Anda di halaman 1dari 26

Tugas Kelompok

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

TENTANG

“HIDROSFER”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : 3

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 1. Jusmina (G2J122017)


2. Sutra Nirmala (G2J122019)
3. Dian Desrivita Sandy (G2J122020)
4. Anna Puteri Panginan (G2J122021)

KONSENTRASI PENDIDIKAN IPA SMP

PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas limpahan
rahmat,karunia, dan hidayah-Nya,sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
untuk mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dengan judul “Hidrosfer”.

Penulis menyadari akan kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun
susunannya.

Penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan


kontribusinya dalam membantu menyelesaikan makalah ini, karena tanpa bantuannya,
mungkin makalah ini tidak akan selesai tepat waktu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terkhusus bagi penulis.

Kendari, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hidrosfer .......................................................................................3

2.2. Siklus Hidrologi .............................................................................................3

2.3. Perairan Darat..................................................................................................9

2.4. Perairan Laut ..................................................................................................19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................25

3.2 Saran.....................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup merupakan salah satu planet di
tata surya. Keistimewaan bumi dibanding planet-planet lain di tata surya adalah
mampu menyokong kehdupan yang beraneka ragam. Keistimewaan tersebut
diantaranya adalah suhu yang optimal, kadar oksigen yang baik, serta yang
tidak kalah penting adalah terdapatnya air di bumi sebagai sumber kehidupan.
Bumi menjadi istimewa karena sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air,
baik air di darat maupun di laut.
Seperti kita ketahui bahwa sekitar 70,8 % bumi kita ini terdiri dari air,
dimana air adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup dan
29, 2% daratan. Prosentase air di bumi paling banyak berada di lautan yakni
sekitar 97,2%; kemudian dalam bentuk es sekitar 1,75%; berada di daratan sebagai
air sungai, air danau, air tanah sekitar 0,62%; dan hanya 0,001% dalam bentuk uap
di udara.
Air di bumi mengulangi terus menerus sirkulasi: penguapan, presipitasi, dan
keluar dari tanah. Sirkulasi ini sering disebut dengan siklus hidrologi. Air berubah
dalam tiga wujud menurut waktu dan tempat, yakni dalam bentuk padat, air
sebagai cairan, air sebagai uap seperti gas. Pemanasan air samudera oleh sinar
matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara
kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan,
salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali
ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara
kontinu dalam tiga cara yang berbeda: Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus
hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari laut. Jika dibandingkan dengan
luas daerah keseluruhan, perairan Indonesia 62,9 % dan daratan 37,1 %. Di Indonesia
terdapat perairan laut dan berbagai macam perairan darat, di mana perairan darat
dan perairan laut ini merupakan bagian hidrosfer. Hidrosfer atau lapisan air
4
merupakan fisik bumi yang jelasnya mengenai hidrosfer , serta perairan laut dan
perairan darat, maka hal ini akan di bahas lebih lanjut pada pembahasan dalam
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian hidrosfer?
2. Bagaimanakah proses siklus hidrologi?
3. Apa sajakah yang tergolong perairan darat?
4. Apa sajakah yang tergolong perairan laut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian hidrosfer.
2. Untuk menjelaskan proses siklus hidrologi.
3. Untuk mengetahui apa saja yang tergolong perairan darat.
4. Untuk mengetahui apa saja yang tergolong perairan laut.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hidrosfer


Hidrosfer merupakan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat.
Hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti “air” dan sphere yang berarti
“daerah” atau “bulatan”. Daerah perairan ini meliputi samudra, laut, danau, sungai,
gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Hidrosfer menempati
sebagian besar muka bumi karena 75% muka bumi tertutup oleh air. Jumlah air
yang tetap dan selalu bergerak dalam satu lingkaran peredaran membentuk suatu
siklus yang dinamakan siklus hidrologi, siklus air, atau daur hidrologi.
Penguapan air yang terjadi di permukaan bumi terutama samudra dan laut
disebabkan oleh panas matahari. Bentangan air yang terdapat di daratan dipelajari
dalam ilmu hidrologi. Bentangan air yang terdapat di lautan dipelajari
dalam ilmu oceanografi. Bentangan air yang terdapat di atmosfer, yang
mempengaruhi iklim dan cuaca, dipelajari dalam ilmu meteorology dan
klimatologi.

