Disusun oleh:
Kelompok 6
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Makalah tentang Pasang Surut Air Laut ini merupakan pemantapan dari
dasar teori yang telah didapatkan pada mata kuliah Rekayasa Pantai, dan mata
kuliah lainnya yang ada hubunganya dengan ini.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Rekayasa
Pantai, Bapak Rinaldi ST., MT yang telah memberikan bimbinganya atas
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Air laut adalah zat cair yang mudah berubah bentuk ketika dikenai gaya.
Bentuk permukaan laut bisa berbeda akibat dikenai gaya gravitasi bulan ditempat
yang berbeda pada laut yang berbeda. Hal ini mengakibatkan adanya permuakaan
laut yang naik (pasang) dan adanya permukaan laut yang turun (surut). Karena
bumi berotasi, maka dalam satu hari suatu tempat mengalami dua kali pasang dan
dua kali surut.
Fenomena pasang surut air laut semestinya bukanlah hal yang asing bagi
masyarakat Indonesia, terutama yang bermukim di daerah pantai atau bagi mereka
yang hobi memancing. Namun ternyata, dari segi istilah dan pemahaman,
peristiwa pasang dan surut tersebut rupanya cukup banyak distorsi dan juga
kekeliruan. Dari segi istilah dalam bahasa Inggris, peristiwa naik/turunnya air laut
akibat pengaruh Bulan dan Matahari disebut “tide“. Naiknya air laut disebut “high
tide“, sedangkan penurunannya disebut “low tide“. Di Indonesia, umumnya
mereka yang berkecimpung di bidang kelautan menggunakan istilah “pasang
surut” untuk peristiwa kenaikan dan penurunan air laut. Istilah ini sering juga
disingkat menjadi “pasut”. Kenaikan air laut disebut “pasang”, sedangkan
penurunannya disebut “surut”.
Selama kurun waktu satu bulan air laut mengalami 2 jenis pasang, yaitu
Pasang purnama (Springtide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat
tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi
ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan
dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut
perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan ¾ revolusi bulan terhadap bumi.
Gambar 2.2 Posisi Bumi, Bulan dan Matahari Saat Terjadi Pasang Purnama
(Spring Tide) dan Pasang Perbani (Neap Tide)
Sumber:
2.2 Jenis-jenis Pasang Surut Air Laut
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Disuatu daerah pada
dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut.Menurut Wyrtki
(1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide), dalam sehari terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut secara berurutan. Periode pasang surut rata-rata
12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat malaka sampai
laut andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), dalam satu hari terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.
Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat karimata.
3. Pasang surut campuran condong keharian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal), dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan
dua kali air surut, tetapi tinggi periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini
banyak terdapat perairan indonesia timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal), pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu
kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda. Pasang surut jenis in biasa terdapat di daerah selat kalimantan
dan pantai utara jawa barat.
Gambar 2.3 Jenis Pasang Surut Air Laut
Sumber:
Konsep dan teori mengenai pasang surut air laut yang telah dikemukakan
di atas, kita mengetahui bahwa terjadinya pasang surut air laut karena pengaruh
oleh gaya gravitasi serta gaya tarik menarik benda- benda langit. Namun, untuk
mengetahui lebih dalam mengenai penyebabnya, alangkah baiknya apabila kita
mengupasnya lebih dalam karena pada kenyataannya juga ada beberapa faktor
yang turut menyebabkan terjadinya pasang surut air laut ini. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pasang surut air laut antara lain sebagai berikut:
c) Gesekan dasar
Menurit teori dinamis, pasang surut air laut dipengaruhi oleh adanya
gesekan yang ada di dasar laut. Gesekan ini tentu saja terjadi pada lempang-
lempeng yang ada di samudera. Ketika lempeng- lempeng bumi bergesekan
antara satu dengan lainnya terjadang lempeng tersebut menimbulkan semacam
rongga yang dapat menyerap air laut. Ketika air laut ini terserap atau tersedot,
maka di permukaan akan tampak air tersebut surut. Sebaliknya apabila air
tersebut keluar lagi maka akan seperti disetakkan dan air tersebut akan
meninggi jika dilihat dari permukaan.
Faktor lainnya diluar kedua teori tentang pasang surut (yakni teori
keseimbangan dan teori dinamis) adalah topografi dasar laut. Topografi dasar laut
merupakan kedaan bentang alam yang ada di dasar suatu samudera atau lautan.
Keadaan bentang alam ini ternyata sangat mempengaruhi terjadinya pasang surut
air laut. Topografi yang rata, intensitas dan juga besarnya pasang surut tentu tidak
akan sama dengan laut yang topografinya beraneka ragam, seperti ada tonjolan
maupun ada cekungan.
4. Lebar selat
Selain lebar selat dan bentuk topografi dasar laut, faktor lainnya yang
dipercaya dapat mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut adalah bentuk
teluk. Teluk merupakan bagian dari daratan dimana air laut lebih menjorok ke
dalam daratan. sehingga apabila kita lihat, teluk ini seperti kue yang sudah digigit
dan ada bagian yang lebih menjorok ke daratan. bentuk dari teluk ternyata juga
mempengaruhi terjadinya pasang surut. Teluk yang berupa pantai landai akan
berbeda dengan teluk yang berupa tebing curang. Terlebih ketika pasang terjadi.
Pantai yang landai akan lebih terlihat pasang apabila dibadingkan dengan dinding
jurang yang curam karena ditahan oleh dinding jurang tersebut.
3.1 Kesimpulan
Tenaga pembentuk pasang surut juga berasal dari bulan, bumi, dan
matahari yang menarik airlaut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Priyana, 1994).