Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Tambak Udang
Udang merupakan komoditas unggulan bidang budidaya perikanan yang prospeknya
cerah. Komoditas udang yang diekspor yakni udang beku, udang segar dan udang
olahan. Ada berbagai jenis udang air tawar, air payau, dan juga air laut yang mulai dapat
dibudidayakan dan berhasil. Lokasi budidaya udang sendiri secara umum sekarang ini
sudah tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Indonesia termasuk sebagai negara produsen udang tertinggi di dunia. Komoditas
udang Indonesia bersaing adalah India, Vietnam, Ekuador, Tiongkok, Thailand, dan
Argentina. Pangsa pasar utama ekspor udang menyasar Jepang, Amerika Serikat, dan
negara-negara di kawasan Eropa.
Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor udang Indonesia
mencapai 136,3 ribu ton dengan nilai US$1,13 miliar sepanjang Januari hingga Agustus
2016. Volume ekspor udang naik 6,84%, sedangkan nilai ekspor udang naik 3,75%.
1.1.1 Jenis Udang

Berikut adalah beberapa jenis udang yang berhasil dibudidayakan dan juga memiliki
nilai ekonomi yang cukup tinggi.
1. Udang Putih
Udang putih ini memiliki karakteristik kulit tipis dan licin, warnanya putih kekuningan
dengan bintik hijau dan ada juga yang berwarna kuning kemerahan.
2. Udang Windu
Udang ini kulitnya tebal dan juga keras, memiliki warna hijau kebiruan dengan garis
melintang yang lebih gelap, namun ada juga yang berwarna kemerah-merahan dengan
garis melintang coklat kemerahan.
3. Udang Vannamei
Udang vannamei adalah jenis udang yang dikenal sebagai udang yang dapat
dibudidayakan denga tingkat ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama penyakit.
4. Udang rostris
Udang rostris memiliki tubuh berwarna biru, mempunyai rostrum bergigi 7 di bagian
dorsal dan 1 gigi lunak di bagian ventral, duri kecil ditemukan pada tepi posterior
segmen abdomen kelima.
5. Udang Barong
Udang ini ukurannya ada yang besar dan kulitnya keras. Pada udang barong, warnanya
bermacam-macam, ada yang hijau, coklat, coklat kemerahan dan hitam kebiruan,
biasanya berbintik-bintik putih, merah atau coklat.
6. Udang Galah
Udang ini adalah udang air tawar, memiliki panjang maksimal tubug hingga 30 cm,
warnaynya bermacam-macam, ada yang hijau kebiruan, hijau kecoklatan, kuning
kecoklatan dan berbercak seperti udang windu tetapi bentuknya lebih bulat.
7. Lobster Air Tawar
Lobster air tawar memiliki ciri- ciri morfologi tubuh terbagi dalama 2 bagian, yakni
kepala dan badan. Cangkang yang menutupi kepala disebut karapak yang berperan
dalam melindungi organ tubuh, seperti otak, insang, hati, dan lambung.
1.1.2 Teknis Budidaya
Hal yang perlu diperhatikan untuk budidaya tambak udang, antara lain :
1. Syarat Teknis
 Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai

tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu
menahan air dan tidak mudah pecah.
 Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 –
300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.
 Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
 Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan
lain-lain.
 Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai
generator sendiri.
2. Tipe Budidaya
Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya adalah sebagai
berikut :
 Tambak Ekstensif atau tradisional.
Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa
bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan
obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
 Tambak Semi Intensif.
Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih
berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah,
penggunaan pakan buatan masih sedikit.
 Tambak Intensif.
Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran
petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang,
padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.
3. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :
 Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang
berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati.
Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan
udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis
menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
 Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak
atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang
terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit
panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
 Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh
bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis
masing-masing 1 ton/ha.
 Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan
pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
 Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara). Untuk mengembalikan
kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan
menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis
5 botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10
botol TON untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan
sejumlah TON ke dalam air, kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara
merata ke seluruh areal lahan tambak.

4. Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama
setinggi 10 -25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit –
bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu, air dimasukkan
hingga minimal 80 cm. Perlakuan saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan
yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air
kapur dengan dolomit atau zeolit dengan dosis 600kg/ha.
1.1.3 Pakan
Pakan berperan sangat besar dalam mencapai keberhasilan budidaya
udang. Biaya pakan mencapai lebih dari 50% dari biaya total (Hasan et al .,
2012) sehingga perlu adanya manajemen pemberian pakan yang baik untuk
mendukung keberhasilan budidaya. Tingkat pemberian pakan dalam
budidaya perairan terdiri dari 3 tipe yaitu under feeding, optimum feeding,
dan over feeding. Pemberian pakan yang under feeding akan menyebabkan
pertumbuhan lambat, nilai konversi pakan tinggi tetapi tidak mengalami
penurunan kualitas air. Pemberian pakan secara over feeding menyebabkan
pertumbuhan cepat pada awal budidaya, penurunan kualitas air, nilai
konversi pakan tinggi, dan sering diikuti infeksi penyakit. Manajemen
pemberian pakan yang optimum akan meningkatkan pertumbuhan, kualitas
air terjaga, dan efisiensi pakan (Davis et al . , 2 0 0 6 ) .
Pengetahuan tentang kebiasaan makan (feeding habit) sangat
mendukung keberhasilan budidaya udang. Udang bersifat nocturnal (aktif makan
pada malam hari), continuous feeder (makan sedikit demi sedikit tetapi secara terus
menerus), karnivor bagi udang windu danomnivira bagi udang vaname,
udang Putih (L. vannamei) digolongkan kedalam hewan pemakan segala macam
bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus. Kebutuhan protein bagi udang
windu sekitar 40% sedangkan udang vaname 30-35%.
Metode pemberian pakan dalam budidaya udang ada dua macam, yaitu
blind feeding dan demand feeding. Metode blind feeding dilakukan pada bulan pertama,
pakandiberikan berdasarkan jumlah tebar misalnya 1 kg pakan per 100.000 benur pada
hari pertama. Pada metode ini belum ada cek pakan melalui anco. Pakan
diberikan semuaberdasarkan program yang telah disusun meskipun terdapat sisa pakan
di anco. Pada penyusunan program blind feeding ditentukan asumsi-asumsi seperti :
populasi udang awal penebaran, target pertumbuhan dan populasi atau tingkat
kelulushidupan atau survival rate (SR) pada umur 30 hari. Pada program blind feeding
yang disusun ini ditentukan : padat penebaran 100.000 ekor perkolam, target
pertumbuhan 3,5 gram, dan tingkat lulushidupan pada umur 30 hari 95%. Jika pada
umur 30 hari berat udang tidak mencapai target maka dilakukan evaluasi pakan yang
diberikan berdasarkan kondisi pakan di anco.
Metode demand feeding dilakukan mulai bulan ke 2 atau setelah melakukan
sampling berat udang yang pertama sampai panen. Pada metode ini sudah dilakukan
pengecekan melalui anco, jika pakan di anco habis maka ditambah, jika sisa, dikurangi.
Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton,
siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan
yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pakan udang
memiliki kriteria tertentu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik udang. Kriteria
pakan udang yang baik, yaitu :

