OLEH
1.1.Latar Belakang
Pasang surut air laut merupakan suatu fenomena alam yang biasa terjadi setiap
hari. Fenomena pasang dan surutnya permukaan air laut biasa disebut pasang laut
(ocean tide). Pasang surut (pasut) terjadi dikarenakan oleh perbedaan gaya
gravitasi dari pergantian posisi bulan dan matahari yang relativ pada satu titik
dipermukaan bumi.
Pasut di bumi dapat dibagi menjadi tiga yaitu: pasut atmosfer (atmospheric
tide), pasut laut (ocean tide) dan pasut bumi padat (bodily tide). (Mihardja, dkk,
1989). Pasang surut juga merupakan suatu faktor untuk proses pembangunan
suatu pelabuhan dan untuk mendapatkan data yang nantinya menjadi landasan
atau dasar dalam suatu penelitian. Pengetahuan mengenai kondisi pasang surut di
Indonesia sangat penting artinya bagi Indonesia yang memiliki garis pantai
sepanjang 80 ribu km, untuk berbagai kegiatan yang berhubungan dengan laut
atau pantai seperti pelayaran antar pulau, pencemaran laut, pengolahan sumber
daya hayati perairan atau pertahanan nasional (Ongkososno dan Suyarso,1989).
Dalam kegiatan perancangan bangunan pantai selalu diperlukan informasi
pasang surut air laut, seperti elevasi permukaan air laut maksimum, rata-rata atau
minimum. Demikian juga untuk keperluan pelayaran dan lalu lintas laut. Di
beberapa pelabuhan laut dunia yang memiliki kolam pelabuhan dan alur pelayaran
yang relatif dangkal dibanding dengan draft kapal yang akan berlabuh, informasi
pasang surut secara real time diperlukan untuk penjadwalan kapal dengan
memanfaatkan air pasang pada saat berlabuh ataupun berlayar.
Sedangkan dampak negatif yang disebabkan oleh pasang air laut adalah
terjadinya banjir rob yang menggenangi dataran rendah dibeberapa kota di Pulau
Jawa seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Banjir rob telah mengakibatkan
banyak kerugian karena menggenangi pemukiman, tambak, terganggunya lalu
lintas dan aktifitas perekonomian. Salah satu usaha untuk mengurangi kerugian
yang disebabkan oleh banjir rob, diperlukan informasi elevasi permukaan air laut
2
secara real time agar kejadian pasang tinggi dapat diketahui secara dini. Dengan
demikian maka persiapan dapat dilakukan sebelum air pasang terjadi.
Pengamatan pasang surut di perairan Indonesia umumnya diamati
menggunakan peralatan mekanik yaitu Automatic Tide Recorder (ATR) atau
secara manual dengan pembacaan peil scale. Dibeberapa pelabuhan memang telah
memiliki alat pengamatan pasang surut secara otomatis, namun jumlahnya masih
sangat sedikit dan masih terkendala dengan perawatan dan pengadaan suku
cadang. Pengamatan pasang surut dengan alat ATR, elevasi muka air diperoleh
dari hasil penggambaran grafik berdasarkan perubahan muka air terhadap waktu.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan pasang surut air laut ?
2. Bagaimana sistem motoring pasang surut air laut secara digital?
3. Apa saja hasil pengembangan sistem monitoring tersebut ?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai pasang surut air laut, alat yang dapat digunakan untuk mengamati dan
mengukur pasang surut permukaan air laut serta sistem monitoring pengukuran
pasang surut air laut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
surut dinamis ini menyatakan lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi
seluruh permukaan Bumi dengan kedalaman yang konstan. Namun keberadaan
gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode yang sesuai
dengan konstitue- konstituenya.
Teori ini juga menyatakan bahwa gelombang pasang surut terbentuk karena
dipengaruhi oleh resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi Bumi dan pengaruh gesekan dasar. Selain faktor-
faktor tersebut, menurut teori ini pasang surut air laut juga dipengaruhi oleh
kedalaman perairan dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi dan gesekan dasar
rotasi bumi.