2.2 Siklus Hidrologi


Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km2. Dari jumlah
tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es dan
salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau, sungai,
atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir ini sangat
kecil, tetapi jumlahnya sangat besar.
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan perhatian
yang sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut dan
daratan. Sirkulasi suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus
hidrologi.

6
Gambar 1 Siklus Hidrologi

 Tahapan Siklus Air Atau Siklus Hidrologi:

1. Evaporasi/Transpirasi

Istilah evaporasi digunakan untuk menunjukkan proses penguapan air yang


berasal dari laut, sungai, danau, dan badan air lainnya. Sedangkan transpirasi
merupakan pelepasan molekul air sebagai hasil metabolisme dari tumbuh-
tumbuhan. Pada prinsipnya keduanya sama karena merupakan proses
perubahan zat cair menjadi gas yang akan berkumpul di atmosfer.

2. Kondensasi

Kondensasi adalah proses perubahan air dari gas menjadi cair, atau kita
kenal dengan istilah pengembunan, yang merupakan kebalikan dari evaporasi
atau penguapan. Pada siklus hidrologi, kondensasi terjadi di atmosfer akibat
perubahan suhu dan tekanan. Akibat adanya kondensasi, air akan berkumpul
membentuk awan hitam yang siap turun sebagai hujan ketika mencapai titik
jenuh.

3. Presipitasi

Presipitasi merupakan produk dari kondensasi. Presipitasi dapat terjadi


karena adanya pendinginan dan penambahan uap air, sehingga air yang
membentuk awan mencapai titik jenuh. Semakin banyak uap air yang terbentuk
di atmosfer, maka tetesan air yang ada di awan akan semakin banyak dan
semakin berat. Ketika awan tidak mampu menampung banyaknya air yang
terbentuk, maka air tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk hujan.
7
4. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi ini merupakan gabungan dari evapotasi dan juga transpirasi.


Sehingga dapat dikatakan bahwa evapotranspirasi ini merupakan total penguapan air
atau penguapan air secara keseluruhan, baik yang ada di permukaan Bumi atau tanah
maupun di jaringan makhluk hidup. Dalam siklus hidrologi, evapotranspirasi ini
sangatlah mempengaruhi jumlah uap air yang ternagkut ke atas atau ke atmosfer
Bumi.

5. Sublimasi

Tahapan yang lainya adalah sublimasi. Jadi selain melalui proses penguapan,
naiknya uap air ke atmosfer ini juga terjadi melalui proses sublimasi. Apa sebenarnya
sublimasi itu? Sumblimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di puncak
gunung menjadi uap air, tanpa harus melalui proses cair terlebih dahulu.

Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun transpirasi),


namun meski sedikit tetap saja sublimasi ini berkontribusi erat terhadap jumlah uap
air yang terangkat ke atmosfer. Dibandingkan dengan evaporasi maupun transpirasi,
proses sublimasi ini berjalan lebih lambat dari pada keduanya. Sublimasi ini terjadi
pada tahap sikulus hidrologi panjang.

6. Kondensasi

Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel es


(baca: hujan es). Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi,
dan sublimasi sudah mencapai ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah
menjadi partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil melalui proses konsendasi.
Perubahan wujud ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat
berada di ketinggian tersebut. Partikel- partikel es yang terbentuk tersebut akan
saling mendekati satu sama lain dan bersatu hingga membentuk sebuah awan.
Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan semakin tebal dan juga hitam
awan yang terbentuk. Inilah hasil dari proses kondensasi.

