Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA PANTAI

PASANG SURUT AIR LAUT

Disusun oleh:
Kelompok 6

Abby Dermawan Atlan (1607

Indah Aulia Rizky (1607111835)

Malik Habibillah (1607

M. Riyan Al Rasyid (1607

Norima Sabrina (1607

Wildan Azizi (1607

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.

Makalah tentang Pasang Surut Air Laut ini merupakan pemantapan dari
dasar teori yang telah didapatkan pada mata kuliah Rekayasa Pantai, dan mata
kuliah lainnya yang ada hubunganya dengan ini.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Rekayasa
Pantai, Bapak Rinaldi ST., MT yang telah memberikan bimbinganya atas
makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah tentang Pasang Surut Air


Laut ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa akan
datang.

Pekanbaru, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air laut adalah zat cair yang mudah berubah bentuk ketika dikenai gaya.
Bentuk permukaan laut bisa berbeda akibat dikenai gaya gravitasi bulan ditempat
yang berbeda pada laut yang berbeda. Hal ini mengakibatkan adanya permuakaan
laut yang naik (pasang) dan adanya permukaan laut yang turun (surut). Karena
bumi berotasi, maka dalam satu hari suatu tempat mengalami dua kali pasang dan
dua kali surut.
Fenomena pasang surut air laut semestinya bukanlah hal yang asing bagi
masyarakat Indonesia, terutama yang bermukim di daerah pantai atau bagi mereka
yang hobi memancing. Namun ternyata, dari segi istilah dan pemahaman,
peristiwa pasang dan surut tersebut rupanya cukup banyak distorsi dan juga
kekeliruan. Dari segi istilah dalam bahasa Inggris, peristiwa naik/turunnya air laut
akibat pengaruh Bulan dan Matahari disebut “tide“. Naiknya air laut disebut “high
tide“, sedangkan penurunannya disebut “low tide“. Di Indonesia, umumnya
mereka yang berkecimpung di bidang kelautan menggunakan istilah “pasang
surut” untuk peristiwa kenaikan dan penurunan air laut. Istilah ini sering juga
disingkat menjadi “pasut”. Kenaikan air laut disebut “pasang”, sedangkan
penurunannya disebut “surut”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pasang surut air laut?


2. Apakah penyebab terjadinya pasang surut air laut?
3. Akibat apa yang dapat ditimbulkan dari pasang surut air laut?
4. Bagaimana cara mengatasi masalah yang timbul akibat pasang surut air
laut ?
5. Jelasakan alat-alat dan metode pengukuran pasang surut?
6. Bagaimana konsep terjadinya tsunami?
1.3 Tujuan Permasalahan

1. Menjelaskan konsep gelombang pasang surut air laut.

2. Menyebutkan faktor-faktor pembentuk gelombang pasang surut air laut.

3. Menjelaskan tipe-tipe gelombang pasang surut air laut.

4. Menjelaskan pasang surut di Indonesia.

5. Menjelasakan alat-alat dan metode pengukuran pasang surut air laut.

6. Menjelaskan konsep tsunami.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasang Surut Air Laut

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik


turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi
gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Penyebab utama terjadinya pasang surut air laut karna diakibat oleh gaya
gravitasi bulan dan matahari. Bulan sebagai satelit bumi memiliki gaya gravitasi
yang besar dibandingkan dengan gaya gravitasi bumi, hal ini yang mempengaruhi
arah gegak air laut. Meskipun gaya gravitasi matahari juga mempengaruhi, namun
pengaruhnya tidak terlalu signifikan disbanding dengan gaya gravitasi bulan. Hal
ini diakibatkan karna jarak antar bulan dengan bumi lebih dekat dibandingkan
dengan jarak antara bumi dan matahari, yaitu sejauh 385.000 km sedangkan jarak
matahari ke bumi sejauh 150.000.000 km. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan
lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Ketika Bumi dipengaruhi oleh gaya
gravitasi maka air laut lebih mudah ditarik dibandingkan dengan daratan.
Sehingga air laut yang berada sejajar dengan garis gravitasi akan mengalami
pasang, sedangkan yang tidak dipengaruhi akan mengalami surut. Bumi berputar
pada porosnya sehingga lokasi pasang dan surut dalam satu hari berubah setiap
enam jam sekali.
Gambar 2.1 Pasang Surut Air Laut
Sumber:

Selama kurun waktu satu bulan air laut mengalami 2 jenis pasang, yaitu
Pasang purnama (Springtide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat
tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi
ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan
dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut
perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan ¾ revolusi bulan terhadap bumi.