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena
adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap
massa air laut di bumi. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah
disebut rentang pasang surut (tidal range). Jenis pasang surut berbeda-beda,
tergantung letak wilayah tersebut. Terdapat empat jenis pasang surut yang
ditunjukkan pada dimana bentuk kurva berbeda-beda dari besarnya pasang surut
terhadap fungsi waktu. Jenis-jenis pasang surut anatar lain pasang surut harian
ganda (semi diurnal tide ), pasang surut harian tunggal (diurnal tide), pasang surut
campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), pasang
surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
(Hardhiyanti, 2018).
Salah satu instrumen untuk pengukuran pasang surut perairan adalah tide
master. Tide master adalah istrumentasi laut untuk pengukuran pasang surut.
Adapun bagian-bagian dari alat ini adalah baterai, LED Indicator, power control,
display, control buttons, tide input, data power dan input.
2.3. Instrumen Yang Dapat Digunakan Untuk Mengukur Pasang Surut Air
Laut
Saat ini telah banyak dikembangkan alat-alat untuk pengamatan pasang surut
secara otomatis baik yang diproduksi dari dalam negeri maupun luar negeri. Alat-
alat tersebut memiliki variasi yang bermacam-macam baik dari segi metoda
pengukuran, efektifitas, akurasi, harga alat, biaya operasional dan perawatan.
5
Alat-alat produksi luar negeri biasanya memiliki akurasi baik namun biaya
pengadaan, operasional dan pemeliharaannya mahal. Kendala utama bila
menggunakan alat produksi luar negeri adalah jika terjadi kerusakan pada alat
akan sulit untuk menemukan pihak yang bisa memperbaiki apalagi kalau harus
mengganti suku cadang.
Pengamatan pasang surut pada prinsip kerjanya sama dengan pengamatan
muka air sungai/danau sehingga ISO 4373:2008 dapat digunakan sebagai standar
untuk pengembangan peralatan pengamat pasang surut. Ada beberapa tipe
peralatan yang telah dikembangkan untuk pengamatan pasang surut, antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Kelvin type tide gauges, alat ini dikembangkan Lord Kelvin, di produksi
dan digunakan di Inggris mulai tahun 1891. untuk mencatat perubahan pasang
surut alat ini menggunakan pensil dan pegas dan kemudian dikembangkan dengan
pena oleh Geographical Survey Institute. Kelemahan dari alat ini adalah karena
menggunakan kertas maka kertas tersebut mudah mengembang dan lembab.
b. Fuess type tide gauges, alat ini dibuat dan mulai digunakan tahun 1963 di
Jepang. Sampai tahun 1992 alat ini masih digunakan dengan beberapa modfikasi.
Untuk mencegah kelembaban, kertas ditempatkan pada posisi horisontal dan
diberi penutup. Sumber tenaga yang digunakan adalah listrik.
c. GSI type tide gauge, alat ini dikembangkan oleh Geographical Survey
Institute (GSI) dan digunakan dari tahun 1966 sampai 1991. alat ini menggunakan
gabungan elektrik mekanik hasil dari pengembangan sistem pendulum.
d. High accuracy automatic tide gauge (personal computer type), alat yang
dibuat oleh Geographical Survey Institute dan sebuah perusahaan swasta mulai
digunakan pada tahun 1985. Alat ini telah memiliki memori komputer untuk
menyimpan hasil pengukuran setiap 30 detik. Jaringan telepon digunakan untuk
mengirimkan data lapangan ke pusat data.
e. High resolution automatic tide gauge (data logger type), Alat ini awalnya
menggunakan komputer personal untuk mengukur dan menyimpan data pasang
surut secara otomatis. Kemudian dikembangkan data logger untuk penyimpanan
data dan menyelesaikan permasalahan penggunaan komputer yang rentan
terhadap kelembaman dan air asin.
6
Gambar 1. Fuess Type Tide gauges (kiri) dan High Resolution Automatic Tide
Gauge (kanan)
Seiring dengan perkembangan dalam bidang elektronika, instrumentasi dan
telekomunikasi, alat ukur yang mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan
serta memiliki akurasi baik dapat dikembangkan. Untuk melakukan pengamatan
muka air laut secara real time dari jarak jauh diperlukan beberapa perangkat
sebagai berikut :
1. Sensor muka air yang dapat digunakan untuk perubahan mengukur
tinggi/elevasi muka air laut.
2. Perangkat media komunikasi data yang diperlukan untuk mengirim data dan
menerima data pengamatan muka air laut.
3. Komputer server dan data base yang diperlukan untuk mengolah dan
menyampaikan data/informasi pasang surut.
Sensor yang dapat digunakan untuk mengamati muka air ada beberapa macam,
seperti sensor tekanan, sensor pelampung dan sensor ultrasonik. Sensor-sensor
tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Sensor pelampung
memiliki akurasi cukup tinggi dan mudah dikembangkan. Sensor ini bekerja
berdasarkan prinsip bahwa pergerakan naik atau turun muka air laut menyebabkan
pelampung yang mengapung di permukaan air ikut bergerak. Pelampung
dihubungkan dengan tali ke pemberat dan tali tersebut di lilitkan pada Pulley.
Pergerakan pelampung akibat pasang surut air laut menyebabkan berputarnya
Pulley, perputaran Pulley tersebut menggerakkan pulse yang dapat diubah
7
kedalam nilai tinggi muka air. Penggunaan sensor pelampung memiliki kelebihan
mudah diadaptasikan pada alat ukur yang ada saat ini yaitu ATR maupun AWLR
karena memiliki persamaan prinsip sehingga hanya diperlukan perubahan data
analog ke data digital.
Sistem operasi pelampung sangat mudah dipahami. Banyak macam peralatan
elektronik yang dapat digunakan dalam sistem pelampung seperti encoders,
potentiometers, Linear variable differential transformers atau synchros.
Kebanyakan encoder yang digunakan pada sensor memiliki kestabilan terhadap
perubahan suhu. Muka air yang diamati cukup stabil karena terlindung dalam
tabung/pipa. Sedangkan kelemahan dari sensor pelampung adalah membutuhkan
biaya untuk pembuatan konstruksi dan tabung/pipa/sumuran dan tali pelampung
bisa terlepas dari Pulley.
Pengamatan muka air dengan menggunakan sensor ultrasonik memiliki
keterbatasan yaitu sensor sangat sensitif pada getaran dan suara sehingga akurasi
pengukuran dapat menurun. Sedangkan sensor tekanan sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi dan endapan sedimen yang dapat mempengaruhi massa jenis dari air.
Komunikasi data merupakan bagian dari teknologi informasi, dimana perangkat
transmitter melakukan pengiriman data berupa informasi yang disajikan oleh
isyarat digital biner terhadap reciever atau terminal. Media komunikasi data untuk
telemetri yang dapat digunakan saat ini adalah GEO Satellite, Gelombang Radio,
Spread Spectrum, Celluler, Bluetooth Wireless. Masing-masing media
komunikasi tersebut di atas memiliki jangkauan komunikasi yang berbeda-beda
(Lasminto, 2008).
8
BAB III
PENUTUP
Konsep sistem monitoring muka air laut untuk peringatan dini banjir rob dan
tsunami merupakan sebuah sistem yang secara otomatis dan real time mengukur
tinggi muka air laut dan menyimpan hasil pengukuran tersebut dalan sebuah data
logger serta mengirimkannya ke sebuah komputer server yang berada pada kantor
pengamatan.
Prototype alat monitoring muka air laut yang dikembangkan memiliki diagram
fungsional seperti pada Gambar 2. Sistem ini terbagi atas dua sub sistem utama
yaitu sistem pengukuran muka air laut dan sistem server. Sistem pengukuran
muka air laut merupakan gabungan antara sistem mekanik dan sistem elektronik
yang dipasang dilapangan, dimana sistem ini akan melakukan pengukuran secara
kontinyu ketinggian muka air laut dan menyimpannya dalam sebuah data logger.
Selain disimpan dalam sebuah data logger, hasil pengukuran tersebut dikirim
ke server menggunakan media wireless yaitu jaringan GSM dengan media Short
Message Service (SMS). Sistem server merupakan sistem yang terdiri atas
penerima data berbasis wireless dan sebuah komputer. Sistem ini berada pada
kantor pemantauan yang letaknya terdekat dengan sistem pengukuran muka air
laut. Pada sistem ini data – data yang diterima dari hasil pengukuran akan
ditampilkan melalui Human Machine Interface (HMI). Di HMI ini data tersebut
akan direpresentasikan secara visual, sehingga akan kelihatan dengan mudah
kondisi yang ada dilapangan.
9
Gambar 2. Diagram fungsional sistem monitoring muka air laut.
10