MODUL 01
NIM : 16422102
Kelompok :I
Shift : P-1.1
Asisten : Ridwan
2022
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan reaksi oksidasi logam Mg, Zn, Cu apakah dapat bereaksi secara spontan atau tidak
secara kualitatif.
2. Menentukan pengaruh jenis anion terhadap kelarutan garam dengan kation Pb2+.
3. Membandingkan reaksi dalam fasa padat dan fasa larutan.
4. Menentukan pengaruh kekuatan basa terhadap perubahan warna indikator.
5. Menentukan kestabilan kalium kromat dan kalium dikromat dalam larutan asam/basa.
6. Menentukan pengaruh KI terhadap reaksi dekomposisi H2O2.
7. Menentukan perubahan suhu dan warna larutan pada reaksi reduksi Hidrogen Peroksida.
Reaksi kimia adalah proses yang melibatkan dua atau lebih reagen yang menghasilkan produk
dengan sifat fisik / kimia yang berbeda dari reaktan. Reaksi kimia secara umum dibagi menjadi reaksi
asam basa dan reaksi redoks. Reaksi asam-basa meliputi netralisasi ion H+ dan OH- (teori Arrhenius),
akseptor-donor ion proton H+ (teori Bronsted-Lowry), akseptor-donor pasangan elektron (teori asam-basa
Lewis), atau akseptor-donor Ini adalah reaksi kimia. Ion oksida (O2-). Reaksi redoks adalah reaksi kimia
yang melibatkan transfer elektron dan perubahan bilangan oksidasi antara zat pereduksi dan zat
pengoksidasi. Perubahan yang dapat diamati dalam reaksi kimia meliputi: (i) adanya gas sebagai produk
reaksi; (ii) Adanya endapan; (iii) perubahan pH larutan; (iv) perubahan warna larutan, atau (v) perubahan
suhu larutan.
Sebanyak 1 mL larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dimasukkan sepotong logam
Mg ke dalam larutan tersebut. Perubahan diamati pada awal reaksi dan 5 menit setelah dimulainya reaksi.
Sebanyak 1 ml larutan HCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan potongan logam Zn dimasukkan
ke dalam larutan. Perubahan diamati pada awal reaksi dan 5 menit setelah dimulainya reaksi.
10 tetes larutan AgNO3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian potongan logam Cu
dimasukkan ke dalam larutan. Perubahan diamati pada awal reaksi dan 5 menit setelah dimulainya reaksi.
Persamaan reaksi setara untuk masing-masing reaksi di atas ditulis. Data potensial reduksi standar,
Eo, digunakan untuk masing-masing reagen di atas.
Berdasarkan hasil pengamatan kedua reaksi di atas, persamaan reaksi yang setara untuk masing-
masing reaksi di atas dituliskan.
Bila dihasilkan endapan dalam larutan dari kedua reaksi di atas, penjelasan mengapa dapat
terbentuk endapan dalam larutan tersebut diberikan.
BAGIAN 3: Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat & Larutan
4 tabung reaksi disiapkan. Tabung 1& 2 masing-masing diisi dengan sesedikit mungkin padatan
CuSO4.5H2O. Kemudian masing-masing tabung diberi label A dan B. Tabung 3 & 4 masing-masing diisi
dengan sesedikit mungkin padatan KI. Lalu masing-masing tabung diberi label C dan D.
Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam tabung C, kemudian perubahan yang
terjadi diamati.
Ke dalam masing-masing tabung B dan D ditambahkan 2 mL air kemudian diaduk sampai padatan
larut seluruhnya. Larutan tabung B dituangkan ke dalam larutan tabung D, perubahan yang terjadi
diamati.
Sebanyak 1 mL Larutan NaOH 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian 2 tetes
larutan indicator ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan NaOH tersebut ditambahkan 1
mL larutan H2C2O4 0,1 M (tetes demi tetes). Perubahan warna larutan NaOH setelah penambahan larutan
indikator dan larutan H2C2O4 diamati. Jumlah tetesan hingga terjadi perubahan warna dihitung. Hasil
pengamatan dijelaskan.