7. Adveksi

8
Adveksi ini terjadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan. Adveksi
merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih dalam satu
horisontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan yang hitam dan
gelap, awan tersebut dapt berpindah dari satu titik ke titik yang lain dalam satu
horizontal.

Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan udara
sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah. Proses adveksi ini memungkinkan
awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju
atmosfer yang ada di daratan. Namun perlu diketahui bahwa tahapan adveksi ini
tidak selalu terjadi dalam proses hidrologi, tahapan ini tidak terjadi dalam siklus
hidrologi pendek.

8. Run Off

Tahapan run off ini terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Ketika awan sudah
mengalami proses presipitasi dan menjadi air yang jatuh ke Bumi, maka air tersebut
akan mengalami proses run off. Run off atau limpasan ini merupakan proses
pergerakan air dari tempat yang tinggi menjuju ke tempat yang lebih rendah yang
terjadi di permukaan Bumi. Pergerakan air tersebut dapat terjadi melalui saluran-
saluran, seperti saluran got, sungai, danau, muara sungai, hingga samudera. Proses ini
menyebabkan air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju ke lapisan
hidrosfer Bumi.

9. Infiltrasi

Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di Bumi akibat
proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan Bumi dan mengalami run
off. Sebagian dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes,
dan terakumulasi menjadi air tanah. Sebagian air yang merembes ini hanyalah
sebagian kecil saja. Proses pergerakan air ke dalam pori- pori tanah ini disebut
sebagai proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah
untuk menuju kembali ke laut.

Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah mengalami
siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu yang berangsunr-

9
angsur, air tersebut akan kembali mengalami siklus hidrologi yang baru, dimana
diawali dengan evaporasi. Dan itulah kesembilan dari tahapan siklus hidrologi.

 Ada tiga macam siklus air, yaitu siklus pendek, sedang dan panjang.

1. Siklus pendek

Gambar 2 Siklus Hidrologi Pendek

Siklus hidrologi pendek merupakan siklus hidrologi yang tidak mengalami


proses adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus hidrologi akan
diturunkan mealui hujan yang terjadi di daerah sekitar laut tersebut.
Penjelasan mengenai siklus hidrologi pendek ini adalah sebagai berikut:

a. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami


penguapan dan menjadi uap air
b. Uap air tersebut akan mengalami kondensasi dan membentuk awan
c. Awan yang terbentuk tersebut akan menjadi hujan di sekitar
permukaan laut tersebut.

2. Siklus sedang

Gambar 3 Siklus Hidrologi Sedang

10
Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi sedang. Siklus hidrologi
sedang merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Hasil
dari siklus hidrologi sedang ini adalah turunnya hujan di atas daratan. Hal
ini karena proses adveksi akan membawa awan yang terbentuk ke atas
daratan. penjelasan mengenai siklus hidrologi sedang ini adalah sebagai
berikut:

a. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami


penguapan dan menjadi uap air
b. Uap air yang sudah terbentuk mengalami proses adveksi karena
adanya angin dan tekanan udara, sehingga bergerak menuju ke
daratan
c. Di atmosfer daratan, uap air tersebut akan membentuk awan dan
kemudian akan berubah menjadi hujan
d. Air hujan yang jatuh di permukaan Bumi atau daratan akan
mengalami run off, menuju ke sungai dan kembali ke laut.
3. Siklus Panjang

Gambar 4 Siklus Hidrologi Panjang

Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi panjang. Siklus


hidrologi panjang merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di
daerah beriklim sub tropis atau di daerah pegunungan. Melalui siklus
hidrologi panjang ini hujan tidak langsung berbentuk air, namun turun
dalam bentuk salju ataupun gletser terlebih dahulu. Penjelasan mengenai
siklus hidrologi sedang ini adalah sebagai berikut:

11
a. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami
penguapan dan menjadi uap air
b. Uap air yang telah terbetuk tersebut mengalami proses sublimasi
c. Kemudian terbentukla awan yang mengandung kristal- kristal es
d. Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke
daratan
e. Awan akan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju
f. Salju akan terakumulasi menjadi gletser
g. Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara
dan membentuk aliran sungai
h. Air dari gletser dan mengalir di sungai tersebut kemudian akan
kembali ke laut.

