2. HCl(aq) + Zn(s) Pada saat tawal: terbentuk Persamaan reaksi: 2HCl(aq) + Zn(s) → ZnCl2(aq) + H2(g)
gelembung gas
3. AgNO3(aq) + Cu(s) Pada saat tawal: terbentuk Persamaan reaksi: 2AgNO3(aq) + Cu(s) → Cu(NO3)2(aq) + 2Ag(s)
padatan hitam
Ketiga reaksi merupakan reaksi penggantian tunggal dan redoks. Ketiga reaksi tersebut dapat terjadi atau
terjadi secara spontan karena terdapat perbedaan potensial reduksi yang cukup signifikan antara logam-logam yang
bereaksi pada reaksi kimia tersebut. Potensial reduksi Cu jauh lebih besar daripada Mg, sehingga logam Cu lebih
mudah mengalami reduksi daripada Mg, begitupun kedua reaksi lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada deret volta.
Karena itu, logam yang potensial reduksinya lebih besar akan mengendap.
Bagian 2 Reaksi Reduksi Ion Cu2+ dalam Fasa Padat dan Larutan
Prosedur Pengamatan Kesimpulan
1. CuSO4.5H2O(s) + KI(s) Persamaan reaksi: 2CuSO4(s) + 4KI(s) → 2CuI (s) +
Terbentuk padatan hitam pada I2(s) + 2K2SO4(s)
permukaan campuran
Pada fasa padat reaksi tersebut membentuk padatan hitam pada pemukaan campuran kedua zat, sedangkan
pada fasa larutan terjadi perubahan warna larutan kedua zat menjadi warna cokelat keruh. Reaksi ini dapat terjadi
karena adanya pereaksi pembatas KI.
LABORATORIUM KIMIA DASAR
PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MIPA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Tipe Reaksi : Reaksi Penggantian Ganda, Dekomposisi, dan Redoks
Reaksi penggantian ganda : 4KI + 2CuSO4 → 2K2SO4 + 2CuI2
NH3(aq) + fenolftalein + Terjadi perubahan warna Persamaan reaksi : NH3(aq) + CH3COOH(aq) → NH4+
CH3COOH(aq) menjadi bening (aq) + CH3COO –(aq)
Berdasarkan kekuatan asam dan basa, jika warna yang dihasilkan dari reaksi tersebut ketika ditambahkan
fenolftalein menjadi berwarna bening maka reaksi tersebut dapat digolongkan sebagai reaksi basa. Tepatnya pada
titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda yang
semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan semakin merah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa reaksi pertama pH yang dihasilkan lebih tinggi daripada reaksi yang kedua sehingga tingkat
keasaman reaksi kedua lebih besar daripada reaks pertama.
LABORATORIUM KIMIA DASAR
PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MIPA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Pada tabung pertama warna larutan berubah yang awalnya berwarna kuning menjadi berwarna oranye
sehingga pada tabung pertama kalium kromat bereaksi dengan asam klorida membentuk kalium dikromat, pada
tabung kedua tidak terjadi perubahan warna yang awal mulanya berwarna kuning sehingga kalium kromat tidak
bereaksi dengan natrium hidroksida,.
Pada tabung pertama tidak terjadi reaksi karena tidak ada perubahan warna pada reaksi kalium dikromat
dan asam klorida, namun pada tabung kedua terjadi reaksi antara kalium dikromat dan natrium hidroksida
membentuk kalium kromat yang ditandai dengan perubahan warna yang awalnya berwarna kuning menjadi
berwarna cokelat.
Reaksi Dekomposisi dan Autoredoks. Reaksi ini dapat terjadi karena terbentuk dua zat baru dari satu zat
tunggal dan reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm. Haal ini terbukti dari meningkatnya suhu tabung reaksi
tempat terjadiya reaksi. Dengan kata lain, reaksi ini merupakan reaksi eksoterm karena menghasilkan kalor. Reaksi
ini juga disebut dekomposisi karena pada akhirnya H2O2 menghasilkan H2O dan O2 sehingga terciptanya gelembung
sedangkan I – hanya berfungsi sebagai katalis sehingga warnanya berubah menjadi kuning.
Jumlah tetes: 12
Reaksi redoks. Waktu yang dihasilkan untuk mengubah warna reaksi menjadi bening kembali adalah reaksi
kedua karena pada reaksi kedua hanya terjadi pertukaran elektron saja antara Fe(II) dan KMnO 4 sedangakan pada
reaksi pertama terjadi pembentukan ikatan reaksi ulang antara asam oksalat dan kalium permanganate sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk mengubah warna menjadi kembali bening lebih lama.
n KMnO4 = 2/5 x 10-4 (Butuh setiap 2 mol KMnO4 untuk 5 mol H2C2O4)
= 4 x 10-6 mol
n KMnO4 = 2/10 x 10-4 (Butuh setiap 2 mol KMnO4 untuk 10 mol Fe(II))
= 2 x 10-5 mol
TM = Temperatur mula-mula T = TA – TM
TA = Temperatur akhir (Konsentrasi CuSO4 = 1 M; konsentrasi NaOH = 1 M)
1. Diskusikan perbedaan cara penentuan stoikiometri dengan menggunakan data massa produk yang dihasilkan
dibandingkan dengan data perubahan temperatur, manakah yang lebih akurat? Berikan pendapat Anda.
Dalam penentukan konsep mol/stoikiometri dengan menggunkan data massa produk lebih akurat daripada
dengan data perubahan temperature karena pada prinsip data perubahan temperatur terdapat berbagai factor
kendala yang dapat memengaruhi tempratur tersebut seperti kelembapan udara, tekanan sekitar ruangan uji coba,
serta suhu alat yang digunakan dapat saling bertukar kalor, sehingga data yang dihasilkan kurang akurat.
Rendemen digunakan untuk mengecek keakuratan hasil percobaan terhadap hasil teoritis suatu eksperimen
sehingga semakin mendekati 100% rendemen yang dihasilkan maka percobaan tersebut semakin akurat, namun
seringkali percobaan memiliki rendemen dibawah 70% hal tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai factor
kendala dan ketakpastian seperti faktor internal berupa pembulatan bilangan, faktor ekseternal berupa gesekan
udara, tekanan, suhu dan lain lainnya.