KEPUTUSAN
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR
NOMOR : SK.45/KD.00.01/DPDI/2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK DI DESTINASI WISATA BAHARI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK DI
DESTINASI WISATA BAHARI.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR
NOMOR
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS TENTANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK DI
DESTINASI WISATA BAHARI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Tujuan
Juknis ini bertujuan agar pengelola destinasi wisata bahari memiliki
panduan implementatif dalam mengelola destinasi yang
memperhatikan penanganan sampah plastik, sekaligus untuk:
a. meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
sampah plastik di destinasi wisata bahari;
b. memberikan arahan dalam penyusunan SOP pengelolaan sampah
plastik;
7
c. meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pengelolaan
sampah plastik dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi
masyarakat;
d. menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan sampah plastik
yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya air dan lingkungan di sekitar destinasi wisata bahari;
e. mengurangi beban pengolahan sampah di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sekitar dengan mengurangi timbulan sampah di
destinasi wisata bahari; dan
f. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat di destinasi
wisata bahari.
3. Sasaran
Sasaran pengguna Juknis ini adalah pengelola destinasi wisata bahari
dan pengusaha wisata bahari secara khusus, serta Pemda dan
masyarakat di destinasi wisata bahari secara umum. Yang dimaksud
dengan pengelola destinasi wisata bahari adalah usaha pariwisata,
pemerintah daerah, dan atau lembaga yang ditunjuk berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk melakukan pengelolaan
destinasi wisata bahari. Pengelola destinasi wisata bahari dalam hal ini
adalah yang dikelola oleh pemerintah, swasta, maupun desa adat yang
memiliki badan hukum dan izin pengelolaan destinasi. Pengelola wajib
mengikutsertakan pengusaha wisata yang ada di dalam destinasi yang
dikelola dalam pengurangan dan penanganan sampah plastik.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Juknis ini meliputi:
1. Tata cara penyusunan standar operasional dan prosedur;
2. Pengelolaan sampah plastik;
3. Tugas dan tanggung jawab pengelola;
4. Unit pengelolaan sampah plastik;
5. Koordinasi;
6. Pola kerja sama pengelolaan sampah;
7. Monitoring dan evaluasi;
8. Insentif dan disinsentif;
D. Pengertian Umum
Dalam Juknis ini yang dimaksud dengan:
E. Sistematika Juknis
Bab VIII menjelaskan tata cara Koordinasi dan tim monitoring dalam
pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari.
BAB II
2.2. Prinsip
Penyusunan dan pelaksanaan SOP adalah 2 (dua) hal yang saling terkait dan
juga menjadi kunci utama dalam suksesnya pengelolaan sampah plastik di
destinasi wisata bahari.
11
Sebab itu dalam penyusunan dan pelaksanaan SOP menjadi penting untuk
memahami prinsip agar output yang diharapkan dapat lebih mudah dilakukan.
Mengikat.
SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan prosedur standar yang telah ditetapkan;
Seluruh unsur memiliki peran penting.
Seluruh petugas melaksanakan peran-peran tertentu dalam setiap
prosedur yang distandarkan. Jika petugas tidak melaksanakan perannya
dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya
juga berdampak pada terganggunya proses penyelenggaraan pengelolaan
persampahan;
Terdokumentasi dengan baik.
Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan
dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan acuan atau referensi bagi
setiap pihak-pihak yang memerlukan.
Menyusun SOP
Judul SOP :
Penanggung Jawab :
Tanggal Pengesahan :
Keterangan:
1. Diisikan nomor kegiatan
2. Diisikan runutan aktivitas yang harus dilakukan sesuai dengan judul SOP.
3. Diisikan pelaksana atau stakeholder yang berperan dalam kegiatan tersebut. Jika dibutuhkan, Tabel ini adapat diisikan seluruh
stakeholder sesuai dengan lingkup SOP. Misalnya, dalam SOP Pengangkutan Sampah, pemerintah daerah atau OPD dapat
ditambahkan pada Tabel di sebelah “Wisatawan”.
4. Diisikan kelengkapan yang harus digunakan, dibawa, atau dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut.
5. Diisikan frekuesi, durasi, atau waktu spesifik kegiatan harus dilaksanakan.
6. Diisikan output atau keluaran yang diharapkan dari setiap aktivitas.
17
Contoh:
Untuk menjawab Standar Pelayanan Minimum nomor 1:
“Terlaksananya pembatasan sampah plastik, termasuk mendetailkan jenis dan jumlah barang yang dilarang untuk dibawa” maka akan
disusun SOP.
