Anda di halaman 1dari 86

1

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/


BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR
Gedung Sapta Pesona, Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17, Jakarta 10110
Telepon (021) 3838415, 3838270; Faksimile (021) 3860926
Situs Web: kemenparekraf.go.id, Surel: info@kemenparekraf.go.id

KEPUTUSAN
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR
NOMOR : SK.45/KD.00.01/DPDI/2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK DI DESTINASI WISATA BAHARI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9


Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan EKonomi
Kreatif Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata
Bahari perlu menetapkan Petunjuk Teknis Standar
Operasional Prosedur Pengelolaan Sampah Plastik
di Destinasi Wisata Bahari;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Infrastruktur tentang Petunjuk
Teknis Tentang Standar Operasional Prosedur
Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata
Bahari;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
3. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 223, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang
Penanganan Sampah Laut (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 168);
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
7. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016
tentang Pedoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan;
8. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 1 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 62);
9. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2019 tentang
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 269);
3

10. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 tentang


Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 270);
11. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata
Bahari;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK DI
DESTINASI WISATA BAHARI.

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Standar Operasional


Prosedur Pengelolaan Sampah Plastik Di Destinasi
Wisata Bahari, sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum


KESATU merupakan acuan bagi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Unit Pengelola Sampah, dan
Pengelola Destinasi dalam melaksanakan pengelolaan
sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari.

KETIGA : Penerapan Keputusan Deputi ini dilaksanakan paling


lambat 1 tahun setelah ditetapkan.

KEEMPAT : Selama jangka waktu penerapan sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KEDUA Pemerintah Pusat
melakukan pendampingan kepada pengelola destinasi.
-4-

KELIMA : Keputusan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan


Infrastruktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN


DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR,

HARI SANTOSA SUNGKARI


5

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR
NOMOR
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS TENTANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK DI
DESTINASI WISATA BAHARI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Aksi Nasional (RAN) Penanganan Sampah Laut Tahun 2018-2025


dan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah
Laut telah mengamanatkan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif untuk menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan
sampah plastik dari kegiatan di destinasi wisata bahari. Penanganan sampah
menjadi prioritas pembangunan nasional untuk ditangani secara terpadu dari
hulu ke hilir. Perbaikan Solid Waste Management (SWM) diprioritaskan di
kabupaten dan kota yang berada di wilayah pesisir.

Kemenparekraf telah menindaklanjuti amanat ini dengan menyusun


Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari. Dalam pedoman tersebut
disebutkan tanggung jawab dan kewajiban pengelola destinasi, unit
pengelolaan sampah, koordinasi antara pusat dan daerah, serta amanah
penyusunan SOP pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari.
Petunjuk Teknis (Juknis) diharapkan dapat memberi panduan teknis untuk
sinkronisasi kebijakan pariwisata yang ada dengan kegiatan pengelolaan
sampah di destinasi, sekaligus penerapan Zero Waste Management (ZWM)
melalui penyusunan Juknis tentang Standar Operasional Prosedur Pengelolaan
Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari.

Beberapa kementerian juga telah menyusun peraturan terkait pengelolaan


sampah, yang dapat menjadi rujukan dalam pengelolaan sampah plastik di
destinasi wisata bahari. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010
tentang Pedoman Pengelolaan Sampah, telah memberi arahan dalam
pengurangan sampah, penyediaan sarana prasarana pengurangan dan
penanganan sampah mulai dari sumber hingga TPA, pola pengembangan kerja
-6-
sama, kebutuhan penyediaan biaya, serta rencana pengembangan dan
pemanfaatan teknologi. Selain itu, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Mekanisme
3R melalui Bank Sampah, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan.

Pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari diperlukan untuk


mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akibat sampah
plastik dari kegiatan di destinasi wisata bahari. Berbagai jenis kegiatan wisata
dapat menghasilkan sampah, khususnya dari kegiatan wisatawan.
Pengurangan timbulan sampah dapat dilakukan dengan misalnya membatasi
kegiatan bagi wisatawan maupun masyarakat di sekitar destinasi wisata
bahari. Pengelola destinasi wisata bahari juga dapat melakukan berbagai upaya
terkait pengurangan dan penanganan sampah plastik di destinasinya.

Berdasarkan studi Jambeck pada tahun 2017, Indonesia dinyatakan


sebagai negara ke-2 dalam kontribusi pembuangan sampah plastik ke laut di
dunia. Sifat plastik yang fleksibel dan tahan lama mengakibatkan
ketahanannya dalam ekosistem laut yang terbukti telah memberikan dampak
kepada kehidupan ekosistem laut secara negatif. Sebab itu, pengelolaan
sampah plastik dari daratan, atau dalam hal ini di destinasi wisata bahari,
perlu dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan.

Di lain pihak, pengelola destinasi wisata umumnya masih kurang paham


tentang pengelolaan sampah plastik. Dengan demikian diperlukan arahan
teknis bagi pengelola destinasi wisata bahari dalam mengelola sampah plastik
untuk mendukung pengembangan destinasi wisata bahari yang berkelanjutan.
Juknis ini akhirnya diharapkan bisa menjadi jembatan kontribusi Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam upaya pengurangan sampah plastik
yang terbuang ke laut sesuai arahan peraturan perundangan.

B. Maksud, Tujuan, dan Sasaran


1. Maksud
Juknis ini dimaksudkan sebagai panduan teknis bagi pengelola
destinasi wisata bahari untuk mewujudkan pengelolaan sampah
plastik di destinasi secara efektif, efisien, dan sekaligus memberikan
wawasan dan pembelajaran bagi pengelola destinasi, masyarakat di
destinasi wisata bahari, dan wisatawan yang berkunjung.

2. Tujuan
Juknis ini bertujuan agar pengelola destinasi wisata bahari memiliki
panduan implementatif dalam mengelola destinasi yang
memperhatikan penanganan sampah plastik, sekaligus untuk:
a. meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
sampah plastik di destinasi wisata bahari;
b. memberikan arahan dalam penyusunan SOP pengelolaan sampah
plastik;
7
c. meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pengelolaan
sampah plastik dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi
masyarakat;
d. menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan sampah plastik
yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya air dan lingkungan di sekitar destinasi wisata bahari;
e. mengurangi beban pengolahan sampah di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sekitar dengan mengurangi timbulan sampah di
destinasi wisata bahari; dan
f. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat di destinasi
wisata bahari.

3. Sasaran
Sasaran pengguna Juknis ini adalah pengelola destinasi wisata bahari
dan pengusaha wisata bahari secara khusus, serta Pemda dan
masyarakat di destinasi wisata bahari secara umum. Yang dimaksud
dengan pengelola destinasi wisata bahari adalah usaha pariwisata,
pemerintah daerah, dan atau lembaga yang ditunjuk berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk melakukan pengelolaan
destinasi wisata bahari. Pengelola destinasi wisata bahari dalam hal ini
adalah yang dikelola oleh pemerintah, swasta, maupun desa adat yang
memiliki badan hukum dan izin pengelolaan destinasi. Pengelola wajib
mengikutsertakan pengusaha wisata yang ada di dalam destinasi yang
dikelola dalam pengurangan dan penanganan sampah plastik.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Juknis ini meliputi:
1. Tata cara penyusunan standar operasional dan prosedur;
2. Pengelolaan sampah plastik;
3. Tugas dan tanggung jawab pengelola;
4. Unit pengelolaan sampah plastik;
5. Koordinasi;
6. Pola kerja sama pengelolaan sampah;
7. Monitoring dan evaluasi;
8. Insentif dan disinsentif;

D. Pengertian Umum
Dalam Juknis ini yang dimaksud dengan:

1. Sampah plastik adalah sampah yang mengandung senyawa polimer.


2. Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita, atau per
luas bangunan, atau per panjang jalan.
3. Pengelolaan sampah plastik adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah plastik.
4. Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara
dalam suatu wadah khusus individual atau komunal di tempat
sumber sampah.
-8-
5. Pemilahan sampah adalah proses pemisahan sampah berdasarkan
jenis sampah yang dilakukan sejak dari sumber sampai dengan
pembuangan akhir.
6. Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat
pemrosesan akhir
7. Daur ulang adalah proses pengolahan sampah yang menghasilkan
produk baru
8. Wisata bahari adalah aktivitas yang dilakukan di kawasan pesisir,
bentang laut, dan bawah laut.
9. Pariwisata bahari adalah kegiatan perjalanan yang melibatkan
pergerakan wisatawan ke suatu tempat yang jauh dari lingkungan
tempat tinggalnya dan fokus pada lingkungan laut sebagai daya tarik
utamanya.
10. Destinasi wisata bahari adalah kawasan geografis yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata bahari, fasilitas pariwisata, dan fasilitas
penunjang kegiatan wisata bahari.
11. Pengelola destinasi wisata bahari adalah usaha pariwisata,
pemerintah daerah, dan atau lembaga yang ditunjuk berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk melakukan pengelolaan
destinasi wisata bahari.
12. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata.
13. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
14. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pariwisata.

E. Sistematika Juknis

Juknis tentang Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Sampah Plastik


di Destinasi Wisata Bahari ini terdiri dari 11 (sebelas) bab sebagai berikut:

Bab I merupakan Pendahuluan yang berisikan latar belakang penyusunan


Juknis tentang Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Sampah Plastik
di Destinasi Wisata Bahari; Dasar hukum Juknis; Maksud, tujuan dan
sasaran penyusunan juknis; Ruang Lingkup Juknis, beberapa peristilahan
yang tercantum di Juknis.

Bab II menjelaskan tentang Tata Cara Penyusunan Standar Operasional


dan Prosedur dimulai dengan manfaat penyusunan, prinsip, lingkup
pelayanan, standar pelayanan, dan juga penyusunannya.

Bab III menjelaskan tentang Pariwisata Bahari dan Pengelolaan Sampah


Plastik, dimulai dengan informasi dasar terkait pariwisata bahari dan
kontribusi aktivitas wisata bahari pada timbulan sampah, serta hal-hal
teknis mengenai sampah khususnya sampah plastik dan muatan
peraturan pengelolaan sampah plastik.
9

Bab IV membahas tentang Pengurangan Sampah Plastik yang mencakup


pembatasan, pendauran ulang, serta pemanfaatan kembali sampah
plastik. Dalam bab ini juga akan disampaikan aspek non teknis
pengurangan sampah di destinasi wisata bahari, yang meliputi peraturan,
kelembagaan, pembiayaan, serta peran serta masyarakat dan wisatawan.

Bab V menjelaskan tentang Penanganan Sampah Plastik, yang mencakup


pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan daur ulang,
pemrosesan akhir residu, serta aspek non teknis penanganan sampah
plastik.

Bab VI menjelaskan tentang Pengelola Sampah Plastik di Destinasi


Wisata Bahari, yang meliputi tanggung jawab serta kewajiban pengelola
dan pengusaha pariwisata.

Bab VII menjelaskan tentang Unit Pengelolaan Sampah, yang meliputi


tata cara pembentukan, struktur organisasi, lingkup pelayanan, serta
standar pelayanan minimal pengelolaan sampah.

Bab VIII menjelaskan tata cara Koordinasi dan tim monitoring dalam
pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari.

Bab IX menjelaskan Pola Kerja Sama Pengelolaan Sampah Plastik, yang


mencakup indentifikasi stakeholder, kerja sama dalam hal penanganan,
pembiayaan, edukasi dan kampanye publik, serta kegiatan clean up.

Bab X menjelaskan proses Monitoring dan Evaluasi dalam pengelolaan


sampah plastik di destinasi wisata bahari, termasuk tata cara dan format
pelaporannya, serta tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi
tersebut.

Bab XI merupakan penjelasan mengenai Insentif dan Disinsentif yang


terkait dengan pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari,
mencakup tata cara dan kriteria pemberian insentif dan disinsentif.

Bab XII merupakan Penutup Juknis ini.


-10-

BAB II

TATA CARA PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR

Standar Operasional dan Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis


yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, di mana, dan oleh siapa
dilakukan.

2.1. Manfaat Penyusunan SOP


Manfaat dari penyusunan SOP yaitu:
 Sebagai standarisasi cara yang dilakukan petugas dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi tugasnya;
 Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan
oleh seorang petugas atau pelaksana dalam melaksanakan tugas;
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab individual petugas dan organisasi secara keseluruhan;
 Membantu petugas menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan
dalam pelaksanaan proses sehari-hari;
 Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
 Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan petugas
cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi
usaha yang telah dilakukan;
 Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat
berlangsung dalam berbagai situasi;
 Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu,
waktu, dan prosedur;
 Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus
dikuasai oleh petugas dalam melaksanakan tugasnya;
 Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi petugas;
 Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang
petugas dalam melaksanakan tugasnya;
 Sebagai instrumen yang dapat melindungi petugas dari kemungkinan
tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan;
 Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas;
 Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural
dalam memberikan pelayanan;
 Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan
standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi
kinerja pelayanan.

2.2. Prinsip
Penyusunan dan pelaksanaan SOP adalah 2 (dua) hal yang saling terkait dan
juga menjadi kunci utama dalam suksesnya pengelolaan sampah plastik di
destinasi wisata bahari.
11

Sebab itu dalam penyusunan dan pelaksanaan SOP menjadi penting untuk
memahami prinsip agar output yang diharapkan dapat lebih mudah dilakukan.

2.2.1. Prinsip Penyusunan SOP


Prinsip penyusunan SOP yaitu:
 Kemudahan dan kejelasan.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan mudah
dimengerti dan diterapkan oleh semua petugas bahkan bagi seseorang
yang sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya;
 Efisiensi dan efektivitas.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur yang
paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas;
 Keselarasan.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur-
prosedur standar lain yang terkait;
 Keterukuran.
Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan mengandung standar
kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat diukur pencapaian
keberhasilannya;
 Dinamis.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat
disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang
berkembang dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
 Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan
kebutuhan pengguna (customer’s needs) sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada pengguna;
 Kepatuhan hukum.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan
peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku;
 Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan
standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi
kinerja pelayanan.

2.2.2. Prinsip Pelaksanaan SOP


Prinsip pelaksanaan SOP yaitu:
 Konsisten.
SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh
siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama oleh seluruh pihak;
 Komitmen.
SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran
organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan tertinggi;
 Perbaikan berkelanjutan.
Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaan-
penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien
dan efektif;
-12-

 Mengikat.
SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan prosedur standar yang telah ditetapkan;
 Seluruh unsur memiliki peran penting.
Seluruh petugas melaksanakan peran-peran tertentu dalam setiap
prosedur yang distandarkan. Jika petugas tidak melaksanakan perannya
dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya
juga berdampak pada terganggunya proses penyelenggaraan pengelolaan
persampahan;
 Terdokumentasi dengan baik.
Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan
dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan acuan atau referensi bagi
setiap pihak-pihak yang memerlukan.

2.3. Lingkup Pelayanan Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Unit Pengelolaan Sampah (UPS)
harus mengintegrasikan dengan sistem pengelolaan yang telah dilakukan saat
ini. Operasional pengelolaan sampah tidak dianjurkan mengganggu sistem
pengelolaan formal maupun informal yang ada seperti aktivitas pemulung,
melainkan melibatkan pihak-pihak yang telah ada sebelum adanya Unit
Pengelolaan Sampah.
Lingkup pengelolaan sampah yang harus dikelola yaitu:
- Berdasarkan sumber sampah
Lingkup pengelolaan yang dilakukan oleh Unit Pengelolaan Sampah yaitu
sampah yang bersumber dari aktivitas pariwisata, dari rumah tangga sekitar
destinasi wisata, dan juga sampah pesisir.
- Berdasarkan area
Area pelayanan pengelolaan sampah yaitu seluruh luasan area destinasi
wisata bahari beserta komponen pendukung termasuk permukiman sekitar
destinasi. Selain itu pengelola bertanggung jawab terhadap sampah yang
ada di kawasan pantai dengan melakukan penyisiran terhadap sampah.

2.4. Langkah Penyusunan Standar Operasional dan Prosedur


Langkah penyusunan SOP dibagi menjadi 5 (lima) langkah yaitu pembentukan
lembaga (Unit Pengelola Sampah), menganalisa kondisi eksisting dan peluang
perbaikan, pemetaan stakeholder dalam peluang kerja sama, analisa
karakteristik destinasi wisata bahari, dan kemudian menyusun SOP.
Keseluruhan langkah tersebut dilakukan secara berurutan. Langkah
penyusunan dalam flowchart seperti yang dapati dilihat pada Gambar 2.1.
13

Membentuk Unit Pengelola Sampah

Analisa kondisi eksisting dan potensi perbaikan


pengelolaan sampah plastik

Memetakan stakeholder dan berdiskusi terkait potensi


kerja sama pengelolaan sampah seperti seperti
perusahaan, influencer, LSM, mahasiswa, dan lainnya

Analisa karakteristik destinasi, lokasi, aktivitas, akses, dan


kebudayaan untuk menyusun SOP

Menyusun SOP

Gambar 2.1. Langkah penyusunan SOP

a. Membentuk Lembaga (Unit Pengelola Sampah)


Lembaga yang dimaksud adalah Unit Pengelola Sampah di mana lembaga
ini yang akan bertanggung jawab kepada keseluruhan pengelolaan
sampah di destinasi wisata bahari. Adapun tata cara pembentukan dan
struktur organisasi seperti yang dapat dilihat pada Bab VII Juknis ini.
b. Analisa Kondisi Eksisting dan Potensi Perbaikan Pengelolaan Sampah
Plastik
Destinasi wisata bahari adalah objek dengan karakteristik yang berbeda
dengan permukiman biasa. Sebab itu perlu pemahaman mengenai
destinasi wisata bahari dan sampah plastik. Pemahasan mengenai hal
tersebut dapat dilihat pada Bab III Juknis ini. Setelah itu, analisa kondisi
eksisting dilakukan dengan membandingkan kondisi di lapangan terhadap
kondisi ideal yang diharapkan.
Adapun kondisi ideal dan beberapa contoh baik pengelolaan sampah
pastik seperti yang dapat dilihat pada Bab IV dan Bab V Juknis ini.
-14-

c. Memetakan stakeholder dan berdiskusi terkait potensi kerja sama


pengelolaan sampah seperti seperti perusahaan, influencer, LSM,
mahasiswa, dan lainnya
Dalam mencari peluang perbaikan pengelolaan sampah plastik,
diperlukan adanya harmonisasi antar pihak. UPS harus memetakan
stakeholder dan juga berdiskusi mengenai potensi kerja sama yang dapat
dilakukan. Potensi stakeholder yang dapat diajak bekerja sama seperti yan
dapat dilihat pada Bab VIII dan Bab IX Juknis ini.
d. Analisa karakteristik destinasi, lokasi, aktivitas, akses, dan kebudayaan
untuk menyusun SOP
Adapun SOP merupakan dokumen yang disusun spesifik kepada masing-
masing karakteristik destinasi wisata bahari. SOP tidak untuk mengubah
keseluruhan kondisi di lapangan, melainkan merupakan hasil adaptasi
dari pengelolaan eksisting di lapangan terutama pada sektor informal
(pemulung, bandar, dan lapak). Karakteristik destinasi yang harus
dijadikan pertimbangan yaitu:
1. Karakteristik wisatawan yang datang,
2. Lokasi destinasi wisata bahari,
3. Aktivitas wisata,
4. Fasilitas penghasil sampah plastik,
5. Kesiapan stakeholder dalam pengelolaan sampah plastik,
6. Akses terhadap pengelolaan sampah plastik,
7. Adat, budaya, karakter, dan kebiasaan di destinasi wisata bahari.
e. Menyusun SOP
Standar pelayanan minimal pengelolaan sampah oleh UPS yaitu
terlaksananya SOP yang menjadi bagian penting yang harus disusun
terlebih dahulu oleh UPS. SOP yang disusun merupakan penjabaran dari
rangkaian aktivitas, wewenang, dan juga output yang diharapkan. Output
yang harus dicapai dalam SOP yang perlu disusun meliputi:
1. Terlaksananya pembatasan sampah plastik, termasuk mendetailkan
jenis dan jumlah barang yang dilarang untuk dibawa;
2. Terlaksananya pembuangan sampah plastik sesuai pada tempatnya
(tidak melakukan pembuangan sampah sembarangan);
3. Terlaksananya pemilahan sampah pada wadah terpilah;
4. Terlaksananya pelarangan terhadap pembakaran dan penimbunan
ilegal sampah plastik;
5. Terlaksananya himbauan kepada wisatawan mengenai pengelolaan
sampah plastik, yaitu bertanggung jawab pada sampah plastik yang
dibawa;
6. Terlaksananya pendaftaran dan pendataan barang bawaan wisatawan
bersamaan dengan pembayaran tiket masuk atau pengurusan izin
wisatawan;
15

7. Terlaksananya penyediaan sarana tempat sampah plastik terpilah di


tempat usaha dengan jenis dan ukuran sesuai dengan potensi sampah
plastik yang akan dihasilkan;
8. Terlaksananya pencatatan harian jenis dan jumlah sampah plastik;
9. Terlaksananya penjualan sampah plastik ke bank sampah atau
fasilitas pengelolaan sampah lainnya;
10. Terlaksananya pengawasan dan penyisiran sampah plastik lepas
pantai dan muara;
11. Terlaksananya pengelolaan sampah di TPS 3R (jika ada TPS 3R);
12. Terlaksananya pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari;
13. Terlaksananya sosialisasi dan edukasi pengelolaan sampah plastik.
-16-

2.5. Penyusunan Standar Operasional dan Prosedur


Penyusunan Standar Operasional dan Prosedur dilakukan dengan menggunakan tabel format mengacu pada Permenpan Reformasi
Birokrasi No. 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP-AP) yang
dalam implementasinya tabel dapat digunakan untuk menyederhanakan dokumen SOP Pengelolaan Sampah.

Judul SOP :
Penanggung Jawab :
Tanggal Pengesahan :

Pelaksana/Wewenang MUTU BAKU


No Kegiatan Pengusaha
Pengelola Wisatawan Kelengkapan Waktu Output
Wisata
1 2 3 4 5 6

Keterangan:
1. Diisikan nomor kegiatan
2. Diisikan runutan aktivitas yang harus dilakukan sesuai dengan judul SOP.
3. Diisikan pelaksana atau stakeholder yang berperan dalam kegiatan tersebut. Jika dibutuhkan, Tabel ini adapat diisikan seluruh
stakeholder sesuai dengan lingkup SOP. Misalnya, dalam SOP Pengangkutan Sampah, pemerintah daerah atau OPD dapat
ditambahkan pada Tabel di sebelah “Wisatawan”.
4. Diisikan kelengkapan yang harus digunakan, dibawa, atau dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut.
5. Diisikan frekuesi, durasi, atau waktu spesifik kegiatan harus dilaksanakan.
6. Diisikan output atau keluaran yang diharapkan dari setiap aktivitas.
17

Contoh:
Untuk menjawab Standar Pelayanan Minimum nomor 1:
“Terlaksananya pembatasan sampah plastik, termasuk mendetailkan jenis dan jumlah barang yang dilarang untuk dibawa” maka akan
disusun SOP.

Judul SOP : Pembatasan Jenis dan Jumlah Barang yang Diizinkan Dibawa oleh Wisatawan
Penanggung Jawab : Pengelola Destinasi Wisata Bahari
Tanggal Pengesahan : 1 November 2020
Pelaksana/Wewenang Mutu Baku
No Kegiatan
Pengelola Pengusaha Wisatawan Kelengkapan Waktu Output
Menyediakan papan pengumuman barang yang Mulai Tersedianya papan informasi barang
1 Papan Informasi
tidak diizinkan untuk dibawa yang tidak diizinkan untuk dibawa

Melakukan pendataan terhadap barang bawaan Terlaksananya pengecekan terhadap


2 2 Setiap hari
wisatawan barang bawaan

Memberikan pilihan terhadap barang yang tidak


Wisatawan dapat memilih cara mana
diizinkan:
3 Tray penitipan yang diinginkan, meski hal ini adalah
a. menghabiskan/menggunakan benda yang ada
3 Penjualan/penyewaan sebuah aturan tetapi tidak menurunkan
dalam kemasan,
goodie bag minat wisatawan untuk datang ke
b. menitipkannya, atau
destinasi wisata bahari
c. membeli goodie bag
Terdatanya barang yang dititipkan agar
Melakukan pencatatan terhadap barang yang 4
Setiap ada barang
4 Formulir pencatatan tidak menjadi sampah melainkan dapat
dititipkan yang dititipkan
dipastikan untuk diambil kembali oleh
Memberikan tanda kepada masing-masing 5
Wisatawan yang menitipkan barang
5 Cap
wisatawan dapat dengan mudah diidentifikasi
Mencegah adanya penumpukan sampah
Pengembalian goodie bag yang disewa atau Selesai Sistem pengembalian
6 di loket pembayaran (tempat penitipan
pengambilan barang yang dititipkan barang yang dititipkan
barang)
-18-

BAB III

PARIWISATA BAHARI DAN PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK

3.1. Pariwisata Bahari


Pariwisata bahari pada dasarnya merupakan kegiatan rekreasi yang melibatkan
pergerakan wisatawan ke suatu tempat yang jauh dari lingkungan tempat
tinggalnya dan fokus pada lingkungan laut sebagai daya tarik utamanya
(Orams, 1999). Orams (1999) menjelaskan bahwa kegiatan wisata bahari tidak
selalu harus terjadi di permukaan atau bawah laut. Kegiatan wisatawan di
wilayah pesisir (pantai) juga dikategorikan sebagai wisata bahari, sepanjang
fokus atau daya tariknya adalah segala sesuatu yang dapat ditemukan di
lingkungan bahari serta pesisir dan tujuan perjalanannya adalah untuk
menikmati daya tarik-daya tarik wisata tersebut.

a. Jenis kegiatan wisata bahari


Secara garis besar, jenis atau sifat dari kegiatan wisata dapat dikelompokkan
menjadi
 wisata rekreasi, yaitu wisata secara umum yang dapat dilakukan oleh
seluruh wisatawan, dan
 wisata minat khusus, yaitu wisata yang melibatkan seseorang atau
sekelompok orang yang ingin mengembangkan minat mereka atau
mengunjungi tempat-tempat yang memiliki hubungan dengan minat atau
subjek khusus mereka (UNWTO, 1985).

Kedua jenis kegiatan wisata ini memiliki karakteristik yang berbeda dan
menarik segmen wisatawan yang berbeda pula, termasuk di destinasi wisata
bahari. Kegiatan rekreasi umum seperti rekreasi pantai (berenang, sightseeing,
kuliner) biasanya bersifat massal dan menarik wisatawan dalam jumlah besar,
sehingga berpotensi untuk menghasilkan lebih banyak sampah, khususnya
sampah plastik dari bungkus makanan atau minuman yang dibawa atau
dikonsumsi wisatawan.
Berbeda dengan jenis wisata bahari minat khusus, misalnya snorkeling, diving,
wisata mangrove, pengamatan satwa, yang skala kegiatannya lebih terbatas
dan hanya diikuti oleh wisatawan tertentu dalam jumlah relatif lebih sedikit
umumnya lebih mudah dalam pengaturannya, dan menghasilkan sampah lebih
sedikit, atau seminimal mungkin. Pengelola destinasi wisata bahari perlu
memahami karakteristik kegiatan wisata yang ada di destinasinya, yang
berpotensi menjadi sumber sampah plastik.

b. Fasilitas pendukung pariwisata bahari

Untuk kelancaran kegiatan wisata bahari dibutuhkan beragam fasilitas


pendukung pariwisata seperti akomodasi, restoran/rumah makan/warung
makan, toko cinderamata, dan pusat informasi wisata (TIC). Fasilitas pariwisata
yang biasanya ada di destinasi wisata dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
19

Tabel 3.1 Fasilitas Pariwisata

No Nama Fasilitas

1 Fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata

2 Fasilitas akomodasi (hotel, wisma, homestay)

3 Fasilitas rumah makan/ restoran

4 Souvenir shop

5 Fasilitas keamanan kawasan

6 Tourism sign & posting

7 Fasilitas jasa wisata (travel biro, sewa mobil, dll)


8 Lahan bentang terbuka (landscaping)
Sumber : PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas 2010-2025

Tabel 3.2 Fasilitas Umum Penunjang Pariwisata

N Nama Fasilitas
o

1 Fasilitas Sanitasi dan Kebersihan (toilet dan kamar


mandi umum)

2 Fasilitas pertokoan kebutuhan wisatawan (toko


kebutuhan sehari-hari, apotik, toko kebutuhan
wisata)

3 Fasilitas ibadah

4 Fasilitas kesehatan

5 Fasilitas keuangan dan perbankan


6 Fasilitas khusus difabel, anak-anak, dan lanjut usia

7 Taman bermain

8 Fasilitas pejalan kaki, jogging track, jalur sepeda, dan


fasilitas parkir

9 Fasilitas pemantau cuaca yang bisa diakses


wisatawan

10 Fasilitas tanggap darurat (fasilitas pemadam


kebakaran, fasilitas early warning system, fasilitas
tempat kumpul, dan jalur evakuasi bila terjadi
bencana alam)
Sumber : PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas 2010-2025
-20-

3.2. Kontribusi Aktivitas Wisata Bahari pada Timbulan Sampah


Pariwisata adalah kegiatan ekonomi yang paling dinamis dan bisa menjadi
pendapatan utama yang menguntungkan suatu daerah (Shamshiry et al, 2011).
Pengelolaan sampah menjadi masalah di daya tarik wisata yang bisa
menampung hingga ribuan wisatawan setiap harinya. Wisatawan yang
berkunjung ini, selain mendatangkan keuntungan ekonomi bagi destinasi
wisata, juga dapat membawa dampak negatif terhadap lingkungan fisik, sosial
budaya dan ekonomi, termasuk sampah.
Permasalahan yang disebabkan oleh sampah bisa menjadi berlipat ganda,
karena selain sampah domestik dan nondomestik, destinasi wisata juga harus
mengelola sampah dari wisatawan yang jumlahnya tak menentu, bisa sedikit
maupun banyak. Sampah-sampah tersebut tidak mungkin diangkut kembali
ke tempat asal para pendatang, maka destinasi wisata harus menyediakan
sistem pengelolaan yang baik atas semua sampah yang dihasilkan wisatawan
(Davenport, et al., 2006).
Sistem pengelolaan sampah yang sudah ada sangatlah terbatas dan tidak
semuanya bisa diaplikasikan di lokasi khusus seperti destinasi wisata bahari.
Terlebih lagi jika destinasi wisata tersebut memiliki potensi wisata, maka
pengelolaan yang dilakukan harus mempertimbangkan kenyamanan
wisatawan agar pendapatan daerah tidak menurun (Chen et al., 2005). Jika
tidak memiliki sistem pengelolaan yang baik, dengan semua total sampah yang
dihasilkan baik oleh penduduk lokal maupun wisatawan yang berkunjung,
destinasi wisata bisa menjadi gunungan sampah dan menyebarkan vektor
penyakit.
Adanya perpindahan wisatawan yang relatif cukup cepat antarlokasi wisata dan
berbagai aktivitas yang mendorong wisatawan untuk membawa barang
bawaannya dengan cukup efektif menyebabkan penggunaan barang sekali
pakai menjadi alternatif yang sangat disukai. Akibatnya jumlah sampah yang
dihasilkan oleh kegiatan pariwisata bisa mencapai dua kali lebih banyak dari
pada sampah domestik (Shamshiry et al., 2011; Manomaivibool, 2015). Bahkan,
pariwisata merupakan kontribusi terbesar untuk sampah laut (Wilson dan
Verlis, 2017).
Kegiatan wisata bahari yang melibatkan wisatawan, pengelola, dan berbagai
fasilitas pendukungnya akan menghasilkan sampah dengan jumlah yang
berbeda-beda. Dalam destinasi wisata bahari, sumber-sumber timbulan
sampah yang perlu dipahami yaitu:
a. Sampah Aktivitas Wisata
Sampah yang dihasilkan dari aktivitas wisata dapat dihasilkan dari
beberapa sumber, yaitu dari sarana dan prasarana minimal yang wajib ada
di setiap destinasi wisata bahari.
b. Sampah Aktivitas Warga Sekitar
Salah satu komponen destinasi wisata adalah masyarakat yang bertempat
tinggal di destinasi atau di sekitar destinasi wisata tersebut. Dalam
kesehariannya mereka juga akan menghasilkan sampah (sampah rumah
tangga), termasuk di dalamnya sampah plastik.
21

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Jumlah sampah rumah tangga di suatu destinasi wisata bahari akan
tergantung dari jumlah tempat tinggal atau rumah dan juga timbulan
sampah perkapita (timbulan sampah per orang per hari).
c. Sampah Laut
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018, sampah laut
adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang
mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Sampah
laut umumnya adalah sampah buatan manusia yang terlepas ke lautan
atau samudra, baik secara disengaja maupun tidak. Sampah ini
mengambang cenderung terkumpul di tengah-tengah pusaran samudra dan
daerah pesisir. Sampah laut biasanya terhempas ke daratan dan menjadi
sampah pantai yang terbawa arus pasang.
Sebagai destinasi wisata yang berada di pantai (pesisir), seringkali akan
menghadapi permasalahan sampah yang berasal dari laut ini. Biasanya di
musim-musim tertentu (bulan-bulan tertentu) sampah laut dapat
(terhempas) dan mengotori kawasan pantai tertentu, termasuk sisa-sisa
kayu dan lain-lain.
Dalam lingkup Juknis ini, pembahasan pengelolaan hulu-hilir sampah plastik
dibatasi hanya yang bersumber dari kegiatan wisata bahari dan fasilitas
pendukung kegiatan wisata bahari saja, namun pencegahan keluar masuk
sampah laut menjadi tanggung jawab pengelola, dengan seminimal mungkin
melakukan penyisiran sampah di wilayah pesisir.

3.3. Timbulan Sampah


Timbulan sampah adalah satuan berat atau volume sampah yang dihasilkan
oleh penimbul sampah dalam satuan waktu. Timbulan sampah menjadi
informasi yang sangat penting untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan juga
perencanaan perbaikan sistem pengelolaan sampah. Dari timbulan total,
sampah plastik secara rata-rata di wilayah perkotaan sebesar 15%-20%. Di
destinasi wisata komposisi ini mungkin lebih besar atau lebih kecil, tergantung
pada sumber sampahnya. Timbulan sampah plastik perlu dihitung dan dicatat
sehingga keseluruhan flow dapat didata dan dipastikan tidak ada yang
terbuang ke badan air dan berakhir di laut. Pengelola destinasi wisata pun perlu
memproyeksikan timbulan sampah plastik di masa yang akan datang. Berikut
adalah contoh timbulan sampah di destinasi wisata bahari berdasarkan sumber
sampahnya.
-22-

Tabel 3.3 Timbulan Sampah di Pantai Pangandaran Berdasarkan


Sumbernya

Komposisi
Volume Berat Berat
Berat
Sumber Sampah Sampah Sampah
No Sampah
Sampah Total Total Plastik
Plastik
(mᵌ/hari) (ton/hari) (ton/hari)
(%)
1 Hotel 1,5 0,3 10,8 0,0
2 Losmen 3,1 0,6 5,0 0,0
3 Warung 12,5 2,5 2,1 0,1
4 Rumah Makan 6,3 1,3 4,2 0,1
5 Jalan dan 8,2 1,6 7,0 0,1
taman
Jumlah 57,3 11,5 1,8
Sumber: Basransyah, 2017

3.4. Komposisi Sampah


Komposisi sampah adalah pengelompokan jenis sampah dinyatakan sebagai %
berat. Secara sederhana, komposisi sampah adalah jenis-jenis sampah yang
terdapat dalam satu bagian sampah. Pengelompokan jenis sampah dibagi
menjadi 10 jenis seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Komposisi Sampah

No Jenis
1 Sampah sisa makanan
2 Kayu dan sampah taman
3 Kertas, karton, dll
4 Tekstil dan produk tekstil
5 Karet dan Kulit
6 Plastik
7 Logam
8 Gelas
9 Limbah B3
10 Debu dan lainnya
Sumber: Damanhuri, 2016

Berikut adalah contoh komposisi sampah di wilayah kepulauan kecil di


Kabupaten Nusa Penida. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa sampah di
wilayah kepulauan yang menjadi destinasi wisata bahari ini didominasi oleh
sampah sisa makanan dan juga kayu serta sampah taman. Tingginya sampah
kayu dan taman berasal dari sesajen dari masyarakat maupun pengelola
destinasi wisata bahari. Selain itu, terdapat 13,7-16,7% atau 660 ton sampah
plastik yang dihasilkan setiap harinya.
23

50,0
45,0
40,0
Persen (%)

35,0
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
Tekstil
Sampah Kayu dan Kertas,
dan Karet dan Limbah Debu dan
sisa sampah karton, Plastik Logam Gelas
produk Kulit B3 lainnya
makanan taman dll
tekstil
NP 31,6 41,7 5,8 2,1 0,2 13,7 0,8 0,2 0,7 3,2
NLNC 23,9 43,6 7,7 2,2 0,1 16,7 0,6 0,8 0,7 3,7

Gambar 3.1. Komposisi Sampah di Kepulauan Nusa Penida


Sumber: Elprida, 2017
Keterangan:
- NP = Nusa Penida
- NLNC = Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan

3.5. Keterolahan Sampah


Keterolahan sampah adalah pengelompokan jenis sampah sesuai dengan
pengolahan yang dapat dilakukan. Sampah yang telah diidentifikasi
komposisinya kemudian digolongkan dalam beberapa jenis sesuai
keterolahannya. Penggolongan keterolahan sampah dapat dilihat pada Tabel
3.5.

Tabel 3.5. Keterolahan Sampah Menurut Komposisi


No Kelompok Sampah Jenis Sampah
1 Bisa membusuk (1) Sampah sisa makanan
2 Organik (1, 2) Sampah sisa makanan, kayu & sampah
taman
3 Biodegradable Sampah makanan, Kayu & sampah taman,
(1-5) Kertas dan karton, Tekstil & produk tekstil,
Karet dan kulit
4 Bisa dibakar Sampah makanan, Kayu & sampah taman,
(1-6) Kertas dan karton, Tekstil & produk tekstil,
Karet dan kulit, dan plastic
5 Bisa didaur ulang Kertas dan karton, Tekstil & produk tekstil,
(3-8) Karet dan kulit, Plastik, Logam, dan Gelas
6 Berbahaya (9) Limbah B3 rumah tangga
Sumber : Enri Damanhuri, 2016

Contoh keterolahan sampah di Kepulauan Nusa Penida, Nusa Lembongan,


dan Nusa Ceningan dapat dilihat pada Tabel 3.6.
-24-

Tabel 3.6. Keterolahan Sampah di Kepulauan Nusa Penida

Persen Berat Basah (%)


Kelompok Nusa Teknologi
Jenis Nusa
Sampah Lembongan Pengolahan
Penida
dan Ceningan
Bisa membusuk Sampah sisa makanan Pengolahan
31.55 23.87
(1) Biologi
Organik (1, 2) Sampah sisa makanan, Pengolahan
kayu & sampah taman Biologi,
73.3 67.5
tidak
seluruhnya
Biodegradable Sampah makanan, Kayu Pengolahan
(1-5) & sampah taman, Kertas Biologi,
dan karton, Tekstil & 81.39 77.52 tidak
produk tekstil, Karet dan seluruhnya
kulit
Bisa dibakar Sampah makanan, Kayu Pengolahan
(1-6) & sampah taman, Kertas termal
dan karton, Tekstil & 95.13 94.24
produk tekstil, Karet dan
kulit, dan plastic
Bisa didaur Kertas dan karton, Pemilahan
ulang (3-8) Tekstil & produk tekstil, fisik dan
22.91 28.19
Karet dan kulit, Plastik, pendaur
Logam, dan Gelas ulangan
Berbahaya (9) Limbah B3 rumah Pemrosesan
0.7 0.7
tangga akhir
Sumber: Elprida, 2017

Meskipun persentase keterolahan menyimpulkan bahwa lebih dari 95%


sampah bisa dibakar, namun pembakaran dengan skala kecil dan tidak sesuai
dengan kecukupan pembakaran secara termal tidak diizinkan untuk dilakukan
terkait dengan emisi udara yang dihasilkan. Adapun pengadaan dan
pengoperasionalan fasilitas termal mengikuti ketentuan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1.8/2016 tentang Baku Mutu Emisi Usaha
dan/atau Kegiatan Pengolahan Sampah Secara Termal.

3.6. Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari

Bahaya Sampah Plastik di Ekosistem Laut

Salah satu material sekali pakai yang sangat disukai adalah plastik. Plastik
merupakan komponen yang paling sulit diurai oleh proses alam sehingga
berbahaya bagi ekosistem perairan dan kesehatan manusia (Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2018). Jenis sampah plastik yang banyak ditemui adalah botol
minuman, tutup botol, bungkus makanan, kantong kresek, dan sedotan.
Penggunaan plastik dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan. Plastik
tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroorganisme di dalam tanah,
sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang menyebabkan pencemaran
dan kerusakan lingkungan. Lebih dari 99% plastik diproduksi dari bahan kimia
yang berasal dari minyak, gas alam dan batu bara, yang merupakan sumber
daya tak terbarukan. Jika tren penggunaan plastik saat ini terus berlanjut,
25

pada tahun 2050 industri plastik dapat menyumbang 20% dari total konsumsi
minyak dunia (UN Environment, 2018).

Berbagai macam plastik juga banyak ditemukan di laut dan dapat


membahayakan biota laut yang mungkin salah mengira kantong plastik atau
fragmen mikroplastik yang lebih kecil sebagai plankton atau invertebrata kecil.
Banyak spesies biota laut yang terkena dampak polusi plastik, di antaranya
adalah penyu laut, salah satu spesies yang lebih dikenal terkena dampak.
Seperti laporan pada tahun 2015 tentang kura-kura dengan sedotan plastik
tertanam di hidungnya yang disorot oleh media dan dibagikan secara luas
(Eagle et al., 2016). Dengan adanya potensi bahaya yang disebabkan oleh
sampah plastik, sumber-sumber sampah plastik menjadi penting untuk dapat
diidentifikasi. Hal ini berguna untuk menekan timbulan sampah plastik dari
sumber dan menyusun berbagai program strategis dalam mengelola sampah
plastik di destinasi wisata.

Jenis Sampah Plastik

Plastik telah menjadi material yang banyak digunakan dalam aktivitas


pariwisata mengingat karakteristiknya yang ringan, kuat, tahan lama, relatif
murah, mudah dibentuk, dan dapat digunakan untuk menjadi pengemas
makanan (Chaudhary dkk, 2014; Damanhuri dan Padmi, 2016). Plastik
menurut jenisnya terbagi menjadi 7 (tujuh) seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 3.7.
-26-

Tabel 3.7 Identifikasi Jenis Plastik


N Jenis Plastik Deskripsi Jenis Logo Ilustrasi
o Plastik
1 PETE atau PET - Bersifat jernih dan
Polyethylene transparan, kuat,
Terephthalate tahan pelarut, kedap
gas dan air,
melunak pada suhu
80oC
- Biasanya digunakan
untuk botol
minuman, produk
cair goreng, kecap,
obat,
- Tidak untuk air
hangat apalagi
panas
- Plastik jenis ini
biasanya dapat
didaur ulang
menjadi perabot
rumah tangga,
karpet plastik, dan
lainnya.
HDPE - Bersifat keras
2 sehingga semi
High-Density fleksibel, tahan
Polyethylene terhadap bahan
kimia dan
kelembaban, dapat
ditembus gas,
permukaan berlilin,
buram, mudah
diwarnai, diproses,
dan dibentuk,
melunak pada suhu
75oC.
- Biasanya digunakan
untuk botol susu
cair, minuman,
kantong belanja,
obat, tutup plastik.
- Disarankan hanya
untuk satu kali
penggunaan karena
jika digunakan
berulang
dikhawatirkan
bahan penyusunnya
bermigrasi ke dalam
pangan.
- Plastik jenis ini
dapat didaur ulang
menjadi tali, pipa,
dan mainan.
27

N Jenis Plastik Deskripsi Jenis Logo Ilustrasi


o Plastik
3 PVC - Sulit untuk didaur
Polyvinyl ulang
Chloride - Bersifat lebih tahan
terhadap senyawa
kimia
- Biasanya digunakan
sebagai botol
sambal, baki, plastik
pembungkus
- Sebaiknya tidak
untuk mewadahi
pangan yang
mengandung lemak,
alkohol, dan kondisi
panas.
4 LDPE - Bahan mudah
Low Density diproses, kuat,
Polyethylene fleksibel, kedap air,
tidak jernih tapi
tembus cahaya,
melunak pada suhu
70oC.
- Biasanya digunakan
untuk botol madu,
wadah yoghurt,
kantong kresek, dan
plastik tipis.
- Plastik ini sebaiknya
tidak digunakan
kontak langsung
dengan pangan.
- Plastik LDPE sulit
untuk dihancurkan
namun dapat didaur
ulang menjadi
perabot rumah
tangga dan tong
sampah.
5 PP - Plastik transparan
tetap tidak jernih
Polypropylene atau berawan, keras
tetapi fleksibel, kuat
permukaan berlililin,
tahan terhadap
panas, produk cair,
bahan kimia,
melunak pada suhu
1400C.
- Merupakan pilihan
bahan plastik yang
baik untuk kemasan
pangan, tempat
obat, botol susu,
sedotan.
-28-

N Jenis Plastik Deskripsi Jenis Logo Ilustrasi


o Plastik
PS - Terdapat dua
6 Polystyrene macam PS, yaitu
yang kaku dan
lunak/berbentuk
foam.
- PS yang kaku
biasanya jernih
seperti kaca, kaku,
mudah terpengaruh
lemak dan pelarut
(seperti alkohol),
mudah dibentuk,
melunak pada suhu
95oC
- PS yang lunak
berbentuk seperti
busa biasanya
berwarna putih,
lunak, juga mudah
terpengaruh lemak
dan pelarut. Contoh
nya seperti
styrofoam.
- Plastik jenis ini
sangat sulit didaur
ulang.
7 O Pada umumnya,
Other bahan-bahan plastik
yang tidak termasuk
dalam kategori 1
hingga 6 ataupun
campuran dalam 2
jenis plastik atau lebih
ini dimasukan
kedalam kategori
angka 7. Plastik jenis 7
ini (terutama
Polycarbonate)
mengandung zat
berbahaya yaitu
Bisphenol-A jika
tercampur dengan
makanan. Oleh karena
itu, hindari plastik
jenis ini untuk
menampung makanan.
Plastik dengan simbol
kode 7 ini tidak
dikumpulkan karena
sangat sulit untuk di
daur ulang
Sumber: Badan BPOM, 2015
29

Adapun fasilitas pariwisata dan fasilitas umum penunjang pariwisata yang


potensial menghasilkan sampah plastik dapat dilihat dalam Tabel 3.8 dan Tabel
3.9 berikut.

Tabel 3.8 Fasilitas Pariwisata yang Potensial Menghasilkan Sampah


Plastik

Potensi
N
Nama Fasilitas Jenis Sampah Plastik Menimbulkan
o
Sampah Plastik

1 Fasilitas informasi Map plastik (PP) +


dan pelayanan Botol minuman (PET) +++
pariwisata

2 Fasilitas akomodasi Botol minuman (PET) +++


(hotel, wisma, Sedotan (PP) ++
homestay) Kemasan makanan (PS, ++
PP) ++
Kantong kresek (LDPE) +++
Kemasan toiletries (PET,
HDPE, lainnya)

3 Fasilitas rumah Botol minuman (PET) +++


makan/ restoran Sedotan (PP) +++
Kemasan makanan (PS, +++
PP) ++
Alat makan ++
Kantong kresek (LDPE)

4 Souvenir shop Kantong kresek (LDPE) +++


Tali raffia (PET) +

5 Fasilitas keamanan Map plastik (PP) +


kawasan Botol minuman (PET) +++

6 Fasilitas jasa wisata Map plastik (PP) +


(travel biro, sewa Botol minuman (PET) +++
mobil, dll)

7 Lahan bentang Botol minuman (PET) +++


terbuka Sedotan (PP) ++
(landscaping) Kemasan makanan (PS, +++
PP) +++
Kantong kresek (LDPE)
-30-

Tabel 3.9 Fasilitas Umum Penunjang Pariwisata yang Potensial


Menghasilkan Sampah Plastik

Potensi
N
Nama Fasilitas Jenis Sampah Plastik Menimbulkan
o
Sampah Plastik

1 Fasilitas Sanitasi dan Kemasan toiletries (PET, +++


Kebersihan (toilet HDPE)
dan kamar mandi
umum)

2 Fasilitas pertokoan Botol minuman (PET) +++


kebutuhan Sedotan (PP) ++
wisatawan (toko Kemasan makanan (PS, ++
kebutuhan sehari- PP) +++
hari, apotik, toko Kantong kresek (LDPE) +
kebutuhan wisata) Botol kemasan obat
(HDPE)

3 Fasilitas ibadah Botol minuman (PET) +++


Kemasan toiletries (PET, +++
HDPE)

4 Fasilitas kesehatan Botol minuman (PET) +++


Kantong kresek (LDPE) +++
Kemasan makanan (PS, ++
PP) +++
Botol kemasan obat
(HDPE)

5 Fasilitas keuangan Map plastik (PP) ++


dan perbankan Botol minuman (PET) +++
Kemasan makanan (PS, ++
PP) ++
Kantong kresek (LDPE)

6 Fasilitas khusus Botol minuman (PET) +++


difabel, anak-anak, Kemasan toiletries (PET, ++
dan lanjut usia HDPE)

7 Taman bermain Botol minuman (PET) +++


Kantong kresek (LDPE) ++
Kemasan makanan (PS, ++
PP)

8 Fasilitas pejalan Botol minuman (PET) +++


kaki, jogging track, Kantong kresek (LDPE) ++
jalur sepeda, dan Kemasan makanan (PS, ++
fasilitas parkir PP)

9 Fasilitas pemantau Botol minuman (PET) +++


cuaca yang bisa Kantong kresek (LDPE) ++
diakses wisatawan Kemasan makanan (PS, ++
PP)
31

Potensi
N
Nama Fasilitas Jenis Sampah Plastik Menimbulkan
o
Sampah Plastik

10 Fasilitas tanggap Botol minuman (PET) +++


darurat (fasilitas Kantong kresek (LDPE) ++
pemadam Kemasan makanan (PS, ++
kebakaran, fasilitas PP)
early warning
system, fasilitas
tempat kumpul, dan
jalur evakuasi bila
terjadi bencana alam)

3.7. Muatan Peraturan Pengelolaan Sampah Plastik

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, Pasal 13, pengelola


kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib
menyediakan fasilitas pemilahan sampah. Pengelola kawasan wajib
menyediakan sarana pemilahan untuk skala kawasan, sedangkan pemerintah
kabupaten/kota untuk skala kabupaten/kota.

Pengelolaan sampah skala kota merupakan kewajiban dari pemerintah daerah


di mana fokus pengurangan sampah menjadi kewajiban pengelola kawasan.
Penyelenggaraan pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Pengurangan meliputi pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan sampah (Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012).

Gambar 3.2 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menangani sampah plastik di laut


sebesar 70% (tujuh puluh persen) sampai dengan 2025, sehingga perlu disusun
langkah percepatan komprehensif dan terpadu (Peraturan Presiden Nomor 83
-32-

Tahun 2018). Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan


dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga juga terdapat muatan target nasional pengurangan
sampah sebanyak 30% dan penanganan sampah sebanyak 70%. Dalam
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 5 Tahun 2020 juga
terdapat muatan untuk mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup akibat sampah plastik dari kegiatan di destinasi wisata bahari. Dalam
hal ini perlu dilakukan penanganan sampah plastik di destinasi wisata bahari
secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan.

3.8. Keuntungan Pengelolaan Sampah Plastik bagi Sektor Pariwisata

Keuntungan pengelolaan sampah tidak dapat diukur sepenuhnya dengan uang


hasil penjualan atau pengolahan sampah yang dihasilkan. Keuntungan
pengelolaan sampah yang baik bersifat investasi baik secara materi maupun
nilai-nilai yang tidak dapat ditaksir dari segi materi. Adapun keuntungan
pengelolaan sampah plastik bagi sektor pariwisata yaitu:
- Peningkatan pendapatan lokal dan daerah
Studi menyatakan bahwa lingkungan yang baik, termasuk di dalamnya
pengelolaan sampah, mempengaruhi keinginan wisatawan untuk datang
kembali ke destinasi wisata tersebut. Jika pengelolaan sampah dapat
dilakukan dengan baik maka hal tersebut dapat meningkatkan roda
ekonomi destinasi wisata bahari beserta komponen ekonomi pendukung
seperti transportasi dan akomodasi.
- Estetika
Pengelolaan sampah plastik yang baik akan memberikan keuntungan
berupa estetika yang menjadi salah satu modal utama daya tarik sebuah
destinasi pariwisata.
- Mempertahankan ekosistem
Pengelolaan sampah plastik untuk mencegah kerusakan ekosistem
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah krisis
lahan dan sumber daya alam.
33

BAB IV

PENGURANGAN SAMPAH PLASTIK

Pengelolaan sampah eksisting di destinasi wisata masih mengikuti paradigma


lama, yaitu kumpul-angkut-buang. Paradigma ini sangat tidak ramah
lingkungan karena upaya pemulihan material bernilai ekonomi dilakukan
dengan proses yang lebih rumit akibat sampah tercampur dan pemrosesan
akhir di TPA menjadi alternatif yang paling disukai karena kegiatan dianggap
lebih mudah. Berbeda dengan paradigma lama, paradigma baru lebih
mengedepankan pada pengurangan limbah dan daur ulang energi. Perubahan
hirarki pengelolaan sampah secara umum dan sampah plastik secara khusus,
dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah

Pada Gambar 4.1. segitiga menggambarkan kuantitas sampah yang dikelola


dalam setiap tahapan. Segitiga merah menggambarkan paradigma lama, yaitu
TPA sebagai cara utama pengelolaan sampah dilihat dari kuantitasnya yang
sangat besar di bagian bawah. Segitiga hijau digambarkan terbalik, artinya
kuantitas sampah sebanyak-banyaknya seharusnya dapat dicegah, dibatasi,
dan juga diguna ulang. Dalam hal ini, penanganan sampah hanyalah tambahan
yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah residu sesuai dengan konsep
Circular Economy.
-34-

4.1. Pembatasan Sampah Plastik


Pembatasan sampah plastik merupakan tahapan awal yang perlu dilakukan
untuk mengurangi timbulan sampah, sehingga mengurangi tugas dan
pekerjaan dalam pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari.
Pembatasan dapat diberlakukan kepada wisatawan yang berkunjung maupun
secara ketat kepada pengelola destinasi wisata bahari khususnya kepada
masyarakat dan industri pariwisata (termasuk pengusaha pariwisata) yang ada
di destinasi.
Pembatasan sampah plastik dilakukan dengan cara:
- Melarang pengusaha wisata dan wisatawan untuk menggunakan dan
menjual single use plastic seperti kresek, peralatan makan sekali pakai
(piring pastik, sendok plastik, dan sedotan), serta styrofoam.
- Mengganti material plastik dengan alternatif material lain yang memiliki
usia pakai lebih lama, seperti penggunaan gelas kaca di rumah makan
dibandingkan dengan penjualan botol minuman kemasan.

Gambar 4.2 Barang yang tidak diizinkan untuk dibawa ke destinasi


wisata bahari

Pelarangan dalam pembatasan ini perlu disosialisasikan dengan menggunakan


berbagai media, seperti papan informasi. Adapun syarat dalam pembuatan
papan informasi barang yang diizinkan dan tidak diizinkan untuk dibawa ke
destinasi wisata bahari yaitu:
 Bahasa: dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
 Ukuran tulisan: ukuran tulisan minimal dapat terbaca dari jarak 4 meter.
 Substansi: sebisa mungkin tulisan ditampilkan juga dengan gambar atau
ilustrasi.
 Lokasi: papan informasi diletakkan di pintu masuk dan beberapa titik di
area wisata.
35

Pengelola destinasi wisata bahari juga dapat melakukan pembatasan kepada


pengusaha pariwisata yang berada di destinasi wisatanya, misalnya terhadap
rumah/warung makan, toko kelontong/warung yang berjualan di destinasi
wisata tersebut dengan melarang penggunaan produk plastik tertentu. Dalam
jangka panjang hal ini dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap produk
plastik dan menggantikannya dengan produk yang lebih ramah lingkungan.

Six Sense Uluwatu dalam operasionalnya tidak lagi menyediakan


air minum dalam botol plastik, melainkan gelas kaca.

4.2. Pendauran Ulang Sampah Plastik

Daur ulang adalah proses menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah. Sampah sebenarnya dapat menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan
emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang
baru. Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas,
logam, tekstil, dan barang elektronik. Daur ulang lebih difokuskan kepada
sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan
kerusakan lahan, termasuk sampah plastik yang sangat sulit terurai di alam.

Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam
tergantung dari jenis plastiknya. Pendauran ulang sampah plastik dilakukan
dengan cara memisahkan partikel-partikel plastik hingga terciptanya produk
baru. Plastik daur ulang biasanya akan diubah bentuk menjadi biji plastik,
botol minuman, dan produk baru dengan bentuk baru yang lainnya.

Terdapat berbagai jenis plastik di dunia. Saat ini di berbagai produk plastik
terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut
sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang
berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah
contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan
kadang-kadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density
Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah
proses daur ulang.

Pendauran ulang sampah plastik di destinasi wisata bahari dapat dilakukan


oleh pengelola destinasi maupun kelompok masyarakat yang ada di destinasi
tersebut atau bekerja sama dengan kelompok lain yang telah menjalankan
proses daur ulang sampah plastik ini.
-36-

Potato Head sebuah beach club yang berlokasi di


Seminyak, Bali, membuat Sustainism Lab, sebuah demplot
laboratorium pengolahan sampah yang mereka hasilkan
sendiri. Selain memamerkan alat pengolah sampah,
Sustainism Lab juga memamerkan produk hasil olahan
sampah plastik mereka berupa wadah seperti wadah tisu,
sampo, sabun, dan lainnya. Produk tersebut juga digunakan
di kamar tamu yang tersedia. Pengunjung yang datang
biasanya akan tertarik melihat-lihat, berdiskusi hingga
menawar produk yang dipajang, walaupun mereka belum
menjual produk, masih digunakan untuk keperluan internal.

4.3. Pemanfaatan Kembali Sampah Plastik


Pemanfaatan kembali sampah plastik merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan pengelola destinasi wisata bahari dalam mengelola sampah plastik,
tidak hanya menjadi barang yang dapat dijual, tetapi proses dalam menjadikan
sampah tersebut sebagai barang lain yang bernilai, juga bisa menjadi atraksi
wisata. Pembuatan barang-barang kebutuhan rumah tangga, pot, tempat
lampu, cinderamata (dompet, tas, tempat tisu dan lain-lain) dari sampah plastik
bisa dikemas sehingga wisatawan juga bisa ikut terlibat dalam proses tersebut,
tidak hanya sekedar membeli barangnya saja.

Warga Kepulauan Seribu memanfaatkan sampah


plastik menjadi ecobrick yang dapat digunakan
menjadi kursi, meja, pot bunga, dan lain-lain.
Ecobrick dibuat dari botol plastik yang diisi dengan
cacahan sampah plastik hingga keras dan padat.

Seniman kelahiran Jerman, Liina Klauss membawa


bersama Potato Head Beach Club Bali membuat instalasi
seni berjudul “5000 Soles” dari sampah laut di Pantai
Seminyak, agar dapat jadi refleksi bagi manusia. Instalasi
ini sangat menonjol di depan pintu masuk dan seolah jadi
bagian dari arsitektur bangunan dengan fasad jendela-
jendela kayu karya arsitek Indonesia, Andra Matin.

4.4. Aspek Non Teknis Pengurangan Sampah


Aspek non teknis pengurangan sampah adalah aspek pendukung yang harus
dipahami dan dipersiapkan untuk mendukung aktivitas pengurangan sampah
di destinasi wisata bahari. Aspek non teknis dalam hal ini berfokus kepada
upaya pengelola spesifik pada destinasi wisata bahari yang dikelolanya. Adapun
aspek non teknis pengurangan sampah meliput aspek peraturan, aspek
kelembagaan, aspek pembiayaan, dan aspek peran serta masyarakat.
37

Aspek Aspek
Peraturan Kelembagaan

Aspek Peran
Aspek
Serta
Pembiayaan
Masyarakat

Gambar 4.3 Aspek Non Teknis Pengurangan Sampah

4.4.1. Regulasi
Sebagai pendatang, wisatawan cenderung akan mengikuti atmosfer
pengelolaan sampah di wilayah destinasi wisata. Selain itu, pengusaha wisata
yang membutuhkan izin operasional usaha juga dapat diikat oleh kebijakan
pengelola destinasi wisata. Sebab itu dalam upaya pengurangan sampah, fungsi
peraturan yang ditetapkan oleh pengelola menjadi sangat penting sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengurangan sampah di destinasi wisata bahari
karena sesuai prinsip, wisatawan dan pengusaha akan cenderung mengikuti
kebijakan yang ada karena adanya kebutuhan wisata yang ingin dipenuhi.
Peraturan mengenai pembatasan sampah plastik di destinasi wisata bahari
dapat diatur oleh pengelola destinasi baik mengikuti peraturan daerah yang
sudah ada maupun merujuk kepada peraturan perundangan lainnya mengenai
pengurangan sampah. Peraturan lokal tersebut dapat dituliskan secara tulisan
dalam sebuah SOP. Dalam skala provinsi, Provinsi Bali (Peraturan
Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan
Sampah Plastik Sekali Pakai) dan Provinsi DKI Jakarta (Peraturan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong
Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan
Pasar Rakyat ) adalah 2 (dua) provinsi yang telah menyusun kebijakan daerah
mengenai pembatasan sampah plastik sekali pakai (single use plastic). Adapun
jenis sampah yang dibatasi penggunaannya yaitu plastik kresek, peralatan
makan plastik (piring plastil, sendok plastik, dan sedotan), dan juga styrofoam.
Karena menjadi salah satu dorongan terbesar untuk pelaksanaan pengurangan
sampah plastik di destinasi wisata bahari, maka terdapat produk hukum yang
harus disusun oleh pemerintah daerah sesuai peraturan perundangan.
Peraturan tersebut yaitu:
- Penyusunan Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sesuai dengan arahan
Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
-38-

- Penyusunan Kebijakan Percepatan Penanganan Sampah Laut sesuai


dengan arahan Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2018 tentang Penanganan
Sampah Laut.
- Penyusunan Kebijakan Pengurangan Sampah Plastik yang merupakan
turunan dari Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Pemerintah Daerah Pengelola Destinasi Wisata Bahari

• Produk : peraturan daerah • Produk: dokumen SOP

Peraturan yang ada kemudian perlu disosialisasikan baik menggunakan media


sosial maupun media lain seperti papan pemberitahuan di destinasi wisata
bahari. Keberjalanan pelaksanaan peraturan juga menjadi bagian yang sangat
penting, sebab itu pengelola wajib melaksanakan pemantauan dan menyusun
strategi keberjalanan peraturan pembatasan single use plastic di destinasi
wisata bahari.

4.4.2. Kelembagaan
Pemerintah daerah menjadi pemeran utama dalam mendorong upaya
pengurangan sampah plastik dengan dukungan payung hukum. Selain itu
Pengelola Destinasi dan Unit Pengelolaan Sampah sebagai lembaga yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah plastik di lapangan menjadi
pemeran kunci dalam keberhasilan pengurangan sampah plastik. Pengelola
Destinasi dan Unit Pengelolaan Sampah dapat melakukan kerja
sama/kemitraan kepada lembaga lain dalam upaya pengurangan sampah
plastik di destinasi wisata bahari. Adapun pihak yang terkait dalam
pelaksanaan pengurangan sampah plastik di sumber adalah sebagai berikut:

Pendauran Ulang Sampah Guna Ulang Sampah


Pembatasan Sampah Plastik Plastik Plastik

•Regulator: Pemerintah Daerah •Perusahaan dengan •Ekonomi kreatif lokal


membentuk peraturan pembatasan skema EPR (Extended •Kelompok sadar
sampah plastik Producer Responsibility) lingkungan
•Pelaksana •Ekonomi kreatif lokal •PKK, LSM, Desa adat
•Pengelola destinasi wisata •Start Up
•Pengusaha Wisata
•Wisatawan

4.4.3. Pembiayaan
Pendanaan pengurangan sampah dikelola mandiri dari sumber-sumber
pendanaan di luar bantuan pemerintah atau dana penanganan sampah. Skema
pendanaan dapat dilakukan melalui kerja sama dan sponsorship dari swasta
39

maupun investor. Adapun dana yang perlu dialokasikan dalam perencanaan


pengurangan sampah yaitu:
- Biaya investasi
Biaya investasi dalam hal ini merupakan media informasi baik berupa
papan-papan informasi mengenai pengurangan sampah plastik di
destinasi wisata bahari, atau lainnya.
- Biaya Operasional
Biaya operasional dalam hal ini meliputi upah dari operator (pekerja
lapangan) dan juga biaya sampingan lain tergantung pada skema yang
dilakukan oleh masing-masing destinasi wisata bahari.
- Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan dapat meliputi pemeliharaan peralatan seperti
wadah, kendaraan pengangkut sampah plastik, maupun juga
pemeliharaan papan-papan informasi.
Dalam upaya pengurangan sampah terdapat potensi biaya yang dapat diperoleh
dari aktivitas penjualan sampah yang masih bernilai ekonomi. Penjualan
sampah dapat diintegrasikan dengan sektor informal maupun formal
pengurangan sampah seperti pemulung, Bank Sampah, TPS 3R, ataupun start
up yang bekerja di bidang daur ulang sampah plastik.

4.4.4. Peran Serta Masyarakat/Wisatawan


Pengelola melakukan pendekatan sosialisasi, edukasi, dan kampanye publik
mengenai pengurangan sampah di destinasi wisata bahari. Media yang dapat
dilakukan yaitu melalui:
- Sosial media
- Kampanye publik
- Sosialisasi
- Edukasi
- Himbauan melalui papan-papan informasi di destinasi wisata bahari
- Pelibatan wisatawan dalam kegiatan guna ulang sampah plastik menjadi
souvenir
-40-

BAB V

PENANGANAN SAMPAH PLASTIK

Penanganan sampah plastik adalah bagian lanjutan dari sampah yang tidak
dapat dikurangi, artinya sampah sudah terlanjur terbentuk. Adapun
penanganan sampah plastik dimulai dari pewadahan dan aktivitas pemilahan.
Hasil dari pemilahan tersebut adalah sampah plastik yang terbagi menjadi 2
(dua) yaitu kepada sampah yang masih bernilai ekonomi dan juga sampah
residu. Lembaga pengelola dan juga sumber pembiayaan seperti yang
ditunjukkan oleh panah orange. Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab
pengelolaan sampah berupa pengangkutan sampah dan juga pemrosesan akhir
di TPA.

Gambar 5.1 Penanganan Sampah Plastik

5.1. Pemilahan Sampah Plastik


Sampah yang telah terpilah harus ditampung dalam sarana pewadahan
berdasarkan jenis sampah. Manfaat dilakukannya kegiatan pemilahan antara
lain:
● Memudahkan dalam penggunaan kembali sampah yang dihasilkan dan
memudahkan pengolahan sampah baik secara daur ulang, pengomposan,
dan lain-lain;
● Waktu yang diperlukan untuk memanfaatkan kembali maupun mengolah
sampah dapat lebih efisien;
● Meningkatkan taraf hidup pemulung yang beralih profesi menjadi pendaur
ulang.
Kegiatan pemilahan juga dapat dilakukan pada kegiatan pengumpulan dan
pemindahan, namun sangat diutamakan dilakukan di sumber agar waktu dan
biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.
41

Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013, sampah


yang dipilah dikelompokkan paling sedikit menjadi 5 jenis sampah yaitu:
● Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah
bahan berbahaya dan beracun,
● Sampah yang mudah terurai,
● Sampah yang dapat digunakan kembali,
● Sampah yang dapat didaur ulang dan
● Sampah lainnya
Adapun dalam hal pemilahan sampah plastik, pemilahan yang dilakukan
diintegrasikan dengan wadah sampah terpilah yang disediakan pengelola
wisata. Sampah plastik dipilah menjadi 3 (tiga) jenis sesuai dengan potensi
pemanfaatannya, yaitu:
 Sampah plastik daur ulang kondisi bersih yang terdiri plastik PET, PP, dan
HDPE yang dalam kondisi bersih dari sisa makanan yang dapat membusuk.
 Sampah plastik daur ulang kondisi kotor yang terdiri dari plastik PET, PP,
dan HDPE yang dalam kondisi kotor.
 Sampah plastik residu yang terdiri dari PVC, LDPE, PS, dan Others

5.2. Pengumpulan Sampah Plastik


Pengumpulan merupakan kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari
sumber ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
dengan prinsip 3R (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
03/PRT/M/2013). Pada saat proses pengumpulan sampah yang telah terpilah
tidak boleh tercampur kembali karena usaha pemilahan oleh sumber menjadi
hak yang sia-sia dan proses pengolahan sampah akan terhambat.
Sarana pengumpulan sampah dapat berupa motor sampah atau gerobak
sampah terpisah sesuai dengan jenis pemilahan yang dilakukan. Pengumpulan
sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau
mobil bak terbuka bersekat, dilakukan minimal 2 (dua) hari sekali. Sampah
dimasukkan ke masing-masing bak sesuai jenis di dalam alat pengumpulan
atau atur jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah.
Pengumpulan sampah disertai dengan menyediakan TPS, TPS 3R, dan/atau
pengumpul untuk sampah terpilah (motor sampah atau gerobak sampah).

Gambar 5.2 Gerobak sampah (kiri), TPS (kanan)


-42-

5.3. Pengangkutan Sampah Plastik


Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau
tempat pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor yang
didesain untuk mengangkut sampah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 03/PRT/M/2013). Pengangkutan sampah juga tidak boleh dicampur
kembali setelah dilakukan pemilahan. Untuk itu tempat penampung sampah
pada kendaraan (truk) pengangkut sampah sudah di desain untuk
memisahkan sampah sesuai pemilahan yang dilakukan, atau warna kendaraan
(truk) pengangkut sampah dibedakan warnanya sesuai jenis sampahnya.
Pengangkutan dilakukan dengan memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut
yang digunakan dengan rute yang sependek mungkin. Sarana pengangkutan
dapat berupa dump truck/tipper truck, armroll truck, compactor truck, dan trailer.

Gambar 5.3 Alat Angkut Sampah

5.4. Pengolahan dan Daur Ulang Sampah Plastik


Sebelum menjadi residu, sampah plastik dapat didaur ulang atau diolah
menggunakan teknologi pengolahan dengan proses termal seperti Refused
Derived Fuel (RDF), insenerasi, dan pirolisis.
 Refused Derived Fuel (RDF)
Refused derived fuel (RDF) adalah hasil dari proses pemisahan sampah
padat antara fraksi sampah mudah terbakar dan tidak mudah terbakar
seperti metal dan kaca (Cheremisinoff, 2003). RDF dapat dihasilkan melalui
proses pengeringan. Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk
meningkatkan kinerja penguapan, dengan temperatur kerja 105-1200C dan
waktu tinggal 1-2 jam. Proses ini akan menghasilkan sampah dengan
volume yang tereduksi hingga 20% sebagai volume residu. Sampah yang
telah mengalami reduksi volume juga akan mengalami reduksi kadar air
dan peningkatan nilai kalor sampah, serta dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar alternatif berbentuk padat atau RDF.
43

Proses ini dapat digunakan untuk plastik jenis PET, HDPE, LDPE, PP, dan
PS.
 Pirolisis
Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga 20% sebagai volume
residu padat akhir) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan
senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, tanpa kehadiran oksigen
sebagai oksidator. Umumnya diawali dengan proses pencacahan dengan
temperatur kerja 200-500 0C dan waktu tinggal 0,5-2 jam. Sebagai suatu
proses oksidasi parsial, proses ini menghasilkan senyawa yang memiliki
nilai kalor dalam wujud padat, wujud cair, dan wujud gas (karbon dioksida,
karbon monoksida, hidrogen, dan hidrokarbon ringan). Proses ini dapat
digunakan untuk plastik jenis PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, dan PS.

Gambar 5.4 Reaktor Pirolisis


(Sumber: Mokhtar, 2018)
-44-

● Insinerasi
Proses ini ditujukan untuk mereduksi volume (hingga 10% sebagai
volume residu padat akhir) dan daya cemar sampah melalui penguapan
air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan
kehadiran oksigen berlebih (superstoikiometrik) sebagai oksidator.
Umumnya diawali dengan proses pencacahan untuk meningkatkan
kinerja penguapan air dan senyawa volatil, dengan temperatur kerja 700-
1200 0C dengan waktu tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi
yang relatif sempurna, maka akan dihasilkan gas yang tidak memiliki
nilai kalor, berupa gas karbon dioksida, belerang di/tri oksida, nitrogen
mono/dioksida, serta abu yang relatif bersifat stabil/inert. Proses ini
dapat digunakan untuk seluruh jenis plastik.

Gambar 5.5 Insinerasi

Selain diolah menggunakan teknologi pengolahan, sampah plastik juga dapat


didaur ulang yang dikelola oleh pengepul sampah maupun bank sampah.
Sampah plastik biasanya masih memiliki nilai jual dikumpulkan dan
dipisahkan sesuai jenisnya dan dijual ke pengepul sampah. Selain ke pengepul,
pengelolaan sampah dapat didukung oleh adanya bank sampah. Manfaat
adanya bank sampah adalah dapat mengurangi sampah, memilah sampah,
memanfaatkan sampah, mendaur ulang sampah, dan menabung sampah
sehingga dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat (Tata Cara
Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah di Kawasan Pulau Kecil, 2016).
45

5.5. Pemrosesan Akhir Residu


Residu merupakan bagian sampah hasil pengolahan yang sudah tidak dapat
dimanfaatkan lagi. Sampah residu yang sudah mengalami proses pencacahan
dan pengolahan kemudian diproses dengan lahan urug saniter (kota
besar/metropolitan) dan lahan urug terkendali (kota sedang/kecil). Lahan urug
dibangun di kawasan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Lahan urug yang sudah
penuh selanjutnya ditutup, dan dibuat galian lahan urug yang baru.

5.6. Aspek Non Teknis Penanganan Sampah Plastik


Aspek non teknis penanganan sampah adalah aspek pendukung yang harus
dipahami dan dipersiapkan untuk mendukung aktivitas penanganan sampah
di destinasi wisata bahari. Aspek non teknis dalam hal ini berfokus kepada
integrasi antar pengelola destinasi dan juga pemerintah daerah yang
bertanggung jawab dalam pengangkutan sampah residu menuju ke TPA untuk
pemrosesan akhir. Adapun aspek non teknis pengurangan sampah meliput
aspek peraturan, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, dan aspek peran
serta masyarakat.

Aspek Aspek
Peraturan Kelembagaan

Aspek Peran
Aspek
Serta
Pembiayaan
Masyarakat

Gambar 5.6 Aspek Non Teknis Penanganan Sampah Plastik

5.6.1. Regulasi
Sama halnya dengan regulasi pengurangan sampah, dalam penanganan
sampah regulasi menjadi payung hukum yang cukup kuat untuk dapat
mengimplementasikan pengelolaan sampah yang baik. Sesuai dengan Gambar
4.1., maka peraturan yang perlu dirumuskan oleh Pemerintah Daerah adalah
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah (JAKSTRADA) dan Percepatan
Penanganan Sampah Laut. Adapun peraturan mengenai penanganan sampah
di dalam internal destinasi wisata bahari yang bersifat spesifik antar destinasi
diatur oleh Unit Pengelolaan Sampah melalui penyusunan SOP.

5.6.2. Kelembagaan
Pembagian tanggung jawab lembaga yang mengelola setiap tahapan dalam
penanganan sampah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
-46-

Syarat kelembagaan dalam penanganan sampah agar terciptanya penanganan


yang baik, yaitu:
- Terdapat lembaga teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan
pelayanan sampah di sumber sampai di TPA;
- Terdapat pembagian kewenangan yang jelas dan alur koordinasi yang
jelas;
- Terdapat dukungan sumber daya manusia yang berkompetensi sesuai
dengan sarana yang dikelola;
- Dilengkapi sistem manajemen pengelolaan yang efektif untuk pelayanan
kepada masyarakat;
- Terdapat komunikasi yang aktif dalam penanganan sampah.

5.6.3. Pembiayaan
Tanggung jawab pendanaan penanganan sampah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
dari sumber sampah sampai pemindahan sampah (TPS) oleh pengelola lokal
dan pengangkutan hingga TPA oleh pemerintah daerah. Sama halnya dengan
pengurangan, pendanaan dapat diperoleh dari pemerintah, sponsorship dari
swasta, maupun investor. Adapun dana yang perlu dialokasikan dalam
perencanaan pengurangan sampah yaitu:
- Biaya investasi
Biaya investasi dalam hal ini merupakan fasilitas pemilahan sampah
berupa kendaraan pengangkut sampah, infrastruktur pengolahan
sampah, dan juga pemrosesan akhir sampah.
- Biaya Operasional
Biaya operasional dalam hal ini meliputi upah dari operator (pekerja
lapangan) dan juga biaya bahan bakar operasional kendaraan
pengangkut sampah.
- Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan dapat meliputi pemeliharaan peralatan seperti
wadah, kendaraan pengangkut sampah plastik, maupun TPA.

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 (Pasal 24)


menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membiayai
penyelenggaraan pengelolaan sampah. Pembiayaan penyelenggaraan
persampahan yang dimaksud adalah investasi, biaya operasi dan
pemeliharaan, dan pendapatan retribusi sampah yang diterapkan kepada
pengguna jasa pengelolaan sampah dari tingkat pengangkutan hingga
pemrosesan akhir. Selain pendanaan dari APBD, sumber-sumber pendanaan
yang dapat diperoleh dalam penanganan sampah seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 5.7.
47

• APBN/APBD/DAK/DID
Destinasi yang • Dana Desa
dikelola pemerintah • Swasta

• Mandiri
Destinasi yang • NGO
dikelola swasta • Investor Swasta

• Dana Desa
Destinasi yang • NGO
dikelola desa adat • Investor Swasta

Gambar 5.7. Potensi pembiayaan penanganan sampah

5.6.4. Peran Serta Masyarakat/Wisatawan


Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program
pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan
kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam
kebersihan adalah membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai
dengan tujuan program tersebut. Hal ini antara lain menyangkut:
 Mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib
dan teratur;
 Memberikan pemahaman mengenai bahaya sampah plastik terhadap
ekosistem bahari;
 Pentingnya kontribusi satu orang dalam gerakan massif pengelolaan
sampah plastik;
 Pelarangan pembuangan sampah plastik sembarangan, penumpukan
sampah plastik, pembakaran, dan juga meninggalkan sampah plastik
secara sembarangan di dalam destinasi wisata bahari.
Berbagai kegiatan untuk mendukung informasi masyarakat dan wisatawan
sekitar mengenai pengelolaan sampah di destinasi wisata bahari menyangkut
penyuluhan, pelatihan, dan program kebersihan. Mengedukasi masyarakat
akan menurunkan resiko kerusakan lingkungan di destinasi wisata bahari.

5.7. Perlindungan Destinasi Wisata Bahari dari Sampah Plastik


Sampah plastik pada kawasan wisata bahari tidak hanya berasal dari darat
(wisatawan), namun juga dapat berasal dari laut dan muara sungai. Sampah-
sampah dari laut dapat berasal dari daerah lain dan terbawa oleh ombak ke
pantai, sementara sampah yang berasal dari muara sungai dapat berasal dari
sampah-sampah di sepanjang aliran sungai yang terbawa dan terakumulasi.
Perlindungan destinasi wisata bahari dari sampah plastik yang berasal dari laut
dapat dilakukan dengan beberapa teknologi berikut, yaitu:
-48-

1. Trash Boom
Trash boom merupakan media berbahan fiber yang secara pasif
menghentikan sampah terapung di sungai. Trash boom cocok digunakan di
area yang luas dengan kecepatan aliran yang rendah. Dengan kapabilitasnya
yang tinggi untuk menghentikan sampah, pengambilan sampah yang telah
terkumpul perlu dilakukan setiap hari untuk mencegah beban berlebih dan
lepasnya sampah. Pengambilan ini dilakukan menggunakan media perahu.

Gambar 5.8. Trash Boom

Sebagai langkah awal dalam mendukung program Pemerintah Provinsi Bali


untuk mengurangi 70% sampah pada tahun 2025 serta pengembangan
strategi pengelolaan sampah yang terintegrasi, PT. Multi Bintang Indonesia
Tbk meluncurkan kampanye disertai pemasangan 100 trash booms di sekitar
Bali. Trash boom secara efektif dapat menghentikan sampah masuk ke
sungai, saluran air, dan pantai Bali. Selain di Bali, trash boom pun berhasil
diimplementasikan di Sungai Citarum, Jawa Barat.

2. Trash Blocks
Trash block sendiri merupakan versi yang telah dimodifikasi dari trash boom
sebagai penghalau sampah yang dipasang di muara sungai menuju lautan.
Rancangan trash block dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat digunakan
pada sungai yang berukuran lebih kecil.

Gambar 5.9. Trash Blocks


49

Trash block pernah digunakan di Subak Perancak wilayah Desa Tibubeneng


Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, guna untuk meningkatkan
kebersihan saluran air dan sungai di wilayah tersebut.

3. Trash Debris Control Boom


Trash Debris Control Boom di desain untuk menghalau sampah dengan
peletakkan permanen di pelabuhan, teluk, marina, dan area perairan
lainnya. Dengan menggunakan sabuk PCV, boom ini dapat digunakan untuk
jangka panjang. Selain itu, adanya freeboard dan skirt memungkinkan
adanya penahanan yang baik di atas maupun di bawah permukaan air.

4. Permanent Debris Boom


Permanent Debris Boom di desain untuk menghalau sampah dengan
peletakkan permanen, sehingga dapat digunakan pada perairan dengan arus
yang kuat. Alat ini di desain dengan sisi rata untuk melindungi pelampung
dari pengoperasian perahu ketika pengambilan sampah dilakukan. Jika
muka air sedang tinggi, penambahan ketinggian pagar sampah
memungkinkan untuk dilakukan. Dengan kemampuan yang dimiliki
permanent debris boom, maka alat ini dapat digunakan untuk pemakaian
jangka panjang. Hingga saat ini, permanent debris boom belum pernah
diaplikasikan di Indonesia. Contoh wilayah yang pernah mengaplikasikannya
adalah China.

Gambar 5.10. Permanent Debris Boom


-50-

BAB VI

PENGELOLA SAMPAH PLASTIK DI DESTINASI WISATA BAHARI

6.1. Tanggung Jawab Pengelola


Tanggung jawab pengelola destinasi wisata bahari yaitu memastikan
berjalannya penyediaan sarana dan prasarana tempat sampah terpilah,
penyediaan sarana pengangkutan sampah, dan penyediaan fasilitas
pengolahan sampah plastik. Hal-hal yang harus dipertimbangkan meliputi
pengelolaan sampah plastik oleh daerah saat ini, kemungkinannya untuk
diintegrasikan, dan juga penyediaan biaya dalam penyediaan sarana dan
prasarana.

6.1.1. Penyediaan Sarana dan Prasarana Tempat Sampah Terpilah


Pewadahan dapat dilakukan secara individu maupun komunal sesuai dengan
jenis sampah yang telah terpilah. Berdasarkan SNI 19-2454-2008 lokasi
penempatan wadah individual diletakkan di halaman muka rumah atau
bangunan atau di halaman belakang untuk sumber sampah dan hotel restoran.
Sedangkan wadah komunal diletakkan sedekat mungkin dengan sumber
sampah dan tidak mengganggu pemakaian jalan atau sarana umum lainnya.
Bahan wadah disyaratkan tidak mudah rusak dan kedap air, ekonomis, mudah
diperoleh/dibuat oleh masyarakat dan mudah dikosongkan.
Karakteristik wadah sampah menurut SNI 19-2454-2008 dapat dilihat pada
Tabel 6.1 Dengan pewadahan yang baik mengatasi bau, estetika di kawasan
destinasi wisata, hewan kecil yang dapat masuk ke wadah sampah, serta air
hujan yang berpotensi menambah kadar air dan pencampuran sampah yang
tidak sejenis.

Tabel 6.1 Karakteristik Wadah Sampah

Pola Pewadahan
No Karakteristik
Individual Komunal
1 Bentuk Kotak, silinder, Kotak, silinder, container,
kontainer, bin (tong), bin (tong), semua tertutup
semua bertutup dan
kantong plastic
2 Sifat Ringan, mudah Ringan, mudah
dipindahkan dan dipindahkan dan
dikosongkan dikosongkan
3 Jenis Logam, plastik, Logam, plastik, fiberglass,
fiberglass, kayu, kayu, bambu, rotan
bambu, rotan
4 Pengadaan Pribadi, instansi, Instansi pengelola
pengelola
Sumber: SNI 19-2454-2008

Tempat sampah terpilah dimaksudkan untuk dapat dengan mudah melakukan


pemanfaatan terhadap sampah plastik dengan karakteristik yang relatif serupa.
51

Pemilahan sampah plastik dibagi menjadi Sampah Plastik Daur Ulang Bersih,
Sampah Plastik Daur Ulang Kotor, dan Sampah Plastik Residu. Penyediaan
sarana dan prasarana tempat sampah plastik terpilah perlu dipertimbangkan
sesuai dengan bentuk, sifat, jenis, dan pola pengadaannya.
Dalam perencanaan penyediaan sarana dan prasarana tempat pemilahan
sampah terpilah, pengusaha pariwisata harus melakukan pendataan terhadap
jenis dan potensi berat sampah plastik yang berasal dari kegiatan usahanya
kepada pengelola untuk mendapatkan persetujuan. Adapun pengusaha yang
wajib melakukan pendataan adalah pengusaha wisata yang sedang beroperasi
maupun yang baru akan beroperasi. Daftar ini berisi jenis plastik dan timbulan
sampah yang dihasilkan dari setiap jenis kegiatan. Formulir pendaftaran dapat
dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Daftar Potensi Sampah Plastik

Nama Usaha:
Jenis Usaha:
No Jenis Sampah Plastik Berat Sampah Volume Sampah
Plastik (kg/hari) Plastik (m3/hari)

1 2 3 4

1 Sampah Plastik Daur


Ulang Kondisi Bersih

2 Sampah Plastik Daur


Ulang Kondisi Kotor

3 Sampah Plastik Residu

Keterangan:
1. Diisi dengan nomor
2. Diisi dengan jenis sampah plastik yang dihasilkan. Adapun jenis sampah dibagi
menjadi 3, yaitu
- Sampah plastik daur ulang kondisi bersih yang terdiri plastik PET, PP, dan
HDPE yang dalam kondisi bersih dari sisa makanan yang dapat membusuk.
- Sampah plastik daur ulang kondisi kotor yang terdiri dari plastik PET, PP,
dan HDPE yang dalam kondisi kotor.
- Sampah plastik dresidu yang terdiri dari PVC, LDPE, PS, dan Others
3. Diisi dengan potensi timbulan sampah plastik dalam satuan berat (kg/hari)
4. Diisi dengan potensi timbulan sampah plastik dalam satuan volume (m3/hari)

Pendataan jenis dan potensi berat serta volume sampah plastik dilakukan
dengan beberapa pendekatan yaitu:
- Pendataan/sampling langsung bagi usaha wisata yang sedang beroperasi
Sampling dilakukan oleh pengusaha wisata terhadap sampah yang
dihasilkannya selama 8 hari berturut-turut (sesuai SNI 19.3964-1994
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi).
-52-

Volume dapat dihitung dengan cara mengukur panjang, lebar, dan juga
tinggi wadah sampah plastik yang digunakan untuk sampling. Sampah
plastik tidak diperkenankan untuk ditekan atau dipadatkan.
- Pendekatan timbulan sampah plastik bagi usaha wisata yang baru akan
beroperasi
Bagi pengusaha wisata yang baru akan beroperasi di mana volume sampah
belum dapat diketahui, dapat melakukan perbandingan kepada tempat wisata
yang sudah beroperasi sebagai pendataan awal timbulan sampah plastik di
masing-masing tempat usaha wisata.