Itulah macam- macam siklus hidrologi yang dilihat dari panjang dan
pendeknya proses yang terjadi. Contoh dari masing- masing proses
adalah hujan lokal di area lautan (siklus hidrologi pendek), hujan di
daerah tropis (siklus hidrologi sedang), dan hujan salju (siklus hidrologi
panjang).

2.3 Perairan Darat


Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk
perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di
permukaan bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah membentuk
sungai, danau, rawa dan lain-lain yang memiliki suatu pola aliran yang dinamakan
Daerah Aliran Sungai (DAS). Jenis-jenis perairan darat :

1) Danau

12
Gambar 5 Danau

Air yang mengisi danau biasanya air tawar, contohnya Danau Toba
di Sumatera Utara, Danau Poso di Sulawesi Tengah, dan Riam Kanan di
Kalimantan Selatan. Selain air tawar ada juga danau yang airnya asin
(memiliki kadar garam tinggi) seperti Danau Kaspia, Danau Laut Mati,
Danau Laut Aral, Great Salt dan lain-lain. Mengapa ada danau yang airnya
asin? Hal ini terjadi karena di danau terjadi penguapan yang sangat tinggi. Di
samping itu air yang masuk ke danau tersebut biasanya tidak berpelepasan
atau tidak mengalir lagi ke tempat lain.

Berdasarkan proses kejadiannya danau dibedakan menjadi 6 macam


yaitu danau: Tektonik, Vulkanik, Tektono- Vulkanik, Karst, Glasial dan
Waduk atauBendungan.

1) Danau Tektonik

Danau yang terjadi akibat adanya peristiwa tektonik seperti


gempa. Akibat gempa terjadi proses patahan (fault) pada permukaan
tanah. Permukaan tanah yang patah mengalami pemerosotan atau ambles
(subsidence) dan menjadi cekung. Selanjutnya bagian yang cekung karena
ambles tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Danau jenis ini
contohnya danau Poso, danau Tempe, danau Tondano, dan danau
Towuti di Sulawesi. Danau Singkarak, danau Maninjau, dan danau
Takengon di Sumatera.

2) Danau Vulkanik atau danau Kawah

13
Danau yang terdapat pada kawah lubang kepunden bekas letusan gunung
berapi. Ketika gunung meletus batuan yang menutup kawasan kepunden
rontok dan meninggalkan bekas lubang di sana. Ketika terjadi hujan
lubang tersebut terisi air dan membentuk sebuah danau. Contoh danau
jenis ini ialah danau Kelimutu di Flores, Kawah Bromo, danau gunung
Lamongan di Jawa Timur, danau Batur di Bali ,danau Kerinci di
Sumatera Barat serta Kawah gunung Kelud.
3) Danau Tektono-Vulkanik
Danau yang terjadi akibat proses gabungan antara proses vulkanik
dengan proses tektonik. Ketika gunung berapi meletus, sebagian tanah /
batuan yang menutupi gunung patah dan merosot membentuk cekungan.
Selanjutnya cekungan tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Contoh
danau jenis ini adalah danau Toba di Sumatera Utara.
4) Danau Karst.
Danau jenis ini disebut juga Doline, yaitu danau yang terdapat di
daerah berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi akibat adanya erosi atau
pelarutan batu kapur. Bekas erosi mem bentuk cekungan dan cekungan
terisi air sehingga terbentuklah danau.
5) Danau Glasial
Danau yang terjadi karena adanya erosi gletser. Pencairan es akibat erosi
mengisi cekungan-cekungan yang dilewati sehingga terbentuk danau. Contoh
danau jenis ini terdapat di perbatasan antara Amerika dengan Kanada yaitu
danau Superior, danau Michigan dan danau Ontario.
6) Waduk atau Bendungan

