingkat energi pada atom terpecah menjadi beberapa komponen yang disebut
sub tingkatan magnetic atau tingkatan Zeeman.

ΔΕ=−μ . B=−μ2 B=− ( −e


2m ) g J B=g
z
eh
2m
B M =g μ B M
J β J

J adalah bilangin kuantum anguler total, dan M J adalah bilangan kuantum


magnetic total. Jumlah nilai untuk M J adalah (2J+1) yaitu J,J-1,……..,-J,
sehingga jumlah tingkatan energi akibat pengaruh medan magnet luar adalah
(2J+1). Jumlah tingkatan pecahan tingkat energi bergntung pada faktor Lande,
yaitu L,S, dan J.
Garis spektrum untuk atom yang tidak dipengaruhi medanmagnet dapat
dihitung dengan menghitung transisi dari tingkat energi E1 dan E2 sebagai
berikut:
E2−E 1
f o=
hc
Jika ada medan magnet luar sebesar B, maka tingkatan energi akan menjadi :
'
E2= E2+ Δ E=E2 + μ β B M J , untuk M J =−1, 0 , 1
'
E1=E 1

Garis-garis spektrum yang dipancarkan akibat perpindahan electron dari kedua


tingkat energi tersebut memiliki frekuensi sebagai berikut:
' '
E2−E1 E2−E 1 μ β B M J
f= = + , M J =−1 ,0 , 1
hc hc hc
μβ B
f =f o + MJ
hc
μβ B eB −1
Bilangan = =Lo=46 , 7 B .m disebut bilangan Lorentz, sehingga
hc 4 πmc
bisa ditulis:
f =f o + Lo M J

Untuk M J =−1 ,0 , 1 sehingga nilai frekuensi yang muncul adalah:


eB
f o−Lo , f o ,dan f o + Lo sehingga Δ f =f −f o =Lo=
4 πmc
Dan untuk pergeseran Panjang gelombang yang terjadi adalah sebagai berikut:
2
| Δ λ|=λ2 . Δ f =λ 2 . eB = eB λ
4 πmc 4 πmc
Dalam Efek Zeeman anomali, tidak ada pembelahan garis spektrum yang
jelas, tetapi Efek Zeeman normal membagi garis spektrum menjadi beberapa
komponen diskrit. Gambaran tentang efek Zeeman normal adalah sebagai
berikut.

Gambar 1 Efek Zeeman Normal


2. Efek Strak
Efek Stark, yang ditemukan oleh fisikawan Jerman Johannes Stark pada
tahun 1913, adalah fenomena di mana spektrum emisi atom terpisah atau
terbelah ketika dipengaruhi oleh medan listrik luar. Stark menunjukkan
fenomena ini dengan memecah garis Balmer dari spektrum atom hidrogen
ketika ada medan listrik.
Interaksi antara medan listrik eksternal dengan atom menyebabkan
perubahan dalam energi atom, yang memengaruhi posisi garis-garis spektrum
atom. Semakin besar medan listrik, semakin besar perubahan energi dan
pergeseran garis spektrum yang diamati. Ini karena dalam Efek Stark, yang
merupakan respons atom terhadap medan listrik, perubahan energi bersifat
linier atau orde pertama terhadap kekuatan medan listrik. Dalam eksperimen
Stark pada atom hidrogen, garis-garis Balmer semula tunggal terbelah menjadi
beberapa bagian yang berbeda karena kehadiran medan listrik. Setiap garis
spektrum semula menunjukkan transisi elektron di dalam atom, dan efek
medan listrik pada posisi garis-garis spektrum semula.

