Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 01
REAKSI-REAKSI KIMIA

Nama : Firstyan Dandely Pradhanta Saviola


NIM : 16722335
Kelompok : P
Shift : P-4.2
Asisten : Silvia Aisha
Tanggal Praktikum : 15 September 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : September 2022

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan apakah dapat terjadi reaksi spontan antara CuSO4 + Mg, HCl +
Zn, dan AgNO3 + Cu.
2. Menentukan apakah reaksi Pb(NO3)2 + NaC2H3O2 dan Pb(NO3)2 + KI
menghasilkan endapan.
3. Menentukan perbedaan reaksi dalam fasa padat dan larutan.
4. Menentukan perubahan warna indicator dalam reaksi NaOH + H 2C2O4 dan
NH3 + H2C2O4.
5. Mengamati perubahan warna dan menentukan pH larutan pada reaksi Kalium
Kromat dan Kalium Dikromat dengan pereaksi HCl dan NaOH.
6. Mengamati perubahan suhu dan warna pada reaksi reduksi Hidrogen
Peroksida.
7. Mengamati perbedaan waktu yang diperlukan untuk perubahan warna antara
reaksi Kalium Permanganat dengan Besi (II) dan Asam Oksalat.

B. Teori Dasar
Reaksi kimia adalah proses yang melibatkan dua atau lebih pereaksi yang
menghasilkan produk yang memiliki sifat fisik atau sifat kimia yang berbeda dengan
pereaksinya. Secara garis besar, reaksi kimia dapat dibagi menjadi dua, yaitu reaksi
reduksi - oksidasi dan reaksi asam – basa.
Reaksi Asam – Basa adalah reaksi yang melibatkan netralisasi ion H + dan OH-
(Teori Arrhenius), akseptor – donor proton (H+, Teori Bronsted – Lowery), akseptor –
donor pasangan elektron (Teori Lewis), atau akseptor-donor ion oksida (O2-).
Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron
antara satu zat ke zat lain, serta adanya perubahan bilangan oksidasi. Zat yang
melepas atau pendonor elektron disebut sebagai reduktor dan sebaliknya yang
menerima elektron disebut oksidator.
Terdapat beberapa indikator yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia : (1)
Terdapat hasil reaksi berupa gas; (2) muncul endapan; (3) pH larutan berubah; (4)
perubahan warna larutan; (5) perubahan suhu larutan.
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Pipet tetes 1. CuSO4 0,1 M
2. Rak tabung 2. HCl 0,1 M
3. Tabung reaksi 3. AgNO3 0,1 M
4. Sikat tabung reaksi 4. Pb(NO3)2 0,1 M
5. Botol semprot 500 mL 5. NaC2H3O2 0,1 M
6. KI 0,1 M
7. HC2H3O2 0,1 M
8. NH3 0,1 M
9. K2CrO4 0,1 M
10. K2Cr2O7 0,1 M
11. HCl 1 M
12. NaOH 1 M
13. KMnO4 0,05 M
14. H2C2O4 0,1 M
15. Fe (II) 0,1 M
16. H2SO4 2 M
17. H2O2 3%
18. Padatan CuSO4.5H2O
19. Padatan KI
20. Logam Mg
21. Logam Cu
22. Logam Zn
D. Langkah Kerja
1. Reaksi Oksidasi Logam.
a. Larutan CuSO4 sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
masukkan sepotong logam Mg ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
b. Larutan HCl sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
masukkan sepotong logam Zn ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
c. Larutan AgNO3 sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian masukkan sepotong logam Cu ke dalam larutan tersebut. Amati
perubahan yang terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

2. Reaksi Asam-Basa Ion Pb2+


a. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan 1 mL larutan NaC 2H3O2 0,1 M ke dalam larutan tersebut.
Perubahan yang terjadi diamati.
b. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan 1 mL larutan KI 0,1 M ke dalam larutan tersebut.
Perubahan yang terjadi diamati.
c. Berdasarkan hasil pengamatan kedua reaksi di atas, persamaan reaksi yang
setara ditulis untuk masing-masing reaksi di atas.
d. Apabila reaksi membentuk endapan, dijelaskan mengapa dapat terbentuk
endapan dalam larutan tersebut.

