Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 1

REAKSI REAKSI KIMIA

Nama : Fadila Tsania

NIM : 16022287

Kelompok : H

Shift : P 2.2 (selasa siang minggu 1)

Asisten : Fauzan Nafi

Tanggal Praktikum : Selasa, 13 September 2022

Tanggal Pengumpulan laporan : Selasa, 27 September 2022

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022

1
1. Tujuan Percobaan
1.1. Menentukan reaksi oksidasi logam antara larutan CuSO4 + Mg, Larutan
HCl + Zn, Larutan AgNO3 + Cu bereaksi secara spontan atau tidak
1.2. Menentukan reaksi antara Pb(NO3)2 + NaC2H3O dan Pb(NO3)2 + KI
menghasilkan endapan atau tidak
1.3. Menentukan perbedaan reaksi dalam fasa padat dengan fasa larutan
dengan menggunakan padatan CuSO4.5H2O dan padatan KI
1.4. Mengetahui perubahan warna indikator dalam reaksi asam-basa
1.5. Mengetahui perubahan warna larutan K2CrO4 dan K2Cr2O7 jika ditetesi
HCl dan NaOH
1.6. Menentukan pH larutan pada reaksi K2CrO4 + HCl, K2CrO4 + NaOH dan
K2Cr2O7 + HCl, K2Cr2O7 + NaOH
1.7. Menentukan persamaan reaksi kesetimbangan ion Cr2O72- dan ion CrO4-
dalam suasana asam dan basa
1.8. Menentukan apakah terjadi perubahan suhu dan warna larutan pada
reaksi reduksi hidrogen peroksida
1.9. Menentukan reaksi mana yang lebih cepat mengalami perubahan warna
pada reaksi reduksi kalium permanganat
2. Teori Dasar
Reaksi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan dua atau lebih pereaksi
yang menghasilkan suatu produk yang memiliki sifat fisik/kimia yang berbeda
dengan pereaksinya. Secara umum reaksi kimia dikelompokkan menjadi dua, yaitu
reaksi asam-basa dan reaksi reduksi-oksidasi.
1. Reaksi asam-basa merupakan reaksi kimia yang melibatkan
- Netralisasi ion H+ dan OH- (teori Arhenius)
- Akseptor-donor ion proton (H+ , teori Browsted Lowry)
- Akseptor-donor pasangan elektron (teori asam-basa Lewis)
2. Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron
antara reduktor dan oksidator, serta adanya perubahan bilangan oksidasi.
Perubahan-perubahan yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia antara lain :
(i) adanya gas sebagai produk reaksi; (ii) adanya endapan; (iii) perubahan pH

2
larutan; (iv) perubahan suhu larutan.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
1.Tabung reaksi
2.Rak tabung
3.Pipet tetes
4.Spatula
b. Bahan
1.Larutan CuSO4 0,1 M
2.Larutan HCl 0,1 M
3.Larutan AgNO3 0,1 M
4.Larutan Pb(NO3)2 0,1 M
5.Larutan NaC2H3O2 0,1 M
6.Laqrutan KI 0,1 M
7.Larutan NH3
8.Larutan HC2H3O2 0,1 M
9.Larutan K2CrO4 0,1 M
10. Larutan K2Cr2O7 0,1 M
11. Larutan HCl 1 M
12. Larutan NaOH 1 M
4. Cara Kerja
BAGIAN 1 : Reaksi Oksidasi Logam
Dituangkan larutan CuSO4 sebanyak 1 mL, lalu sepotong logam Mg
dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Setelah itu perubahan yang terjadi
pada awal reaksi dan setelah 5 menit harus diamati dan hasilnya
dilaporkan. Lalu larutan HCl sebanyak 1 mL dituangkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian dimasukan sepotong logam Zn ke dalam larutan tersebut,
dan diamati perubahan yang terjadi pada awal dan setelah 5 menit.
Lakukan hal yang sama untuk larutan AgNO3 sebanyak 10 tetes
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan logam Cu dimasukkan ke dalam

