Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang di akibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik antara benda–benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan terhadap massa air dibumi. Pasang dan surut terbesar terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama karena pada saat itu, matahari, bulan, dan bumi berada dalam bidang segaris. Pasang terendah terjadi pada saat bulan perbani. Oleh karena itu, pasang terendah disebut juga pasang perbani. Ketika pasang perbani, pasang terjadi serendah-rendahnya karena kedudukan matahari dan bulan terhadap bumi membentuk sudut 90 derajat. Oleh karena itu, gravitasi bulan dan matahari akan saling memperlemah. Perbedaan tinggi air pada saat pasang dan surut di laut terbuka mencapai 3 meter. Tetapi, di tempat-tempat sempit yang berhadapan dengan bulan akan mengalami pasang, sedangkan daerah yang tegak lurus terhadap kedudukan bulan akan mengalami surut. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya pasang surut dan factor yang menyebabkan terjadinya pasang surut disusunlah laporan ini. Pada laporan ini , penyusun akan menghitung pasang surut di pantai yang berada di Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Tawaili, Sulawesi Tengah selama 43 jam untuk mengetahui naik dan turun nya muka air laut rata-rata dipantai Pantoloan tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui teori yang membahas pasang surut. Mengetahui faktor yang menyebabkan pasang surut terjadi. Mengetahui tipe-tipe pasang surut. Mengetahui alat yang dipakai untuk menentukan pasang surut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pasang Surut
Pasang-surut laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang disebut surut/pasang rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang-surut atau tunggang pasut (tidal range) yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter. (SETIAWAN, 2006). Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth) (Yudith Christianti, 2018). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi (Yudith Christianti, 2018). Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (WARDIYATMOKO & BINTARTO,1994).
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor- factor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan
teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi (A. Jonathan Edison, 2018). Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994). Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi (Priyana,1994). Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit diatas 24 jam (Priyana,1994). 2.3 Tipe Pasang surut Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Disuatu daerah pada dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu : 1. Pasang Surut Harian Tunggal (Diurnal Tide) Terjadinya satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode rata-rata 12 jam 24 menit. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat karimata, antara Sumatra dan Kalimantan. 2. Pasang Surut Harian Ganda (Semi Diurnal Tide) Terjadinya dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dalam satu hari secara berurutan dan teratur. Periode pasang surut biasanya 24 jam 50 menit. Pada jenis harian ganda misalanya terdapat di perairan Selat Melaka sampai ke Laut Andaman. 3. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal) Terjadinya dua kali air pasang dan dua kali air surut tetapi dengan tinggi permukaan laut dan periode yang berbeda-beda. Pada pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) misalnya terjadi di bagian besar perairan Indonesia bagian timur 4. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Tunggal (Mixed Tide Prevailing Diurnal). Terjadinya satu kali air pasang dan satu kali surut dalam satu hati, tetapi terkadang hanya untuk sementara waktu (sebentar) terjadi dua kali air pasang dan dua kali surut. Jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. 2.4 Alat Mengukur Pasang Surut Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tide Staff. Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan pasut adalah : 1. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air. 2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air). 3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur. 4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus. 5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan. 6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi. 7. Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil. 8. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah. 2. Tide gauge. Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu : 1. Floating tide gauge (self registering) Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut. 2. Pressure tide gauge (self registering) Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut. 3. Satelit Sistem Satelit Altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip dasar Satelit Altimetri adalah saletit altimetry dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut Sea Surface Height (SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sakulernya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktium ini dilaksanakn pada hari jumat, 12 April 2019 sampai dengan tanggal 14 April 2019. Berlokasi di Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Tawaili, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2 Alat-alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam field trip yaitu : - GPS GPS digunakan untuk menentukan kordinat posisi, kecepatan, arah dan waktu saat survey. - Kamera Kamera digunakan untuk mempublikasikan hasil kegiatan lapangan yang dilakukan, mulai dari lokasi kegiatan, alat-alat yang digunakan untuk praktikum dan singkapan-singkapan yang berada di lokasi praktikum. - Palmeter/Tide staff Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centimeter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan pasut adalah : 9. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air. 10. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air). 11. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur. 12. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus. 13. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan. 14. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi. 15. Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil. 16. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah. - Clipboard Clipboard atau papan tatakan dukomen berguna untuk sebagai alas untuk mencatat atau bisa dijadikan pengganti meja dalam keadaan tertentu. - Buku catatan lapangan (field note) Buku catatan lapangan (field note) ini digunakan untuk mencatat semua hasil dari survey yang dilakukan. Mulai dari hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-lain yang perlu dicatat. - Alat tulis Alat tulis berguna sebagai alat untuk mencatat data yang akan di kelola. - Jam Tangan/Stopwatch Jam tangan atau stopwatch digunakan untuk mengetahui waktu ketika pengambilan data pasut. - Pita ukur Pita ukur berguna untuk menentukan skala pengukuran yang ditempelkan pada tiang palmeter (tide staff) untuk mengetahui pasang surut air. - Senter Senter (flashlight) memiliki fungsi utama menjadi alat penerang. 3.3 Cara Kerja Palmeter pasang surut dipasang pada pada daerah yang tidak mengalami surut air laut Pasang palmeter pasang surut dengan benar ( skala 0 cm selalu terendam air pada saat surut tersurut air laut) . GPS disiapkan untuk mengerahui koordinat dari masing – masing lokasi pengamatan pasang surut. Alat tulis dan stop watch/jam tangan disiapkan untuk melakukan pengukuran. Pengukuran pasang surut dilakukan setiap 1 jam sekali dalam kurun waktu 24 jam. Data yang diperoleh, dicatat ke dalam laporan sementara.