Judul SOP : Pembatasan Jenis dan Jumlah Barang yang Diizinkan Dibawa oleh Wisatawan
Penanggung Jawab : Pengelola Destinasi Wisata Bahari
Tanggal Pengesahan : 1 November 2020
Pelaksana/Wewenang Mutu Baku
No Kegiatan
Pengelola Pengusaha Wisatawan Kelengkapan Waktu Output
Menyediakan papan pengumuman barang yang Mulai Tersedianya papan informasi barang
1 Papan Informasi
tidak diizinkan untuk dibawa yang tidak diizinkan untuk dibawa
BAB III
Kedua jenis kegiatan wisata ini memiliki karakteristik yang berbeda dan
menarik segmen wisatawan yang berbeda pula, termasuk di destinasi wisata
bahari. Kegiatan rekreasi umum seperti rekreasi pantai (berenang, sightseeing,
kuliner) biasanya bersifat massal dan menarik wisatawan dalam jumlah besar,
sehingga berpotensi untuk menghasilkan lebih banyak sampah, khususnya
sampah plastik dari bungkus makanan atau minuman yang dibawa atau
dikonsumsi wisatawan.
Berbeda dengan jenis wisata bahari minat khusus, misalnya snorkeling, diving,
wisata mangrove, pengamatan satwa, yang skala kegiatannya lebih terbatas
dan hanya diikuti oleh wisatawan tertentu dalam jumlah relatif lebih sedikit
umumnya lebih mudah dalam pengaturannya, dan menghasilkan sampah lebih
sedikit, atau seminimal mungkin. Pengelola destinasi wisata bahari perlu
memahami karakteristik kegiatan wisata yang ada di destinasinya, yang
berpotensi menjadi sumber sampah plastik.
No Nama Fasilitas
4 Souvenir shop
N Nama Fasilitas
o
3 Fasilitas ibadah
4 Fasilitas kesehatan
7 Taman bermain
Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Jumlah sampah rumah tangga di suatu destinasi wisata bahari akan
tergantung dari jumlah tempat tinggal atau rumah dan juga timbulan
sampah perkapita (timbulan sampah per orang per hari).
c. Sampah Laut
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018, sampah laut
adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang
mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Sampah
laut umumnya adalah sampah buatan manusia yang terlepas ke lautan
atau samudra, baik secara disengaja maupun tidak. Sampah ini
mengambang cenderung terkumpul di tengah-tengah pusaran samudra dan
daerah pesisir. Sampah laut biasanya terhempas ke daratan dan menjadi
sampah pantai yang terbawa arus pasang.
Sebagai destinasi wisata yang berada di pantai (pesisir), seringkali akan
menghadapi permasalahan sampah yang berasal dari laut ini. Biasanya di
musim-musim tertentu (bulan-bulan tertentu) sampah laut dapat
(terhempas) dan mengotori kawasan pantai tertentu, termasuk sisa-sisa
kayu dan lain-lain.
Dalam lingkup Juknis ini, pembahasan pengelolaan hulu-hilir sampah plastik
dibatasi hanya yang bersumber dari kegiatan wisata bahari dan fasilitas
pendukung kegiatan wisata bahari saja, namun pencegahan keluar masuk
sampah laut menjadi tanggung jawab pengelola, dengan seminimal mungkin
melakukan penyisiran sampah di wilayah pesisir.
Komposisi
Volume Berat Berat
Berat
Sumber Sampah Sampah Sampah
No Sampah
Sampah Total Total Plastik
Plastik
(mᵌ/hari) (ton/hari) (ton/hari)
(%)
1 Hotel 1,5 0,3 10,8 0,0
2 Losmen 3,1 0,6 5,0 0,0
3 Warung 12,5 2,5 2,1 0,1
4 Rumah Makan 6,3 1,3 4,2 0,1
5 Jalan dan 8,2 1,6 7,0 0,1
taman
Jumlah 57,3 11,5 1,8
Sumber: Basransyah, 2017
No Jenis
1 Sampah sisa makanan
2 Kayu dan sampah taman
3 Kertas, karton, dll
4 Tekstil dan produk tekstil
5 Karet dan Kulit
6 Plastik
7 Logam
8 Gelas
9 Limbah B3
10 Debu dan lainnya
Sumber: Damanhuri, 2016
50,0
45,0
40,0
Persen (%)
35,0
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
Tekstil
Sampah Kayu dan Kertas,
dan Karet dan Limbah Debu dan
sisa sampah karton, Plastik Logam Gelas
produk Kulit B3 lainnya
makanan taman dll
tekstil
NP 31,6 41,7 5,8 2,1 0,2 13,7 0,8 0,2 0,7 3,2
NLNC 23,9 43,6 7,7 2,2 0,1 16,7 0,6 0,8 0,7 3,7
Salah satu material sekali pakai yang sangat disukai adalah plastik. Plastik
merupakan komponen yang paling sulit diurai oleh proses alam sehingga
berbahaya bagi ekosistem perairan dan kesehatan manusia (Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2018). Jenis sampah plastik yang banyak ditemui adalah botol
minuman, tutup botol, bungkus makanan, kantong kresek, dan sedotan.
Penggunaan plastik dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan. Plastik
tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroorganisme di dalam tanah,
sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang menyebabkan pencemaran
dan kerusakan lingkungan. Lebih dari 99% plastik diproduksi dari bahan kimia
yang berasal dari minyak, gas alam dan batu bara, yang merupakan sumber
daya tak terbarukan. Jika tren penggunaan plastik saat ini terus berlanjut,
25
pada tahun 2050 industri plastik dapat menyumbang 20% dari total konsumsi
minyak dunia (UN Environment, 2018).