1. Syarat fisik , pakan udang memiliki syarat fisik tertentu antara lain :
- Seragam
- Tidak berdebu
- Tidak mengapung
- Tidak berjamur
- Aroma baik, tidak apek
- Kering (kadar air maks 10%)
2. Stabilitas dalam air
- Tahan dalam air 2-3 jam
- Stabilitas rendah : pakan boros, limbah organik
- Stabilitas tinggi : sulit dicerna
- Stabilitas tergantung binder atau perekat yang digunakan
3. Daya rangsang (attractability)
- Daya rangsang kuat, pakan cepat dikonsumsi.
1.1.4 Proses Penyediaan Benih
Benur merupakan sebutan untuk benih udang, baik itu udang vannamei, windu
(tiger prawn), margeunsis (jerbung), dan lain-lainnya. Benur yang baik mempunyai
tingkat kehidupan (Survival Rate) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif
bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap.
Berdasarkan asal perolehannya, benur dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu
benur alam dan benur dari panti benih (hatchery).
1. Benur alam
Secara alamiah, benur banyak terdapat di panti – pantai wilayah estuary (berair
payau) berkedalaman dangkal. Benur alam ini merupakan anakan uudang windu
bercampur dengan jenis udang – udang laut lain (udang putih, udang api – api, dan
sebagainya). Musim benur di pantai bersamaan dengan musim nener (benih ikan
bandeng), yaitu pada awal musim hujan dan awal musim kemarau.
Menurut penelitian Balai Budi Daya Air Payau Jepara (1983), pada umumnya
di Indonesia benur alam yang tertangkap terdiri atas 80 – 96% benih udang putih.
Perolehan benur windu hanya 4-6%, sedangkan sisanya berupa jenis – jenis udang
lain yang kurang ekonomis. Petani tambak hanya menyukai udang windu untuk
dipelihara di tambak. Oleh karena itu, para nelayan pemungut benur di alam hanya
mengumpulkan benur windu saja.
2. Benur dari panti benih
Sejak dikembangkan intensifikasi tambak udang, kebutuhan benur untuk tambak
tidak lagi dapat tercukupi dari hasil pnangkapan di alam. Jika diperhitungkan, rata
– rata untuk memproduksi udang konsumsi sebanyak 1 ton di tambak memerlukan
benur sebanyak 50.000 ekor. Pada pengembangan tambak intensif di Indonesia
dapat ditargetkan produksi udang panen 7 – 8 ton/ha/musim. Artinya, diperlukan
benur sebanyak 350.000 – 400.000 ekor/ha/musim. Potensi benur alam di seluruh
Indonesia diperhitungkan mencapai 0,8 milyar per tahun. Untuk memenuhi
kebutuhan, kekurangan benur harus dapat diproduksi dari panti – panti pembenihan
(hatchery).

Pengangkutan benur sebaiknya dilakukan pada malam hari ketika udara teduh.
Keberangkatan harus dijadwal agar benur sampai di tempat tujuan, yaitu lokasi tambak
pada pagi atau sore hari. Maksudnya, supaya benur ditebarkan ke dalam tambak dalam
suasana yang masih teduh untuk menghindari stress.

1.1.5 Proses Pembesaran


Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan
waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas
sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan
pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian
air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi
air yang drastis. Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi
perlakuan TON dengan dosis 1 – 2 botol /ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan
plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan
udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah
mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap
7-10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa
pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur zeolit
setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau
penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.
Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas
air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek
(ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air
dan perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang
semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin
menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau
makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya
kanibalisme.
1.1.6 Proses Pengendalian Hama dan Penyakit
Keberhasilan budidaya udang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
tingkat kesehatan udang. Beberapa kasus menunjukkan bahwa penyakit menjadi
penyebab penyebab utama kegagalan budidaya udang. Penyakit telah menyerang udang
di Indonesia dan menyebabkan kerugian yang besar secara ekonomi antara lain white
spot syndrome virus (WSSV), infectious myonecrosis virus (IMNV), maupun taura
syndrome virus (TSV). Salah satu penyebab utama merebaknya penyakit tersebut
adalah terjadinya degrades lingkungan kolam.

Penyakit pada udang akan muncul jika terjadi interaksi antara kondisi
lingkungan yang jelek, keberadaan patogen, dan kondisi ikan lemah. (Anderson, 1974).
Penyakit pada udang menjadi masalah yang serius karena udang tidak mampu
menerima kekebalan spesifik (specific immunity) misalnya pemberian vaksin
tertentu. Dalam budidaya udang yang paling utama dalam menanggulangi penyakit
adalah peningkatan imunitas nonspesifik dan manajemen lingkungan tambak yang
baik.