Masing-masing pengusaha pariwisata perlu menyediakan sarana tempat


sampah plastik terpilah di tempat usahanya, dengan jenis dan ukuran yang
sesuai dengan potensi sampah plastik. Hal ini harus dipertimbangkan untuk
diintegrasikan dan menyediakan dana khusus untuk pengelolaan sampah
plastik di destinasi wisata. Pemilahan dapat dilakukan terhadap sampah
plastik yang dapat didaur ulang bersih (PET, PP, HDPE yang bersih dari sisa
makanan yang dapat membusuk), dapat didaur ulang kotor (PET, PP, HDPE
yang masih kotor), dan residu (PVC, LDPE, PS, dan Others). Pengadaan wadah
terpilah dilakukan pada usahanya masing-masing. Penyediaan wadah sampah
terpilah perlu memperhatikan hal-hal di bawah ini, yaitu:

- Daerah pelayanan
o Untuk jenis usaha yang memiliki tempat dan luasan area tertentu
seperti restaurant, penjualan souvenir, kantor jasa wisata, hotel, dan
lainnya yang menjadi batasan pelayanan adalah bangunan itu sendiri
beserta luasan lahan parkir atau halaman yang menjadi hak operasi
dari setiap pengusaha wisata. Pengadaan wadah terpilah dilakukan
oleh pengusaha wisata dan ditempatkan sesuai kebutuhan.
o Batasan luas yang dilayani 1 set wadah terpilah untuk wilayah yang
tidak masuk dalam area pengusaha namun masih di dalam wilayah
destinasi wisata bahari adalah 500 m2. Artinya penyediaan sampah
diadakan setiap luasan area 500 m2 terutama di wilayah pantai.
Dengan batasan ini maka wisatawan dan masyarakat lebih mudah
untuk menemukan wadah sampah untuk membuang sampahnya dan
menghindari dari perilaku pembuangan sampah sembarangan.
- Perhitungan Kebutuhan Wadah dan Biaya
Dalam penyediaan wadah sampah terpilah, pengelola perlu
memperhitungkan kebutuhan biaya investasi yang perlu disediakan.
Perhitungan kebutuhan dapat diperhitungkan dengan menggunakan
Tabel 6.3.
53

Tabel 6.3 Perhitungan Kebutuhan Wadah dan Biaya

Jenis Volume Volume Kebutuhan Harga Jumlah


Sampah Wadah Timbulan Jumlah Satuan Biaya(Rp.)
Sampah Sampah Wadah Wadah
(m3) (m3) (buah) (Rp.)
1 2 3 4 5 6
Sampah
Plastik Daur
Ulang Kondisi
Bersih
Sampah
Plastik Daur
Ulang Kondisi
Kotor
Sampah
Plastik Residu

Keterangan:
1. Jenis sampah dibagi menjadi 3, yaitu
- Sampah plastik daur ulang kondisi bersih yang terdiri plastik PET, PP,
dan HDPE yang dalam kondisi bersih dari sisa makanan yang dapat
membusuk.
- Sampah plastik daur ulang kondisi kotor yang terdiri dari plastik PET,
PP, dan HDPE yang dalam kondisi kotor.
- Sampah plastik diresidu yang terdiri dari PVC, LDPE, PS, dan Others
2. Diisi dengan kapasitas wadah sampah yang disarankan untuk wadah
sampah individual yaitu 10 liter sedangkan wadah sampah komunal
disarankan 50 liter.
3. Diisi dengan volume timbulan sampah yang dihasilkan untuk area tertentu
4. Diisi dengan kebutuhan jumlah wadah, dihitung seperti berikut:
Jumlah wadah (4) = kolom 3 / kolom 2
5. Diisi dengan harga satuan wadah. Harga satuan wadah diperoleh dengan
mencari harga satuan wadah sampah sesuai dengan kriteria yang
diinginkan.
6. Diisi dengan jumlah biaya, dihitung seperti berikut:
Jumlah biaya (6) = kolom 4 x kolom 5

- Desain Wadah
Wadah dianjurkan tertutup, tidak mudah dipindah-pindahkan, terpisah
menjadi 3 (tiga), yaitu tempat sampah plastic bersih, kotor, dan residu.
Wadah sampah dilengkapi dengan identitas wadah sampah plastik.
Identitas dapat berupa tulisan maupun simbol.
-54-

Gambar 6.1. Contoh Tempat Sampah Terpilah

Dalam penyediaan wadah sampah terpilah, beberapa hal yang perlu


diperhatikan yaitu:
 Label jenis wadah sampah harus jelas dan terbaca
 Terdapat informasi mengenai jenis sampah plastik yang dapat diterima oleh
tiap-tiap wadah. Disarankan mengguanakan gambar yang dapat terlihat
dari jarak 4 meter
 Informasi pada wadah sampah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris
 Wadah sampah tertutup untuk menghindari kemungkinan sampah diakses
oleh binatang di sekitar wilayah destinasi wisata bahari, terutama jenis
sampah plastik kotor yang masih terdapat sisa-sisa makanan.

6.1.2. Penyediaan Sarana Pengangkutan Sampah


Pengadaan sarana pengangkutan sampah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
pengangkutan sampah yang masih bernilai ekonomi dan juga pengangkutan
sampah residu.
a. Pengangkutan sampah bernilai ekonomi
Pengangkutan sampah bernilai ekonomi seperti plastik, kaleng, kertas yang
masih dalam kondisi baik dan bernilai ekonomi dikelola oleh pengusaha wisata
ataupun pengelola destinasi wisata bahari. Selain pengadaan pribadi,
pengangkutan sampah baik sampah daur ulang dapat diselenggarakan dengan
melibatkan start up lokal yang menyediakan jasa pengangkutan sampah.
Adapun persyaratan yang diberikan kepada start up yaitu:
- Telah beroperasi minimal 2 (dua) tahun (bukan start up yang masih
dalam tahap pengembangan/ prototype)
- Telah memiliki skema bisnis yang sehat dan memiliki izin usaha
- Bersedia berkomitmen minimal dalam waktu 2 (dua) tahun.
b. Pengangkutan sampah residu
Penyediaan sarana pengangkutan sampah plastik dalam hal ini perlu
diidentifikasi terlebih dahulu. Hal yang perlu diidentifikasi meliputi
ketersediaan kendaraan pengangkut eksisting oleh pemerintah daerah dan
keberjalanannya. Jika saat ini telah ada pengangkutan sampah oleh
55

pemerintah daerah melalui OPD, maka sistem pengelolaan sampah terpilah


yang akan dilakukan perlu mengintegrasikannya dengan pelayanan saat ini.
Artinya, perlu adanya koordinasi antara pengelola destinasi wisata dan
pemerintah daerah. Penyediaan sarana pengangkutan sampah dapat
diputuskan dengan algoritma yang ada pada Gambar 5.2.
Bagi destinasi wisata yang belum dan tidak akan dilayani pemerintah daerah
melalui OPD dalam pengangkutan sampahnya, maka wajib menyediakan alat
pengangkut sampah plastik. Adapun jenis kendaraan pengangkut sampah
dapat berupa truk (ukuran besar atau kecil), dump truk, armroll truk, pick up,
maupun triseda. Untuk pengangkutan sampah terpilah, disarankan untuk
membuat jadwal pengangkutan sampah terpilah sesuai dengan jenisnya.
Persyaratan alat pengangkut sampah sesuai dengan SNI 19.2454-2002 yaitu:
- alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah,
minimal dengan jaring
- tinggi bak maksimum 1,6 m
- sebaiknya ada alat ungkit
- kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui
- bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.

Gambar 6.2. Algoritma Penyedia Fasilitas Pengangkutan Sampah

Bagi destinasi wisata bahari yang akan dilayani pengangkutannya oleh


pemerintah daerah, maka perlu menyediakan wadah komunal sampah terpilah
sementara. Wadah komunal sampah terpilah tersebut dibuat sesuai warna
pemilahan sampah yang ada, sehingga sampah yang sudah terpilah tidak
tercampur lagi di wadah komunal yang tersedia.
-56-

6.1.3. Penyediaan Fasilitas Pengolahan Sampah


Sama halnya dengan pengangkutan sampah bernilai ekonomi, pengelola wajib
memastikan keberjalanan pemilahan sampah di sumber untuk mendukung
proses pengelolaan sampah berikutnya, baik penjualan ke bank sampah, TPS
3R, maupun kepada fasilitas pengolahan yang operasionalnya sesuai dengan
standar perundangan.

6.2. Kewajiban Pengelola dan Pengusaha Pariwisata


6.2.1. Melakukan Pencatatan Harian Data Jenis dan Jumlah Sampah
Plastik
Pencatatan sampah dimaksudkan untuk dapat menilai efektivitas pengelolaan
sampah plastik di destinasi wisata bahari. Untuk mengetahui timbulan sampah
plastik yang dihasilkan dan dikelola, diperlukan pencatatan sesuai dengan
periode waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing pengelola baik dalam
penjualan maupun pengangkutan residu ke TPA. Artinya pencatatan tidak
harus dilakukan setiap hari, melainkan saat akan dipindahkan ke proses
berikutnya.

Adapun metode yang dilakukan yaitu dengan menimbang sampah plastik


dengan timbangan dan juga mengukur volume wadah sampah sesuai keterisian
sampah plastik di dalamnya. Pencatatan terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu data
timbulan sampah plastik, data pengurangan sampah plastik, dan juga data
penanganan sampah plastik. Pencatatan diinputkan ke dalam sebuah sistem
informasi oleh pengelola atau Unit Pengelola Sampah.

a. Data Timbulan Sampah Plastik Total


Data timbulan sampah plastik total dihitung untuk mengetahui angka
timbulan sampah plastik total di suatu destinasi wisata bahari. Data ini
menjadi data penting yang pengisiannya perlu memperhatikan
keterangan dari setiap tabel. Perhitungan timbulan sampah plastik total
dibagi menjadi 2 (dua) dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Perhitungan jumlah sampah plastik total pendekatan 1

Timbulan Potensi Potensi


Komposis
Jumlah sampah Timbulan Timbulan
N Jumla Okupans i Sampah
Nama Sumber Fasilita Unit perkapita Sampah di Sampah di
o h Unit i (%) Plastik
s (kg/unit/hari Sumber Sumber
(%)
) (kg/hari) (kg/tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Restoran kursi
2 Penginapan bed
3 Pantai m2
4 Toko pegawai
5 Jalan dan taman m
Fasilitas
6 kesehatan bed
7
TOTAL

Keterangan:
1. Nomor
2. Nama sumber sampah
3. Jumlah fasilitas dari masing-masing sumber sampah
4. Jumlah unit sampah, sesuai dengan standar timbulan sampah (SNI 19.3964-1994)
5. Nama unit sesuai sumber sampah
6. Okupansi, keterisian dari jumlah unit yang dituliskan dalam satuan hari
7. Timbulan sampah plastik dalam satuan berat untuk masing-masing unit yang ada, bisa dilakukan pendekatan dari hasil
penelitian maupun standar yang ada
8. Komposisi berat sampah plastik, dinyatakan dalam angka persentase
9. Potensi timbulan sampah plastik, dilakukan dengan rumus
= Kolom 4 x Kolom 6 (%) x Kolom 7 x Kolom 8 (%)
10. Potensi timbulan sampah plastik di sumber dikalikan dengan angka 30 (tiga puluh) untuk satuan bulan dan 365 untuk
satuan tahun.
-58-

Perhitungan jumlah sampah plastik total pendekatan 2

Timbulan Sampah Timbulan Komposisi Timbulan Sampah


Jumlah
Tahun Perkapita Sampah Total Sampah Plastik Total
Wisatawan
(kg/orang/tahun) (kg/tahun) Plastik (%) (kg/tahun)
1 2 3 4 5 6

Keterangan:
1. Diisikan tahun yang ingin dihitung timbulan sampah plastiknya
2. Diisikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata dalam 1 (satu) tahun
3. Diisikan timbulan sampah perkapita (kg/orang/tahun), bisa dilakukan pendekatan dari hasil penelitian maupun standar
yang ada
4. Diisikan dengan hasil perhitungan
= Kolom 2 x Kolom 3
5. Komposisi berat sampah plastik, dinyatakan dalam angka persentase
6. Timbulan sampah plastik total diperoleh dari hasil perhitungan
= Kolom 4 x Kolom 5 (%)
b. Data Pengurangan Sampah
Data pengurangan sampah dalam hal ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
penjualan sampah ke mitra (Bank Sampah/TPS 3R/Pengepul/Start
Up) yang menghasilkan keuntungan dari penjualan sampah plastik
dan juga penggunaan kembali sampah plastik menjadi produk lain.
Pencatatan tidak perlu dilakukan setiap hari, namun bisa bersifat
akumulatif dalam jangka waktu tertentu.

Penggunaan kembali sampah plastik menjadi produk lain


Penggunaan kembali sampah plastik dalam hal ini adalah sampah
plastik yang baik oleh pengelola maupun stakeholder lain digunakan
menjadi bahan baku dalam pembuatan souvenir atau produk bernilai
guna lainnya.

Berat Sampah
Jenis
Tanggal Digunakan Ulang Dokumentasi
Produk
(kg)
1 2 3 4

JUMLAH

Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik digunakan kembali
menjadi produk lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang digunakan ulang
3. Diisikan jenis produk yang dihasilkan, misalnya eco brick, bahan bakar
minyak bumi, bahan bakar unit RDF
4. Diisikan dokumentasi produk yang dihasilkan berupa foto dengan
minimal informasi titik pengambilan foto (aktifkan fitur GPS saat
pengambilan foto) dan juga tanggal dokumentasi produk

Pembatasan timbulan sampah plastik


Berat
Jumlah
Sampah Cara
Tanggal Sampah Unit
Dibatasi Pembatasan
Dibatasi
(kg)
1 2 3 4 5

JUMLAH
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik yang dibatasi,
-60-

2. Diisikan jumlah sampah dibatasi, misalnya 100 batang sedotan maka


diisikan “100”
3. Diisikan unit sampah plastik yang dibatasi, misalnya sedotan plastik
maka diisikan “batang” / “buah”
4. Berat sampah merupakan pendekatan. Misalnya, dalam periode waktu 7
hari dapat dikurangi 200 batang sedotan, yang jika ditimbang mencapai
0,2 kg.
5. Diisikan cara pembatasan sampah plastik.

Daur ulang produk kreatif

Berat Sampah
Jenis
Tanggal Digunakan Ulang Dokumentasi
Produk
(kg)
1 2 3 4

JUMLAH
Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik dijual ke mitra lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang digunakan ulang dan didaur ulang
3. Diisikan jenis produk yang dihasilkan, misalnya souvenir: tas, taplak
meja, cinderamata, dan lainnya.
4. Diisikan dokumentasi produk yang dihasilkan berupa foto dengan
minimal informasi titik pengambilan foto (aktifkan fitur GPS saat
pengambilan foto) dan juga tanggal dokumentasi produk

c. Data Timbulan Sampah Pencatatan Eksisting


Data timbulan sampah dalam 1 (satu) bulan diinput oleh Unit
Pengelola Sampah yang terdiri dari sampah plastik daur ulang kondisi
bersih, sampah plastik daur ulang kondisi kotor, dan juga sampah
plastik residu. Pencatatan tidak perlu dilakukan setiap hari, namun
bisa bersifat akumulatif dalam jangka waktu tertentu sesuai
kebutuhan. Pencatatan dilakukan sepanjang tahun namun pelaporan
dibagi ke dalam pencatatan bulanan.
61

Sampah Plastik Sampah Plastik


Sampah
Daur Ulang Daur Ulang
Tanggal Plastik Residu
Kondisi Bersih Kondisi Kotor
Berat Volume Berat Volume Berat Volume
1 2 3 4 5 6 7

JUMLAH
TOTAL Berat ton/bulan
KESELURUHAN Volume m3/bulan

Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik
2. Diisikan berat sampah plastik daur ulang kondisi bersih sesuai
pengukuran dengan menggunakan timbangan
3. Diisikan volume sampah plastik daur ulang kondisi bersih sesuai
pengukuran dengan menggunakan meteran atau dari spesifikasi volume
wadah
4. Diisikan berat sampah plastik daur ulang kondisi kotor sesuai
pengukuran dengan menggunakan timbangan
5. Diisikan volume sampah plastik daur ulang kondisi kotor sesuai
pengukuran dengan menggunakan meteran atau dari spesifikasi volume
wadah
6. Diisikan berat sampah plastik residu sesuai pengukuran dengan
menggunakan timbangan
7. Diisikan volume sampah plastik residu sesuai pengukuran dengan
menggunakan meteran atau dari spesifikasi volume wadah

d. Penanganan Sampah Plastik


Penjualan sampah bernilai ekonomi ke mitra lain

Dokumentasi
Berat Sampah Dijual
Tanggal Nota/Bon
Ulang (kg)
Penjualan
1 2 3

JUMLAH

Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik dijual ke mitra lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang dijual
-62-

3. Diisikan dokumentasi berupa foto/scan nota/bon penjualan sampah


plastik dengan minimal informasi bon berisi nama mitra, tanggal
transaksi, dan juga nilai transaksi

Pengangkatan sampah plastik residu

Pencatatan sampah plastik yang menjadi residu dilakukan kepada


sampah plastik yang akan diangkut ke TPA melalui pengangkutan
sampah. Pencatatan tidak perlu dilakukan setiap hari, namun bisa
bersifat akumulatif dalam jangka waktu tertentu.

Berat Sampah Plastik


Tanggal Dokumentasi
Diangkut ke TPA (kg)
1 2 3

JUMLAH

Keterangan:
1. Diisikan tanggal pencatatan berat sampah plastik dijual ke mitra lain
2. Diisikan berat sampah plastik yang diangkut ke TPA
3. Diisikan dokumentasi pengangkutan yang dihasilkan berupa foto dengan
minimal informasi titik pengambilan foto (aktifkan fitur GPS saat
pengambilan foto) dan juga tanggal dokumentasi

6.2.2. Pengelolaan Sampah Plastik Yang Dihasilkan

Pengelolaan sampah plastik yang dihasilkan dilakukan dengan cara


diserahkan ke Bank Sampah atau fasilitas pengelolaan sampah terdekat
lainnya. Sampah plastik terpilah yang dikumpulkan dapat dipindahkan ke
TPS yang tersedia untuk selanjutnya diolah di pengolahan sampah plastik
yang dimiliki oleh pemerintah daerah setempat ataupun milik perseorangan.
Selain itu keberadaan pengepul sampah dan bank sampah dapat
dimanfaatkan untuk menyalurkan sampah plastik yang dihasilkan.

Pengelola wajib berkoordinasi dengan stakeholder lain yang terlibat dalam


pengelolaan sampah plastik, termasuk dengan Pemerintah Daerah,
masyarakat dan pengelola destinasi wisata. Pengusaha wisata perlu
melakukan pengelolaan sampah plastik yang dihasilkan, dapat dilakukan
dengan berkoordinasi dengan pengelola destinasi wisata ataupun penjualan
langsung sampah yang dikumpulkan. Pengelolaan tidak diwajibkan untuk
dilakukan mandiri, namun dapat melibatkan start up yang ada.
63

Adapun langkah yang dilakukan untuk pengelolaan sampah plastik lanjutan


yaitu:
- Memetakan potensi fasilitas yang akan diajak bekerja sama dalam
penjualan ataupun pendaur ulangan sampah plastik, seperti Bank
Sampah, TPS 3R, maupun start up
- Melakukan diskusi mengenai peluang dan skema bisnis
- Melaksanakan perjanjian kerja sama
-64-

BAB VII

UNIT PENGELOLAAN SAMPAH

7.1. Tata Cara Pembentukan


Tata cara pembentukan unit pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan
kepemilikan area destinasi wisata. Destinasi wisata bahari saat ini dikelola
oleh beragam pihak, yaitu pemerintah, swasta, maupun swadaya masyakat
lokal. Adanya perbedaan kepemilikan destinasi wisata tersebut akan
berpengaruh terhadap pendekatan pembentukan kelembagaan pengelolaan
sampah plastik di berbagai daerah. Tata cara pembentukan kelembagaan
terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

a. Destinasi wisata bahari yang dikelola pemerintah


Unit Pengelola Sampah di Destinasi Wisata Bahari menjadi bagian dari
sebuah unit kerja di bawah badan pemerintah yang menaungi
pengelolaan sampah di area wisata bahari pada masing-masing daerah.
Kelembagaan sendiri dapat dibentuk melalui penunjukan langsung
ataupun dengan mendorong pengelola kawasan wisata. Pembentukan
unit pengelola sampah di area destinasi wisata yang dikelola oleh
pemerintah sendiri dilakukan dengan mekanisme di bawah ini.

Pengelola
SK/peraturan mengajukan Keberadaan UPS di
Bupati/Wali Kota permohonnan bawah Unit Kerja
pembentukan UPS pendampingan eksisting
pembentukan UPS
Gambar 7.1 Pengelolaan Destinasi Wisata Bahari oleh Pemerintah

b. Destinasi wisata bahari yang dikelola swasta


Pembentukan unit pengelola sampah pada area destinasi wisata milik
swasta akan disesuaikan dengan wewenang dari masing-masing
pemilik area. Namun, pihak pengelola dapat berkonsultasi terlebih
dahulu dengan pemerintah yang menaungi pengelolaan sampah di area
wisata bahari terkait tata cara pembentukan kelembagaan yang sesuai
dengan kawasannya. Pembentukan unit pengelola sampah di area
destinasi wisata yang dikelola oleh swasta dilakukan dengan
mekanisme di bawah ini.
65

SK/peraturan
Pengelola destinasi Operasional
Bupati/Wali Kota
membentuk UPS mandiri
pembentukan UPS

Gambar 7.2 Pengelolan Destinasi Wisata Bahari oleh swasta

c. Swadaya masyarakat lokal


Pembentukan unit pengelola sampah dapat dilakukan melalui
pendekatan kepada key person kelompok masyarakat tersebut. Key
Person adalah orang yang berpengaruh pada sebuah kelompok
masyarakat, misalnya petinggi agama, orang yang diteladani, ketua
RT/RW, dan sebagainya. Pembentukan unit pengelola sampah di area
destinasi wisata yang dikelola oleh masyarakat lokal dilakukan dengan
mekanisme di bawah ini.

Key Person
Unit Kerja
Key Person mengajukan
menjalin
menginisiasi permohonan Operasional
komunikasi
pembentukan pendampingan mandiri
dengan Key
UPS pembentukan
Person
UPS
Gambar 7.3 Swadaya Masyarakat Lokal

Jika sebuah destinasi wisata bahari sudah memiliki Unit Pengelolaan


Sampah sebelum Juknis ini disahkan, maka hal yang harus dilakukan
adalah penguatan kelembagaan. Penguatan kelembagaan dilakukan dengan
cara meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, melaksanakan
koordinasi dengan anggota Unit Pengelolaan Sampah, menetapkan tujuan,
serta penjelasan pembagian kerja antar anggota.

7.2. Struktur Organisasi

Sesuai fungsi kelembagaan pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata


bahari, struktur Unit Pengelola Sampah yang direkomendasikan untuk
menjalankan sistem pengelolaan sampah secara optimal dapat dilihat sesuai
Gambar 7.4 berikut.
-66-

Gambar 7.4. Struktur Unit Pengelola Sampah

Susunan kepengurusan Unit Pengelola Sampah perlu ditetapkan melalui


Surat Keputusan (SK) Pemerintah Kabupaten/Kota. Adapun tugas pokok
dan kualifikasi dari masing-masing bagian kelembagaan dapat dilihat
pada Tabel 7.1 berikut.

Tabel 7.1 Tugas Pokok dan Kualifikasi Bagian Kelembagaan

No Posisi Tugas Pokok Kualifikasi


1. Ketua - Mengawasi dan - Berjiwa
memastikan aktivitas UPS kepemimpinan dan
berjalan dengan baik memiliki
- Melakukan koordinasi kemampuan
dengan anggota UPS manajemen yang
baik
2. Keuangan - Menyusun rencana - Minimal lulusan
(Kondisional) anggaran SMA sederajat
- Mengelola keuangan UPS
- Membuat pembukuan
- Menarik retribusi
pengelolaan sampah
3. Bidang - Membawahi operator - Memahami teknis
Operasional pengumpulan dan/atau operasional
dan Aset pengolahan sampah pengelolaan
- Memastikan lingkungan sampah
agar tetap bersih - Dapat melakukan
- Memastikan kegiatan perhitungan
operasional berjalan timbulan sampah
dengan baik
- Menyediakan pengadaan
sarana
- Menjual sampah yang
terkelola
67

- Melaksanakan
pengumpulan dan/atau
pengolahan sampah
- Menjaga dan memelihara
aset UPS
- Memantau progres
pengurangan sampah
terhadap pemilik fasilitas
- Melakukan pendataan
dan memberikan laporan
monitoring dan evaluasi
kepada pemerintah
4. Hubungan - Membangun relasi dan - Memiliki
masyarakat bermitra dengan pihak kemampuan
(Public eksternal interpersonal dan
Relation) - Melakukan pemantauan komunikasi yang
rutin terhadap ketaatan baik
wisatawan maupun - Mampu
pemilik fasilitas menegakkan
- Melakukan pencarian kebijakan
dana - Mampu menjalin
- Membuat konten hubungan yang
sosialisasi baik dengan
- Mengadakan sosialisasi partner
- Memberikan sanksi - Menguasai desain
terhadap wisatawan atau grafis
pemilik fasilitas yang
melanggar peraturan
- Memberikan
apresiasi/penghargaan
terhadap pemilik fasilitas
yang memberikan kinerja
baik dalam mengurangi
timbulan sampah
- Melakukan pendataan dan
memberikan laporan
monitoring dan evaluasi
kepada pemerintah
-68-

BAB VIII

KOORDINASI

8.1. Tata Cara Koordinasi


Koordinasi pengelolaan sampah di Destinasi Wisata Bahari melibatkan 3
(tiga) peran yaitu supervisor (pengawas), regulator (pembuat kebijakan), dan
operator (pelaksana lapangan). Adapun koordinasi dilaksanakan secara 2
(dua) arah yaitu garis menuju kanan adalah garis komando dan garis menuju
kiri merupakan garis pertanggungjawaban.

Supervisor Regulator Operator

Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
Pengelola
Dinas Lingkungan
Hidup
destinasi wisata
Kementerian
bahari
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata

Gambar 8.1 Tata Cara Koordinasi

Sesuai arahan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 Pasal 2b,


Pemerintah Daerah menyusun kebijakan percepatan penanganan sampah
laut yang mengacu kepada Jakstranas. Sebab itu bagi kota/kabupaten yang
belum memiliki kebijakan percepatan penanganan sampah laut dapat
didorong oleh Supervisor untuk dapat menyusun dokumen dalam jangka
waktu dekat. Pembagian tugas antara regulator dan operator dalam
pengelolaan sampah secara umum yang dapat diadaptasi untuk pengelolaan
sampah plastik di destinasi wisata bahari adalah sebagai berikut:
69

Tabel 8.1 Pembagian Tugas antara Regulator dan Operator


Regulator Operator
Tugas Melaksanakan urusan Melaksanakan kegiatan teknis
pemerintahan bidang operasional dan/atau kegiatan
persampahan yang teknis penunjang di bidang
menjadi kewenangan pengelolaan sampah
pemerintah daerah
Fungsi a. Perumusan kebijakan a. Pelaksana penyusun rencana
teknis dan kebutuhan operasional
perencanaan strategis pengelolaan sampah
b. Penyusunan NSPK b. Pelaksana pelayanan dan jasa
c. Penyelenggara urusan pengangkutan sampah, serta
pemerintahan dan pemrosesan akhir sampah
pelayanan yang c. Pelaksana pemeliharaan
meliputi: sarana dan prasarana
pembangunan, dan pelayanan persampahan
rehabilitasi d. Pengawasan pemanfaatan
d. Pembinaan, sarana dan prasarana
pengawasan, pelayanan persampahan
pemantauan, evaluasi, e. Pelaksana pendataan &
dan pelaporan pelaporan hasil pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan
sarana dan prasarana
persampahan.
f. Pelaksana administrasi
umum dan kerumahtanggaan
(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017)

8.2. Tim Monitoring Pengelolaan Sampah Plastik


Tim monitoring pengelolaan sampah plastik dapat dibentuk dari unsur
Pemerintah Pusat dan pengelola destinasi. Adapun tata cara monitoring dan
evaluasi dijelaskan lebih lanjut dalam Bab IX.
BAB IX

POLA KERJA SAMA PENGELOLAAN SAMPAH

9.1. Identifikasi Stakeholder


Identifikasi stakeholder perlu dilakukan oleh setiap destinasi wisata bahari
untuk memetakan potensi kerja sama yang dapat dilakukan. Stakeholder
dikelompokkan kepada masing-masing peran yang terbagi menjadi 5 (lima)
aspek yaitu aspek teknis, aspek pendanaan, aspek regulasi, aspek
kelembagaan, dan aspek partisipasi masyarakat.

Gambar 9.1 Peran Stakeholder dalam Setiap Aspek

9.2. Kerja Sama Penanganan Sampah


Kerja sama penanganan sampah plastik pada aspek teknis sangat diperlukan. Sesuai dengan
pembahasan pada sub bab 6.1, stakeholder yang berperan pada aspek teknis yaitu penghasil
sampah, penyedia jasa pengelolaan sampah, industri daur ulang (pembeli sampah daur ulang),
sektor informal, UPS, dan start up adalah pemeran utama dalam operasional di lapangan.
Sedangkan akademisi/peneliti/pelajar merupakan stakeholder pendukung yang diharapkan
untuk bisa berkolaborasi memberikan pendekatan teknis sesuai dengan teori-teori yang ada.
Adapun kerja sama penanganan sampah di destinasi wisata bahari ditampilkan dalam bagan
mekanisme pengelolaan sampah plastik secara umum yang seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 9.2.
Gambar 8.2. Mekanisme Pengelolaan Sampah Plastik

PENYEDIA JASA PENGELOLAAN


PENGHASIL SAMPAH PEMBELI SAMPAH DAUR ULANG
SAMPAH

Mengurangi Sampah

Sampah Daur Ulang Dibeli

Memilah Sampah

Pemilahan Lanjutan

Menjual Sampah Daur Ulang


Sampah Daur Ulang Upcycling
Menjual Sampah Upcycling Dibeli

Pengolahan di Fasilitas Daur


Ulang

Penghasil Sampah Penyedia Jasa PengelolaanSampah


 Pengusaha pariwisata Industri akan membeli sampah yang
Memberikan jasa pengambilan dan pendistribusian sampah  Dapat didaur ulang
 Pengelola destinasi wisata bahari (berpengalaman minimal 2 tahun skala nasional dan memiliki
 Dapat diolah
 Rumah tangga dan penduduk di destinasi wisata solusi berbasis digital)
bahari
9.3. Kerja Sama Edukasi dan Kampanye Publik
Edukasi dan kampanye publik ditujukan kepada masyarakat secara luas
mengenai pentingnya peran wisatawan dan masyarakat sekitar destinasi
wisata bahari dalam pencegahan sampah plastik yang masuk ke dalam
badan air, dalam hal ini lautan. Edukasi dan kampanye publik sesuai dengan
teori behavior change dan social marketing terdiri dari 3 (tiga) cara
pendekatan, yaitu pendekatan melalui sosialisasi, pendekatan melalui
edukasi, dan juga pendekatan dukungan hukum. Adapun stakeholder yang
dapat berkolaborasi untuk melaksanakan edukasi dan kampanye publik
seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 9.1 Pendekatan di dalam Teori Behavior Change dan Social


Marketing
No Pendekatan Sasaran Media Stakeholder
1 Pendekatan Masyarakat Media sosial Influencer, LSM,
melalui umum kelompok
sosialisasi masyarakat
2 Pendekatan Operator Pertemuan Influencer, Key
melalui edukasi lapangan seminar, Person,
dan edukasi, pemerintah
masyarakat daerah, LSM,
umum akademisi
3 Pendekatan Masyarakat Peraturan Pemerintah
melalui yang tidak daerah atau daerah, pengelola
hukuman apatis peraturan destinasi wisata,
lokal masyarakat,
destinasi wisatawan
wisata bahari

9.4. Kerja Sama Daur Ulang Produk


Pola kerja sama daur ulang material plastik di destinasi wisata bahari dapat
dilakukan dengan cara merangkul perusahaan yang memiliki produk berupa
material plastik sebagai kemasan utama produknya. Adapun perusahaan
memiliki kewajiban bertanggung jawab terhadap material sisa dari hasil
produksinya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
mengenai pengelolaan sampah yang biasa disebut dengan EPR (Extended
Producer Responsibility).
Adapun langkah yang bisa dilakukan yaitu:
- Memetakan perusahaan yang memiliki visi dalam pengelolaan lingkungan
- Memetakan perusahaan yang telah mengoperasikan sistem EPR
- Melakukan diskusi mengenai peluang dan skema bisnis
- Melaksanakan perjanjian kerja sama
73

9.5. Kerja Sama Kegiatan Clean Up


Aktivitas clean up dapat dilaksanakan oleh masyarakat, wisatawan, dan juga
lembaga swadaya masyarakat. Antusiasme pegiat lingkungan mengikuti
kegiatan clean up dari beberapa pengalaman sebelumnya mengindikasikan
adanya keinginan yang tinggi dari masyarakat untuk dapat terlibat dalam
perlindungan sampah menuju laut. Pola kerja sama kegiatan clean up dapat
dilakukan dengan cara:
- Mengidentifikasi lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam isu
lingkungan
- Menyusun SOP pembersihan sampah di pesisir
- Melakukan komunikasi kepada lembaga swadaya masyarakat ataupun
masyarakat sekitar yang ingin berpartisipasi dengan membuat forum-
forum
- Melaksanakan kegiatan clean up terjadwal dengan disertai kampanye
massif dari pihak-pihak yang terlibat.

Timbulan sampah yang dikumpulkan dalam satuan berat sampah. Hasil


pencatatan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sistem yang telah ada
yang dimiliki KLHK yaitu https://ppkl.menlhk.go.id/. Adapun website
tersebut dapat digunakan menjadi basis data dalam perumusan kebijakan
pengelolaan sampah plastik di wilayah pesisir dan destinasi wisata bahari.

Gambar 9.3 Pencatatan Clean up Sampah di Pesisir Pantai


-74-

BAB X

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari merupakan


kegiatan pencatatan keberlangsungan proses, pemantauan, dan
pemeriksaan kegiatan pengelolaan sampah plastik untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
tolak ukur yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Kegiatan monitoring
meliputi:
- Penilaian aspek teknis dalam pengelolaan sampah plastik
- Penilaian aspek kelembagaan dalam pengelolaan sampah plastik
- Penilaian aspek regulasi dalam pengelolaan sampah plastik
- Penilaian aspek pembiayaan dalam pengelolaan sampah plastik
- Penilaian aspek peran serta wisatawan dan masyarakat dalam
pengelolaan sampah plastik

Adapun evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/ menilai


apakah kegiatan atau program pengelolaan sampah plastik yang
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
Monitoring dan evaluasi pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata
bahari perlu dilakukan secara rutin, dengan durasi kegiatan monitoring dan
evaluasi setiap satu tahun sekali.

Tata cara pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat dilihat pada diagram
di bawah ini.

Gambar 10.1. Alur Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi


75

10.1. Pengisian Formulir Evaluasi Diri


Formulir evaluasi diri adalah formulir berisikan parameter yang
mengindikasikan efektivitas kegiatan pengelolaan sampah plastik di sebuah
destinasi wisata bahari. Formulir evaluasi diri seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 10.1.

Tabel 10.1 Formulir Evaluasi Diri

Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
I. Aspek Teknis
Ketersediaan Wadah
1 0,04
Terpilah
a. Wadah terpilah tertutup 5
b. Wadah terpilah terbuka 3
c. Tidak ada wadah terpilah 1
Keberjalanan Pemilahan
2 0,05
Sampah
Terdapat aktivitas
a. 5
pemilahan yang baik
Terdapat aktivitas
b. pemilahan yang kurang 3
baik
Tidak ada aktivitas
c. 1
pemilahan sama sekali
3 Pengumpulan Sampah 0,05
Terjadwal,Sampah
a. 5
Terpilah
b. Terjadwal, Tercampur 3
Tidak Terjadwal, Sampah
c. 1
tercampur
4 Kondisi TPS 0,04
a. TPS Tertutup 5
b. TPS Terbuka 3
c. Tidak ada TPS 1
Keberadaan infrastruktur
5 pengurang sampah (TPS 0,04
3R, Bank Sampah)
Terdapat infrastruktur,
a. 5
kondisi baik
Terdapat infrastruktur,
b. 3
kondisi kurang baik baik
c. Tidak ada infrastruktur 1
-76-

Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
Keberjalanan
infrastruktur pengurang
6 0,05
sampah (TPS 3R, Bank
Sampah)
Terdapat operasional,
a. kondisi baik dan 5
terstruktur
Terdapat operasional,
b. kondisi tidak baik dan 3
tidak terstruktur
c. Tidak beroperasi 1
Pencatatan timbulan
sampah di setiap sub
7 0,05
sistem pengelolaan yang
ditanggungjawabi
Pencatatan timbulan
sampah di setiap sub
sistem pengelolaan yang
a. 5
ditanggungjawabi,
menyusun Material Flow
dengan baik
Pencatatan timbulan
sampah di setiap sub
sistem pengelolaan yang
b. 3
ditanggungjawabi, tidak
menyusun Material Flow
dengan baik
c. Tidak terdapat pencatatan 1
II. KELEMBAGAAN
Keberadaan Lembaga
1 0,05
Pengelola
a. Ada,terkelola 5
b. Ada,tidak terkelola 3
c. Tidak ada, tidak terkelola 1
Keberadaan operator dan
2 0,04
petugas lapangan
a. Ada, bertugas rutin 5
Ada, bertugas jika
b. 3
dibutuhkan
c. Tidak ada 1
Koordinasi rutin
3 0,03
pengelola
a. Ada, Rutin 5
b. Ada, Tidak rutin 3
77

Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
c. Tidak ada 1
III. PEMBIAYAAN
Keberjalanan
Pembayaran Iuran dari
1 0,05
pengusaha di kawasan
wisata
Pengusaha membayar,
a. 5
tepat waktu
Pengusaha
b. membayar,tidak tepat 3
waktu
Sebagian pengusaha tidak
c. 1
mau membayar
Pencatatan Pembayaran
2 0,03
Iuran
Ada pencatatan dan
a. tersampaikan dengan baik 5
kepada pengusaha
Ada pencatatan dan tidak
b. tersampaikan kepada 3
pengusaha
Tidak ada pencatatan dan
c. 1
tidak disampaikan
Pemberian gaji kepada
3 operator dan petugas 0,04
lapangan
Operator digaji rutin
a. 5
setiap bulan
b. Operator digaji tidak rutin 3
c. Operator tidak digaji 1
IV. REGULASI
Terdapat PERDA
1 pengurangan sampah 0,03
plastik
Ada PERDA Kota,
a. diimplementasikan 5
dengan baik
Ada PERDA Kota, tidak
b. diimplementasikan 3
dengan baik
c. Tidak ada PERDA Kota 1
2 Penentuan biaya iuran 0,05
Peraturan yang ditetapkan
a. 5
secara musyawarah
-78-

Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
Peraturan yang ditetapkan
b. 3
oleh pengelola dan UPS
c. Tidak ada peraturan 1
Keberadaan Papan
3 Himbauan Terkait 0,03
Kebersihan
Terdapat papan
a. 5
himbauan, kondisi baik
Terdapat papan
b. himbauan, kondisi tidak 3
baik
Tidak ada papan
c. himbauan terkait 1
kebersihan
V. PERAN SERTA WARGA
1 Kontribusi warga 0,04
Warga memberikan
kontribusi baik materi
a. 5
maupun tenaga secara
rutin
Warga memberikan
b. kontribusi materi jika 3
dibutuhkan
Warga tidak memberikan
c. 1
kontribusi apapun
2 Kepedulian warga 0,05
Warga selalu rutin
merawat infrastruktur
a. 5
persampahan dengan
kerja bakti
Warga ikut membantu jika
b. 3
dibutuhkan saja
Warga tidak mau merawat
c. infrastruktur 1
persampahan
3 Kemandirian warga 0,04
Warga mandiri dengan
a. melaksanakan upaya 5
pemilahan dan 3R
Warga mandiri dengan
b. mendaur ulang sampah 3
plastik saja
c. Warga tidak mandiri 1
VI. LINGKUNGAN
79

Dokumentasi
Sub
No Parameter Penilaian Bobot Jumlah Metode (dokumen
Score
atau foto)
Kondisi estetika
1 0,05
lingkungan sekitar
Bersih, tidak ada sampah
a. 5
berserakan
Sedikit bersih, ada
b. 3
sampah berserakan
Tidak Bersih, sampah
c. 1
berserakan
Kesehatan masyarakat
2 0,05
(kejadian penyakit)
a. Tidak ada 5
b. Sedang 3
c. Tinggi 1
3 Pencemaran badan air 0,05
Tidak ada pencemaran
a. plastik ke badan air 5
dilaporkan di media social
Terdapat pencemaran
b. plastik ke badan air 3
dilaporkan di media social
Badan air tercemar
sampah plastik dengan
c. 1
kuantitas yang besar
dilaporkan di media social
-80-

Adapun yang perlu diisikan oleh pengelola yaitu kolom 5 (lima) sampai 7
(tujuh) dengan informasi sebagai berikut:
5. Jumlah = diisikan hasil pengalian bobot dan nilai
6. Metode = diisikan deskripsi metode yang digunakan
7. Dokumentasi = diisikan bukti berupa foto ataupun dokumen lain.
Pada kolom 5 seluruh nilai dijumlahkan dan dapat dikategorikan ke dalam
3 kategori penilaian, yaitu:
a. Buruk 0,1 - 1,7
b. Cukup 1,8 - 3,4
c. Baik 3,5 – 5

10.2. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata


Bahari
Sistem informasi pengelolaan sampah plastik merupakan salah satu muatan
dalam strategi pengelolaan sampah. Sistem informasi juga dapat dijadikan
media dalam mengevaluasi keberjalanan program dan dapat dikuantifikasi
dengan jelas. Adapun input data yang dimasukkan ke dalam sistem
pengelolaan sampah plastik di Destinasi Wisata Bahari seperti yang
dilakukan oleh UPS dan pengelola pada Bab 6.2.1.
Hasil dari input data tersebut adalah sebuah Material Flow sederhana yang
dapat melihat keseluruhan pengelolaan sampah plastik dan potensi timbulan
sampah plastik yang tidak terkelola. Adapun contoh material flow sederhana
dapat dilihat pada Gambar 10.2.
81

Guna Ulang Sampah


Plastik % PENGURANGAN = ((B+C+D) / A) x 100%
B ton/bulan % PENANGANAN = ((I+K) / A) X 100%
SAMPAH PLASTIK LAUT = E - I - J
Pembatasan Timbulan % SAMPAH PLASTIK LAUT = (K/A) x 100%
C ton/bulan
Sampah Plastik Daur
Ulang Kondisi Bersih
Daur Ulang Produk
Kreatif F ton/bulan
D ton/bulan
Penjualan Sampah
Potensi Timbulan
Plastik
Sampah Plastik
Sampah Plastik Daur
Keseluruhan Timbulan Sampah Plastik I ton/bulan
Ulang Kondisi Kotor
A ton/bulan E ton/bulan G ton/bulan

Pengangkutan ke
Sampah Plastik Residu
TPA
H ton/bulan J ton/bulan
Sampah Plastik Tidak
Terkelola
K ton/bulan

Gambar 10.2. Material Flow Sederhana Pengelolaan Sampah Plastik

10.3. Pelaporan Monitoring dan Evaluasi

Pelaporan hasil monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pengelola destinasi


wisata bahari. Laporan monitoring dan evaluasi yang disyaratkan wajib
memenuhi kecukupan di bawah ini, yaitu:
- Surat pernyataan keabsahan informasi
- Laporan
Laporan terdiri dari 4 Bab yang jumlah halamannya dibatasi hanya
30 halaman yang terdiri dari bab berikut ini:
- Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan dasar
hukum dari kegiatan monitoring dan evaluasi.
- Bab 2 Monitoring
Bab ini menjelaskan mengenai hasil monitoring pengurangan
sampah oleh wisatawan maupun pengusaha di area destinasi
wisata. Selain itu dapat dicantumkan pula perkembangan sistem
pengelolaan sampah di area destinasi wisata, berupa perubahan
kondisi dari teknis pengelolaan sampah, peran serta masyarakat,
kendala pembiayaan, implementasi kebijakan, serta kondisi dari
kelembagaan UPS.
- Bab 3 Evaluasi
- Bab ini menjelaskan mengenai pembelajaran atau saran perbaikan
yang dapat diambil dari hasil monitoring pada Bab 2
- Bab 4 Penutup
-82-

Bab ini menjelaskan kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan


monitoring dan evaluasi serta harapan yang dimiliki untuk
kedepannya.
- Lampiran
- Material Flow sederhana
- Dokumentasi

10.4. Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi

Tindak lanjut monitoring dan evaluasi diantaranya yaitu proses audit


penilaian di lapangan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif cq
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur mengenai poin-
poin yang ada di lembar evaluasi diri. Penilaian final yang diakui untuk
tindak lanjut adalah penilaian yang dilakukan oleh perwakilan Kementerian
dan pemerintah daerah. Adapun tindak lanjut dari penilaian tersebut adalah
insentif dan disinsentif yang akan dibahas pada bab XI dalam Juknis ini.
BAB XI

INSENTIF DAN DISINSENTIF

11.1. Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif


Pemberian insentif dan disinsentif dimaksudkan sebagai motivasi, yang
dapat diberikan sesuai dengan aturan masing-masing destinasi wisata.
Pemberian motivasi kepada pengelola destinasi termasuk petugas kebersihan
merupakan hal yang sangat penting, supaya dalam proses pelaksanaannya
bisa terlaksana dengan baik dan tujuan awal perencanaan dapat tercapai.
Pemberian insentif dan disinsentif diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran semua pihak untuk berperilaku tertib dalam mengelola sampah
plastik khususnya di destinasi wisata bahari. Adapun disinsentif dapat
diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pengelola destinasi yang tidak
melakukan pengelolaan sampah sesuai dengan SOP sedangkan insentif
diberikan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.

11.1.1. Bentuk Insentif dan Disinsentif


1. Pengelola maupun elemen lainnya yang berkontribusi pada destinasi
yang berdasarkan hasil penilaian Tim Penilai yang ditunjuk telah
memenuhi syarat dan kriteria untuk ditetapkan sebagai penerima
penghargaan akan memperoleh penghargaan (insentif) yang dapat
berupa:
- Promosi destinasi wisata bahari
- Pemberian label kepada penguasaha wisata yang sudah
menjalankan pengelolaan sampah dari sumber
- Insentif berupa pemrioritasan pemberian Dana Alokasi Khusus
untuk pengembangan destinasi wisata
-84-

2. Pemberian disinsentif merupakan salah satu bentuk teguran maupun


penerapan kebijakan yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan.
Disinsentif dapat berupa:
- Teguran tertulis dari kepala badan pengelola satuan kerja
berdasarkan peraturan yang berlaku;
- Teguran lisan, setiap menerima keluhan terhadap masalah
pelanggaran ringan hingga sedang.
- Bentuk disinsentif blacklist/tidak diberikan pelayanan
pengangkutan sampah dalam jangka waktu tertentu.
- Pemotongan dana pengelolaan persampahan bagi destinasi wisata
bahari yang berada di bawah pemerintah
- Publikasi mengenai pengelolaan sampah yang kurang baik

11.1.2. Frekuensi Pemberian Insentif dan Disinsentif


Pelaksanaan penilaian maupun pemberian penghargaan dan hukuman
terhadap kinerja pengelola destinasi wisata bahari dapat dilaksanakan 1
(satu) kali dalam setiap tahun pelaksanaan maupun sesuai dengan kebijakan
yang berlaku dan dapat menyesuaikan sesuai kondisi dan kebutuhan.

Saat insentif sudah dilaksanakan dengan baik kepada penerima insentif yang
berprestasi, dan berdampak pada peningkatan kinerja/keterlibatan, serta
disinsentif sudah berjalan dengan baik, dengan melaksanakan hukuman
kepada pengelola yang melanggar sesuai besar kecilnya pelanggarannya,
maka akan menciptakan jera pada setiap elemen yang melanggar hukum.
Peningkatan kinerja/keterlibatan akan terwujud dikarenakan ada timbal
balik antara insentif dan disinsentif yang berjalan bersama-sama. Hal ini
akan memotivasi setiap destinasi untuk terpacu melaksanakan pengelolaan
sampah yang baik.

11.2. Kriteria Insentif dan Disinsentif


Penilaian insentif and disinsentif dilakukan dari hasil audit terhadap
pelaporan Monitoring dan Evaluasi serta kinerja pengisian data timbulan
sampah plastik pada sistem informasi. Terhadap hasil monitoring dan
Evaluasi terdapat jumlah nilai yang menunjukkan kinerja Pengelola
Destinasi Wisata Bahari. Kategori penilaian tersebut yaitu:
a. Buruk 0,1 - 1,7
b. Cukup 1,8 - 3,4
c. Baik 3,5 - 5

Penilaian untuk pemberian insentif dan disinsentif dilakukan dengan cara


memberikan peringkat terhadap hasil penilaian Monitoring dan Evaluasi.
Dari pemeringkatan tersebut dapat dipilih 3 (tiga) destinasi wisata bahari
85

dengan pengelolaan terbaik dan 3 (tiga) destinasi wisata bahari dengan


pengelolaan yang kurang baik untuk memperoleh insentif and disinsentif.
Selain itu, sewaktu-waktu Pemerintah Daerah dapat mempublikasikan
pengelolaan sampah yang kurang baik dari sebuah destinasi wisata bahari.
-86-

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Petunjuk Teknis ini dibuat sebagai acuan/pedoman dalam pelaksanaan


Pengelolaan Sampah Plastik di Destinasi Wisata Bahari.

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN


DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR,

HARI SANTOSA SUNGKARI

Anda mungkin juga menyukai