Potensi
N
Nama Fasilitas Jenis Sampah Plastik Menimbulkan
o
Sampah Plastik
Potensi
N
Nama Fasilitas Jenis Sampah Plastik Menimbulkan
o
Sampah Plastik
Potensi
N
Nama Fasilitas Jenis Sampah Plastik Menimbulkan
o
Sampah Plastik
BAB IV
Daur ulang adalah proses menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah. Sampah sebenarnya dapat menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan
emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang
baru. Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas,
logam, tekstil, dan barang elektronik. Daur ulang lebih difokuskan kepada
sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan
kerusakan lahan, termasuk sampah plastik yang sangat sulit terurai di alam.
Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam
tergantung dari jenis plastiknya. Pendauran ulang sampah plastik dilakukan
dengan cara memisahkan partikel-partikel plastik hingga terciptanya produk
baru. Plastik daur ulang biasanya akan diubah bentuk menjadi biji plastik,
botol minuman, dan produk baru dengan bentuk baru yang lainnya.
Terdapat berbagai jenis plastik di dunia. Saat ini di berbagai produk plastik
terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut
sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang
berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah
contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan
kadang-kadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density
Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah
proses daur ulang.
Aspek Aspek
Peraturan Kelembagaan
Aspek Peran
Aspek
Serta
Pembiayaan
Masyarakat
4.4.1. Regulasi
Sebagai pendatang, wisatawan cenderung akan mengikuti atmosfer
pengelolaan sampah di wilayah destinasi wisata. Selain itu, pengusaha wisata
yang membutuhkan izin operasional usaha juga dapat diikat oleh kebijakan
pengelola destinasi wisata. Sebab itu dalam upaya pengurangan sampah, fungsi
peraturan yang ditetapkan oleh pengelola menjadi sangat penting sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengurangan sampah di destinasi wisata bahari
karena sesuai prinsip, wisatawan dan pengusaha akan cenderung mengikuti
kebijakan yang ada karena adanya kebutuhan wisata yang ingin dipenuhi.
Peraturan mengenai pembatasan sampah plastik di destinasi wisata bahari
dapat diatur oleh pengelola destinasi baik mengikuti peraturan daerah yang
sudah ada maupun merujuk kepada peraturan perundangan lainnya mengenai
pengurangan sampah. Peraturan lokal tersebut dapat dituliskan secara tulisan
dalam sebuah SOP. Dalam skala provinsi, Provinsi Bali (Peraturan
Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan
Sampah Plastik Sekali Pakai) dan Provinsi DKI Jakarta (Peraturan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong
Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan
Pasar Rakyat ) adalah 2 (dua) provinsi yang telah menyusun kebijakan daerah
mengenai pembatasan sampah plastik sekali pakai (single use plastic). Adapun
jenis sampah yang dibatasi penggunaannya yaitu plastik kresek, peralatan
makan plastik (piring plastil, sendok plastik, dan sedotan), dan juga styrofoam.
Karena menjadi salah satu dorongan terbesar untuk pelaksanaan pengurangan
sampah plastik di destinasi wisata bahari, maka terdapat produk hukum yang
harus disusun oleh pemerintah daerah sesuai peraturan perundangan.
Peraturan tersebut yaitu:
- Penyusunan Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sesuai dengan arahan
Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
-38-
4.4.2. Kelembagaan
Pemerintah daerah menjadi pemeran utama dalam mendorong upaya
pengurangan sampah plastik dengan dukungan payung hukum. Selain itu
Pengelola Destinasi dan Unit Pengelolaan Sampah sebagai lembaga yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah plastik di lapangan menjadi
pemeran kunci dalam keberhasilan pengurangan sampah plastik. Pengelola
Destinasi dan Unit Pengelolaan Sampah dapat melakukan kerja
sama/kemitraan kepada lembaga lain dalam upaya pengurangan sampah
plastik di destinasi wisata bahari. Adapun pihak yang terkait dalam
pelaksanaan pengurangan sampah plastik di sumber adalah sebagai berikut:
4.4.3. Pembiayaan
Pendanaan pengurangan sampah dikelola mandiri dari sumber-sumber
pendanaan di luar bantuan pemerintah atau dana penanganan sampah. Skema
pendanaan dapat dilakukan melalui kerja sama dan sponsorship dari swasta
39
BAB V
Penanganan sampah plastik adalah bagian lanjutan dari sampah yang tidak
dapat dikurangi, artinya sampah sudah terlanjur terbentuk. Adapun
penanganan sampah plastik dimulai dari pewadahan dan aktivitas pemilahan.
Hasil dari pemilahan tersebut adalah sampah plastik yang terbagi menjadi 2
(dua) yaitu kepada sampah yang masih bernilai ekonomi dan juga sampah
residu. Lembaga pengelola dan juga sumber pembiayaan seperti yang
ditunjukkan oleh panah orange. Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab
pengelolaan sampah berupa pengangkutan sampah dan juga pemrosesan akhir
di TPA.
