MATA KULIAH:
REKAYASA TAMBAK
DOSEN PENGAMPU:
MUDJIATKO, ST., MT
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB III
PEMBAHASAN
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos
Ikan Bandeng secara morfologi dicirikan dengan bentuk memanjang
berbentuk seperti torpedo. Sirip ekornya bercabang (forked), pada bagian
tubuhnya tersusun sisik-sisik kecil yang teratur membentuk cycloid.
Tubuhnya berwarna putih keperakan terutama pada bagian perut (ventral),
sedangkan pada bagian punggung (dorsal) warnanya biru kehitaman. Garis
linea lateralis jelas terlihat memanjang dari bagian belakang tutup insang
sampai ke pangkal ekor. Ikan bandeng dewasa dapat mencapai bobot 4-14 kg
dengan panjang 50 -150 cm (Ibnu, 2010).
Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan memanjang, padat,
kepalatanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata diselaputi oleh
selaput bening (subcutaneus). Sirip punggung terletak jauh di belakang tutup
insang dan dengan rumus jari-jari D. 14-16; sirip dada (pectoral fin)
mempunyai rumus jari-jari P. 16-17; sirip perut (ventrial fin) mempunyai
rumus jari-jari V. 11-12; sirip anus (anal fin) terletak jauh di belakang sirip
punggung dekat dengan anus dengan rumus jari-jari A. 10-11; sirip ekor
(caudal fin) berlekuk simetris dengan rumus jari-jari C. 19 . Ikan Bandeng
(Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh hingga mencapai 1,8 m, anak ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsk) yang biasa disebut nener yang biasa
ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1-3 cm, sedangkan gelondongan
berukuran 5-8 cm (Asriani, 2011).
Ikan bandeng memiliki ciri-ciri sebagai berikut, pada bagian tengah
tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor.
Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip
anus menghadap ke belakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil
dan tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris.
1. Penambahan Suplemen
Makanan tambahan (suplemen) yang lebih dikenal dengan istilah
probiotik berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh
menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui
penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Pemberian suplemen atau feed
additive ke dalam pakan ikan sebagai mediumnya mempunyai manfaat, antara
lain : meningkatkan dan menyehatkan fungsi pencernaan sehingga
penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat meningkatkan immunitas ikan
terhadap pathogen, mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan nafsu
makan ikan. Suplemen yang digunakan selama pemeliharaan yaitu suplemen
yang mengandung mikrobia pencernaan, herba obat terpilih, nutrisi esensial,
vitamin, dan mineral yang berfungsi dalam mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan ikan. Prinsip kerjanya sendiri adalah pemanfaatan kemampuan
mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang
karbohidrat, protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan.
2. Jenis Pakan
Pakan buatan yang diberikan adalah jenis pakan pellet terapung.
Ukuran diameter pelletnya 3,3 mm. Komposisi nutrisi pakannya ialah sebagai
berikut: protein 19 – 22 % ; kadar air (max) 10 % ; lemak (min) 5 % ; serat
kasar (max) 8 % dan kadar abu (max) 15 %. Bentuk pellet yang mudah
hancur, tidak cepat tenggelam, mempunyai aroma yang merangsang nafsu
makan dan tidak berbau tengik merupakan ciri pakan yang disukai ikan.
Pemberian pakan pellet disebar pada satu tempat untuk mempermudah dalam
pengontrollan pakannya. Selanjutnya ikan akan memakan makanannya
melalui proses metabolisme dan dicerna. Semua pakan yang dicerna akan
diserap oleh tubuh. Pemberian pakan yang tidak tepat baik dari kualitas dan
kuantitasnya akan menumpuk di dasar tambak. Hal ini akan mengakibatkan
pembusukan bahan organik di dasar tambak dan akibatnya tambak tercemar,
sampai pada batas waktu tertentu daya dukung tambak semakin berkurang,
pada akhirnya mengakibatkan timbulnya gas beracun dan ini akan memicu
terganggunya kehidupan ikan bahkan dapat mengakibatkan kematian massal.
3. Frekuensi Pakan
Pemberian pakan sebanyak 5 % diberikan pada 2 minggu pertama
sedangkan untuk 6 minggu berikutnya pakan yang diberikan sebanyak 3 %
dari biomassa ikan, penentuan jumlah pakan ini juga selalu diikuti dengan
monitoring biomassa ikan setiap satu minggu sekali. Frekuensi pemberian
pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pagi hari pukul 08.00, siang pukul 12.00
dan sore pukul 16.00 WIB. Aktivitas pemberian pakan semuanya dilakukan
pada siang hari, seperti yang dianjurkan oleh Ditjenkan (1993), dalam
pendapatnya bahwa gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang
hari daripada malam hari. Pakan membutuhkan waktu 27 – 50 menit untuk
melewati usus pada stadium gelondongan 60 g.
4. Konversi Pakan
Selama kegiatan pembesaran bandeng, nilai konversi yang didapat
pada bandeng dengan perlakuan penambahan suplemen dan probiotik, yaitu
0,89 dengan jumlah total pakan yang digunakan sebanyak 2.238,4 kg.
Sedangkan pada bandeng tanpa perlakuan jumlah total penggunaan pakannya
sebanyak 1.379,84 kg dengan nilai konversi pakan sebesar 1,15. Salah satu
faktor pendukung kecilnya nilai konversi pakan yang dihasilkan oleh bandeng
dengan perlakuan dikarenakan bandeng yang mendapat tambahan suplemen,
fungsi pencernaannya lebih mampu menyerap nutrisi pakan secara maksimal
sehingga pakannya menjadi lebih efisien walaupun jumlah pakan hariannya
semakin besar. Semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya semakin
kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin besar.
4. Persiapan Budidaya
a. Penyiapan Tambak
Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011) dalam
penyiapan tambak perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut yaitu:
3. Penyediaan Benih
Menurut WWF-Indonesia (2014) dalam penyediaan benih ikan
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemilihan Kriteria Nener yang Baik
Ukuran seragam (minimal 95%) dan tidak cacat. Gerakannya lincah.
Jika air diputar dalam bak, nener bergerak melawan arus. Warna tubuh
transparan dan isi perut terlihat penuh. Responsif terhadap pakan yang
diberikan. Umur minimal 18 hari dengan panjang tubuh 1,6 cm. Sediakan
nener yang unggul dan bebas penyakit, berasal dari hatchery atau pembenihan
yang sudah bersertifikat CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik). Hindari
sumber bibit yang tidak jelas sumber dan kualitasnya.
b. Transportasi Nener
Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari,
agar nener tidak stress akibat dari perbedaan suhu. Memastikan jumlah nener
sesuai dengan ukuran kantong plastik dan kandungan oksigen, untuk
menghindari nener mengalami stress dalam pengangkutan. Bila perjalanan
ditempuh lebih dari 3 jam, turunkan suhu air dalam kantong menjadi sekitar
24 C agar nener tidak aktif. Kepadatan nener dalam kemasan disesuaikan
dengan waktu tempuh: sebagai gambaran kepadatan nener dalam satu kantong
sebanyak 2.500 ekor untuk waktu tempuh 24 jam dengan volume air 2-3 liter
dan 2/3 oksigen dari volume kantong, sedangkan untuk ukuran gelondongan
(5 – 7 cm) kepadatan 500 ekor perkantong (volume air 2-3 liter, 2/3 oksigen).
Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk
menghidari stress akibat dari perbedaan suhu.
c. Ukuran Nener
1. Ukuran 2 - 3 cm :1000 ekor perkantong (gelondongan
semarangan)
2. Ukuran 5 - 7 cm : 500 ekor per kantong (gelondongan kasaran)
3. Ukuran 8 - 10 cm : 200 ekor per kantong (gelondongan semi)
4. Ukuran 10 - 12 cm : 50 ekor per kantong (gelondongan supersemi)
5. Ukuran 13 - 15 cm : 50 ekor perkantong (gelondongan
balian/bandeng umpan)
4. Proses Pembesaran
Proses pembesaran dilakukan setelah nener mencapai ukuran
gelondongan, serta pakan alami sudah tumbuh di tambak. Lakukan penebaran
dengan kepadatan sekitar 7.500 – 10.000 untuk gelondongan 10 cm, dengan
target panen lebih 1 ton/ha. Dimana biasanya target 1 hektar menghasilkan 1
ton bandeng, dengan daya hidup 90% dan berat 200 gram/ekor. Produksi
dapat mencapai 1,5 ton apabila pakan alami tersedia dengan lama
pemeliharaan 5 – 6 bulan. Tebarlah benih bandeng gelondongan yang
memiliki ukuran seragam. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore
hari. Umumnya dilakukan selama 15 - 60 hari. Lakukan penggelondongan
pada nener sebelum ditebar pada petak pembesaran. Apabila pakan alami
sudah terlihat menipis, segera lakukan pemupukan susulan, dengan dosis 30%
dari dosis awal. Sebelum pemupukan susulan dilakukan, ketinggian air
tambak ditambah dan dipertahankan ketinggiannya. Kemudian dilakukan
pemupukan dengan pupuk anorganik sebanyak 10% dari pupuk awal. Untuk
menghindari timbulnya amoniak, lakukan pemupukan susulan dengan
melarutkan lebih dahulu, kemudian ditebar ke permukaan air. Pupuk susulan
dapat dilakukan pula dengan cara menempatkannya dalam kantong yang
berpori (karung) kemudian diapungkan pada kolom air. Jika kondisi perairan
tambak baik dan pakan alami cukup, maka dengan pemeliharaan selama 3 - 4
bulan di petak pembesaran, maka ikan bandeng dapat mencapai ukuran 300 -
350 g/ekor (3 ekor/kg). Lakukan pencatatan pengukuran pertumbuhan ikan
setiap 2 minggu pada petak pembesaran.
5. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut WWF-Indonesia (2011) Jenis Hama dan Penyakit serta
pengendalian nya adalah sebagai berikut:
1. Hama Pengganggu yaitu kepiting (ketam), udang tanah, tritip dan tiram
Akibat dari membuat pematang tambak bocor atau menempel di pintu-
pintu air. Cara penanggulangnya adalah ditanggulangi sejak persiapan
tambak, menggunakan saringan pada inlet (pintu masuk air), jenis
pemberantasan hama dari racun nabati, biji teh/saponin = 150 – 200 kg/ha.
6. Proses Pemanenan
Secara umum pemanenan ikan hasil pembesaran sama seperti
pemanenan lainnya yang dilakukan setelah bobot ikan memenuhi permintaan
pasar. Panen dapat dilakukan secara selektif maupun total. Pemanenan
selektif artinya, pemanenan hanya dilakukan untuk individu ikan yang telah
mencapai bobot sesuai dengan permintaan pasar. Caranya tambak dikeringkan
terlebih dahulu kemudian untuk menangkap ikan digunakan jaring arad dan
jaring insang. Panen selektif juga dimaksudkan agar ikan yang masih kecil
dapat dipelihara kembali dan kesempatannya untuk tumbuh lebih cepat karena
pesaingnya berkurang. Benih yang ditebar di petak pembesaran sebaiknya
menggunakan gelondongan muda karena benih tersebut mudah beradaptasi
dengan lingkungan tambak. Sehingga tingkat kelangsungan hidup (survival
rate) yang dihasilkan dapat mencapai 80 – 90 % dengan kualitas air yang
optimal (Pusluh, 2012).
Panen dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan pencapaian ukuran
ikan yang dipelihara yaitu 300 – 350 gram/ekor. Panen ikan bandeng pada
sistem tradisional yaitu sekitar 4 bulan masa pemeliharaan di petak
pembesaran. Dengan demikian panen bandeng dapat dilakukan secara
bertahap (panen selektif). Panen untuk kepentingan umpan, dapat dilakukan
setelah ikan bandeng berukuran 10 – 15 cm per ekor yang biasanya dapat
dicapai selama 2 – 3 bulan masa pemeliharaan. Caranya adalah panen
sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat usus kosong dan menghindari
kerusakan organ pencernaan. Air tidak dikurangi dan menggunakan waring
untuk menghindari sisik lepas. Bandeng diserok secara total menggunakan
krikip kemudian dipindahkan ke terpal (hapa) menggunakan keranjang
(WWF-I, 2014)
Pasca panen yaitu setelah panen dengan menggunakan jaring dan
dimasukkan kedalam blung dan apabila bandeng dipanen pada pada siang
maupun sore hari maka bandeng akan diawetkan dengan menggunakan es
balok dan dijual pada malam hari ataupun pada dini hari dan apabila
panennya pada malam hari atau pada dini hari maka ikan bandeng akan bisa
langsung dijual. Cara penjualan ikan bandeng ini bisa berbagai macam bisa
dijual langsung kepasar ataupun dengan memanggil bakul ikan maka ikan
tersebut akan diambil oleh bakul ikan dan upah penjualan itu biasanya dengan
menggunakan komisi (Romadon dan Endah, 2011).