Sebanyak 1 mL Larutan NH3 (aq) 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian 2 tetes
larutan indikator ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan NH3 tersebut ditambahkan 1
mL larutan H2C2O4 0,1 M (tetes demi tetes). Perubahan warna larutan NH3 setelah penambahan larutan
indikator dan larutan H2C2O4 diamati. Jumlah tetesan hingga terjadi perubahan warna dihitung. Hasil
pengamatan dijelaskan.
Persamaan reaksi untuk kedua reaksi di atas dituliskan dan berdasarkan kekuatan asam/basa,
perbedaan antara reaksi (a) dan reaksi (b) didiskusikan.
2 tabung reaksi disiapkan, kemudian masing-masing diisi dengan 1 mL larutan K2CrO4. Ke dalam
tabung 1, ditambahkan 5 tetes larutan HCl 1 M (khusus untuk kromat) dan kemudian campuran tersebut
dikocok perlahan-lahan. Perubahan warna pada larutan diamati. Untuk tabung 2, ditambahkan 5 tetes
larutan NaOH 1 M dan kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan. Perubahan warna pada
larutan diamati. Kedua reaksi ini disimpan.
Hal yang sama seperti di atas dilakukan, larutan K2CrO4 diganti dengan larutan K2Cr2O7.
Kemudian hasil kedua percobaan dibandingkan. pH larutan asam ataukah basa untuk masing-masing ion
oksi Cr(VI) tersebut ditentukan. Persamaan reaksi kesetimbangan ion Cr2O72- dan ion CrO42- dalam
suasana asam dan basa dituliskan.
Dalam tabung reaksi, dimasukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M. Kemudian ke dalam
larutan tersebut ditambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sampai diamati adanya perubahan
warna dan sambil dikocok. Waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta jumlah
KMnO4 diperhatikan.
Dalam tabung reaksi, dimasukkan 1 mL Fe(II) 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M. Kemudian ke dalam
larutan tersebut ditambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sampai diamati adanya perubahan
warna dan sambil dikocok. Waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta jumlah
KMnO4 diperhatikan.
Penjelasan mengenai manakah waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna KMnO4 antara
kedua reaksi di atas diberikan, persamaan reaksi setara untuk kedua reaksi di atas dituliskan.
Jika 1 tetes larutan KMnO4 diasumsikan setara dengan 0,05 mL, maka jumlah mol KMnO4 yang
diperlukan pada masing-masing reaksi di atas dihitung. Penjelasan mengenai apakah jumlah mol KMnO4
yang diperlukan dalam kedua reaksi tersebut berbeda diberikan.
Bagian 3 Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat & Larutan
Tabel 5.3 Pengamatan dan Kesimpulan Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat & Larutan
2H2O2(aq) ⟶ 2H2O(aq) +
O2(g)
Berdasarkan percobaan 1 yang telah diamati, ketiga reaksi dapat berlangsung secara spontan karena
spesi yang mengalami reduksi memiliki E° yang lebih positif daripada spesi yang teroksidasi. Ketiga
reaksi termasuk reaksi redoks.
Pada percobaan ini,terjadi reaksi asam-basa serta pergantian ganda.Pada saat bereaksi,tidak ada
perubahan warna(dari bening tetap bening).Tidak adanya perubahan warna ini dapat terjadi karena
semua produk terlarut dan tidak membentuk endapan
Pada percobaan ini,terdapat perubahan warna dari warna bening menjadi kuning.Selain
itu,terbentuk juga endapan berwarna kuning yang merupakan senyawa 𝑃𝑏𝐼2. 𝑃𝑏𝐼2 dapat
membentuk endapan karena Ksp dari 𝑃𝑏𝐼2 yang rendah yang membuat senyawa tersebut sulit
untuk larut dalam air.
Pada Percobaan 3 (Reaksi reduksi ion Cu2+ dalam fasa padat dan larutan), kedua reaksi adalah reaksi
redoks pergantian ganda. Laju reaksi lebih cepat saat CuSO4 adalah larutan tumbukan molekul di fase
larutan terjadi lebih sering sehingga terjadi reaksi kimia yang lebih cepat, sedangkan CuSO4 padat
lebih lambat laju reaksinya karena padatan lebih sulit bergerak (lebih rapat).