Proses ini dapat digunakan untuk plastik jenis PET, HDPE, LDPE, PP, dan
PS.
Pirolisis
Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga 20% sebagai volume
residu padat akhir) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan
senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, tanpa kehadiran oksigen
sebagai oksidator. Umumnya diawali dengan proses pencacahan dengan
temperatur kerja 200-500 0C dan waktu tinggal 0,5-2 jam. Sebagai suatu
proses oksidasi parsial, proses ini menghasilkan senyawa yang memiliki
nilai kalor dalam wujud padat, wujud cair, dan wujud gas (karbon dioksida,
karbon monoksida, hidrogen, dan hidrokarbon ringan). Proses ini dapat
digunakan untuk plastik jenis PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, dan PS.
● Insinerasi
Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga 10% sebagai
volume residu padat akhir) dan daya cemar sampah melalui penguapan
air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan
kehadiran oksigen berlebih (superstoikiometrik) sebagai oksidator.
Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk meningkatkan
kinerja penguapan air dan senyawa volatil, dengan temperatur kerja 700-
1200 0C dengan waktu tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi
yang relatif sempurna, maka akan dihasilkan gas yang tidak memiliki
nilai kalor, berupa gas karbon dioksida, belerang di/tri oksida, nitrogen
mono/dioksida, serta abu yang relatif bersifat stabil/inert. Proses ini
dapat digunakan untuk seluruh jenis plastik.
Aspek Aspek
Peraturan Kelembagaan
Aspek Peran
Aspek
Serta
Pembiayaan
Masyarakat
5.6.1. Regulasi
Sama halnya dengan regulasi pengurangan sampah, dalam penanganan
sampah regulasi menjadi payung hukum yang cukup kuat untuk dapat
mengimplementasikan pengelolaan sampah yang baik. Sesuai dengan Gambar
4.1., maka peraturan yang perlu dirumuskan oleh Pemerintah Daerah adalah
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah (JAKSTRADA) dan Percepatan
Penanganan Sampah Laut. Adapun peraturan mengenai penanganan sampah
di dalam internal destinasi wisata bahari yang bersifat spesifik antar destinasi
diatur oleh Unit Pengelolaan Sampah melalui penyusunan SOP.
5.6.2. Kelembagaan
Pembagian tanggung jawab lembaga yang mengelola setiap tahapan dalam
penanganan sampah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
-46-
5.6.3. Pembiayaan
Tanggung jawab pendanaan penanganan sampah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
dari sumber sampah sampai pemindahan sampah (TPS) oleh pengelola lokal
dan pengangkutan hingga TPA oleh pemerintah daerah. Sama halnya dengan
pengurangan, pendanaan dapat diperoleh dari pemerintah, sponsorship dari
swasta, maupun investor. Adapun dana yang perlu dialokasikan dalam
perencanaan pengurangan sampah yaitu:
- Biaya investasi
Biaya investasi dalam hal ini merupakan fasilitas pemilahan sampah
berupa kendaraan pengangkut sampah, infrastruktur pengolahan
sampah, dan juga pemrosesan akhir sampah.
- Biaya Operasional
Biaya operasional dalam hal ini meliputi upah dari operator (pekerja
lapangan) dan juga biaya bahan bakar operasional kendaraan
pengangkut sampah.
- Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan dapat meliputi pemeliharaan peralatan seperti
wadah, kendaraan pengangkut sampah plastik, maupun TPA.
• APBN/APBD/DAK/DID
Destinasi yang • Dana Desa
dikelola pemerintah • Swasta
• Mandiri
Destinasi yang • NGO
dikelola swasta • Investor Swasta
• Dana Desa
Destinasi yang • NGO
dikelola desa adat • Investor Swasta
1. Trash Boom
Trash boom merupakan media berbahan fiber yang secara pasif
menghentikan sampah terapung di sungai. Trash boom cocok digunakan di
area yang luas dengan kecepatan aliran yang rendah. Dengan kapabilitasnya
yang tinggi untuk menghentikan sampah, pengambilan sampah yang telah
terkumpul perlu dilakukan setiap hari untuk mencegah beban berlebih dan
lepasnya sampah. Pengambilan ini dilakukan menggunakan media perahu.
2. Trash Blocks
Trash block sendiri merupakan versi yang telah dimodifikasi dari trash boom
sebagai penghalau sampah yang dipasang di muara sungai menuju lautan.
Rancangan trash block dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat digunakan
pada sungai yang berukuran lebih kecil.
BAB VI
Pola Pewadahan
No Karakteristik
Individual Komunal
1 Bentuk Kotak, silinder, Kotak, silinder, container,
kontainer, bin (tong), bin (tong), semua tertutup
semua bertutup dan
kantong plastic
2 Sifat Ringan, mudah Ringan, mudah
dipindahkan dan dipindahkan dan
dikosongkan dikosongkan
3 Jenis Logam, plastik, Logam, plastik, fiberglass,
fiberglass, kayu, kayu, bambu, rotan
bambu, rotan
4 Pengadaan Pribadi, instansi, Instansi pengelola
pengelola
Sumber: SNI 19-2454-2008
Pemilahan sampah plastik dibagi menjadi Sampah Plastik Daur Ulang Bersih,
Sampah Plastik Daur Ulang Kotor, dan Sampah Plastik Residu. Penyediaan
sarana dan prasarana tempat sampah plastik terpilah perlu dipertimbangkan
sesuai dengan bentuk, sifat, jenis, dan pola pengadaannya.