Danau yang sengaja dibuat oleh manusia. Pembuatan waduk biasanya


berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik tenaga air, perikanan,
pertanian dan rekreasi. Contoh danau jenis ini misalnya Saguling,
Citarum dan Jatiluhur di Jawa Barat, Riam Kanan dan Riam Kiri di
Kalimantan Selatan, Rawa Pening, Kedung Ombo dan Gajah Mungkur di Jawa
Tengah.

b. Rawa

14
Gambar 6 Rawa

Daerah rawa banyak ditemukan di pantai timur pulau Sumatera dan pantai
selatan pulau Kalimantan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: Rawa atau paya-
paya adalah daerah rendah yang selalu tergenang air. Air yang menggenangi rawa
bisa berupa air hujan, air sungai maupun dari sumber mata air tanah. Ada dua jenis
rawa yaitu:

1. Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian


2. Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian.

Rawa jenis pertama tidak memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya selalu
tergenang. Sedangkan rawa jenis kedua memiliki pintu pelepasan air sehingga
airnya berganti. Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

1) Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi
tanaman dan tidak dapat dijadikan air minum. Kadar keasaman air (pH)
mencapai 4,5.
2) Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme (hewan maupun tumbuh-
tumbuhan) yang hidup.
3) Pada bagian dasar rawa umumnya tertutup gambut yang tebal.

Sedangkan rawa yang airnya mengalami pergantian memiliki ciri-ciri yang


sebaliknya yaitu:

1) Airnya tidak terlalu asam.


15
2) Banyak organisme yang hidup seperti cacing tanah, ikan serta tumbuh-
tumbuhan rawa seperti eceng gondok, pohon rumbia dan lain-lain.
3) Dapat diolah menjadi lahan pertanian.

c. Air Tanah

Gambar 6 Air Tanah

Air yang diminum setiap hari diperoleh dari air tanah,. Di sekitar kita (di
permukaan tanah), dapat kita saksikan adanya air sumur, sungai, danau,
rawa dan lain-lain. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan
air yang mempersatukan kumpulan air yang ada di permukaan.

Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Jadi air yang kita minum serta
kita gunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari adalah air tanah. Pengambilan air
tanah dapat dilakukan dengan menimba, memompa atau mengalirkan air dari
sebuah mata air.

Air tanah berada pada pori-pori dan celah-celah batuan. Kalau diperhatikan
permukaan air sumur, maka akan dilihat bahwa dalamnya permukaan air sumur di
berbagai tempat tidak sama. Ada daerah tertentu misalnya di daerah pantai atau di

16
pinggir sungai, mungkin cukup menggali 2 meter kita telah memperoleh air tanah,
tetapi di daerah gunung mungkin kita perlu menggali hingga kedalaman nya
mencapai 10 atau 15 meter untuk memperoleh air tanah.

Perbedaan ini disebabkan oleh per bedaan topografi. Perbedaan jenis tanah juga
mempengaruhi kedalaman permukaan air tanah. Contohnya di daerah gurun
kedalamannya bisa mencapai 50 meter atau lebih, sehingga jarang tumbuh-
tumbuhan yang hidup di situ karena akar tumbuhan tidak mampu menjangkau
permukaan air. Penyebab lainnya adalah faktor musim. Pada musim kemarau
permukaan air tanah akan lebih dalam jika dibandingkan pada musim penghujan.
Ada bermacam-macam jenis air tanah.

1) Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah
permukaan (Freatik) dan air tanah dalam.

a) Air tanah permukaan (Freatik) adalah air tanah yang terdapat di atas lapisan
tanah / batuan yang tidak tembus air (impermeable). Air yang ada di sumur
sungai, danau dan rawa termasuk jenis ini.
b) Air tanah dalam, adalah air tanah yang terdapat di bawah lapisan tanah/
batuan yang tidak tembus air (impermeable). Untuk memperoleh air tanah
jenis ini harus dilakukan pengeboran. Sumur bor atau artesis
merupakan salah satu contoh sumur yang airnya berasal dari air tanah
dalam.