1.1.7 Proses Pemanenan


Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan
karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada
umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 – 50. Sedang panen
emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas
(misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan
habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran
besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar.
Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik
dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar
udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat
menjadi merah/rusak.
1.2 Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana
strategi yang diarahkan kepada usaha pemuasan kebutuhan serta keinginan pembeli atau
konsumen, guna mendapatkan strategi pemasaran yang menghasilkan laba atau
keuntungan. Pemasaran juga merupakan salah satu sumber pendapatan seseorang atau
suatu perusahaan yang melakukan transaksi jual dan beli.
Saat ini ada satu strategi pemasaran yang sedang gencar dilakukan oleh banyak
orang, yaitu berpromosi online melalui website maupun social media. Dimana akan
menguntungkan karena mampu mempromosikan website sekaligus mempromosikan
usaha penjualan udang. Website tersebut akan berisi produk, harga, layanan, alamat,
testimoni, dan lain sebagainya. Selain itu, website akan mendukung bisnis Penjualan
Udang jika diintegrasikan antara promosi offline dan online.
1.3 Pengolahan Hasil Perikanan
Kebanyakan udang yang dipasarkan masih berbentuk udang asli. Padahal, apabila
diolah menjadi produk olahan dengan bentuk yang baru dapat meningkatkan nilai jualnya.
Beberapa bentuk produk olahan udang yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Udang Beku
Jenis produk olahan udang ini sebenarnya masih termasuk ke dalam kategori
standar pemasaran udang. Untuk meningkatkan harga jualnya, sebaiknya udang terlebih
dahulu dikuliti hingga bersih kemudian dilakukan proses pembekuan.
2. Udang Headless
Udang headless ialah keadaan dimana udang dipasarkan dengan kondisi yang sudah
dibuang kepalanya. Selain menjadi lebih hemat tempat, udang tanpa kepala juga lebih
mudah untuk diolah menjadi makanan.
3. Udang Peeled
Udang jenis ini adalah udang yang sudah dibekukan dengan keadaan yang melewati proses
pengulitan dan dihilangkan kepalanya. Udang peeled ini juga dibagi menjadi beberapa
jenis.
 Peeled Tail On, yaitu udang yang sudah dihilangkan kepalanya serta dibuang kulitnya,
namun kulit yang dihilangkan hanya ruas pertama hingga ruas terakhir, dan kulit yang
menutupi bagian ekor dibiarkan tetap ada.
 Peel Deveined Tail On, hampir sama dengan produk sebelumnya, yang membedakan
adalah udang telah dibersihkan kotorannya dengan cara membuangnya melalui
punggung udang.
 Peel and Deveined, jenis udang yang sudah dikuliti hingga bagian ekornya serta
dibersihkan kotorannya, sehingga udang jenis ini terkesan sebagai udang yang paling
bersih untuk dipasarkan.
 Peeled Undeveined, udang sudah dibersihkan kulitnya hingga bagian ekornya serta
dibuang kepalanya, namun kotoran belum dibersihkan.
4. Udang Beku Kering
Udang kering biasanya digunakan untuk membuat tempura cooked atau tempura
uncooked. Bahkan, saat ini mulai dikembangkan untuk membuat produk sushi. Hal ini
tentu menjadi suatu peluang untuk udang Indonesia bisa menguasai pasar Jepang.

http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknis-budidaya-perikanan/panduan-cara-
budidaya-udang/
https://www.academia.edu/38860638/BUDIDAYA_UDANG
https://infishta.com/blogs/jenis-udang-budidaya-yang-potensial
https://www.isw.co.id/single-post/2017/02/04/3-Jenis-Udang-Komoditas-Ekspor-Terunggul-
Indonesia
http://trobosaqua.com/detail-berita/2019/04/15/12/11473/mengukur-kualitas-benur
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=HRRyVAhNwNsC&oi=fnd&pg=PA3&dq=apa
+itu+benur+udang&ots=ARVkeDBz_i&sig=WavDqLq-
KGXnqsHARrzBLOLsfOw&redir_esc=y#v=onepage&q=apa%20itu%20benur%20udang&f=fal
se
http://www.beresweb.com/50-cara-promosi-bisnis-penjualan-udang-dan-strategi-pemasarannya/
https://www.isw.co.id/single-post/2019/04/29/4-Produk-Olahan-Udang-yang-Bernilai-Jual-
Tinggi

Anda mungkin juga menyukai