Gambar 2 Sketsa Percobaan Strak


Percobaan ini menggunakan perbedaan tegangan yang signifikan antara
kedua elektroda untuk menyelidiki spektrum atom hidrogen. Katoda berlubang
terletak sekitar 3 mm dari keping P. Efek yang diamati adalah pembelahan
garis spektrum awal, yang terkait dengan bilangan kuantum n, menjadi
komponen sebanyak (n-1). Pada tingkat (n-1) yang berbeda, ada perbedaan
tingkat energi. Selain itu, ketika medan listrik yang lemah digunakan, terjadi
Efek Stark linier atau orde pertama. Garis-garis spektrum hidrogen terlihat
simetris dalam kondisi ini dan kekuatan medan listrik yang diterapkan
sebanding. Hasil eksperimen ini menunjukkan hubungan yang erat antara
medan listrik eksternal dan struktur garis spektrum atom hidrogen. Mereka
juga memberikan gambaran yang lebih baik tentang bagaimana atom bertindak
terhadap medan listrik yang diberikan.
2. Persamaan Schrodinger dengan Gangguan Bergantung Waktu
Persamaan Schrodinger telah digunakan untuk memprediksi hasil
eksperimen. Kami telah mempelajari persamaan Schrodinger untuk masalah non
relativistik, di mana kelajuan partikel lebih rendah daripada laju cahaya.
Persamaan yang dimaksudkan Schrodinger adalah:
2 2
∂ Ψ −ℏ ∂ Ψ
iℏ = +V Ψ (Persamaan Schodinger bergantung waktu dalam
∂t 2m ∂ x 2
satu dimensi)

( )
2 2 2 2
∂ Ψ −ℏ ∂ Ψ ∂ Ψ ∂ Ψ
iℏ = + + +V Ψ (Persamaan Schodinger bergantung
∂t 2m ∂ x 2 ∂ y 2 ∂ z 2
waktu dalam tiga dimensi)
Pada persamaan ini tersebut V adalah energi potensial partikel yang merupakan
fungsi x,y,z dan t. persamaan tersebut bersesuain dengan eksperimen dalam bats-
batas berlakunya.
Solusi persamaan schrodinger secara umum merupakan fungsi rung dan
waktu fungsi Ψ yang merupakan solusi persamaan tersebut dapat dikaji dalam
satu dimensi saja, missal pada sumbu x sebagai berikut:
i
−( )(Et− px )

Ψ =A e
Fungsi gelombang adalah representasi matematis dari gelombang ekuivalen
partikel bebas dengan energi total E dan momentum p yang bergerak ke arah +x.
Persamaan Schrodinger harus memperhitungkan gangguan yang muncul jika
partikel yang dibahas berada dalam medan elektromagnetik. Secara umum,
Hamiltonian total untuk kasus gangguan adalah sebagai berikut:
^
H= H^ (0 ) ( r ) + G(r ^ adalah gangguan bergantung waktu. Hamiltonian
^ , t) dimana G
untuk kasus ini tidak terganggu adalah:
^ ( 0) ( 0) (0 ) (0 )
H ψ j ( r )=E j ψ j ( r )

Sedangkan per
samaan schrodinger bergantung waktu adalah:
(0 )
∂ ψ j (r ,t ) ^ (0 ) (0 ) iE
(0)
t
iℏ = H ψ j ( r , t ) → ψ (j0 ) ( r , t )=ψ (j0 ) ( r ) . e j

∂t
Jika H bergantung pada waktu, energi menjadi tidak stasioner. Oleh karena itu,
untuk mengetahui fungsi gelombang bagi H, kita harus menggunakan persamaan
eigen biasa. Fungsi gelombang untuk H adalah

{ψ i (r , t )}, maka dapat ditulis:



∂ ψi (r , t )
iℏ =Hψ ( r ,t ) .
∂t

¿[H ^ , t)ψ (r ,t ) ].
^ ( 0) ( r ) + G(r
i

(0 )
Misalkan ψ i (r , t) adalah adalah keadaan awal, dan karena kehadiran gangguan,
maka fungsi ψ i (r , t) dinyatakan sebagai kombinasi linier dari fungsi-fungsi
lainnya:

ψ i ( r ,t )=∑ aik (t)ψ k (r , t)


( 0)

Persamaan Schrodinger dapat dinyatakan sebagai berikut:

∂ ψ (j0 ) ( r , t ) (0 ) ∂ψ (k0) ( r , t )
iℏ ∑ ψ k ( r , t )+i ∑ a ik ( t ) =¿
k ∂t k ∂t

∑ aik ( t ) H^ (0) ψ (k0 ) ( r , t )+∑ aik ( t ) G^ (0 ) ψ (k0 ) ( r , t )


k k

Persamaan tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:


(0 )
∂ ψ j ( r , t ) (0 )
iℏ ∑ ψ k ( r , t ) ∑ aik ( t ) G(r ,t)ψ (k0 ) ( r , t )
k ∂t k