2) Menurut asalnya air tanah dapat dibedakan menjadi air tanah yang berasal dari
atmosfer (angkasa) dan air tanah yang berasal dari dalam perut bumi.

a) Air tanah yang berasal dari atmosfer disebut meteoric water, yaitu air tanah
berasal dari hujan dan pencairan salju.

b) Air tanah yang berasal dari dalam bumi misalnya air tanah turbir (yaitu
air tanah yang ter simp an di dalam batuan sedimen) dan air tanah juvenil
yaitu air tanah yang naik dari magma bila gas-gasnya dibebaskan
melalui mata air panas.
Ada 4 wilayah air tanah yaitu:
1. Wilayah yang masih terpengaruh udara. Pada bagian teratas dari
permukaan bumi terdapat lapisan tanah yang mengandung air.
17
Karena pengaruh gaya berat (gravitasi), air di wilayah ini akan
bebas bergerak ke bawah. Tumbuh- tumbuhan memanfaatkan air
pada lapisan ini untuk menopang kelangsungan hidupnya.
2. Wilayah jenuh air. Wilayah inilah yang disebut dengan wilayah
kedalaman sumur. Kedalaman wilayah ini tergantung pada topografi,
jenis tanah dan musim.
3. Wilayah kapiler udara. Wilayah ini merupakan peralihan antara
wilayah terpengaruh udara dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya
diperoleh dari proses kapilerisasi (perembesan naik) dari wilayah
jenuh air.
4. Wilayah air dalam. Wilayah ini berisikan air yang terdapat di bawah
tanah/batuan yang tidak tembus air.

d. Sungai

Gambar 7 Sungai

Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau,
rawa atau ke sungai yang lain.

Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat
sungai bisa berasaldari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal
dari es yang mengalir (Gletser). Ke mana air itu mengalir? Air mengalir bisa ke laut,
ke danau, ke rawa, ke sungai lain dan bisa juga ke sawah- sawah.

18
 Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai
hujan, sungai gletser dan sungai campuran.

1) Sungai Hujan

Adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air.
Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.

2) Sungai Gletser

Adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.Contoh sungai yang
airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh
dikatakan tidak adanamun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang
berhulu di Peg.Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di
Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.

3) Sungai Campuran

Adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan
dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai
Mamberamo di Papua (Irian Jaya).

 Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu
sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
1) Sungai Permanen
Adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai
jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di
Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2) Sungai Periodik
Adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada
musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau
Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai
Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di
Jawa Timur.
3) Sungai Episodik
19
Adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan
airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
4) Sungai Ephemeral
Adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya
sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim
hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

 Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5


jenis yaitu :
1) Sungai Konsekuen
Adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
2) Sungai Subsekuen atau strike valley
Adalah sungai yang aliran airnya mengikut strike batuan.
3) Sungai Obsekuen
Adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau
berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai
subsekuen.
4) Sungai Resekuen
Adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arahkemiringan lapisan batuan
dan bermuara di sungai subsekuen.
5) Sungai Insekuen
Adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litolo mau pun struktur
geologi.

 Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai


anteseden dan sungai sungai superposed.
1) Sungai Anteseden
Adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walau pun ada
struktur geologi (batuan) yang melintang.Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya,
sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
2) Sungai Superposed
Adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbingoleh lapisan
batuan yang menutupinya.

20
e. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Gambar 8 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai sering disebut dengan Drainage Area, atau Rivers basin atau
Watershed. DAS adalah daerah yang berada di sekitar sungai, apabila terjadi turun
hujan di daerah tersebut, airnya mengalir ke sungai yang bersangkutan.

