MODUL 01
REAKSI-REAKSI KIMIA
B. Teori Dasar
Reaksi kimia adalah proses yang melibatkan dua atau lebih pereaksi yang
menghasilkan produk yang memiliki sifat fisik atau sifat kimia yang berbeda dengan
pereaksinya. Secara garis besar, reaksi kimia dapat dibagi menjadi dua, yaitu reaksi
reduksi - oksidasi dan reaksi asam – basa.
Reaksi Asam – Basa adalah reaksi yang melibatkan netralisasi ion H + dan OH-
(Teori Arrhenius), akseptor – donor proton (H+, Teori Bronsted – Lowery), akseptor –
donor pasangan elektron (Teori Lewis), atau akseptor-donor ion oksida (O2-).
Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron
antara satu zat ke zat lain, serta adanya perubahan bilangan oksidasi. Zat yang
melepas atau pendonor elektron disebut sebagai reduktor dan sebaliknya yang
menerima elektron disebut oksidator.
Terdapat beberapa indikator yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia : (1)
Terdapat hasil reaksi berupa gas; (2) muncul endapan; (3) pH larutan berubah; (4)
perubahan warna larutan; (5) perubahan suhu larutan.
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Pipet tetes 1. CuSO4 0,1 M
2. Rak tabung 2. HCl 0,1 M
3. Tabung reaksi 3. AgNO3 0,1 M
4. Sikat tabung reaksi 4. Pb(NO3)2 0,1 M
5. Botol semprot 500 mL 5. NaC2H3O2 0,1 M
6. KI 0,1 M
7. HC2H3O2 0,1 M
8. NH3 0,1 M
9. K2CrO4 0,1 M
10. K2Cr2O7 0,1 M
11. HCl 1 M
12. NaOH 1 M
13. KMnO4 0,05 M
14. H2C2O4 0,1 M
15. Fe (II) 0,1 M
16. H2SO4 2 M
17. H2O2 3%
18. Padatan CuSO4.5H2O
19. Padatan KI
20. Logam Mg
21. Logam Cu
22. Logam Zn
D. Langkah Kerja
1. Reaksi Oksidasi Logam.
a. Larutan CuSO4 sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
masukkan sepotong logam Mg ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
b. Larutan HCl sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
masukkan sepotong logam Zn ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
c. Larutan AgNO3 sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian masukkan sepotong logam Cu ke dalam larutan tersebut. Amati
perubahan yang terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.
Reaksi 2
MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ + → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O
Setelah 1 tetes warna menjadi ungu tetapi kembali bening lagi.
Membutuhkan 11 tetes untuk merubah warna menjadi ungu.
Mol KMnO4 = molaritas KMnO4 x 0,05 mL x jumlah tetesan
= 0,05 M x 0,05 mL x 11
= 0,0275 mmol
F. Pembahasan
Pada percobaan Bagian 1, percobaan yang dilakukan adalah untuk menguji
spontanitas reaksi antara logam dengan larutan yang telah ditentukan. Dalam hal ini,
kespontanan reaksi dapat kita tinjau dengan tabel potensial elektroda.
Percobaan Bagian 1 dilakukan 3 kali, yang pertama adalah mereaksikan logam
Mg dengan larutan CuSO4, yang kedua adalah mereaksikan logam Cu dengan larutan
AgNO3, dan yang ketiga adalah mereaksikan logam Zn dengan larutan HCl.
Persamaan reaksi yang didapatkan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
Pada persamaan reaksi 1, larutan yang didapatkan dari hasil reaksi adalah
larutan yang berwarna bening dan tidak ada endapan. Warna larutan dari hasil reaksi
sama dengan warna larutan sebelum direaksikan. Pada persamaan reaksi 2, didapatkan
endapan dan perubahan warna larutan menjadi warna kuning. Pada persamaan reaksi
1, larutan tidak menghasilkan endapan karena ion Pb 2+ pada Pb(CH3COO)2 tetap larut.
Namun, pada persamaan 2 terdapat endapan PbI 2(s). Dapat dikatakan juga bahwa
kelarutan Pb(CH3COO)2 lebih besar dibandingkan kelarutan PbI2.
Percobaan bagian 3 bertujuan untuk mengetahui perbedaan laju reaksi
senyawa pada fasa yang berbeda. Dalam percobaan ini digunakan CuSO 4.5H2O
sebagai objek pengujian yang kemudian direaksikan dengan KI pada 2 fasa yang
berbeda. Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Pada reaksi satu, terdapat perubahan warna yang terjadi pada padatan
CuSO4·5H2O hanya bagian yang tersentuh dengan padatan KI. Warna CuSO4·5H2O
mula-mula adalah biru yang kemudian berubah menjadi kehitaman setelah tersentuh
KI. Namun pada reaksi dua, didapatkan larutan CuSO 4·5H2O yang direaksikan
dengan KI berubah warna menjadi hijau kecoklatan. Perbedaan fasa dalam reaksi
dapat menyebabkan perbedaan hasil yang didapatkan dari reaksi. Waktu yang
dibutuhkan untuk melihat perubahan warna pada fasa larutan juga lebih cepat
dibandingkan fasa padat.
Percobaan 4 bertujuan untuk mengamati perubahan warna yang dialami
indikator, dalam hal ini yang digunakan adlaah fenolftalein (PP) yang kemudian
direaksikan dalam dua percobaan. Reaksi satu menggunakan NaOH dan asam oksalat
dan reaksi dua menggunakan NH3 dan asam oksalat. Persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
Kedua larutan berwarna awal bening kemudian berubah menjadi ungu, tetapi
terdapat perbedaan tetesan indikator yang diperlukan untuk mengubah warna larutan.
Pada persamaan reaksi satu, dibutuhkan dua belas tetesan PP untuk mengubah warna
larutan menjadi ungu. Pada reaksi dua, dibutuhkan tujuh tetesan PP untuk mengubah
warna larutan. Perbedaan kekuatan kebasaan (pH) daripada kedua reaksi
mengakibatkan perbedaan tetesan PP yang dibutuhkan untuk mengubah warna larutan
atau dengan kata lain menetralkan larutan.
Pada persamaan satu, kalium kromat berubah menjadi kalium dikromat dengan
pereaksi HCl. Perubahan warna dari larutan kalium kromat juga berubah dari warna
kuning menjadi oranye. Namun pada percobaan dua, warna larutan kalium kromat tidak
berubah atau tetap kuning. Pada persamaan tiga, kalium dikromat tidak mengalami
perubahan warna setelah ditambah HCl. Namun, kalium dikromat berubah warna ketika
diberi NaOH dari warna oranye menjadi kuning. Hal ini disebabkan kedua larutan
mempunyai kestabilan masing-masing pada pH tertentu. Untuk kalium kromat, kestabilan
larutan tercapai apabila suasana larutan dalam pH basa, sedangkan kalium dikromat stabil
pada larutan dengan pH yang asam.
Percobaan 6 bertujuan untuk mengamati perubahan warna pada larutan hidrogen
peroksida yang direaksikan kalium iodida. Persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai
berikut:
2H2O2 → 2H2O + O2
Hasil yang didapatkan dari reaksi adalah perubahan warna larutan, yaitu dari tak
berwarna menjadi kuning. Ditemukan juga gelembung-gelembung gas pada tabung
reaksi. Persamaan reaksi diatas menunjukkan bahwa hidrogen peroksida terurai atau
terdekomposisi menjadi air dan gas oksigen. KI pada reaksi ini berfungsi sebagai katalis
untuk mempercepat laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida.
H. Daftar Pustaka
Jespersen, N.D., Brady, J.E., Hyslop, A. (2000). Chemistry : The Molecular Nature of
Matter. United State of America: John Wiley and Sons, Inc.