Dalam perencanaan penyediaan sarana dan prasarana tempat pemilahan
sampah terpilah, pengusaha pariwisata harus melakukan pendataan terhadap
jenis dan potensi berat sampah plastik yang berasal dari kegiatan usahanya
kepada pengelola untuk mendapatkan persetujuan. Adapun pengusaha yang
wajib melakukan pendataan adalah pengusaha wisata yang sedang beroperasi
maupun yang baru akan beroperasi. Daftar ini berisi jenis plastik dan timbulan
sampah yang dihasilkan dari setiap jenis kegiatan. Formulir pendaftaran dapat
dilihat pada Tabel 6.2.
Nama Usaha:
Jenis Usaha:
No Jenis Sampah Plastik Berat Sampah Volume Sampah
Plastik (kg/hari) Plastik (m3/hari)
1 2 3 4
Keterangan:
1. Diisi dengan nomor
2. Diisi dengan jenis sampah plastik yang dihasilkan. Adapun jenis sampah dibagi
menjadi 3, yaitu
- Sampah plastik daur ulang kondisi bersih yang terdiri plastik PET, PP, dan
HDPE yang dalam kondisi bersih dari sisa makanan yang dapat membusuk.
- Sampah plastik daur ulang kondisi kotor yang terdiri dari plastik PET, PP,
dan HDPE yang dalam kondisi kotor.
- Sampah plastik dresidu yang terdiri dari PVC, LDPE, PS, dan Others
3. Diisi dengan potensi timbulan sampah plastik dalam satuan berat (kg/hari)
4. Diisi dengan potensi timbulan sampah plastik dalam satuan volume (m3/hari)
Pendataan jenis dan potensi berat serta volume sampah plastik dilakukan
dengan beberapa pendekatan yaitu:
- Pendataan/sampling langsung bagi usaha wisata yang sedang beroperasi
Sampling dilakukan oleh pengusaha wisata terhadap sampah yang
dihasilkannya selama 8 hari berturut-turut (sesuai SNI 19.3964-1994
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi).
-52-
Volume dapat dihitung dengan cara mengukur panjang, lebar, dan juga
tinggi wadah sampah plastik yang digunakan untuk sampling. Sampah
plastik tidak diperkenankan untuk ditekan atau dipadatkan.
- Pendekatan timbulan sampah plastik bagi usaha wisata yang baru akan
beroperasi
Bagi pengusaha wisata yang baru akan beroperasi di mana volume sampah
belum dapat diketahui, dapat melakukan perbandingan kepada tempat wisata
yang sudah beroperasi sebagai pendataan awal timbulan sampah plastik di
masing-masing tempat usaha wisata.
- Daerah pelayanan
o Untuk jenis usaha yang memiliki tempat dan luasan area tertentu
seperti restaurant, penjualan souvenir, kantor jasa wisata, hotel, dan
lainnya yang menjadi batasan pelayanan adalah bangunan itu sendiri
beserta luasan lahan parkir atau halaman yang menjadi hak operasi
dari setiap pengusaha wisata. Pengadaan wadah terpilah dilakukan
oleh pengusaha wisata dan ditempatkan sesuai kebutuhan.
o Batasan luas yang dilayani 1 set wadah terpilah untuk wilayah yang
tidak masuk dalam area pengusaha namun masih di dalam wilayah
destinasi wisata bahari adalah 500 m2. Artinya penyediaan sampah
diadakan setiap luasan area 500 m2 terutama di wilayah pantai.
Dengan batasan ini maka wisatawan dan masyarakat lebih mudah
untuk menemukan wadah sampah untuk membuang sampahnya dan
menghindari dari perilaku pembuangan sampah sembarangan.
- Perhitungan Kebutuhan Wadah dan Biaya
Dalam penyediaan wadah sampah terpilah, pengelola perlu
memperhitungkan kebutuhan biaya investasi yang perlu disediakan.
Perhitungan kebutuhan dapat diperhitungkan dengan menggunakan
Tabel 6.3.
53
Keterangan:
1. Jenis sampah dibagi menjadi 3, yaitu
- Sampah plastik daur ulang kondisi bersih yang terdiri plastik PET, PP,
dan HDPE yang dalam kondisi bersih dari sisa makanan yang dapat
membusuk.
- Sampah plastik daur ulang kondisi kotor yang terdiri dari plastik PET,
PP, dan HDPE yang dalam kondisi kotor.
- Sampah plastik diresidu yang terdiri dari PVC, LDPE, PS, dan Others
2. Diisi dengan kapasitas wadah sampah yang disarankan untuk wadah
sampah individual yaitu 10 liter sedangkan wadah sampah komunal
disarankan 50 liter.