Misalkan pada akhirnya, fungsi gelombang adalah ψ (f0 ) ( r , t ), maka didapat sebgai
berikut:
∂ a ik ( t )
iℏ ∑ ∫ ψ (f0) ( r , t ) ψ (k0 ) ( r , t ) dvdt=∑ aik ( t )∫ ψ (k0) ( r ,t ) G(r , t)ψ (k0) ( r ,t ) dv
k ∂t k

∂ aif ( t )
iℏ =∑ aik (t )∫ ψ (f0 ) ( r , t ) G(r , t)ψ (k0 ) ( r , t ) dv
∂t k

Misalkan, pada saat awal sistem belum mengalami gangguan, sehingga berlaku
aii=1 dan semua aik=0. Jika diasumsikan bahwa beberapa saat sejak gangguan
dimulai, aii masih mendekati 1 sedangkan semua aik << aii, maka suku yang
paling penting dalam persamaan di atas adalah yang mempunyai indeks k=i,
sehingga:

∂ aif ( t )
=∑ aik ( t )∫ ψ (f0) ( r ,t ) G(r , t)ψ (k0) ( r ,t ) dv
∂t k

Misalkan: G ( r ,t )=G (0) ( r ) φ ( t ) ,sehingga dapat ditulis


∂ aif ( t ) 1
= ∫ ψ (f0 ) ( r , t ) G(r , t)ψ (k0 ) ( r , t ) dv
∂t iℏ
1
∫ ψ (f0) ( r ) ei E ^ ( 0) (r )φ(t)ψ (i0 ) (r )e i E
(0 ) (0 )
t /ℏ t/ℏ
¿ f
G 1
dv
iℏ
1

( 0)
iE t /ℏ
¿ ψ (f0) ( r ) G(0 ) ( r ) ψ (i0 ) (r )dvφ (t)e f

iℏ
1 (0 ) iE (0 )
t /ℏ
¿ G fi φ( t) e f

iℏ
(0) T
Gif
∫ dtφ(t)ei E
(0 )
t /ℏ
a if ( T )−a if ( 0 )= f

iℏ 0

G(0) T


(0 )
t /ℏ
a if ( T )−a if ( 0 )= if
dtφ(t)ei E f

iℏ 0
(0) (0 )
E fi −Ei
Karena: a if ( 0 )=0 dan ω fi =

(0) T
Gif
Maka: a if ( T )=
iℏ
∫ φ(t )e i ω t dt
fi

Peluang bertransisi dari keadaan stasioner awal keadaan ψ (i0 ) ( r ) stasioner akhir
(0 )
ψ f ( r ) adalah:
1 2
Pif =
T
|a if (T )|

gambar 3 Keadaan elektron dengan gangguan G(r,t)


Tinjaulah sebuah kasus, adanya gangguan oleh medan elektromagnetik

E =⃗Eo cosωt , terhadap dipol listrik. Interaksi medan dengan momen dipol adalah:
^ ( r ,t )=⃗μ . ε =( e ε 0 r cosθ ) cosωt
G
^ ( 0) ( r )=e ε 0 r cosθ; dan φ (t)=cosωt
Menggunakan separasi variable, dapat ditulis: G

G0fi =e ε 0 ∫ ψ (f0 )∗¿ ( r) rcosθ ψ


(0 )
( r ) dv=¿ eε 0 M fi ¿
i
¿

e ε 0 M fi T
a if ( T )=
iℏ 0
∫ dt cosω e
iω t fi

[ ]
i ωfi t i(ωfi +ω )T i (ωfi +ω )T
e e −1 e −1
¿ +
i2 ℏ ω fi +ω ω fi +ω

Pada kasus absorbs di sekitar ω=ω fi, suku pertama dapat diabaikan, sehingga:
2
1 2 e 2 ε 20|M fi| sin2 [ ω fi + ω ¿ T /2 ]
Pif = |a if ( t )| =
T 4 ℏ2 T [ ω fi + ω ¿ ¿ 2 ]
2

gambar 4 Kasus absorbsi dn emisi gelombaang elektromagnetik

Perhatikan bahwa momen dipol megnetik total adalah:


μ H =μ L + μS

Pengaruh medan magnet luar akan menimbulkan energi potensial sebesar:

V m =Δ E=m l ( 2em ) . B+2 m ( 2em ) . B S

( 2em ) . B (m +2 m )= ℏ B ( m +2 m )
μB
¿ l S l S

Jika mS =0, maka persamaan tersebut sama dengan efek Zeeman normal.
Penguraian tingkat energi sistem atom hidrogen dengan bilangan kuantum (n, ℓ,
mℓ, ms) dalam medan B adalah sebagai berikut.
-3,4 2p
(5)
2s (2)
(n = 2)

-13,6 (2) E = Vm = (eB/2m) (mℓ + 2ms)


1s
(n = 2)

Δ E=V m =( eB /2 m ) ( ml+ 2mS )

¿ A ( m1 +mS )dengan A=(eB/2M)

Δ E=2 A untuk [3,1,+1,+(1/2)]

Δ E= A untuk [3,1,0,+(1/2)]
Δ E=0 untuk [3,1,+1,-(1/2)] dan [3,1,-1,+(1/2)]

Δ E=− A untuk [3,1,0,-(1/2)]

Δ E=−2 A untuk [3,1,-1,-(1/2)]

Pada kasus tersebut berlaku kaidah seleksi sebagai berikut.

Δ l=±1, dan Δ ml =0 , ±1 : Δ mS =0

Frekuensi Larmor untuk momentum sudut (L), adalah:

μB eℏ
ω L =g L B ,dengan g L=1 ,dan μ B=
ℏ 2m

Frekuensi Larmor untuk spin (S) adalah:

μB eℏ
ω L =g L B ,dengan gS =2 ,dan μ B=
ℏ 2m
gambar 5 Spektrum akibat pengaruh medan magnetik B
3. PIRANTI LASER
Piranti laser dikembangkan berdasarkan ide Townes pada tahun 1951,
yang didasarkan atas fenomena emisi stimulasi yang diusulkan oleh Einstein pada
tahun 1917. Ide tersebut diwujudkan pada tahun 1953 oleh Townes dan dua orang
siswanya dengan membuat prototipe maser (microwave amplification by
stimulated emission of radiation) menggunakan molekul amonia untuk
memperkuat radiasi gelombang mikro (microwave). Pada tahun 1958, Townes dan
Schawlow melaporkan pembuatan sebuah piranti untuk memperkuat radiasi
cahaya yang disebut laser (light amplification by stimulated emission of
radiation). Pengembangan laser secara terpisah juga dilakukan oleh ilmuwan
Rusia, Basov dan Prokhorov. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1960 Meiman
mengembangkan laser menggunakan batang kristal ruby (CrAlO3) dan pada tahun
1961 Javan membuat laser gas heliumneon.
Perusahaan telepon mulai menaruh perhatian dalam menggunakan laser
untuk keperluan komunikasi, dan instalasi jalur komunikasi menggunakan serat
optik (fiber-optic) dibangun pada tahun1977. Pada saat ini laser banyak digunakan
dalam bidang komunikasi, perbankan, kesehatan, industri manufaktur, elektronika,
instrumentasi iptek, sistem pengaman gedung, peralatan militer, dan sebagainya.
Alat untuk membaca CD-ROM atau DVD pada komputer juga menggunakan
laser dioda.
Laser dioda dibuat dengan menggunakan material semikonduktor. Prinsif
dasar bekerjanya sebuah laser adalah poses emisi cahaya oleh material tersebut.
Proses emisi dan penyerapan (absorbsi) cahaya dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori pita energi. Perpindahan elektron dari tingkat energi yang
lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah akan memancarkan (emisi)
gelombang elektromagnetik. Sedangkan elektron dari tingkat energi yang lebih
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi membutuhkan penyerapan gelombang
elektromagnetik. Pada bahan semikonduktor, transisi elektron terjadi antara pita
valensi dengan pita konduksi. Celah pita energi pada bahan semikonduktor
bersesuaian dengan emisi atau absorpsi gelombang elektromagnetik pada daerah
cahaya tampak. Jika energi pada pita konduksi adalah E 2 dan energi pada pita
valensi adalah E1, maka frekuensi ω yang dipancarkan adalah:
emisi cahaya absorbsi cahaya

Gambar 6 Transisi elektron antar tingkat energi yang berbeda pada bahan semikonduktor

Elektron yang sudah pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited
electron) dengan menyerap energi akan berada dalam keadaan tidak stabil.
Elektron ini memiliki kecenderungan kembali ke keadaan awalnya dengan cara
melepaskan kelebihan energi tersebut. Prinsif tersebut diusulkan oleh Einstein
yang menyatakan bahwa kesetimbangan materi dan radiasi diatur oleh tiga proses,
yaitu: 1) absorbsi (induksi) stimulasi, 2) emisi spontan, dan 3) emisi stimulasi.
Energi yang dilepaskan berbentuk foton dengan panjang gelombang tertentu
(warna tertentu) sesuai dengan perbedaan tingkat energinya saat berpindah. Pada
beberapa bahan, ada perbedaan waktu bagi elektron untuk berada dalam keadaan
tidak stabil setelah menyerap energi. Bahan fluoresensi dan fosforesensi
menunjukkan fenomena yang berbeda akibat perbedaan waktu meta-stabil
elektron pada pita energi yang lebih tinggi.
Proses kerja laser memanfaatkan prinsif emisi cahaya dengan membuat
agar cahaya dipancarkan secara serentak. Hal tersebut dilakukan untuk
menghasilkan cahaya yang monokromatik (satu panjang gelombang yang
spesifik), koheren (frekuensi dan fase yang sama), dan menuju satu arah yang
sama sehingga cahayanya menjadi sangat kuat dan terkonsentrasi. Pada laser ruby,
penguatan berkas cahaya dilakukan dengan menggunakan cermin. Ada dua buah
cermin yang dipasang pada laser ruby, dimana salah satu cermin merupakan
cermin parsial (halfsilvered) yang dapat memantulkan berkas cahaya yang lemah
namun dapat mentransmisikan berkas cahaya yang kuat. Sketsa laser ruby secara
sederhana digambarkan sebagai berikut.

Cermin Cermin
parsial
Gambar 7 Skema laser ruby
Pada sketsa laser ruby, terlihat bahwa ruby diberi stimulasi energi (disinari
dengan cahaya) sehingga beberapa elektronnya tereksitasi. Elektron yang
tereksitasi ini cenderung kembali ke tingkat energi awal dengan melepaskan
cahaya. Berkas cahaya tersebut dipantulkan oleh permukaan cermin secara
berkali-kali (bolak-balik). Berkas cahaya yang melewati batangan kristal ruby
akan menyinari elektron-elektron di sekitarnya sehingga menyebabkan elektron
tersebut tereksitasi. Elektronelektron yang tereksitasi tersebut selanjutnya
bertransisi dan mengemisikan cahaya ketika kembali ke keadaan normalnya.
Proses ini terjadi secara berantai sehingga terbentuk berkas cahaya yang cukup
kuat untuk menembus cermin parsial sebagai cahaya laser.
Terdapat berbagai media yang dapat digunakan untuk menghasilkan sinar
laser, misalnya solid state laser yang menggunakan bahan padat sebagai
medianya, dan gas laser, misalnya: gashelium-neon, gas CO2, gas Argon, dan
sebagainya. Kekuatan laser sangat bervariasi, bergantung pada daya yang
dipancarkan sehingga piranti tersebut digolongkan dalam beberapa kelas. Namun
perlu diperhatikan bahwa laser yang paling lemah sekalipun dapat berbahaya bagi
mata kita sehingga perlu bijaksana dalam penggunaannya.
Panjang gelombang yang dihasilkan oleh laser sangat bergantung pada
media yang digunakan untuk membangkitkan laser. Hal tersebut sangat terkait
dengan penggunaan laser dalam berbagai keperluan penelitian dan teknologi.
Misalkan, panjang gelombang yang dihasilkan laser ruby adalah 694 nm (6,94 x
-7
10 m), sedangkan panjang -5 gelombang yang dihasilkan gas CO2 adalah
10.600 nm (1,06 x 10m).
Kristal ruby menghasilkan sinar laser berwarna merah, sedangkan gas
CO2 menghasilkan sinar pada daerah inframerah dan gelombang mikro. Radiasi
inframerah merupakan radiasi panas sehingga laser yang dihasilkan mampu
melelehkan benda yang terkena sinarnya, bahkan laser inframerah dengan daya
yang besar dapat digunakan untuk memotong baja.
Prinsip kerja laser yang telah dijelaskan di atas memanfaatkan emisi foton
ketika bertransisi dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih
rendah. Sebuah kondisi yang perlu diciptakan untuk membuat emisi terjadi secara
serentak adalah mengatur agar cukup banyak elektron berada pada keadaan meta-
stabil pada tingkat energi yang lebih tinggi. Kondisi itu dengan populasi elektron
pada tingkat energi yang lebih banyak daripada keadaan normal (dengan tingkat
energi yang lebih rendah), disebut populasi inversi. Gambaran kondisi tersebut
adalah sebagai berikut.
N2 N2
E2 E2

N1
N1
E1
E1

Kondisi normal Populasi inversi

Gambar 8 Populasi inversi

Kondisi populasi inversi (N2 > N1) dapat diperoleh dengan melakukan
pemompaan optik (optical pumping), yakni memberikan energi foton pada
material sehingga elektron pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Terdapat
kasus dimana elektron yang berada dalam keadaan metastabil pada tingkat energi
yang lebih tinggi segera bertransisi ke tingkat energi yang lebih rendah sehingga
kondisi populasi inversi sulit untuk dipertahankan. Piranti laser untuk kasus
seperti itu dapat dibuat dengan menggunakan tiga tingkatan energi, misalnya pada
laser ruby. Tingkatan energi pada laser ruby digambarkan sebagai berikut.

E3
Transisi non-radiatif
E2

E5
Pemompaan
E4
optik Emisi
(absorbsi) spontan Transisi laser

E1
6943A 6927A

Gambar 9 Proses emisi pada tingkatan energi laser ruby

Ruby adalah kristal alumunium oksida (Al2O3), dimana sebagian atom


alumunium disubstitusi oleh ion kromium (Cr 3+). Pada kristal ini, transisi energi
dapat terjadi dalam ion kromium yang memiliki tingkat energi E 1, E2, E3, E4, dan
E5 seperti diilustrasikan pada gambar. Jika batangan kristal ruby disinari dengan
cahaya dengan energi yang cukup, maka elektron ion kromium dengan energi E 1
dapat berpindah ke tingkatan energi E2 dan E3. Selang waktu atau waktu hidup
elektron pada tingkat energi E2 dan E3 ini sangat singkat, yakni hanya 10-8 detik.
Sebagian elektron akan bertransisi secara spontan ke tingkatan E 1, namun lebih
banyak yang pindah ke tingkatan E4 dan E5. Transisi elektron dari tingkat E2 dan
E3 ke tingkat energi E4 dan E5 tidak memancarkan radiasi foton, karena energi
yang dipancarkan ditransfer ke kisi kristal. Transisi ini merupakan transisi
nonradiatif. Keadaan meta-stabil elektron di tingkat energi E 4 dan E5 adalah
sekitar 10-3 detik, sehingga dapat tercipta kondi populasi inversi. Transisi elektron
dari tingkat energi E4 ke E1 memancarkan foton dengan panjang gelombang 6943
angstrom, sedangkan transisi dari tingkat energi E5 ke E1 memancarkan foton
dengan panjang gelombang 6927 angstrom.
Perhatikan bahwa celah energi antara E 5 dan E1 lebih besar daripada celah
energi E4 dan E1, sehingga frekuensi foton lebih besar dan panjang gelombang
lebih kecil untuk transisi dari E5 ke E1.
Laser helium-neon (He-Ne) dibuat menggunakan campuran gas helium
dan neon dengan rasio 7:1. Gas tersebut dijaga pada tekanan rendah (1 mm Hg)
dalam sebuah tabung lucutan (discharge tube). Pada kedua ujung tabung dipasang
cermin seperti pada konstruksi laser ruby seperti pada gambar berikut ini.

cermin cermin parsial

He:Ne = 7:1

Sumber frekuensi tinggi

Gambar 10 Sketsa piranti laser gas helium-neon

Jarak antara kedua cermin pada laser sama dengan kelipatan dari setengah
panjang gelombang yang diemisikan oleh laser. Metode yang digunakan untuk
membuat elektron tereksitasi adalah dengan memberikan lucutan listrik
menggunakan arus bolak-balik (ac) frekuensi tinggi pada gas. Elektron dari
lucutan gas akan bertumbukan dengan atom gas helium sehingga elektron gas
tersebut tereksitasi ke keadaan meta-stabil dengan energi 19,81 eV dan 20,5 eV.
Tingkat energi eksitasi atom helium sangat berdekatan dengan tingkat energi
eksitasi atom neon, sehingga atom helium yang tereksitasi dapat mentransfer
energinya pada atom neon yang berada pada keadaan energi dasar jika keduanya
bertumbukan. Jika laju transisi elektron ke keadaan eksitasi lebih besar daripada
laju transisi elektron ke keadaan normal, maka akan terjadi populasi inversi. Pada
kasus ini, atom helium digunakan untuk membuat terjadinya keadaan eksitasi
pada atom neon, sedangkan emisi foton akibat transisi elektron pada atom neon
dimanfaatkan sebagai emisi laser. Transisi elektron yang utama pada atom neon
pada proses emisi laser adalah sebagai berikut. Emisi gelombang elektromagnetik
pada daerah cahaya tampak adalah pada panjang gelombang 6328 Å
Tingkat energi pada sistem gas helium-neon terkait dengan notasi di atas
digambarkan sebagai berikut.

20,5 eV tumbukan 3s
E4 3p
19,81 eV E6
E3
2s Transisi laser
2p
E5

1s Transisi spontan
E2

E1
He Ne

Gambar 11 transisi elektron pada laser helium-neon

Latihan Soal
1. Deskripsikan tentang efek Zeeman anomali !
Jawab:
Efek Zeeman anomali adalah fenomena yang terjadi dalam mekanika
kuantum, di mana garis spektrum sebuah atomik teramati saat arus listrik
dialirkan melalui gas di dalam sebuah tabung lecutan gas. Dalam efek
Zeeman anomali, tahap transisi tidak tunggal dengan total spin
keseluruhan tidak sama dengan nol. Efek Zeeman anomali terjadi ketika
medan magnet mempengaruhi tahap transisi energi, yang menyebabkan
pembagian garis spektrum menjadi lebih dari tiga garis spektral yang
disebabkan oleh aksi medan magnet.

2. Gambarkan diagram dari transisi yang diperbolehkan antara ❑2 P1 /2dan


2
❑ S1 /2 yang berada dalam medan magnet yang lemah. Hitunglah komponen
Zeeman dari garis-garis spektrum dalam medan magnet yang besarnya
0,45 µb/m2. !
Jawab:

3. Tentukan pemisahan spektrum atom pada efek zeeman normal dalam


medan magnetic 1,2 T. Berapakah frekuensi radiasi gelombang
elektromagnetik yang mungkin diinduksikan di antara tingkst tingkat
energi zeeman.!
Jawab :

Diketahui :
−24
μ β=9,274 ×10 J /T B=1 , 2T
−34
h=6,626 ×10 J ⋅ s

∆ E=g μβ B M J
h ⋅ f =g μ β B M J

f=
g μβ B M J
h f=
(
g 9,274 × 10−24
J
T )
⋅ ( 1 ,2 T ) ⋅ M J
−34
6,626 ×10 J ⋅s
f =M J g ( 9,2746,626× 1 ,2 ⋅10 )
−24+34

f =M J g ( 1,778 ⋅1010 )

4. Sebuah tabung lucutan berisi atom sodium diletakkan dalam pengaruh


medan magnet sebesar 1,5 T. Hitunglah pemisahan Zeemann untuk
keadaan 32 S 1/ 2 , 32 P1 /2 , 3 2 P3 /2 !

Jawab:
5. Jelaskan tentang fenomena efek Paschen-Back untuk atom dengan satu
elektron valensi dan untuk atom dengan dua elektron valensi !
Jawab:
Efek Paschen-Back adalah fenomena yang terjadi pada atom yang
memiliki satu atau dua elektron valensi. Berikut adalah penjelasan
tentang efek Paschen-Back untuk atom dengan satu elektron
valensi dan untuk atom dengan dua elektron valensi