3. Reaksi Reduksi Ion Cu2+ dalam Fasa Padat dan Larutan


a. Empat tabung reaksi disiapkan
Tabung 1 & 2: masing-masing diisi dengan sesedikit mungkin padatan
CuSO4.5H2O. Kemudian masing-masing tabung diberi label A dan B.
Tabung 3 & 4: masing-masing diisi dengan sesedikit mungkin padatan KI.
Kemudian masing- masing tabung diberi label C dan D.
b. Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam tabung C, kemudian
diamati perubahan yang terjadi.
c. Kedalam masing-masing tabung B dan D ditambahkan 2 mL air dan kemudian
diaduk sampai padatan larut seluruhnya. Larutan tabung B dituangkan ke dalam
larutan tabung D, perubahan yang terjadi diamati.
d. Berdasarkan hasil pengamatan tahap b dan c, apa perbedaan reaksi dalam fasa
padat (tahap b) dengan fasa larutan (tahap c)?
e. Persamaan reaksi dituliskan untuk masing-masing reaksi tersebut!

4. Perubahan Warna Indikator dalam Reaksi Asam-Basa


a. Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam larutan tersebut. Ke
dalam larutan NaOH tersebut tambahkan 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M (tetes demi
tetes). Amati apakah ada perubahan warna larutan NaOH setelah penambahan
larutan indikator dan larutan H2C2O4. Jumlah tetesan dihitung hingga terjadi
perubahan warna.
b. Larutan NH3 (aq) 0,1 M (catatan: larutan NH3 bukan larutan NH4OH) sebanyak
1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian 2 tetes larutan indikator
ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan NH3 tersebut
tambahkan 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M (tetes demi tetes). Perubahan warna
larutan NH3 diamati setelah penambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4.
Jumlah tetesan dihitung hingga terjadi perubahan warna.
c. Persamaan reaksi ditulliskan untuk kedua reaksi di atas.
d. Berdasarkan kekuatan asam/basa, diskusikan apa perbedaan antara reaksi (a)
dan reaksi (b).

5. Kesetimbangan Ion Kromat (CrO42-) dan Dikromat (Cr2O72-)


a. Dua tabung reaksi disiapkan, kemudian masing-masing diisi dengan 1 mL
larutan K2CrO4. Ke dalam tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan HCl 1 M (khusus
untuk kromat) dan kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan. Warna
larutan diamati. Untuk tabung 2, 5 tetes larutan NaOH 1 M diteteskan dan
kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan.
b. Dilakukan percobaan yang sama, namun larutan K2CrO4 diganti dengan larutan
K2Cr2O7.
c. Hasil percobaan bagian (a) dengan bagian (b) dibandingkan. Apakah pH larutan
asam ataukah basa untuk masing-masing ion oksi Cr (IV) tersebut.
d. Persamaan reaksi kesetimbangan ion CrO42-dan ion Cr2O72- dituliskan dalam
suasana asam dan basa.

6. Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida


Larutan H2O2 3% sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan sedikit padatan KI (seujung sendok kecil) ke dalam larutan
tersebut. Amati perubahan yang terjadi!

7. Reaksi Reduksi Kalium Permanganat


a. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M.
Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KMnO4 yang diperlukan.
b. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL Fe(II) 0,1 M dan 2 mL H 2SO4 2 M.
Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KmnO4 yang diperlukan.
c. Manakah waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna KMnO4, pada
reaksi (a) ataukah (b)?
d. Tuliskan persamaan reaksi setara untuk kedua reaksi di atas.
E. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
1. Percobaan Reaksi Oksidasi Logam
 Reaksi 1
CuSO4(aq) + Mg(s) → Cu(s) + MgSO4(aq).
Pada saat waktu awal larutan tidak berwarna dan logam mengapung serta
mulai terkikis. Setelah lima menit muncul endapan berwarna coklat
(endapan tembaga).
 Reaksi 2
2HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2(g)
Larutan tidak berwarna dan logam berwarna keperakan. Pada waktu awal
logam menghasilkan gelembung udara (H2) di sekitarnya. Setelah lima
menit, gelembung gas semakin banyak.
 Reaksi 3
2AgNO3(aq) + Cu(s) → Cu(NO3)2 + 2Ag(s)
Larutan tidak berwarna dan logam berwarna coklat. Pada waktu awal
muncul sedikit endapan hitam (endapan Ag). Setelah lima menit, endapan
Ag semakin banyak.