3. Diisi dengan volume timbulan sampah yang dihasilkan untuk area tertentu
4. Diisi dengan kebutuhan jumlah wadah, dihitung seperti berikut:
Jumlah wadah (4) = kolom 3 / kolom 2
5. Diisi dengan harga satuan wadah. Harga satuan wadah diperoleh dengan
mencari harga satuan wadah sampah sesuai dengan kriteria yang
diinginkan.
6. Diisi dengan jumlah biaya, dihitung seperti berikut:
Jumlah biaya (6) = kolom 4 x kolom 5
- Desain Wadah
Wadah dianjurkan tertutup, tidak mudah dipindah-pindahkan, terpisah
menjadi 3 (tiga), yaitu tempat sampah plastic bersih, kotor, dan residu.
Wadah sampah dilengkapi dengan identitas wadah sampah plastik.
Identitas dapat berupa tulisan maupun simbol.
-54-
Keterangan:
1. Nomor
2. Nama sumber sampah
3. Jumlah fasilitas dari masing-masing sumber sampah
4. Jumlah unit sampah, sesuai dengan standar timbulan sampah (SNI 19.3964-1994)
5. Nama unit sesuai sumber sampah
6. Okupansi, keterisian dari jumlah unit yang dituliskan dalam satuan hari
7. Timbulan sampah plastik dalam satuan berat untuk masing-masing unit yang ada, bisa dilakukan pendekatan dari hasil
penelitian maupun standar yang ada
8. Komposisi berat sampah plastik, dinyatakan dalam angka persentase
9. Potensi timbulan sampah plastik, dilakukan dengan rumus
= Kolom 4 x Kolom 6 (%) x Kolom 7 x Kolom 8 (%)
10. Potensi timbulan sampah plastik di sumber dikalikan dengan angka 30 (tiga puluh) untuk satuan bulan dan 365 untuk
satuan tahun.
-58-
Keterangan:
1. Diisikan tahun yang ingin dihitung timbulan sampah plastiknya
2. Diisikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata dalam 1 (satu) tahun
3. Diisikan timbulan sampah perkapita (kg/orang/tahun), bisa dilakukan pendekatan dari hasil penelitian maupun standar
yang ada
4. Diisikan dengan hasil perhitungan
= Kolom 2 x Kolom 3
5. Komposisi berat sampah plastik, dinyatakan dalam angka persentase
6. Timbulan sampah plastik total diperoleh dari hasil perhitungan
= Kolom 4 x Kolom 5 (%)
b. Data Pengurangan Sampah
Data pengurangan sampah dalam hal ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
penjualan sampah ke mitra (Bank Sampah/TPS 3R/Pengepul/Start
Up) yang menghasilkan keuntungan dari penjualan sampah plastik
dan juga penggunaan kembali sampah plastik menjadi produk lain.
Pencatatan tidak perlu dilakukan setiap hari, namun bisa bersifat
akumulatif dalam jangka waktu tertentu.
Berat Sampah
Jenis
Tanggal Digunakan Ulang Dokumentasi
Produk
(kg)
1 2 3 4
JUMLAH
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik digunakan kembali
menjadi produk lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang digunakan ulang
3. Diisikan jenis produk yang dihasilkan, misalnya eco brick, bahan bakar
minyak bumi, bahan bakar unit RDF
4. Diisikan dokumentasi produk yang dihasilkan berupa foto dengan
minimal informasi titik pengambilan foto (aktifkan fitur GPS saat
pengambilan foto) dan juga tanggal dokumentasi produk
JUMLAH
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik yang dibatasi,
-60-
Berat Sampah
Jenis
Tanggal Digunakan Ulang Dokumentasi
Produk
(kg)
1 2 3 4
JUMLAH
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik dijual ke mitra lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang digunakan ulang dan didaur ulang
3. Diisikan jenis produk yang dihasilkan, misalnya souvenir: tas, taplak
meja, cinderamata, dan lainnya.