Perubahan warna indikator pada reaksi asam-basa (percobaan 4) disebabkan oleh fenolftalein yang
berfungsi sebagai indikator. Fenolftalein membuat warna berubah-ubah tergantung PH campuran.
Pada reaksi 1, NaOH basa sehingga warna awal ungu. Saat ditambah H2C2O4, PH berkurang sehingga
warna menjadi bening. Di reaksi kedua, NH3 basa sehingga warna awal ungu. Saat ditambah H2C2O4,
PH berkurang dan warna menjadi bening. Reaksi yang terjadi adalah reaksi asam basa.
Pada Percobaan 5, reaksi yang terjadi adalah dimerisasi. Kromat dan Dikromat sama-sama
dipengaruhi asam-basa. CrO42- saat ditambah asam akan bereaksi tapi tidak akan bereaksi saat
ditambah basa. Ion dikromat tidak akan bereaksi dengan asam tetapi bereaksi dengan basa. Reaksi
dimerisasi ini dapat dibuktikan dengan mengamati reaksi kromat dan H+ yang bereaksi membentuk
dikromat. Setelah itu, reaksi dikromat dengan OH- membentuk kromat.
Reaksi dekomposisi atau autoredoks terjadi pada H2O2 di percobaan 6. Penguraiannya adalah berikut:
Persamaan :
Reduksi :
2𝑀𝑛𝑂4
Oksidasi :
Pada persamaan reaksi pertama ini,elektron yang dibutuhkan sebanyak 10 elektron dengan jumlah
tetesan sebanyak 10 tetesan supaya warna ungu tidak dapat berubah warna lagi.pada reaksi
ini,perubahan warna dari ungu menjadi bening membutuhkan waktu lebih lama karena ada penataan
ulang yaitu dari 𝐶2𝑂42−(𝑎𝑞) → 2𝐶𝑂2(𝑔).
Reduksi :
Oksidasi :
tetesan sebanyak 5 tetesan supaya warna ungu tidak dapat berubah warna lagi.perubahan warna dari
ungu kembali menjadi bening lebih cepat dari pada percobaan pertama. Dari kedua reaksi
diatas,dapat disimpulkan bahwa kedua reaksi merupakan reaksi redoks.Berubahnya warna dari ungu
kembali bening setelah diteteskan disebabkan karena 𝑀𝑛𝑂4− belum habis bereaksi.Elektron yang
dibutuhkan reaksi pertama lebih banyak daripada reaksi kedua membuat 𝑀𝑛𝑂4− yang dibutuhkan
lebih banyak.
VII. Kesimpulan
1. Reaksi oksidasi logam akan terjadi spontan apabila potensial reduksi bernilai positif
2. Reaksi fasa cair akan berlangsung lebih cepat daripada fasa padat walaupun direaksikan
senyawa yang sama.
3. Perbedaan kekuatan asam/basa berpengaruh terhadap hasil pengamatan.
4. CrO42- bereaksi dengan asam dan tidak bereaksi dengan basa. Dikromat bereaksi bereaksi
dengan basa tetapi tidak dengan asam. Kesetimbangan pada reaksi dapat dibuktikan dari
reaksi kromat dengan H+ yang membentuk dikromat dan reaksi dikromat dengan OH- yang
membentuk kromat.
5. Reaksi H2O2 dengan reagen KI yang berfungsi sebagai katalis dan IO- sebagai intermediet. KI
menyebabkan reaksi lebih cepat.
6. Reaksi Pb2+ akan berbeda apabila direaksikan dengan senyawa yang berbeda. Reaksi dapat
terjadi ataupun tidak terjadi tergantung reagen yang digunakan.
7. Pada percobaan 7 ,percobaan Fe(II) lebih cepat bereaksi daripada 𝐻2𝐶2𝑂4 karena elektron
yang dibutuhkan Fe(II)lebih sedikit daripada 𝐻2𝐶2𝑂4 sehingga 𝑀𝑛𝑂4− yang dibutuhkan juga
lebih sedikit.