2. Reaksi Asam-Basa Ion Pb2+


 Reaksi 1
Pb(NO3)2(aq) + 2CH3COONa(aq) → Pb(CH3COO)2(aq) + 2NaNO3(aq)
Tidak terjadi reaksi apapun. Tidak ada perubahan warna.
 Reaksi 2
Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI2(s) + 2KNO3(aq)
Terjadi perubahan warna kuning dan muncul endapan kuning (endapan KI).

3. Reaksi Reduksi Ion Cu2+ dalam Fasa Padat dan Larutan


 Reaksi 1 ( Fasa Padat)
2CuSO4·5H2O(s) + 4KI(s) → Cu2I2 + I2 + 2K2SO4 + 10H2O
Menghasilkan padatan berwarna hitam kecoklatan.
 Reaksi 2 (Fasa Larutan)
2CuSO4·5H2O(aq) + 4KI(aq) → Cu2I2 + I2 + 2K2SO4 + 10H2O
Terbentuk endpan berwarna coklat kehitaman.

4. Perubahan Warna Indikator dalam Reaksi Asam-Basa


 Reaksi 1 (Larutan NaOH)
2NaOH + H2C2O4 + PP → Na2C2O4 + 2H2O
Larutan bening dan berubah menjadi ungu setelah ditetes indikator
(phenolptalein). Setelah 9 tetes kembali berubah bening.
 Reaksi 2 (Larutan NH3)
2NH3 + H2C2O4 + PP → (NH4)2C2O4
Larutan bening dan berubah menjadi ungu setelah ditetes indikator
(phenolptalein). Setelah 6 tetes kembali berubah bening.

5. Kesetimbangan Ion Kromat (CrO42-) dan Dikromat (Cr2O72-)


 Reaksi 1 (Kalium Kromat)
2K2CrO4 + 2HCl → K2Cr2O7 + 2KCl + H2O
Larutan kalium kromat berwarna kuning berubah menjadi jingga
 Reaksi 2 (Kalium Kromat)
K2CrO4 + NaOH ↛
Tidak terjadi reaksi apapun, warna larutan tetap kuning.
 Reaksi 3 (Kalium Dikromat)
K2Cr2O7 + HCl ↛
Tidak terjadi reaksi apapun, warna larutan tetap jingga.
 Reaksi 4 (Kalium Dikromat)
K2Cr2O7 + 4NaOH → 2KOH + 2Na2CrO4 + H2O
Larutan berubah warna dari jingga menjadi kuning.

6. Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida


2H2O2 → 2H2O + O2
Warna larutan berubah menjadi kuning, muncul banyak gelembung gas O2
dan terdapat kenaikan suhu.

7. Reaksi Reduksi Kalium Permanganat


Asumsikan 1 tetes KMnO4 = 0,05 mL
 Reaksi 1
2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 → Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O
Setelah 1 tetes warna menjadi ungu tetapi kembali bening lagi.
Membutuhkan 13 tetes untuk merubah warna menjadi ungu.
Mol KMnO4 = molaritas KMnO4 x 0,05 mL x jumlah tetesan
= 0,05 M x 0,05 mL x 13
= 0,0325 mmol

 Reaksi 2
MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ + → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O
Setelah 1 tetes warna menjadi ungu tetapi kembali bening lagi.
Membutuhkan 11 tetes untuk merubah warna menjadi ungu.
Mol KMnO4 = molaritas KMnO4 x 0,05 mL x jumlah tetesan
= 0,05 M x 0,05 mL x 11
= 0,0275 mmol

F. Pembahasan
Pada percobaan Bagian 1, percobaan yang dilakukan adalah untuk menguji
spontanitas reaksi antara logam dengan larutan yang telah ditentukan. Dalam hal ini,
kespontanan reaksi dapat kita tinjau dengan tabel potensial elektroda.
Percobaan Bagian 1 dilakukan 3 kali, yang pertama adalah mereaksikan logam
Mg dengan larutan CuSO4, yang kedua adalah mereaksikan logam Cu dengan larutan
AgNO3, dan yang ketiga adalah mereaksikan logam Zn dengan larutan HCl.
Persamaan reaksi yang didapatkan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. CuSO4(aq) + Mg(s) → Cu(s) + MgSO4(aq), dihasilkan padatan-padatan hitam.