4. Diisikan dokumentasi produk yang dihasilkan berupa foto dengan
minimal informasi titik pengambilan foto (aktifkan fitur GPS saat
pengambilan foto) dan juga tanggal dokumentasi produk
JUMLAH
TOTAL Berat ton/bulan
KESELURUHAN Volume m3/bulan
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik
2. Diisikan berat sampah plastik daur ulang kondisi bersih sesuai
pengukuran dengan menggunakan timbangan
3. Diisikan volume sampah plastik daur ulang kondisi bersih sesuai
pengukuran dengan menggunakan meteran atau dari spesifikasi volume
wadah
4. Diisikan berat sampah plastik daur ulang kondisi kotor sesuai
pengukuran dengan menggunakan timbangan
5. Diisikan volume sampah plastik daur ulang kondisi kotor sesuai
pengukuran dengan menggunakan meteran atau dari spesifikasi volume
wadah
6. Diisikan berat sampah plastik residu sesuai pengukuran dengan
menggunakan timbangan
7. Diisikan volume sampah plastik residu sesuai pengukuran dengan
menggunakan meteran atau dari spesifikasi volume wadah
Dokumentasi
Berat Sampah Dijual
Tanggal Nota/Bon
Ulang (kg)
Penjualan
1 2 3
JUMLAH
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik dijual ke mitra lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang dijual
-62-
JUMLAH
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik dijual ke mitra lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang diangkut ke TPA
3. Diisikan dokumentasi pengangkutan yang dihasilkan berupa foto dengan
minimal informasi titik pengambilan foto (aktifkan fitur GPS saat
pengambilan foto) dan juga tanggal dokumentasi
BAB VII
Pengelola
SK/peraturan mengajukan Keberadaan UPS di
Bupati/Wali Kota permohonnan bawah Unit Kerja
pembentukan UPS pendampingan eksisting
pembentukan UPS
Gambar 7.1 Pengelolaan Destinasi Wisata Bahari oleh Pemerintah
SK/peraturan
Pengelola destinasi Operasional
Bupati/Wali Kota
membentuk UPS mandiri
pembentukan UPS
Key Person
Unit Kerja
Key Person mengajukan
menjalin
menginisiasi permohonan Operasional
komunikasi
pembentukan pendampingan mandiri
dengan Key
UPS pembentukan
Person
UPS
Gambar 7.3 Swadaya Masyarakat Lokal
- Melaksanakan
pengumpulan dan/atau
pengolahan sampah
- Menjaga dan memelihara
aset UPS
- Memantau progres
pengurangan sampah
terhadap pemilik fasilitas
- Melakukan pendataan
dan memberikan laporan
monitoring dan evaluasi
kepada pemerintah
4. Hubungan - Membangun relasi dan - Memiliki
masyarakat bermitra dengan pihak kemampuan
(Public eksternal interpersonal dan
Relation) - Melakukan pemantauan komunikasi yang
rutin terhadap ketaatan baik
wisatawan maupun - Mampu
pemilik fasilitas menegakkan
- Melakukan pencarian kebijakan
dana - Mampu menjalin
- Membuat konten hubungan yang
sosialisasi baik dengan
- Mengadakan sosialisasi partner
- Memberikan sanksi - Menguasai desain
terhadap wisatawan atau grafis
pemilik fasilitas yang
melanggar peraturan
- Memberikan
apresiasi/penghargaan
terhadap pemilik fasilitas
yang memberikan kinerja
baik dalam mengurangi
timbulan sampah
- Melakukan pendataan dan
memberikan laporan
monitoring dan evaluasi
kepada pemerintah
-68-
BAB VIII
KOORDINASI
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
Pengelola
Dinas Lingkungan
Hidup
destinasi wisata
Kementerian
bahari
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata
Mengurangi Sampah
Memilah Sampah
Pemilahan Lanjutan
BAB X
Tata cara pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat dilihat pada diagram
di bawah ini.
Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
I. Aspek Teknis
Ketersediaan Wadah
1 0,04
Terpilah
a. Wadah terpilah tertutup 5
b. Wadah terpilah terbuka 3
c. Tidak ada wadah terpilah 1
Keberjalanan Pemilahan
2 0,05
Sampah
Terdapat aktivitas
a. 5
pemilahan yang baik
Terdapat aktivitas
b. pemilahan yang kurang 3
baik
Tidak ada aktivitas
c. 1
pemilahan sama sekali
3 Pengumpulan Sampah 0,05
Terjadwal,Sampah
a. 5
Terpilah
b. Terjadwal, Tercampur 3
Tidak Terjadwal, Sampah
c. 1
tercampur
4 Kondisi TPS 0,04
a. TPS Tertutup 5
b. TPS Terbuka 3
c. Tidak ada TPS 1
Keberadaan infrastruktur
5 pengurang sampah (TPS 0,04
3R, Bank Sampah)
Terdapat infrastruktur,
a. 5
kondisi baik
Terdapat infrastruktur,
b. 3
kondisi kurang baik baik
c. Tidak ada infrastruktur 1
-76-
Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
Keberjalanan
infrastruktur pengurang
6 0,05
sampah (TPS 3R, Bank
Sampah)
Terdapat operasional,
a. kondisi baik dan 5
terstruktur
Terdapat operasional,