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa DAS merupakan daerah di


sekitar sungai tempat air hujan tertampung dan tempat di mana air hujan
dialirkan ke sungai tersebut. DAS dibedakan menjadi dua yaitu DAS gemuk dan
DAS kurus

1) DAS gemuk
Yaitu suatu DAS yang luas sehingga memiliki daya tampung air yang
besar.Sungai dengan DAS seperti ini, airnya cenderung meluap bila di bagian
hulu terjadi hujan deras.
2) DAS kurus
Yaitu DAS yang relatif tidak luas sehingga daya tampung airnya kecil. Sungai
dengan DAS semacam ini luapan airnya tidak begitu hebat ketika bagian hulunya
terjadi hujan lebat.

21
2.4 Perairan Laut

Gambar 9 Laut
a. Jenis Perairan Laut
Ada beberapa jenis laut, menurut cara terjadinya kita mengenal adanya laut
Transgresi,laut Ingresi dan laut Regresi.
a. Laut Transgresi (laut yang meluas)
Terjadi karena adanya perubahan permukaan laut secara positif (secara meluas).
Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya permukaan air laut atau
daratannya yang turun, sehingga bagian-bagian daratan yang rendah tergenang air
laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh laut jenis ini adalah laut Jawa,
laut Arafuru dan laut Utara.
b. Laut Ingresi
Adalah laut yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut. Oleh
karena itu laut ini juga sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar
laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah
penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, lubuk
Sulawesi, lubuk Banda dan lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog
adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya palung
Mindanau yang dalamnya 1.085 m, palung Sunda yang dalamnya 7.450 m,
palung Jepang yang dalamnya 9.433 m serta palung Mariana yang dalamnya
10.683 m (terdalam di dunia).
c. Laut Regresi
Adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya
pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur dan lain-lain) yang dibawa oleh
sungaisungai yang bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi
di pantai utara pulau Jawa.

19
 Menurut letaknya, laut dibedakan menjadi tiga yaitu laut tepi, laut pertengahan dan
lautpedalaman.
a. Laut tepi (laut pinggir)
Adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah – olahterpisah dari
samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya laut Cina Selatan
dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan kepulauan Filipina
b. Laut pertengahan
Adalah laut yang terletak di antara benua-benua. Lautnya dalamdan
mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya laut Tengah di antara benua Afrika-
Asia dan Eropa, laut Es Utara di antara benua Asia dengan Amerika dan lain-lain.
c. Laut pedalaman
Adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya laut
Kaspia, laut Hitam dan laut Mati.

 Berdasarkan kedalamannya laut dibedakan menjadi 4 wilayah (zona) yaitu: zona


Lithoral, zona Neritic, zona Bathyal dan zona Abysal.
a. Zona Lithoral
Adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayah ini pada saat air pasang
tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu
wilayah ini sering juga disebut wilayah pasang-surut.
b. Zona Neritic (wilayah laut dangkal)
Yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini
masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada wilayah ini paling banyak
terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Contohnya laut Jawa, laut Natuna, selat Malaka dan laut-laut di sekitar kepulauan
Riau.
c. Zona Bathyal (wilayah laut dalam)
Adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 m hingga 1800 m. Wilayah
ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya
tidak sebanyak yang terdapat di wilayah Neritic.
d. Zone Abyssal (wilayah laut sangat dalam)
Yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman di atas 1800 m. Di wilayah ini
suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat
hidup di wilayah ini sangat terbatas.