3
larutan tersebut. kemudian perubahannya diamati pada saat awal dan
setelah 5 menit. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, akan didapatkan
informasi bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi yang berlangsung secara
spontan atau tidak spontan, lalu persamaan reaksi untuk masing-masing
reaksi dapat ditentukan, kemudian digunakanlah data potensial reduksi
standar Eo untuk masing masing pereaksi.
BAGIAN 2 : Reaksi Asam-Basa Ion Pb2+
Dituangkan larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 1 mL ke dalam reaksi, lalu
ditambahkan 1 mL larutan NaC2H3O2 0,1 M ke dalam larutan tersebut. Dan
perubahan tersebut diamati. Kemudian dilakukan hal yang sama untuk
larutan Pb(NO3)2 0,1 M dituangkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan larutan KI 0,1 M ke dalam larutan tersebut, dan
perubahan tersebut diamati. Berdasarkan hasil pengamatan kedua reaksi di
atas, persamaan reaksi dapat ditentukan, Dari hasil percobaan di atas dapat
ditentukan apakah masing masing percobaan menghasilkan endapan, jika
ya maka diberikanlah penjelasan mengapa demikian.
BAGIAN 3 : Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat & Larutan
Disiapkan 4 tabung reaksi :
Tabung 1 dan 2 : masing masing diisikan dengan sesedikit mungkin
padatan CuSO4.5H2O. Kemudian masing-masing tabung diberikan label A
dan B.
Tabung 3 & 4 : masing masing diisikan sesedikit mungkin padatan KI.
Kemudian masing masing tabung diberikan label C & D. Langkah
selanjutnya yaitu padatan yang terdapat dalam tabung A dituangkan ke
dalam tabung C, lalu diamati perubahan yang terjadi. Kemudian 2 mL air
dituangkan ke dalam masing-masing tabung B dan D, lalu diaduk sampai
padatan larut seluruhnya. Langkah selanjutnya untuk larutan tabung B
dituangkan ke dalam larutan tabung D, kemudian diamati perubahan yang
terjadi. Dari hasil pengamatan di atas, didapatkan perbedaan reaksi dalam
fasa padat dan fasa larutan. Terakhir akan kita dapatkan hasil persamaan
reaksi dari masing-masing percobaan.
BAGIAN 4 : Perubahan Warna Indikator dalam Reaksi Asam-Basa
4
Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam larutan tersebut.
Lalu kedalam larutan NaOH tersebut ditambahkan 1mL larutan H2C2O4 0,1
M (tetes demi tetes). Kemudian diamati perubahan warna larutan NaOH
setelah penambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4 0,1 M. dihitung
jumlah tetesan yang diberikan hingga terjadi perubahan warna. Kemudian
dijelaskan mengapa hasil pengamatannya demikian. Langkah yang sama
dilakukan kepada larutan NH3 0,1 M, sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam
larutan tersebut. Ke dalam larutan NH3 tersebut ditambahkan 1 mL larutan
H2C2O4 0,1 M (tetes demi tetes), diamati perubahan warna yang terjadi pada
larutan NH3 setelah penambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4.
Dihitung jumlah tetesan yang diberikan hingga terjadi perubahan warna.
Dijelaskan mengapa hasilnya demikian. Dari percobaan kedua reaksi di
atas didapatkan persamaan reaksinya. Berdasarkan kekuatan asam/basa,
dapat ditentukan perbedaan antara reaksi (a) dan reaksi (b).
BAGIAN 5 : Kesetimbangan ion Kromat (CrO42-) & Dikromat (Cr2O72-)
K2CrO4 dan K2Cr2O7 merupakan garam oksi senyawa Cr(VI), yang larut baik
dalam air. Keberadaan masing-masing ion oksi Cr 2O72- dan CrO42- dalam larutan
sangat dipengaruhi oleh pH larutan. Larutan yang mengandung ion Cr 2O72-
berwarna jingga, sementara larutan yang mengandung ion CrO 42- berwarna
kuning. Catatan : senyawa Cr(VI) bersifat toksik, hati-hati jangan sampai
terkena kulit, bila terkena langsung dibilas dengan air.
Disiapkan 2 tabung reaksi, kemudian masing-maisng tabung diisikan 1 mL
larutan K2CrO4. Kedalam tabung 1, ditambahkan 5 tetes larutan HCl 1 M dan
kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan. Diamati apakah terjadi
perubahan warna atau tidak. Untuk tabung 2, ditambahkan 5 tetes larutan
NaOH 1 M dan kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan.
Kemudian larutan tersebut diamati hingga terjadi perubahan warna. Lalu
simpan kedua reaksi tersebut. Kemudian lakukan hal yang sama seperti di atas
dengan menggunakan larutan K2Cr2O7. Didapatkan perbandingan antara
percobaan (a) dan (b). Dan dapat ditentukan pH larutan tersebut asam atau basa
5
untuk masing-masing ion oksi Cr(VI) tersebut. Dituliskan persamaan reaksi
kesetimbangan ion Cr2O72- dan CrO42- dalam suasana asam dan basa.
BAGIAN 6 : Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida
Diketahui reaksi larutan H2O2 dengan KI berlangsung dalam 2 tahap, yaitu:
H2O2 (aq) + I (aq) 2H2O (l) + IO (aq)

(i)
H2O2 (aq) + IO (aq) H2O (l) + O2 (g) + I (aq)

(ii)
Berdasarkan tahap reaksi di atas, I ada pada awal dan akhir reaksi. Hal ini
menunjukkan bahwa KI merupakan katalis untuk reaksi reduksi H2O2.
Lakukan percobaan di bawah ini di lemari asam.
Larutan H2O2 3% sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan sedikit padatan KI (seujung sendok kecil) ke dalam
larutan tersebut. Dimati perubahan yang terjadi. Dan dapat disimpulkan terjadi
perubahan warna dan suhu atau tidak.
BAGIAN 7 : Reaksi Reduksi Kalium Permanganat
Kalium permanganat, KMnO4, merupakan salah satu oksidator kuat yang
banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia. Diketahui, unsur Mn dapat
membentuk senyawa dengan bilangan oksidasi yang sangat bervariasi, yaitu
+2,+3, +4, +5, +6, dan +7. Dalam suasana asam, ion MnO 4- dapat direduksi
menjadi ion MnO42- (larutan berwarna hijau), MnO2 (padatan berwarna coklat
kehitaman), atau Mn2+ (larutan berwarna merah muda) sangat tergantung pada
jenis reduktor yang digunakan dalam reaksi. Reduktor yang dapat mereduksi
ion MnO4- antara lain Zn, H2C2O4, dan Fe. Hal ini berkaitan dengan nilai
potensial reduksi E antara KMnO4 dengan reduktor.
Dalam tabung reaksi, dimasukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL H2SO4 0,1 M.
Kemudian kedalam larutan tersebut, ditambahkan larutan KMnO 4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KMnO4 yang diperlukan. Dalam tabung reaksi, dimasukkan 1 mL
6
Fe(II) 0,1 M dan 2 mL H 2SO4 2 M. Kemudian kedalam larutan tersebut,
ditambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sampai diamati adanya
perubahan warna dan sambil dikocok. Perhatikan waktu yayng diperlukan
larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta jumlah KMnO4 yang diperlukan.
Dapat kita ketahui waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna KMnO 4,
pada reaksi (a) atau reaksi (b). berikan penjelasan demikian dari hasil
pengamatan yang dilakukan. Reaksi persamaan setara untuk kedua reaksi di
atas dapat dituliskan. Jika 1 tetes larutan KMnO4 diasumsikan setara dengan
0,05 mL, maka hitung jumlah mol KMnO 4 yang diperlukan pada masing-
masing kedua reaksi di atas. Apakah jumlah mol KMnO4 yang diperlukan
dalam kedua reaksi tersebut berbeda. Berikan penjelasannya mengapa
demikian.
5. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

6. Diskusi dan Pembahasan


a. BAGIAN 1 :
Berdasarkan hasil pengamatan ketiga reaksi pada percobaan bagian 1,
ketiga reaksi tersebut berlangsung secara spontan, hal tersebut bisa terjadi
karena spesi yang mengalami reduksi memiliki Eo sel yang lebih tinggi dan
ketiga persamaan reaksi tersebut menghasilkan Eo yang positif sehingga
reaksi berlangsung secara spontan. Ciri ciri lain yang menandakan ketiga
reaksi tersebut berlangsung secara spontan yaitu larutan menghasilkan

7
gelembung pada percobaan 1 dan 2, terbentuk padatan atau endapan pada
percobaan 1 dan 3, dan terjadinya perubahan warna larutan pada percobaan
reaksi pertama dari yang berwarna biru berubah menjadi hijau.
Berikut persamaan reaksi dari ketiga reaksi tersebut :
1.CuSO4 (aq) + Mg (s) → MgSO4 (aq) + Cu (s)
Cu2+ (aq) + 2e- → Cu

Eo = +0,34 V
Mg2+ (aq) + 2e- → Mg

Eo = -2,375 V
2.2HCl (aq) + Zn (s) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)

2H+ (aq) + 2e- → H2 (g)

Eo = +0,00 V
Zn2+ (aq) + 2e- → Zn (s)