Gambar 2.2 Posisi Bumi, Bulan dan Matahari Saat Terjadi Pasang Purnama
(Spring Tide) dan Pasang Perbani (Neap Tide)
Sumber:
2.2 Jenis-jenis Pasang Surut Air Laut

Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Disuatu daerah pada
dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut.Menurut Wyrtki
(1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide), dalam sehari terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut secara berurutan. Periode pasang surut rata-rata
12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat malaka sampai
laut andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), dalam satu hari terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.
Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat karimata.
3. Pasang surut campuran condong keharian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal), dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan
dua kali air surut, tetapi tinggi periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini
banyak terdapat perairan indonesia timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal), pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu
kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda. Pasang surut jenis in biasa terdapat di daerah selat kalimantan
dan pantai utara jawa barat.
Gambar 2.3 Jenis Pasang Surut Air Laut
Sumber:

2.3 Penyebab Pasang Surut Air Laut

Konsep dan teori mengenai pasang surut air laut yang telah dikemukakan
di atas, kita mengetahui bahwa terjadinya pasang surut air laut karena pengaruh
oleh gaya gravitasi serta gaya tarik menarik benda- benda langit. Namun, untuk
mengetahui lebih dalam mengenai penyebabnya, alangkah baiknya apabila kita
mengupasnya lebih dalam karena pada kenyataannya juga ada beberapa faktor
yang turut menyebabkan terjadinya pasang surut air laut ini. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pasang surut air laut antara lain sebagai berikut:

1. Menurut teori keseimbangan, pasang surut air laut dipengaruhi oleh:

a) Rotasi Bumi pada sumbunya

Rotasi Bumi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya


pasang surut air laut menurut teori keseimbangan. Rotasi bumi merupakan
peristiwa berputarnya bumi pada porosnya atau sumbunya. Ketika Bumi
berputar, maka waktu dimana posisi suatu wilayah laut menghadap bulan, dan
ada waktu dimana posisi menghadap matahari. Air laut akan bertemu dengan
bulan pada waktu malam hari. oleh karena sebelumnya sudah dikatakan
bahwasannya gaya tarik bulan lebih besar dua kali lipat daripada gaya tarik
matahari, maka tidak heran apabila banya air laut mengalami pasang ketika
malam hari.

b) Revolusi Bumi terhadap matahari

Menurut teori keseimbangan, faktor selanjutnya ynag mempengaruhi


terjadinya pasang surut air laut adalah adanya peristiwa revolusi bumi
terhadap bulan. Revolusi merupakan peristiwa berputarnya benda langit
mengelilingi benda langit lainnya yang menjadi pusatnya. Salah satu benda
yang melakukan revolusi adalah planet, termasuk bumi. Planet- planet
melakuka revolusi terhadap matahari yang merupakan pusat dari tata surya.
Dengan adanya revolusi ini maka kita bisa mempunyai tahun. Revolusi bumi
terhadap matahari menjadi salah satu faktor penyebab pasang surut air laut
karena ada masanya bumi dekat dengan matahari dan adakalanya bumi jauh
dari matahari. Hal ini salah satunya karena lintasan atau orbit bumi berbentuk
oval.

c) Revolusi bulan terhadap matahari

Masih soal revolusi. Jika sebelumnya adalah revolusi bumi terhadap


matahari, maka faktor penyebab pasang surut yang lainnya adalah revolusi
bulan terhadap matahari. Bulan yang merupakan satelit alam dari bumi,
ternyata mempunyai revolusi ganda, yakni dengan bumi dan juga dengan
matahari. Ketika mengalami revolusi bersama- sama dengan Bumi, maka ada
satu kemungkinan dimana matahari dan bulan berada dalam satu titik yang
berdekatan. Dengan demikian kekuatan gaya tarik keduanya akan bergabung
dan dapat menarik permukaan air laut daripada kondisi yang biasanya.

2. Menurut teori dinamis, pasang surut air laut dipengaruhi oleh:

a) Kedalaman dan luas perairan

Menurut teori dinamis yang merupakan lanjutan dari teori


keseimbangan, pasang surut air laut terjadinya karena dipengaruhi oleh
kedalaman dan juga luas perairan. Kedalaman satu wilayah laut dengan
lainnya mempunyai kedalaman dan juga luas yang berbeda- beda. Tidak
hanya itu saja, terkadang laut- laut tersebut mempunyai keadaan topografi
dasar laut yang berbeda- beda. Kedalaman dan juga luas air laut ini ternyata
cukup memberikan dampak yang mempengaruhi terjadinya pasang surut air
laut, dimana laut yang kedalamannya lebih dalam akan berbeda dengan laut
yang lebih dangkal. Juga laut yang ukurannya luas akan berbeda dengan laut
yang lebih sempit.

b) Pengaruh rotasi Bumi


Pada teori keseimbangan yang menyatakan bahwa terjadinya pasang
surut dipengruhi oleh rotasi Bumi. Rotasi bumi merupakan peristiwa
berputarnya bumi pada porosnya atau sumbunya. Ketika Bumi berputar, maka
waktu dimana posisi suatu wilayah laut menghadap bulan, dan ada waktu
dimana posisi menghadap matahari. Air laut akan bertemu dengan bulan pada
waktu malam hari. oleh karena sebelumnya sudah dikatakan bahwasannya
gaya tarik bulan lebih besar dua kali lipat daripada gaya tarik matahari, maka
tidak heran apabila banya air laut mengalami pasang ketika malam hari.

c) Gesekan dasar

Menurit teori dinamis, pasang surut air laut dipengaruhi oleh adanya
gesekan yang ada di dasar laut. Gesekan ini tentu saja terjadi pada lempang-
lempeng yang ada di samudera. Ketika lempeng- lempeng bumi bergesekan
antara satu dengan lainnya terjadang lempeng tersebut menimbulkan semacam
rongga yang dapat menyerap air laut. Ketika air laut ini terserap atau tersedot,
maka di permukaan akan tampak air tersebut surut. Sebaliknya apabila air
tersebut keluar lagi maka akan seperti disetakkan dan air tersebut akan
meninggi jika dilihat dari permukaan.

3. Topografi dasar laut

Faktor lainnya diluar kedua teori tentang pasang surut (yakni teori
keseimbangan dan teori dinamis) adalah topografi dasar laut. Topografi dasar laut
merupakan kedaan bentang alam yang ada di dasar suatu samudera atau lautan.
Keadaan bentang alam ini ternyata sangat mempengaruhi terjadinya pasang surut
air laut. Topografi yang rata, intensitas dan juga besarnya pasang surut tentu tidak
akan sama dengan laut yang topografinya beraneka ragam, seperti ada tonjolan
maupun ada cekungan.

4. Lebar selat

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut


adalah lebar selat. Selat merupakan perairan yang memisahkan dua pulau. Selat
biasanya berukuran lebih sempit daripada lautan karena diapit oleh dua pulau.
Dan lebar dari selat ini dipercaya memberikan pengaruh terhadap suatu laut dalam
mengalami peristiwa pasang surut.
5. Bentuk teluk

Selain lebar selat dan bentuk topografi dasar laut, faktor lainnya yang
dipercaya dapat mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut adalah bentuk
teluk. Teluk merupakan bagian dari daratan dimana air laut lebih menjorok ke
dalam daratan. sehingga apabila kita lihat, teluk ini seperti kue yang sudah digigit
dan ada bagian yang lebih menjorok ke daratan. bentuk dari teluk ternyata juga
mempengaruhi terjadinya pasang surut. Teluk yang berupa pantai landai akan
berbeda dengan teluk yang berupa tebing curang. Terlebih ketika pasang terjadi.
Pantai yang landai akan lebih terlihat pasang apabila dibadingkan dengan dinding
jurang yang curam karena ditahan oleh dinding jurang tersebut.

Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pasang surut air


laut, menurut pandangan teori keseimbangan, teori dinamis maupun faktor- faktor
di luar teori teori- teori tersebut.

2.4 Akibat Pasang Surut Air Luat

2.5 Manfaat Pasang Surut Air Laut

2.6 Alat-Alat Pengukuran Pasang Surut Air Laut dan Metode


Pengukurannya
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gelombang pasang surut air laut disebabkan oleh beberapa faktor.


Menurut teori keseimbangan gaya pembangkit pasang surut terjadi karena
pemisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2, yaitu sistem
bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Sedangkan menurut teori dinamik gaya
pembangkit pasang surut menghasilkan gelombang pasang surut (tide wive) yang
periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut. Selain itu, faktor
faktor lokal seperti bentuk dasar lautan dan massa daratan di sekitarnya
kemungkinan menghalangi aliran air yang dapat berakibat luas terhadap sifat-sifat
pasang.

Tenaga pembentuk pasang surut juga berasal dari bulan, bumi, dan
matahari yang menarik airlaut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Priyana, 1994).

Anda mungkin juga menyukai