20
 Dasar Laut
Dasar laut memiliki suatu relief, antara lain:
1) Dangkalan (shelf), yaitu dasar laut yang luas yang kedalamannya 0-200 m dan masih
merupakan bagian dari benua.
2) Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut ingresi yang berbentuk U atau mangkuk.
3) Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya berada di dasar laut dan puncaknya menonjol
ke permukaan laut. Jika tidak menonjol ke permukaan laut disebut seamount atau guyot.
4) Palung (trench), yaitu dasar laut ingresi yang berbentuk V yang menajam.
5) Ambang laut (drempel), yaitu bukit sempit seperti tanggul yang terletak di antara dua
laut dalam.
6) Punggung laut, yaitu lereng yang ada di dasar laut. Punggung laut dapat berupa slope,
ridge atau rise.
 Air Laut
Air laut mengalami pergerakan, antara lain:
a. Gelombang laut, yaitu terjadi karena tiupan angin, pasang surut air laut, dan tsunami.
b. Arus laut, yaitu gerakan air laut secara keseluruhan dari satu perairan ke perairan lain.
Arah arus laut sama dengan arah gelombang laut, sampai air tersebut bertemu
benua/daratan.Arus laut terdiri dari dua:
- Arus panas, terdapat pada khatulistiwa sampai lintang sedang, terjadi apabila suhu air
laut lebih panas dari sekitarnya. Contoh: arus Khatulistiwa Utara, arus Kuroshiwo,
arus teluk.
- Arus dingin, terdapat pada kutub sampai lintang sedang, terjadi apabila suhu air laut
lebih dingin dari sekitarnya. Contoh: arus Oyashiwo, arus Labrador, arus Canari.
 Sifat-sifat air laut antara lain:
a. Suhu, dipengaruhi oleh tempat, dari ekuator ke kutub semakin dingin.
b. Salinitas (kadar garam), rata-rata salinitas normal adalah 35‰.
c. Warna, dipengaruhi oleh zat organik dan anorganik yang terdapat pada air tersebut.
- Biru, terdapat pada laut normal yang mampu menerima gelombang pendek matahari.
- Kuning, terdapat lumpur kuning didalam laut.
- Hitam, terdapat lumpur hitam didalam laut.
- Hijau, terdapat banyak fitoplankton didalam laut.
- Putih, terdapat es-es yang menutupi laut.
- Merah, terdapat banyak alga merah dan hewan-hewan laut berwarna merah.
- Ungu, terdapat organisme yang memancarkan sinar fosfor.

21
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diberikan pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Hidrosfer atau lapisan air merupakan fisik bumi yang berguna bagi kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara khusus dipelajari pada ilmu yang
disebut dengan hidrologi.
2. Siklus hidrologi merupakan siklus air di mana air mengalami berbagai proses
sebelum kembali ke keadaan semula.
3. Siklus hidrologi dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Siklus kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi
awan dan hujan, lalu jatuh ke laut.
b. Siklus sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan
dibawa angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu
masuk ke tanah, selokan, sungai dan ke laut lagi.
c. Siklus besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk
kristal-kristal es di atas laut melalui proses sublimasi, dibawa angin
ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser
(lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.
2. Hidrosfer dalam kajiannya nencakup perairan darat dan perairan laut.
3. Perairan darat meliputi air tanah, sungai, danau, kolam, rawa dan DAS
4. Perairan laut membahas tentang kegaraman jenis laut, organisme dan
pemanfaatannya

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini semoga bermanfaat, dengan kerendahan hati, penulis


menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Mohon kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini .

22
DAFTAR PUSTAKA

Pujani, N. M. 2004. Struktur bumi. Buku ajar. Fakultas pendidikan MIPA.


Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
Tanudidjaja, M. M. 1996. Ilmu Pengetahuan Bumi Dan Antariksa .
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tjasyono, B. 2003. Geosains. Bandung: ITB.
http://musyabirahjalil.blogspot.co.id/2015/06/makalah-hidrosfer_52.html?m=1
http://geografisku.blogspot.co.id/2015/09/pengertia n-dan-macam-perairan-darat.html?m=1
http://www.academia.edu/11620916/MAKALAH_HIDROSFER
https://pesonageografi.wordpress.com/2011/02/14/perairan-laut/amp
https://id.m.wikipedia.org/wiki/hidrosfer
https://id.m.wikipedia.org/wiki/siklus_air

23

Anda mungkin juga menyukai