Eo = -0,76 V
3.2AgNO3 (aq) + Cu (s) → Cu(NO3)2 (aq) + 2Ag

Ag+ + e- → Ag

Eo = +0,799 V
Cu2+ (aq) + 2e- → Cu

Eo = +0,34 V

b. BAGIAN 2 :
Berdasarkan hasil percobaan 2 didapatkan persamaan reaksi sebagai
berikut :
8
1.Pb(NO3)2 (aq) + 2CH3COONa (aq) → Pb(CH3COO)2 (aq) + 2NaNO3 (aq)
2.Pb(NO3)2 (aq) + 2KI (aq) → PbI2 (s) + 2KNO3 (aq)
Untuk percobaan 1 berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,
tidak ada perubahan warna dan tidak terbentuk endapan karena
Pb(CH3COO)2 kelarutannya sangat tinggi sesuai dengan aturan kelarutan,
“semua garam yang mengandung ion asetat akan larut.”
Sedangkan untuk percobaan kedua berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan, terjadi perubahan warna dan terbentuknya endapan karena
PbI2 memiliki kelarutan yang rendah sesuai dengan aturan kelarutan garam
bahwa iodida merupakan “anion yang larut dengan kekecualian”. Semua
garam I- larut kecuali yang mengandung garam Ag+ , Pb+ , dan Hg22+

c. BAGIAN 3 :
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan tahap b dan c, kita
mendapatkan perbedaan reaksi dalam fasa padat dengan fasa larutan yaitu
pada fasa larutan perubahan reaksi berlangsung lebih cepat dibandingkan
dengan fasa padat, hal ini dikarenakan ada kaitannya dengan luas bidang
sentuh atau cakupan areanya lebih besar sehingga menyebabkan perubahan
reaksi berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan fasa padat yang luas
bidang sentuhnya lebih kecil.
Kemudian berikut adalah hasil persamaan reaksinya :
1.2CuSO4.5H2O (s) + 5KI (s) → 2CuI (s) + I3- (aq) + K+ (aq) + 2K2SO4 (aq)
+ 10H2O (l)
2.2CuSO4.5H2O (aq) + 5KI (aq) → 2CuI (s) + I3- (aq) + K+ (aq) + 2K2SO4
(aq) + 10H2O (l)

d. BAGIAN 4 :
Untuk percobaan pertama menggunakan larutan NaOH yang ditetesi 2 tetes
larutan indikator kemudian ditetesi larutan H2C2O4 terjadi perubahan warna
dari yang awalnya berwarna bening berubah menjadi ungu (setelah ditetesi
larutan indikator) kemudian berubah lagi menjadi bening setelah ditetesi 10
tetes larutan H2C2O4
9
Untuk percobaan kedua menggunakan larutan NH3 yang ditetesi 2 tetes
larutan indikator kemudian ditetesi larutan H2C2O4 sehingga terjadi
perubahan warna dari yang awalnya bening, berubah menjadi warna ungu,
lalu berubah menjadi bening kembali setelah ditetesi 5 tetes larutan H2C2O4.
Berdasarkan hasil pengamatan dari kedua percobaan diatas:
NaOH membutuhkan tetesan lebih banyak untuk berubah kembali menjadi
larutan bening karena NaOH merupakan basa kuat sedangkan NH 3
merupakan basa lemah. Berikut persamaan reaksinya :
1.2NaOH (aq) + fenolftalein + H2C2O4 (aq) →Na2C2O4 (aq) + H2O (l)
2.2NH3 (aq) + fenolftalein + H2C2O4 (aq) → (NH4)2C2O4 (aq) + H2O (l)

e. BAGIAN 5 :
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, kita mendapatkan hasil
perbandingan antara percobaan pertama tabung 1 menggunakan larutan
K2CrO4 yang ditambahkan 5 tetes HCl mengalami perubahan warna dari
kuning berubah menjadi jingga. Sedangkan pada tabung kedua yang
ditetesi 5 tetes NaOH warna larutan tidak berubah alias tetap kuning. Hal
ini disebabkan karena ion Kromat cenderung semakin kuat dalam suasana
asam, sedangkan dalam suasana basa cenderung stabil. Berikut persamaan
reaksinya :
Tabung I 2CrO42- (aq) + 2H+ (aq) → Cr2O7- (aq) + H2O (l)
Tabung II CrO42- (aq) + OH- (aq) → tidak bereaksi
Kemudian pada percobaan kedua yang menggunakan larutan K2Cr2O7 pada
tabung I yang ditetesi HCl tidak mengalami perubahan warna, tetap jingga.
Sedangkan pada tabung II yang ditetesi oleh NaOH larutan mengalami
perubahan warna dari jingga berubah menjadi kuning. Hal ini disebabkan
karena ion Dikromat cenderung lebih kuat dalam suasana basa, dan
cenderung stabil dalam suasana asam. Berikut persamaan reaksinya :
Tabung I Cr2O7- (aq) + HCl (aq) → tidak bereaksi
Tabung II Cr2O7- (aq) + 2OH- (aq) → 2CrO42- (aq) + H2O (l)

10
f. BAGIAN 6 :
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ke 6 reaksi tersebut
mengasilkan perubahan suhu yang berubah menjadi naik, terbentuknya
endapan, terdapat gelembung yang muncul, terjadinya perubahan warna
dan perubahan pH.

H2O2 (aq) + KI (s) ❑ larutan kuning dan gelembung gas

H2O2 (aq) + I- (aq) ❑ H 2 O ( l ) + IO - (aq)

H2O2 (aq) + IO -(aq) ❑ H 20 ( l )+ O2 ( g )

Reaksi yang terjadi pada reduksi hidrogen peroksida yaitu reaksi


autoredoks (disproporsionasi)

g. BAGIAN 7 :
Pada percobaan a ketika ditambahkan 1 tetes KMnO 4 larutan berubah
warna menjadi bening, setelah beberapa tetes berubah warna menjadi ungu,
jumlah tetesan yang dibutuhkan adalah 51.

2MnO4- (aq) + 6H+ (aq) + 5H2C2O4 (aq) ❑ 2 Mn2+ (aq) + 10CO2 (g) + 8H2O
(l)
Pada percobaan b ketika ditambahkan 1 tetes KMnO 4 larutan berubah
warna menjadi bening, setelah beberapa tetes berubah warna menjadi ungu,
jumlah tetesan yang dibutuhkan adalah 43.
MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5Fe2+ (aq) → Mn2+ (aq) + 5Fe (aq) + 4H2O (l)
Jadi, kesimpulannya reaksi pada percobaan b lebih cepat bereaksi
karena membutuhkan jumlah tetesan yang relatif lebih sedikit daripada
reaksi pada percobaan a, dan karena adanya penataan ruang ikatan kimia
yang berbeda sehingga menyebabkan H2C2O4 bereaksi lebih lambat.

7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data percobaan dari reaksi oksidasi logam, dapat kita
simpulkan bahwa larutan CuSO4 bila dimasukkan logam Mg akan berlangsung
secara spontan, karena spesi yang mengalami reduksi memiliki Eo yang lebih
tinggi sehingga menyebabkan potensial reduksi di akhir bernilai positif. Selain
11
itu, hasil dari percobaan reaksi CuSO4 + Mg menghasilkan endapan merah bata
dan juga muncul gelembung. Hal yang sama terjadi pada larutan HCl + Zn,
AgNO3 + Cu reaksi berlangsung secara spontan.
Dari percobaan reaksi asam basa ion Pb2+ dapat kita simpulkan
berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa suatu larutan yang mengandung
ion Pb2+ yang kelarutannya sangat tinggi itu tidak akan menghasilkan endapan,
sedangkan yang pasangan kelarutannya sangat rendah atau dalam kata lain
sukar larut dapat terbentuk endapan, khususnya PbI endapannya berwarna
kuning.
Untuk kesimpulan selanjutnya yang kami dapat dari percobaan reaksi
reduksi ion Cu2+ adalah dalam fasa larutan (keadaan cair) lebih cepat bereaksi
dibandingkan dengan fasa padat karena bidang sentuh pada fasa larutan itu
lebih luas dan lebih besar, jadi memudahkan zat yang sudah terkontaminasi
tersebut langsung bereaksi dengan larutan CuSO4
Untuk percobaan selanjutnya dapat kami simpulkan bahwa larutan NaOH
membutuhkan tetesan yang lebih banyak untuk berubah menjadi bening
dibandingkan dengan NH3 karena NaOH merupakan basa kuat, sedangkan NH3
adalah basa lemah.
Kesetimbangan ion kromat dan dikromat membuktikan bahwa kromat
dalam suasana asam semakin kuat, jika dalam suasana basa kormat cenderung
stabil. Berbeda halnya dengan dikromat, dikromat dalam suasana basa semakin
kuat, sedangkan dalam suasana asam cenderung stabil. Untuk prosedur
percobaan reaksi reduksi hydrogen peroksida dapat ditarik kesimpulan bahwa
peran KI dalam larutan tersebut adalah sebagai katalis dan peran IO -
intermediet (zat yang membentuk dan zat yang terbentuk.
Untuk kesimpulan terakhir yang kami dapatkan reaksi Fe dengan KMnO4
lebih cepat bereaksi karena membutuhkan ion MnO4- lebih sedikit. Juga adanya
penataan ulang ikatan kimia H2C2O4 menyebabkan reaksi terjadi lebih lambat.

8. Daftar Pustaka
Brady. James E.2012.Kimia Universitas Asas & Struktur Jilid 1.Tangerang :
12
Binarupa Aksara Publisher.
Buku Pelajaran Revolusi Belajar Koding. 2021. Bandung : Ganesha Operation

13

Anda mungkin juga menyukai