Atom yang memiliki satu elektron valensi, seperti atom litium (Li),
akan menunjimkan efek Paschen-Back ketika diekspon ke radiasi
elektromagnetik yang tinggi. Hal ini karena satu elektron valensi
mengalami penggabungan energi dari radiasi elektromagnetik,
yang pada gilirannya akan menghasilkan pembuluh daripada satu
elektron valensi. Pembuluh ini akan menghasilkan sinar X, yang
dapat disebut sinar X-ray. Sedangkan atom yang memiliki dua
elektron valensi, seperti atom magnesium (Mg), akan menunjukkan
efek Paschen-Back ketika dipengaruhi oleh radiasi elektromagnetik
yang tinggi. Dalam kasus ini, dua elektron valensi mengalami
penggabungan energi dari radiasi elektromagnetik, dan akan
menghasilkan pembuluh dari dua elektron valensi. Pembuluh ini
akan menghasilkan sinar X yang lebih kuat daripada sinar X-ray
yang dihasilkan oleh atom dengan satu elektron valensi

6. Jelaskan prinsif kerja laser amonia dan laser dioda !


Jawab :
a) Laser amonia: Laser amonia, juga dikenal sebagai maser, didasarkan
pada molekul amonia (NH3) yang digunakan sebagai medium aktif
Prinsip kerja utama dari laser amonia melibatkan penggabungan energi
terkima-kima antara molekul donor (NH 3) dan penerima (NH3) dalam
bentuk cahaya. Dalam proses ini, molekul donor-penerima menyerap
energi cahaya dari sumber luar, seperti radiasi elektromagnetik, dan
kemudian menghasilkan cahaya yang lebih kuat dan terfokus

b) Laser dioda: Laser dioda, juga dikenal sebagai laser diode laser,
didasarkan pada material semikonduktor yang memiliki elektron yang
bekerja antara tingkat energi yang lebih tinggi dan tingkat energi yang
lebih rendah. Prinsip kerja utama dari laser dioda melibatkan
penggabungan energi terkima-kima antara elektron yang berada pada
tingkat energi yang lebih tinggi dan tingkat energi yang lebih rendah.
Proses ini akan memancarkan gelombang elektromagnetik, yang
kemudian dikonsumsi oleh material untuk memancarkan cahaya yang
lebih kuat dan terfokus. Laser dioda memiliki beberapa karakteristik,
seperti monokromatik (cahaya hanya terdiri dari satu panjang
gelombang), koherensi tinggi (frekuensi dan fase yang sama), dan
gelombang yang menuju satu arah yang sama sehingga cahayanya
menjadi sangat kuat dan terkonsentrasi.

7. Garis transisi atomik dengan Panjang gelombang 350 nm diamati terpecah


menjadi 3 komponen dalam spektrum cahaya bitnik matahari (sun-spot).
Komponen spektrum terdekat erpisah sejauh 1,7 pm. Tentukan kuat medan
magnetic pada bitnik matahari! Catatan: μ B=¿ 9,17×10−24 J T −1.
Jawab:
Diketahui: ∆ λ=1 , 7 pikometer =1, 7 ×1 0−12 m
M J =1, 0 ,−1 ( karenaterpecah menjadi 3 komponen )
−9
λ=350 nm=350 ×1 0 m
μ B=¿ 9,17×10−24 J T −1
−19
e ≈1,602 ×10 C
8
c ≈ 3× 10 m/s

Maka :
2
| Δ λ|= eB λ
4 πmc

|Δ λ|∙ 4 πmc
B=
e ∙ λ2

( 1 , 7 ×1 0−12 ) ∙ 4 π ( 9 ,11× 10−31 ) ∙ ( 3 ×10 8 )


B≈ 2
(1,602 ×10−19)∙ ( 3 × 108 )

B≈4 π
( ( 1 ,7 × 1 0−12 ) ∙ ( 9 , 11×1 0−31) ∙ ( 3 ×108 )
( 1,602 ×10−19) ∙ ( 3 ×108 )
2
)
B≈4 π ¿

B ≈ 4 π ( 9 , 7 ×10−24 )

B ≈ 38 , 8 ×10−24 ∙ π
8. Pada laser Helium-Neon, celah energi ( E2− E1) antara tingkst atas dan
tingkat bawah dalam atom neon adalah 2,26 eV. Hitunglah temperature
pada kondisi rasio populasi tingkat energi atas ( E2 ¿ dan tingkat energi
bawah ( E1 ¿ sebesar 1/10, jika pemompaan optic dihentikan

Anda mungkin juga menyukai