2. 2AgNO3(aq) + Cu(s) → Cu(NO3)2 + 2Ag(s), dihasilkan padatan-padatan hitam.
3. 2HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2(g), dihasilkan gelembung gas.

Pada persamaan reaksi 1, logam Mg teroksidasi menjadi Mg 2+, yang berarti E0


Mg < E0 Cu (reaksi terjadi secara spontan). Hasil reaksi yang dihasilkan dari reaksi 1
berupa padatan hitam yang dapat terlihat pada tabung reaksi (Cu (s)). Kemudian pada
persamaan reaksi 2, logam Cu teroksidasi menjadi Cu2+, yang berarti E0 Cu < E0 Ag
(reaksi terjadi secara spontan). Hasil reaksi yang dihasilkan dari reaksi 2 berupa
padatan hitam yang dapat terlihat pada tabung reaksi (2Ag (s)). Dan terakhir pada
persamaan reaksi 3, logam Zn teroksidasi menjadi Zn 2+, yang berarti E0 Zn < E0 H
(reaksi terjadi secara spontan). Hasil reaksi yang dihasilkan dari reaksi 3 berupa
gelembung gas yang dapat terlihat pada tabung reaksi (H2(g)).
Percobaan Bagian 2 bertujuan untuk menguji reaksi asam-basa ion Pb 2+,
pengujian dilakukan dengan mereaksikan larutan Pb(NO 3)2 dengan larutan
CH3COONa dan larutan KI. Persamaan reaksi yang didapatkan adalah sebagai
berikut:

1. Pb(NO3)2(aq) + 2CH3COONa(aq) → Pb(CH3COO)2(aq) + 2NaNO3(aq)


2. Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI2(s) + 2KNO3(aq)

Pada persamaan reaksi 1, larutan yang didapatkan dari hasil reaksi adalah
larutan yang berwarna bening dan tidak ada endapan. Warna larutan dari hasil reaksi
sama dengan warna larutan sebelum direaksikan. Pada persamaan reaksi 2, didapatkan
endapan dan perubahan warna larutan menjadi warna kuning. Pada persamaan reaksi
1, larutan tidak menghasilkan endapan karena ion Pb 2+ pada Pb(CH3COO)2 tetap larut.
Namun, pada persamaan 2 terdapat endapan PbI 2(s). Dapat dikatakan juga bahwa
kelarutan Pb(CH3COO)2 lebih besar dibandingkan kelarutan PbI2.
Percobaan bagian 3 bertujuan untuk mengetahui perbedaan laju reaksi
senyawa pada fasa yang berbeda. Dalam percobaan ini digunakan CuSO 4.5H2O
sebagai objek pengujian yang kemudian direaksikan dengan KI pada 2 fasa yang
berbeda. Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:

1. 2CuSO4·5H2O(s) + 4KI(s) → Cu2I2 + I2 + 2K2SO4 + 10H2O


2. 2CuSO4·5H2O(aq) + 4KI(aq) → Cu2I2 + I2 + 2K2SO4 + 10H2O

Pada reaksi satu, terdapat perubahan warna yang terjadi pada padatan
CuSO4·5H2O hanya bagian yang tersentuh dengan padatan KI. Warna CuSO4·5H2O
mula-mula adalah biru yang kemudian berubah menjadi kehitaman setelah tersentuh
KI. Namun pada reaksi dua, didapatkan larutan CuSO 4·5H2O yang direaksikan
dengan KI berubah warna menjadi hijau kecoklatan. Perbedaan fasa dalam reaksi
dapat menyebabkan perbedaan hasil yang didapatkan dari reaksi. Waktu yang
dibutuhkan untuk melihat perubahan warna pada fasa larutan juga lebih cepat
dibandingkan fasa padat.
Percobaan 4 bertujuan untuk mengamati perubahan warna yang dialami
indikator, dalam hal ini yang digunakan adlaah fenolftalein (PP) yang kemudian
direaksikan dalam dua percobaan. Reaksi satu menggunakan NaOH dan asam oksalat
dan reaksi dua menggunakan NH3 dan asam oksalat. Persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:

1. 2NaOH + H2C2O4 + PP → Na2C2O4 + 2H2O


2. 2NH3 + H2C2O4 + PP → (NH4)2C2O4

Kedua larutan berwarna awal bening kemudian berubah menjadi ungu, tetapi
terdapat perbedaan tetesan indikator yang diperlukan untuk mengubah warna larutan.
Pada persamaan reaksi satu, dibutuhkan dua belas tetesan PP untuk mengubah warna
larutan menjadi ungu. Pada reaksi dua, dibutuhkan tujuh tetesan PP untuk mengubah
warna larutan. Perbedaan kekuatan kebasaan (pH) daripada kedua reaksi
mengakibatkan perbedaan tetesan PP yang dibutuhkan untuk mengubah warna larutan
atau dengan kata lain menetralkan larutan.

Percobaan 5 bertujuan untuk mengamati perubahan warna larutan kalium


kromat dan larutan kalium dikromat. Pada percobaan ini, digunakan HCl dan NaOH
sebagai pereaksi pada kedua larutan. Persamaan reaksi dari percobaan ini dapat ditulis
sebagai berikut:

1. 2K2CrO4 + 2HCl → K2Cr2O7 + 2KCl + H2O


2. K2CrO4 + NaOH ↛
3. K2Cr2O7 + HCl ↛
4. K2Cr2O7 + 4NaOH → 2KOH + 2Na2CrO4 + H2O

Pada persamaan satu, kalium kromat berubah menjadi kalium dikromat dengan
pereaksi HCl. Perubahan warna dari larutan kalium kromat juga berubah dari warna
kuning menjadi oranye. Namun pada percobaan dua, warna larutan kalium kromat tidak
berubah atau tetap kuning. Pada persamaan tiga, kalium dikromat tidak mengalami
perubahan warna setelah ditambah HCl. Namun, kalium dikromat berubah warna ketika
diberi NaOH dari warna oranye menjadi kuning. Hal ini disebabkan kedua larutan
mempunyai kestabilan masing-masing pada pH tertentu. Untuk kalium kromat, kestabilan
larutan tercapai apabila suasana larutan dalam pH basa, sedangkan kalium dikromat stabil
pada larutan dengan pH yang asam.
Percobaan 6 bertujuan untuk mengamati perubahan warna pada larutan hidrogen
peroksida yang direaksikan kalium iodida. Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai
berikut:

2H2O2 → 2H2O + O2

Hasil yang didapatkan dari reaksi adalah perubahan warna larutan, yaitu dari tak
berwarna menjadi kuning. Ditemukan juga gelembung-gelembung gas pada tabung
reaksi. Persamaan reaksi diatas menunjukkan bahwa hidrogen peroksida terurai atau
terdekomposisi menjadi air dan gas oksigen. KI pada reaksi ini berfungsi sebagai katalis
untuk mempercepat laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida.

Percobaan 7 bertujuan untuk menentukan reaksi larutan yang mengalami


perubahan warna lebih cepat. Percobaan ini menggunakan asam oksalat, asam sulfat,
kalium permanganat, dan larutan besi(II). Kedua persamaan reaksi ditulis sebagai berikut:

1. 2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 → 2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O


2. MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ + → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O

Kedua reaksi melibatkan reaksi reduksi-oksidasi yang kemudian ditunjukkan


dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi ungu. Secara teoritis, tetesan
KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengubah warna larutan menjadi tetap ungu pada dua
reaksi di atas berbeda. Pembentukan karbondioksida pada reaksi satu mengakibatkan
waltu yang diperlukan untuk mengubah warna larutan lebih lama. Perbandingan mol
kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengubah warna larutan reaksi dua lebih
sedikit dibandingkan reaksi satu. Namun, pada percobaan yang dilakukan pada reaksi satu
dibutuhkan 13 tetesan yang setara dengan 0,0325 mmol untuk mengubah warna larutan
menjadi tetap ungu. Reaksi dua membutuhkan 14 tetesan kalium permanganat yang setara
dengan 0,035 mmol. Kemungkinan yang terjadi adalah kesalahan pada penetesan kalium
permanganat pada tabung reaksi sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
perhitungan secara teoritis
G. Kesimpulan
1. Reaksi CuSO4(aq) + Mg(s) → Cu(s) + MgSO4(aq) dan 2AgNO3(aq) + Cu(s) → Cu(NO3)2 +
2Ag(s) menghasilkan endapan berupa padatan hitam (padatan tembaga dan padatan
perak), sedangkan reaksi 2HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2(g) menghasilkan
gelembung gas O2. Kedua reaksi tersebut dapat terjadi secara spontan karena kita
dapat melihat reaksi kimia secara langsung.
2. Reaksi Pb(NO3)2 + 2CH3COONa(aq) → Pb(CH3COO)2(aq) + 2NaNO3(aq) dapat terlarut
dalam air, sedangkan reaksi Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI2(s) + 2KNO3(aq) membentuk
endapan timbal (II) iodida. Hal tersebut terjadi karena KSP (kelarutan/solubility)
PbI2 sangat kecil sehingga menghasilkan endapan, sebaliknya KSP Pb(CH 3COO)2
besar sehingga bisa larut dan tidak membentuk endapan.
3. Reaksi 2CuSO4.5H2O(s) + 4KI(s) → Cu2I2 + I2 + 2K2SO4 + 10H2O menghasilkan
perubahan warna hanya pada kontak antara padatan CuSO 4.5H2O dengan padatan
KI, sedangkan 2CuSO4.5H2O(aq) + 4KI(aq) → Cu2I2 + I2 + 2K2SO4 + 10H2O
memberikan perubahan warna pada satu larutan dengan waktu yang lebih singkat.
Reaksi pada fasa padat memiliki laju reaksi yang lebih lambat dibandingkan laju
reaksi pada fasa larutan.
4. Reaksi 2NaOH + H2C2O4 + PP → Na2C2O4 + 2H2O membutuhkan tetesan asam
(H2C2O4) yang lebih banyak dibandingkan reaksi NH3 + H2C2O4 + PP →
(NH4)2C2O4. Hal ini dikarenakan perbedaan kekuatan basa antara NaOH dengan
NH3, dimana NaOH merupakan basa yang lebih kuat karena membutuhkan asam
yang lebih banyak.
5. Kalium kromat berubah warna ketika diberi larutan HCl dari oranye menjadi
kuning. Kalium dikromat berubah warna ketika diberi larutan NaOH dari oranye
menjadi kuning. Karena kalium kromat tidak bereaksi ketika ditambah basa artinya
kalium kromat stabil di suasana basa, sebaliknya kalium dikromat stabil di suasana
asam karena ketika ditambah asam tidak bereaksi.
6. Reaksi 2H2O2 → 2H2O + O2 merupakan reaksi autoredoks yang menghasilkan
gelembung gas dan perubahan warna larutan dari bening menjadi berwarna kuning.
KI pada reaksi ini berfungsi sebagai katalis atau agen yang membantu agar
terjadinya reaksi dan tidak ikut bereaksi.
7. Reaksi 2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 → Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O secara teoritis
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memberikan perubahan warna larutan
yang stabil dibanding reaksi MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ + → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O.
Reaksi satu membutuhkan tetes yang lebih banyak karena berdasarkan persamaan
reaksi, persamaan satu butuh 2 MnO4- sedangkan reaksi dua hanya perlu 1 MnO4-.

H. Daftar Pustaka
Jespersen, N.D., Brady, J.E., Hyslop, A. (2000). Chemistry : The Molecular Nature of
Matter. United State of America: John Wiley and Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai