Berikut beberapa objek wisata alam yang tersebar di beberapa kalurahan yang berada
di Kecamatan Cangkringan :
Tabel 1. Wisata Alam di Kecamatan Cangkringan
No Kalurahan Objek Wisata
1. Kepuharjo Lava tour merapi
2. Umbulharjo Plunyon
Kalikuning Park
3. Wukirsari Wana Wisata Jonggol
Agrowisata Laboratorium Bambu
4. Glagaharjo Bukit Klangon
(Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, 2023)
2. Pengembangan pariwisata yang tertata dan terencana dengan baik tentunya akan
mendukung terciptanya tujuan wisatawan melakukan kegiatan wisata secara
optimal
3. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melihat potensi sekaligus untuk
melakukan perencanaan dan pengembangann pariwisata yang penting dilakukan,
yaitu pemetaan objek wisata di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Pemetaan dilakukan untuk mengetahui persebaran objek wisata yang memiliki daya
tarik pariwisata, baik objek wisata yang sudah ada maupun yang potensial untuk
dikembangkan dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan. Potensi
wisata yang dimaksud dapat berupa sumberdaya alam yang beranekaragam dari
aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangkan
sebagai atraksi pariwisata. Pemetaan di bidang pariwisata sangat bermanfaat untuk
inventarisasi dan analisis potensi pariwisata. Hasil pemetaan yang ada kemudian
akan menggambarkan kondisi dan karakteristik objek wisata. Pengembangan objek
wisata di Kawasan Kecamatan Cangkringan harus ada dukungan dari masyarakat
setempat dan pemerintah daerah baik dari segi finansial maupun nonfinansial
sehingga akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah daerah
kedepannya.
4. Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami
maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang
bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata
menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi,
memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan
sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada
semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam,
intelektual dan budaya masyarakat lokal. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan
pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek wisata ekowisata
dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat yang berada di
daerah tersebut atau daerah setempat (Subadra, 2008). Perkembangan dalam sektor
kepariwisataan pada saat ini melahirkan suatu konsep pengembangan pariwisata
alternatif yang tepat. Konsep ini aktif membantu menjaga keberlangsungan
pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan segala aspek dari
pariwisata berkelanjutan. Aspek tersebut yaitu; ekonomi masyarakat, lingkungan,
dan sosial-budaya. Pengembangan pariwisata berkelanjutan, ekowisata merupakan
alternatif membangun dan mendukung pelestarian ekologi yang memberikan manfaat
yang layak secara ekonomi dan adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat
(Subadra, 2008).
Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang
mempunyai tujuan membangun pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan
pariwisata yang secara ekologis memberikan manfaat yang layak secara
ekonomi dan adil secara etika, serta memberikan manfaat sosial terhadap
masyarakat. Kebutuhan wisatawan dapat dipenuhi dengan tetap memperhatikan
kelestarian kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi generasi muda
sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya
(Subadra, 2008). Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan dalam
mempromosikan lingkungan yang khas yang terjaga keasliannya sekaligus
menjadi suatu kawasan kunjungan wisata. Potensi ekowisata adalah suatu
konsep pengembangan lingkungan yang berbasis pada pendekatan
pemeliharaan dan konservasi alam. Salah satu bentuk ekowisata yang dapat
melestarikan lingkungan yakni dengan ekowisata mangrove. Mangrove sangat
potensial bagi pengembangan ekowisata karena kondisi mangrove yang sangat
unik serta model wilayah yang dapat dikembangkan sebagai sarana wisata
dengan tetap menjaga keaslian hutan serta organisme yang hidup di kawasan
mangrove (Alfira, 2014). Dalam melakukan suatu pengelolaan mengrove tentu
saja diperlukan tindakan-tindakan nyata yang secara signifikan dapat
mewujudkan lestarinya mangrove. Ada beberapa konsep dan teknik operasional
yang dapat dilakukan dalam melakukan konservasi. Salah satunya sekarang
yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan mangrove menjadi daerah wisata
alami tanpa melakukan ganguan signifikan terhadap keberadaan mangrove itu
sendiri (Alfira, 2014). Wisata merupakan perjalanan dan tinggal di suatu tempat
(bukan tempat tinggal dan bekerja). Wisata memiliki beberapa jenis, salah
satunya adalah wisata alam. Menurut PP No 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta
bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam.
Kegiatan dalam wisata alam berhubungan erat dengan alam itu sendiri.
Ekowisata merupakan salah salah bentuk wisata alam. Commented [Office1]: mbok ya cari jurnal yg baru tho
mbak jgn reff out of date begini alias basi
Wisata alam merupakan salah satu bentuk wisata alternatif (pilihan
baru) Menurut Kodyat dalam Gunawan (1997) wisata alam ini dikelompokkan Commented [Office2]: ini malah sudah basi sekunder
lagi….
dalam 2 kategori, yaitu:
I. Wisata alam yang lebih disejajarkan dengan eco-tourism, sebagai perjalanan
ke kawasan belum terjamah (virgin), belum terganggu atau terkontaminasi,
dengan tujuan khusus, tidak sekedar rekreasi, tetapi untuk mempelajari,
mengagumi dan menikmati pemAndangan alam, flora dan fauna langka
(wildlife) beserta segala manifestasi cultural yang ada di kawasan tersebut.
II. Pengertian wisata alam yang lebih banyak diminati adalah wisata alam yang
lebih lunak dengan resiko yang lebih ringan, namun unsur-unsur alamiah
tetap memegang peran penting. Termasuk kelompok ini adalah jenis-jenis
wisata berbasis kepada pemAndangan alam, pantai, danau, gunung atau
lainnya, tetapi tidak bersifat petualangan beresiko tinggi, dan merupakan
jenis wisata yang lebih populer.
Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.
Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah
daerah tempat objek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan
setiap objek wisata. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan
menarik sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya
diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian,
peternakan, perkebunan dan kerajinan rakyat serta peningkatan kesempatan
kerja (Sari, 2011).
5. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif, penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan potensi wisata serta strategi pengembangan pariwisata di
Kecamatan Cangkringan untuk kemudian dibuat arahan pengembangan pariwisata
berkelanjutan. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berkaitan dengan
pengumpulan data (baik tertulis maupun lisan) untuk memberikan gambaran atau
penegasan suatu fenomena atau gejala secara lengkap dalam aspek yang diselidiki
dan dikembangkan.
Menurut Sugiyono (2016), penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti
ditempatkan sebagai instrument kunci, Teknik pengumpulan data dilakukan secara
penggabungan dan analisis data bersifat induktif. Menurut Poerwandari (2005),
penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti
transkripsi wawancara dan observasi. Penelitian yang dilakukan menggunakan
metode eksploratif. Penelitian eksploratif bertujuan untuk melakukan penjelajahan
atau penjajakan agar lebih mengenal dan mengetahui gambaran mengenai suatu
gejala sosial. Penelitian eksploratif berusaha menjelaja serta menggambarkan apa
yang terjadi, termasuk siapa, kapan, di mana, atau berhubungan dengan karakteristik
satu masalah sosial. Melalui penelitian eksploratif, peneliti mencoba
mengembangkan konseo-konsep dengan lebih jelas, menentukan prioritas dan
bertolak dari suatu permasalahan tertentu yang dipahami secara teoritis dalam
mengkaji suatu fenomena yang tidak berdasarkan atas hipotesis dan sampel dalam
jumlah yang pasti.
Tabel 3. EFAS
Cangkringan.