Anda di halaman 1dari 14

1.

Berikut beberapa objek wisata alam yang tersebar di beberapa kalurahan yang berada
di Kecamatan Cangkringan :
Tabel 1. Wisata Alam di Kecamatan Cangkringan
No Kalurahan Objek Wisata
1. Kepuharjo Lava tour merapi
2. Umbulharjo Plunyon
Kalikuning Park
3. Wukirsari Wana Wisata Jonggol
Agrowisata Laboratorium Bambu
4. Glagaharjo Bukit Klangon
(Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, 2023)

2. Pengembangan pariwisata yang tertata dan terencana dengan baik tentunya akan
mendukung terciptanya tujuan wisatawan melakukan kegiatan wisata secara
optimal

3. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melihat potensi sekaligus untuk
melakukan perencanaan dan pengembangann pariwisata yang penting dilakukan,
yaitu pemetaan objek wisata di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Pemetaan dilakukan untuk mengetahui persebaran objek wisata yang memiliki daya
tarik pariwisata, baik objek wisata yang sudah ada maupun yang potensial untuk
dikembangkan dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan. Potensi
wisata yang dimaksud dapat berupa sumberdaya alam yang beranekaragam dari
aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangkan
sebagai atraksi pariwisata. Pemetaan di bidang pariwisata sangat bermanfaat untuk
inventarisasi dan analisis potensi pariwisata. Hasil pemetaan yang ada kemudian
akan menggambarkan kondisi dan karakteristik objek wisata. Pengembangan objek
wisata di Kawasan Kecamatan Cangkringan harus ada dukungan dari masyarakat
setempat dan pemerintah daerah baik dari segi finansial maupun nonfinansial
sehingga akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah daerah
kedepannya.

4. Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami
maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang
bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata
menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi,
memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan
sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada
semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam,
intelektual dan budaya masyarakat lokal. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan
pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek wisata ekowisata
dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat yang berada di
daerah tersebut atau daerah setempat (Subadra, 2008). Perkembangan dalam sektor
kepariwisataan pada saat ini melahirkan suatu konsep pengembangan pariwisata
alternatif yang tepat. Konsep ini aktif membantu menjaga keberlangsungan
pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan segala aspek dari
pariwisata berkelanjutan. Aspek tersebut yaitu; ekonomi masyarakat, lingkungan,
dan sosial-budaya. Pengembangan pariwisata berkelanjutan, ekowisata merupakan
alternatif membangun dan mendukung pelestarian ekologi yang memberikan manfaat
yang layak secara ekonomi dan adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat
(Subadra, 2008).
Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang
mempunyai tujuan membangun pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan
pariwisata yang secara ekologis memberikan manfaat yang layak secara
ekonomi dan adil secara etika, serta memberikan manfaat sosial terhadap
masyarakat. Kebutuhan wisatawan dapat dipenuhi dengan tetap memperhatikan
kelestarian kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi generasi muda
sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya
(Subadra, 2008). Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan dalam
mempromosikan lingkungan yang khas yang terjaga keasliannya sekaligus
menjadi suatu kawasan kunjungan wisata. Potensi ekowisata adalah suatu
konsep pengembangan lingkungan yang berbasis pada pendekatan
pemeliharaan dan konservasi alam. Salah satu bentuk ekowisata yang dapat
melestarikan lingkungan yakni dengan ekowisata mangrove. Mangrove sangat
potensial bagi pengembangan ekowisata karena kondisi mangrove yang sangat
unik serta model wilayah yang dapat dikembangkan sebagai sarana wisata
dengan tetap menjaga keaslian hutan serta organisme yang hidup di kawasan
mangrove (Alfira, 2014). Dalam melakukan suatu pengelolaan mengrove tentu
saja diperlukan tindakan-tindakan nyata yang secara signifikan dapat
mewujudkan lestarinya mangrove. Ada beberapa konsep dan teknik operasional
yang dapat dilakukan dalam melakukan konservasi. Salah satunya sekarang
yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan mangrove menjadi daerah wisata
alami tanpa melakukan ganguan signifikan terhadap keberadaan mangrove itu
sendiri (Alfira, 2014). Wisata merupakan perjalanan dan tinggal di suatu tempat
(bukan tempat tinggal dan bekerja). Wisata memiliki beberapa jenis, salah
satunya adalah wisata alam. Menurut PP No 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta
bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam.
Kegiatan dalam wisata alam berhubungan erat dengan alam itu sendiri.
Ekowisata merupakan salah salah bentuk wisata alam. Commented [Office1]: mbok ya cari jurnal yg baru tho
mbak jgn reff out of date begini alias basi
Wisata alam merupakan salah satu bentuk wisata alternatif (pilihan
baru) Menurut Kodyat dalam Gunawan (1997) wisata alam ini dikelompokkan Commented [Office2]: ini malah sudah basi sekunder
lagi….
dalam 2 kategori, yaitu:
I. Wisata alam yang lebih disejajarkan dengan eco-tourism, sebagai perjalanan
ke kawasan belum terjamah (virgin), belum terganggu atau terkontaminasi,
dengan tujuan khusus, tidak sekedar rekreasi, tetapi untuk mempelajari,
mengagumi dan menikmati pemAndangan alam, flora dan fauna langka
(wildlife) beserta segala manifestasi cultural yang ada di kawasan tersebut.
II. Pengertian wisata alam yang lebih banyak diminati adalah wisata alam yang
lebih lunak dengan resiko yang lebih ringan, namun unsur-unsur alamiah
tetap memegang peran penting. Termasuk kelompok ini adalah jenis-jenis
wisata berbasis kepada pemAndangan alam, pantai, danau, gunung atau
lainnya, tetapi tidak bersifat petualangan beresiko tinggi, dan merupakan
jenis wisata yang lebih populer.
Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.
Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah
daerah tempat objek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan
setiap objek wisata. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan
menarik sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya
diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian,
peternakan, perkebunan dan kerajinan rakyat serta peningkatan kesempatan
kerja (Sari, 2011).
5. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif, penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan potensi wisata serta strategi pengembangan pariwisata di
Kecamatan Cangkringan untuk kemudian dibuat arahan pengembangan pariwisata
berkelanjutan. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berkaitan dengan
pengumpulan data (baik tertulis maupun lisan) untuk memberikan gambaran atau
penegasan suatu fenomena atau gejala secara lengkap dalam aspek yang diselidiki
dan dikembangkan.
Menurut Sugiyono (2016), penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti
ditempatkan sebagai instrument kunci, Teknik pengumpulan data dilakukan secara
penggabungan dan analisis data bersifat induktif. Menurut Poerwandari (2005),
penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti
transkripsi wawancara dan observasi. Penelitian yang dilakukan menggunakan
metode eksploratif. Penelitian eksploratif bertujuan untuk melakukan penjelajahan
atau penjajakan agar lebih mengenal dan mengetahui gambaran mengenai suatu
gejala sosial. Penelitian eksploratif berusaha menjelaja serta menggambarkan apa
yang terjadi, termasuk siapa, kapan, di mana, atau berhubungan dengan karakteristik
satu masalah sosial. Melalui penelitian eksploratif, peneliti mencoba
mengembangkan konseo-konsep dengan lebih jelas, menentukan prioritas dan
bertolak dari suatu permasalahan tertentu yang dipahami secara teoritis dalam
mengkaji suatu fenomena yang tidak berdasarkan atas hipotesis dan sampel dalam
jumlah yang pasti.

Pengembangan pariwisata diidentifikasikan sebagai upaya penyedia atau


peningkatan fasilitas serta pelayanan guna memenuhi kebutuhan wisatawan.
Berkembangnya suatu objek wisata bergantung pada produksi industry pariwisata
yang meliputi daya tarik wisata, kemudahan perjalnanan, sarana dan fasilitas serta
promosi. Negara yang sadar akan pengembangan pariwisata berdasarkan
Direktorat Jendral Negara mempertimbangkan hal-hal berikut :
6. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh sehingga pengembangan
pariwisata diperhitungkan dengan memperhatikan untung rugi dibandingkan dengan
pembangunan sektor lain.
a. Pengembangan pariwisata diintegrasukan ke dalam program pembangunan
ekonomi, fisik, social.
b. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sehingga membawa kesejahteraan
ekonomi dalam masyarakat.
c. Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan sehingga pengembangannya
mencerminkan ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu negara.
7. Analisis SWOT
SWOT merupakan singkatan dari Strengths(kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan)
lingkungan internal dan Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) lingkungan
eksternal dalam dunia bisnis (Rangkuti, 2014:20). Analisis SWOT dalam penelitian
ini digunakan untuk mengetahui metode strategi pengembangan dengan cara
menganalisis faktor eksternal berupa peluang dan ancaman serta faktor internal
berupa kekuatan dan kelemahan.

Sumber : Rangkuti, 2014: 20


Gambar 1. Analisis SWOT
Kuadran 1: Menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan karena perusahaan
memiliki peluang dan kekuatan, sehingga pada posisi ini perusahaan
harus mendukung kebijakan pertumbuhan agresif.
Kuadran 2: Pada posisi ini perusahaan memiliki ancaman, namun masih ada
kekuatan dari segi internal sehingga ancaman tersebut dapat diatasi
dengan kekuatan yang ada. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah
strategi diversifikasi (produk/pasar) dengan menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
Kuadran 3: Perusahaan memiliki peluang besar namun ada kelemahan internal
sehingga perusahaan harus memilih strategi yang tepat agar
kelemahan yang ada tidak mengurangi peluang besarnya. Strategi
yang tepat untuk posisi ini adalah perusahaan meminimalkan
masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.
Kuadran 4: Posisi ini merupakan posisi yang sangat merugikan karena perusahaan
harus menghadapi berbagai ancaman dengan kondisi internal yang
lemah. Strategi yang harus diterapkan mendukung strategi defensive.

Dalam proses penyusunan perencanaan strategis terdapat tiga tahapan


analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan
keputusan. Pada tahap pertama yaitu tahap pengumpulan data, dilakukan evaluasi
faktor eksternal maupun internal untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Tahap
selanjutnya adalah tahap analisis dimana pada tahap ini terdapat beberapa model
alat analisis yaitu; matrik tows, matrik BCG, matriks internal-eksternal, matriks
space, dan matriks grand strategi. Semakin banyak matrik yang digunakan dalam
analisis, maka analisis yang dilakukan akan semakin akurat. Tahap terakhir proses
penyusunan perencanaan strategi adalah tahap pengambilan keputusan yang mana
pada tahap ini dapat digunakan matrik perencanaan strategis kuantitatif untuk
mempermudah pemilihan strategi. Dalam penelitian ini, untuk tahap pengumpulan
data akan digunakan matrik faktor strategi eksternal dan matriks strategi internal.
a. Matriks faktor strategi eksternal
Dalam menyusun matriks faktor strategi eksternal, terlebih dahulu kita harus
mengetahui Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Terdapat beberapa cara
penentuan Faktor Strategi Eksternal yaitu:
1. Susunlah 5 sampai 10 peluang dan ancaman dalam kolom 1.
2. Pada kolom 2 beri bobot masing-masing faktor yang disusun menggunakan
skala angka 1,0 (sangat penting) sampai 0,0(tidak penting). Hal ini perlu
dilakukan karena faktor-faktor yang telah disusun dapat memberikan
dampak terhadap faktor strategis.
3. Dalam kolom 3, hitung rating untuk masing-masing faktor dengan
menggunakan skala angka 4(outstanding) sampai 1(poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap proses pengembangan wisata.
Faktorfaktor peluang diberikan nilai rating positif yang artinya semakin
besar peluang diberi rating +4, namun jika peluangnya kecil diberi rating
+1. Pemberian rating ancaman berkebalikan dengan pemberian rating
peluang, jika ancamannya besar diberi rating 1 dan sebaliknya ketika nilai
ancamannya sedikit diberi rating 4.
4. Kalikan bobot dan rating untuk memperoleh faktor pembobotan berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4,0 (outstanding) sampai 1(poor)
5. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan.

Tabel 3. EFAS

Sumber : Rangkuti, 2014: 20


b. Matriks faktor strategi internal
Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis internal, maka
dilakukan penyusunan tabel IFAS untuk merumuskan faktor-faktor strategis
internal dalam Strength and Weakness. Tahapan penyusunan tabel IFAS adalah:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
2. Pada kolom 2 beri bobot masing-masing faktor yang disusun menggunakan
skala angka 1,0 (sangat penting) sampai 0,0(tidak penting).
3. Dalam kolom 3, hitung rating untuk masing-masing faktor dengan
menggunakan skala angka 4(outstanding) sampai 1(poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap proses pengembangan wisata.
4. Kalikan bobot dan rating untuk memperoleh faktor pembobotan berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4,0 (outstanding) sampai 1(poor)
5. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan.
Tabel 4. IFAS

Sumber : Rangkuti, 2014: 20

Setelah diperoleh data atau informasi mengenai faktor yang


mempengaruhi pengembangan objek pariwisata alam di Kecamatan
Cangkringan, maka tahap selanjutnya adalah memanfaatkan data atau informasi
tersebut untuk merumuskan strategi. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor
strategi pengembangan objek wisata air terjun Lepo adalah matriks SWOT karena
menurut Rangkuti (2014), matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang ancaman eksternal yang dihadapi sutu perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternative yang dapat digambarkan pada
diagram berikut:

Tabel 5. Matriks SWOT


Keterangan :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan seluruh peluang yang ada.
2. Strategi ST
Strategi ST adalah strategi yang digunakan untuk mengatasi ancaman dengan
cara memanfaatkan kekuatan yang dimiliki.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
meminimalkan kelamahan yang dimiliki.
4. Strategi WT
Strategi ini merupakan strategi bagaimana menghindari ancaman dan
meminimalkan kelemahan yang ada.
8. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan salah satu metode pemecahan masalah dengan cara
menggambarkan subjek atau objek penelitian saat ini dengan fakta yang tampak
(Soejono dan Abdurrahman dalam Pradikta, 2013:37). Dalam penelitian ini, metode
analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran faktor pendorong dan
panghambat pengembangan objek wisata air terjun Lepo. Dengan menggunakan
analisis deskriptif, maka data yang akan disajikan berupa data deskriptif berupa kata-
kata tertulis dari perilaku yang diamati (Pradikta, 2013:37).
9. Identifikasi Masalah
a. Masih minimnya informasi mengenai objek wisata di Kecamatan
Cangkringan.
b. Sarana dan prasarana di objek wisata yang masih perlu dikembangkan secara
maksimal.

Pariwisata Alam di Kecamatan


Cangkringan

Potensi wisata alam di Kecamatan


Cangkringan

Potensi Fisik Potensi Non Fisik

Strategi Pengembangan Objek


Pariwisata Alam Berkelanjutan di
Kecamatan Cangkringan

1) Variabel Upaya Pengembangan Pariwisata


Upaya Pengembangan Objek Wisata di Kecamatan Cangkringan Suwantoro (2004:
19-24) unsur pokok yang harus ada untuk menunjang pengembangan pariwisata di
daerah tujuan wisata meliputi lima unsur sebagai berikut :
a) Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek wisata adalah suatu perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya serta sejarah bangsa dan tempat/keadaan alam ciptaan Tuhan yang
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
b) Sarana Wisata
Sarana wisara merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
c) Prasarana Wisata
Prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan segala proses berjalan
dengan lancer sehingga mempermudah manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.
d) Infrastruktur (Tata Laksana)
Infrastruktur adalah system fisik yang menyediakan transportasi, pengairan,
bangunan, Gedung, fasilitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
e) Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat di sekitar objek wisata akan menyambut kehadiran wisatawan
tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para
wisatawan (Suwantoro, 1997: 23).
Menurut Adinugroho (2017), variabel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi variable terkait dengan potensi wisata:
2) Potensi Wisata
a) Potensi fisik
I. Potensi Sumber Daya Alam Non Hayati
Potensi sumber daya alam non hayati disebut juga sumber daya alam fisik,
yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati contohnya seperti
objek wisata, sarana prasarana, aksesibilitas, penggunaan lahan.
II. Potensi Sumber Daya Alam Hayati
Potensi sumber daya alam hayati merupakan seumber daya alam yang berupa
makhuk hidup contohnya seperti masyarakat, pengelola, kondisi alam,
lingkungan.
b) Potensi Non Fisik
I. Potensi Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi dalam pembangunan pariwisata berkaitan dengan
manusia sebagai pendukung komunitas dalam hal interaksi dan interpedensi.
Hal-hal yang merupakan perhatian utama dalam faktor social berkaitan
dengan social ekonomi masyarakat sekitar objek wisata di Kecamatan
Cangkringan. Pada penelitian ini, faktor sosial ekonomi merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
II. Potensi Budaya
Faktor budaya yang mendorong pertumbuhan dan pembangunan adalah
budaya itu sendiri. Asprasi dan kebutuhan pendidikan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi mendorong petumbuhan serta pembangunan di
bidang fisik dan nonfisik. Hal tersebut juga mendorong tumbuh kembangnya
budaya. Pembangunan yang mengabaikan aspek dan faktor budaya akan
menjadi timpang bahkan tidak berjiwa kemanusiaan (Yoeti: 2016).
3) Variabel Strategi Pengembangan
Kurniawati (2013: 29-31) menjelaskan bahwa indikator pariwisata berkelanjutan
antara lain :
a) Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi dan mengontrol pembangunan pariwisata
dengan ikut terlihat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi
sumberdaya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan
tujuan-tujuan dan berbagai strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya
tarik wisata.
b) Keikutsertaan Para Pelaku (Stakeholder Involvement)
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok
dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan,
pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang
berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan
pariwisata.
c) Kepemilikan Lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas
untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seharusnya dapat
dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
d) Penguatan Sumberdaya yang Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumberdaya dengan
berkelanjutan dalam arti kegiatannya harus menghindari penggunaan
seumberdaya yang tidak dapat diperbaarui (unreweable) secara berlebihan.
e) Mewadahi Tujuan Masyarakat
Tujuan-tujuan masyrakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwiwsata
agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatwan, tempat wisata dan
masyarakat setempat dapat terwujud.
f) Daya Dukung
Daya dukung/kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung
fisik, alami, social, dan budaya.
g) Monitor dan Evaluasi
Monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup
penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan
indicator-indikator dan Batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata.
h) Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan
mendapatkan pekerjaan, pendapatan, dan perbaikan Kesehatan masyarakat local
yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan.
i) Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-
program Pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan
meningkatkan keterampilan bisnis, vocational¸ dan professional.
j) Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan
dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas
masyarakat setempat.

No Uraian Jenis Destinasi 2019 2020 2021


1. Jumlah Objek Wisata 10 10 10
Objek Alam
Wisata Objek Wisata 5 5 5
Buatan
Objek Wisata 5 5 5
Sejarah

i. Dinas Pariwisata Kecamatan Cangkringan

Informan yang berasal dari Dinas Pariwisata adalah Kepala Bidang

Pengembangan Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kecamatan

Cangkringan.

Anda mungkin juga menyukai