b. kondisi tidak baik dan 3
tidak terstruktur
c. Tidak beroperasi 1
Pencatatan timbulan
sampah di setiap sub
7 0,05
sistem pengelolaan yang
ditanggungjawabi
Pencatatan timbulan
sampah di setiap sub
sistem pengelolaan yang
a. 5
ditanggungjawabi,
menyusun Material Flow
dengan baik
Pencatatan timbulan
sampah di setiap sub
sistem pengelolaan yang
b. 3
ditanggungjawabi, tidak
menyusun Material Flow
dengan baik
c. Tidak terdapat pencatatan 1
II. KELEMBAGAAN
Keberadaan Lembaga
1 0,05
Pengelola
a. Ada,terkelola 5
b. Ada,tidak terkelola 3
c. Tidak ada, tidak terkelola 1
Keberadaan operator dan
2 0,04
petugas lapangan
a. Ada, bertugas rutin 5
Ada, bertugas jika
b. 3
dibutuhkan
c. Tidak ada 1
Koordinasi rutin
3 0,03
pengelola
a. Ada, Rutin 5
b. Ada, Tidak rutin 3
77
Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
c. Tidak ada 1
III. PEMBIAYAAN
Keberjalanan
Pembayaran Iuran dari
1 0,05
pengusaha di kawasan
wisata
Pengusaha membayar,
a. 5
tepat waktu
Pengusaha
b. membayar,tidak tepat 3
waktu
Sebagian pengusaha tidak
c. 1
mau membayar
Pencatatan Pembayaran
2 0,03
Iuran
Ada pencatatan dan
a. tersampaikan dengan baik 5
kepada pengusaha
Ada pencatatan dan tidak
b. tersampaikan kepada 3
pengusaha
Tidak ada pencatatan dan
c. 1
tidak disampaikan
Pemberian gaji kepada
3 operator dan petugas 0,04
lapangan
Operator digaji rutin
a. 5
setiap bulan
b. Operator digaji tidak rutin 3
c. Operator tidak digaji 1
IV. REGULASI
Terdapat PERDA
1 pengurangan sampah 0,03
plastik
Ada PERDA Kota,
a. diimplementasikan 5
dengan baik
Ada PERDA Kota, tidak
b. diimplementasikan 3
dengan baik
c. Tidak ada PERDA Kota 1
2 Penentuan biaya iuran 0,05
Peraturan yang ditetapkan
a. 5
secara musyawarah
-78-
Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
Peraturan yang ditetapkan
b. 3
oleh pengelola dan UPS
c. Tidak ada peraturan 1
Keberadaan Papan
3 Himbauan Terkait 0,03
Kebersihan
Terdapat papan
a. 5
himbauan, kondisi baik
Terdapat papan
b. himbauan, kondisi tidak 3
baik
Tidak ada papan
c. himbauan terkait 1
kebersihan
V. PERAN SERTA WARGA
1 Kontribusi warga 0,04
Warga memberikan
kontribusi baik materi
a. 5
maupun tenaga secara
rutin
Warga memberikan
b. kontribusi materi jika 3
dibutuhkan
Warga tidak memberikan
c. 1
kontribusi apapun
2 Kepedulian warga 0,05
Warga selalu rutin
merawat infrastruktur
a. 5
persampahan dengan
kerja bakti
Warga ikut membantu jika
b. 3
dibutuhkan saja
Warga tidak mau merawat
c. infrastruktur 1
persampahan
3 Kemandirian warga 0,04
Warga mandiri dengan
a. melaksanakan upaya 5
pemilahan dan 3R
Warga mandiri dengan
b. mendaur ulang sampah 3
plastik saja
c. Warga tidak mandiri 1
VI. LINGKUNGAN
79
Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
Kondisi estetika
1 0,05
lingkungan sekitar
Bersih, tidak ada sampah
a. 5
berserakan
Sedikit bersih, ada
b. 3
sampah berserakan
Tidak Bersih, sampah
c. 1
berserakan
Kesehatan masyarakat
2 0,05
(kejadian penyakit)
a. Tidak ada 5
b. Sedang 3
c. Tinggi 1
3 Pencemaran badan air 0,05
Tidak ada pencemaran
a. plastik ke badan air 5
dilaporkan di media social
Terdapat pencemaran
b. plastik ke badan air 3
dilaporkan di media social
Badan air tercemar
sampah plastik dengan
c. 1
kuantitas yang besar
dilaporkan di media social
-80-
Adapun yang perlu diisikan oleh pengelola yaitu kolom 5 (lima) sampai 7
(tujuh) dengan informasi sebagai berikut:
5. Jumlah = diisikan hasil pengalian bobot dan nilai
6. Metode = diisikan deskripsi metode yang digunakan
7. Dokumentasi = diisikan bukti berupa foto ataupun dokumen lain.
Pada kolom 5 seluruh nilai dijumlahkan dan dapat dikategorikan ke dalam
3 kategori penilaian, yaitu:
a. Buruk 0,1 - 1,7
b. Cukup 1,8 - 3,4
c. Baik 3,5 – 5
Pengangkutan ke
Sampah Plastik Residu
TPA
H ton/bulan J ton/bulan
Sampah Plastik Tidak
Terkelola
K ton/bulan
Saat insentif sudah dilaksanakan dengan baik kepada penerima insentif yang
berprestasi, dan berdampak pada peningkatan kinerja/keterlibatan, serta
disinsentif sudah berjalan dengan baik, dengan melaksanakan hukuman
kepada pengelola yang melanggar sesuai besar kecilnya pelanggarannya,
maka akan menciptakan jera pada setiap elemen yang melanggar hukum.
Peningkatan kinerja/keterlibatan akan terwujud dikarenakan ada timbal
balik antara insentif dan disinsentif yang berjalan bersama-sama. Hal ini
akan memotivasi setiap destinasi untuk terpacu melaksanakan pengelolaan
sampah yang baik.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP