Anda di halaman 1dari 6

DAYA TARIK SITU PATENGGANG SEBAGAI NATURAL TOURISM

DI BANDUNG SELATAN

Oleh: Jihan Marselina Buana


Departemen Pendidikan Geografi A 2014

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar dunia yang
memiliki kekayaan alam sangat beragam dan berpotensi dijadikan sebagai obejek
wisata. Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat
tersebut. Menurut SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87,
Obyek Wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber
daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik
dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. Objek wisata menurut
Direktorat Jendral Pemerintah dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Objek wisata alam
Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta
memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya. Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi
4 kawasan, yaitu:
1) Flora dan Fauna
2) Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan
ekosisem hutan bakau.
3) Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau
4) Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan,
peternakan, usaha perikanan.
2. Objek wisata sosial budaya
Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
sebagai objek wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat,
seni pertunjukan, dan kerajinan.

3. Objek wisata Minat Khusus


Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru
dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan
yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para
wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya: berburu, mendaki gunung,
arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dan lain-lain.

B. Natural Tourism (Wisata Alam)


Hampir keseluruhan jenis objek wisata dapat ditemukan di Indonesia, salah
satunya yaitu Natural Tourism (Wisata Alam). Banyak yang menganggap
Ecotourism (Ekowisata) dan Natural Tourism (Wisata Alam) merupakan hal yang

1
sama tetapi jika dilihat dari beberapa teori akan terlihat perbedaannya satu sama
lain. Secara sederhana Ecotourism (Ekowisata) didasarkanpada kunjungan
berkelanjutan secara ekologis untuk alam daerah yang menumbuhkan pemahaman
lingkungan dan budaya, penghargaan dan konservasi. Berbeda hal nya dengan
Natural Tourism (Wisata Alam) yang merupakan salah satu jenis rekreasi dengan
mengadakan kegiatan perjalanan atau sebagian kegiatan tersebut bersifat
sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam melalui
terminologi ekoturisme (Ceballos-Lascurain,1996 dalam Oktadiyani, P : 2015).
Untuk memperjelas mengenai Natural Tourism (Wisata Alam) berikut ada
beberapa pengertian wisata alam dari berbagai sumber :
1. Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam adalah
kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata
dan rekreasi alam.
2. Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata alam yang memanfaatkan
potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. wisata alam memiliki
sumber daya yang berasal langsung dari alam. selain itu, wisata alam
berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta kegiatannya ditunjukan
untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan ala maupun setelah
pembudidayaan (Suwantoro, 2004).
3. Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami
maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan
memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan
pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta
terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam Saragih, 1993).
Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990,
penyelenggaraan pariwisata dilaksanakan dengan tetap memelihara kelestarian
dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta obyek dan daya
tarik wisata itu sendiri, nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arah kemajuan
adab, mempertinggi derajat kema-nusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum
guna memperkokoh jati diri bangsa dalam rangka mewujudkan wawasan
Nusantara.
Dalam kegiatan wisata alam pada umumnya disediakan di lanskap alami
seperti taman wisata alam oleh Pengusahaan Pariwisata Alam (PPA) yang diawasi
dan diarahkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2010,
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2010, dan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.4/MenhutII/2012.
Wisata alam dapat berfungsi sebagai sarana penyeimbang hidup setelah
melakukan aktivitas yang padat, dan menjenuhakan, dengan berwisata alam dapat
dijadikan suatu cara alternatif yang dilakukan seseorang untuk melepaskan dirinya
dari rasa jenuh tersebut dengan tujuan untuk bersenang- senang. (Ryan 1991

2
dalam Pitana, 2005) menjelaskan faktor pendorong bagi seseorang untuk
melakukan perjalanan wisata antara lain sebagai berikut:
1. Escape
Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan atau
kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation
Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi
untuk escape.
3. Play
Ingin menikmti kegembiraan, melalui berbagai permainan yang
merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan
melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan serius.
4. Strengthening family bonds
Ingin mempererat hubungan kekerabatan. Keakraban hubungan
kekerabatan ini juga terjadi diantara anggota keluarga yang melakukan
perjalanan bersama-sama, karena kebersamaan sangat sulit diperoleh
dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri.
5. Prestige
Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang
menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk
meningkatkan status atau derajat sosial.
6. Social interaction
Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat atau dengan
masyarakat lokal yang dikunjungi.
7. Romance
Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan
suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual khususnya
dalam pariwisata seks.
8. Educational opportunity
Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain
dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini
merupakan pendorong yang dominant dalam pariwisata.
9. Self-fulfilment
Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa
ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10. Wish-fulfilment
Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan
sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan
perjalanan.

C. Situ Patenggang
Situ Patenggang merupakan wisata danau dan juga termasuk kedalam salah
satu contoh Natural Tourism (Wisata Alam) di Indonesia. Situ Patenggang berada

3
di wilayah Bandung Selatan, terletak di kaki Gunung Patuha, kabupaten Bandung
(sekitar 50 km dari ibu kota kabupaten Bandung ke arah selatan). Secara
administratif, Situ Patenggang berada di desa Patenggang, kecamatan Rancabali,
kabupaten Bandung, sedangkan secara geografi berada di 710 715 LS dan
107212 BT. Terletak pada ketinggian 1600 mdpl membuat udara di Situ
Patenggang ini terasa sejuk ditambah rindangnya pepohonan disekitar membuat
udara disekitar tempat ini terasa semakin sejuk dan menyegarkan sehingga
membuat para pengunjung merasa betah berlama-lama disini.
Terdaftar sebagai salah satu kawasan Konservasi Sumber Daya Alam yang
berada di wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah III Bandung, Bidang
Konservasi Wilayah II Balai Besar Kon servasi Sumber Daya Alam Jawa Barat
Banten. Kawasan hutan dan telaga (situ) Patenggang ditetapkan sebagai Cagar
Alam berdasarkan GB tanggal 11 Juli 1919 No. 83 Stbl. 392 seluas 86,18 Ha.
Kemudian dengan SK Menteri Pertanian No. 660/Kpts/Um/8/1981 tanggal 11
Agustus 1981 sebagian Cagar Alam seluas 65 Ha dinyatakan sebagai Taman
Wisata Alam Telaga Patenggang, sehingga luas Cagar Alam menjadi 21,18 Ha.
Panorama alam danau yang luas dengan pepohonan hijau dan rimbun serta
terlihat juga hamparan luas perkebunan teh yang membuat tempat ini semakin
indah dan asri. Disini juga terdapat fasilitas penyewaan perahu, yang dapat
mengantarkan para mengunjung untuk mengelilingi danau dan juga untuk
berkunjung ke Pulau Sasaka (Pulau Asmara).
Berbicara mengenai Pulau Sasaka (Pulau Asmara) ini ada sebuah legenda
yang bercerita mengenai sebuah kisah sepasang insan yang saling mencintai.
Mereka bernama Ki Santang dan Dewi Rengganis. Ki santang adalah keponakan
dari Prabu Siliwangi, seorang raja Padjajaran yang arif dan bijaksana. Sedangkan
Dewi Rengganis adalah seorang gadis desa yang hidup di sebuah pegunungan.
Keduanya memiliki ikatan kasih yang sangat kuat namun terpisah oleh jarak dan
waktu (konon mereka terpisah akibat peperangan yang sangat lama). Hari berganti
hari minggu bulan dan tahun telah berganti, penantian Dewi Rengganis tak
kunjung tiba sampai akhirnya pada suatu hari Dewi Rengganis mendapat wangsit
bahwa dirinya harus menyepi disebuah Situ agar dapat bisa bertemu dengan
kekasihnya, yaitu di sebuah batu yang saat ini dikenal oleh masyarakat setempat
dengan sebutan Batu Cinta sampai akhirnya alkisah Prabu Kian Santang kembali
mencari Dewi Rengganis setelah pulang dari medan perang namun karena
lamanya pencarian (pateang-teangan) tersebut menjadi sebuah nama dari pada
keberadaan Situ tersebut yaitu Situ Patengan. Pucuk dicinta ulam pun tiba
akhirnya mereka bertemu di batu cinta dan memadu kasih di pulau Asmara
(Sasaka), rasa gembira sang dewi dicurahkan melalui tangisan yang akhirnya
menjadi sebuah sungai Rengganis aliran air yang masuk memenuhi Situ, itulah
sungai yang diyakini masyarakat jelmaan aliran air mata Dewi Rengganis dan
Sasaka yang saat ini dikenal pulau Asmara masih banyak menyimpan misteri yang
tak terpecahkan mengingat di dalam pulau tersebut bila kawenehan suka terlihat

4
sebuah bangunan mirip mesjid dan sampai saat ini suka dijadikan wisata ziarah
bagi orang yang meyakninya. Menurut cerita ini yang singgah di batu cinta dan
mengelilingi Pulau Asmara senantiasa mendapat cinta yang abadi seperti mereka.
Selain dari, Situ Patenggang menyimpan beberapa jenis flora dan fauna yang
cukup unik dan dapat pengunjung temukan. Pepohonan khas Jawa Barat, sejenis
puspa dan saninten, masih banyak ditemukan di tempat ini. Ada juga jenis primata
langka, surili (Presbytis comata), juga masih kerap terlihat dan terdengar suaranya
di hutan sekitar Situ Patenggang. Dengan memilki tipe vegetasi hutan hujan
pegununggan, berikut nama-nama tumbuhan yang dapat ditemukan di Situ
Patenggang yaitu : kihiur (Castanopsis javanica), puspa (schima walichii), pasang
(Quercus sp), baros (Garcinia balica), kiamba (Eugenia cuprea), huru (Litsea
angulata), hamirung (Vernonia cineria), jamuju (Podocarpus imbricatus), saninten
(Castanopsis argentea), dan beunying (Ficus fistulosa). Dari golongan liana dan
epiphyt diantaranya rotan (Callamus sp), amismata (Ficus querifolia), kasungka
(Gnetum neglatum), benalu (Diplazium asculeuntum), dan anggrek bulan
(Phalanopsis ambilis). Satwa liar yang ada di dalam kawasan adalah surili
(Presbytis comata), macan tutul (Panthera pardus), kucing hutan (Felis
bengalensis), trenggiling (Manis javanica), kancil (Tragulus javanicus), babi hutan
(Sus vitasus), bajing (Callosciurus notatus), ayam hutan (Gallus gallus varius),
burung tulang tumpuk (Megalaema corvina), burung kipas (Rhipidura javanica),
dan beberapa jenis ikan yang hidup di danau.
Hal yang menarik lainnya dari Situ Patenggang yang dapat dinikmati oleh
para pengunjung tiap tahunnya adalah kegiatan penanaman bibit ikan dan tanaman
setiap tahunnya, yaitu setiap tanggal 14 Maulid. Pada hari itu juga dilaksanakan
ritus syukuran yang dilakukan masyarakat sekitar Situ Patengan di Pulau Sasuka.
Acara itu juga merupakan bentuk penghormatan pada tanah leluhur, dilakukan
semalam suntuk, dan terbuka untuk umum. Dengan berbagai kemenarikan yang
ada di Situ Patenggang diharapkan menjadi magnet untuk menarik wisawatan
datang dan mengunjungi Situ Patenggang.

DAFTAR PUSTAKA

5
Oktadiyani, P dkk. (2015). Strategi Pengembangan Pariwisata Alam Taman
Wisata Alam Wera. Jurnal WASIAN. 2(10), hlm. 9-20.
Pitana, I Gde. dan Surya Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Pitana I Gede dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian Sosiologis
Terhadap Struktur, Sistem dan Dampak-dampak Pariwisata. Yogyakarta:
Andi.
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Priwisata. Yogyakarta. Andi.
Undang-Undang Republik Indoensia No. 9 tahun 1990. Tentang Kepariwisataan.
http://www.tourism.wa.gov.au/jumpstartguide/pdf/Quickstart_Nature%20based
%20tourism%20and%20EcotourismLOW.pdf
https://qitarabutrans.com/sejarah-situ-patenggang-ciwidey-bandung/
http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2011/04/05/140573/situ-patengan-legenda-
batu-cinta-di-tengah-danau
https://id.wikipedia.org/wiki/Situ_Patenggang
http://a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv(9).pdf

Anda mungkin juga menyukai