!
HIDROSFER
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Hidrosfer” tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
tidak lain untuk memenuhi salah satu dari kewajiban mata kuliah IPBA serta
merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Drs. Iwan Suswandi, M.Si selaku dosen mata kuliah IPBA
serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa manusia tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, serta kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang
Maha Esa sehingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam upaya
evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja.
i
HIDROSFER
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hidrosfer ............................................................................ 3
2.2. Siklus Hidrologi ................................................................................... 3
2.3. Perairan Darat....................................................................................... 7
2.4. Perairan Laut ........................................................................................ 29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
ii
HIDROSFER
!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup merupakan salah satu planet di tata
surya. Keistimewaan bumi dibanding planet-planet lain di tata surya adalah mampu
menyokong kehdupan yang beraneka ragam. Keistimewaan tersebut diantaranya adalah
suhu yang optimal, kadar oksigen yang baik, serta yang tidak kalah penting adalah
terdapatnya air di bumi sebagai sumber kehidupan. Bumi menjadi istimewa karena
sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air, baik air di darat maupun di laut.
Seperti kita ketahui bahwa sekitar 70,8 % bumi kita ini terdiri dari air, dimana air
adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup dan 29, 2% daratan.
Prosentase air di bumi paling banyak berada di lautan yakni sekitar 97,2%; kemudian
dalam bentuk es sekitar 1,75%; berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah
sekitar 0,62%; dan hanya 0,001% dalam bentuk uap di udara.
Air di bumi mengulangi terus menerus sirkulasi: penguapan, presipitasi, dan keluar
dari tanah. Sirkulasi ini sering disebut dengan siklus hidrologi. Air berubah dalam tiga
wujud menurut waktu dan tempat, yakni dalam bentuk padat, air sebagai cairan, air
sebagai uap seperti gas. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan
salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke
atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda: Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam
komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS).
Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari laut. Jika dibandingkan dengan luas
daerah keseluruhan, perairan Indonesia 62,9 % dan daratan 37,1 %. Di Indonesia terdapat
perairan laut dan berbagai macam perairan darat, di mana perairan darat dan perairan laut
ini merupakan bagian hidrosfer. Hidrosfer atau lapisan air merupakan fisik bumi yang
berguna bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Untuk lebih mengetahui lebih
1
!
HIDROSFER
!
jelasnya mengenai hidrosfer, serta perairan laut dan perairan darat, maka hal ini akan di
bahas lebih lanjut pada pembahasan dalam makalah ini.
2
!
HIDROSFER
BAB II
PEMBAHASAN
!
HIDROSFER
Ada tiga macam siklus air, yaitu siklus pendek, sedang dan panjang.
1. Siklus pendek
!
HIDROSFER
!
HIDROSFER
hingga pegunungan tinggi. Karena pengaruh suhu, uap air berubah menjadi
kristal-kristal es atau salju. Kemudian jatuh sebagai hujan es atau salju yang
membentuk gletser, mengalir masuk ke sungai, dan akhirnya kembali ke
laut.
Siklus hidrologi besar terjadi di dalam DAS, dalam mempelajari DAS,
daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir.
Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi
perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini, antara lain, dari segi
fungsi tata air. Erosi yang terjadi di daerah hulu akibat praktik bercocok tanam
yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi tanah dan air atau akibat
pembuatan jalan yang tidak direncanakan dengan baik tidak hanya berdampak di
daerah erosi tersebut berlangsung, tetapi juga akan menimbulkan dampak di
daerah hilir dalam bentuk penurunan kapasitas tampung waduk sehingga terjadi
pendangkalan sungai dan saluran irigasi yang meningkatkan risiko banjir.
Dengan demikian, kondisi hidrologis DAS yang baik sangat dipengaruhi
oleh pemanfaatan dan konservasi lahan di wilayah DAS tersebut. Siklus air terjadi
karena adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologis dan
klimatologis, antara lain, sebagai berikut.
a. Transpirasi, adalah proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan
melalui stomata atau mulut daun.
b. Evaporasi, adalah penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses
perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80% berasal dari
penguapan air laut.
c. Evapotranspirasi, adalah proses gabungan antara evaporasi dan
transpirasi.
d. Kondensasi, merupakan proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat
pendinginan.
e. Presipitasi, merupakan segala bentuk hujan dari atmosfer ke bumi yang
meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.
f. Run off (aliran permukaan), merupakan pergerakan aliran air di permukaan
tanah melalui sungai dan anak sungai.
!
HIDROSFER
!
HIDROSFER
A. Air Tanah
!
HIDROSFER
!
HIDROSFER
10
!
HIDROSFER
11
!
HIDROSFER
c. Sumur Artesis
12
!
HIDROSFER
13
!
HIDROSFER
B. Sungai
Gambar 8. Sungai
Sungai adalah aliran air tawar dari sumber alamiah di daratan menuju
dan bermuara ke danau, laut, samudra, atau sebagian sungai lain yang lebih
besar. Selain itu, sungai juga dapat diartikan sebagai bagian dari muka bumi
yang rendah atau miring berupa alur tempat air tawar mengalir, baik ke laut
maupun ke sungai induknya. Sungai berawal dari hujan. Besar curah hujan
diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan tanah, tetapi hujan yang berlebihan akan
lolos mengalir dan terkumpul ke dalam daerah yang letaknya rendah. Air
yang terkumpul di permukaan ini akan membentuk sungai kecil (anak
sungai). Anak-anak sungai ini kemudian bersatu dan membentuk aliran air
yang lebih lebar yang disebut sungai.
1. DAS (Daerah Aliran Sungai)
14
!
HIDROSFER
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu daerah yang terhampar di sisi
kiri dan kanan suatu aliran sungai, dimana semua anak-anak sungai yang
terdapat di daerah sebelah kiri dan kanannya bermuara ke sungai itu.
Contoh DAS yang ada di Indonesia yaitu DAS Musi, DAS Brantas, DAS
Cimanuk.
Sebuah DAS dianggap berfungsi dengan baik apabila dapat
menyediakan sumber daya air dengan jumlah dan kualitas yang relatif
tetap dan dengan fluktuasi yang rendah, serta dapat diperkirakan sepanjang
tahun.
Ada berbagai pola aliran sungai yaitu :
15
!
HIDROSFER
16
!
HIDROSFER
2) Sungai dewasa
Disebut sungai dewasa (mature) apabila sungai tersebut tidak
mampu lagi mengikis saluran lebih dalam.
3) Sungai tua
Disebut sungai tua (old) apabila sungai tersebut telah mempunyai
daerah banjir yang luas, daerah meander yang lebar, dan lereng
yang landai.
2. Jenis sungai
Jenis sungai dapat dibedakan berdasarkan sumber airnya, ketetapan
alirannya, arah alirannya dan struktur geologinya.
a) Berdasarkan sumber airnya
17
!
HIDROSFER
18
!
HIDROSFER
19
!
HIDROSFER
20
!
HIDROSFER
21
!
HIDROSFER
!
HIDROSFER
23
!
HIDROSFER
24
!
HIDROSFER
25
!
HIDROSFER
26
!
HIDROSFER
rawa pantai seperti yang terdapat di pantai timur Sumatra, pantai selatan
Kalimantan, dan Irian Jaya serta di beberapa tempat di pantai utara Jawa.
!
HIDROSFER
3. Rawa pantai terdapat di muara sungai. Pada waktu pasang naik, air laut
masuk ke muara sungai dan melimpah ke dataran di sekitarnya.
Kejadian itu berlangsung dua kali dalam sehari sehingga terbentuklah
rawa pantai. Ketika air laut surut, permukaan air rawa tersebut rendah
dan naik lagi pada waktu pasang naik.
28
!
HIDROSFER
!
HIDROSFER
Menurut letaknya, laut dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
1. Laut Tepi, yaitu bagian lautan yang terletak di pinggir benua serta terhalang
dari lautan luas oleh gugusan pulau atau jasirah. Contoh: Laut Bering
terhalang oleh Kepulauan Aleuten, Laut Utara terhalang oleh Kepulauan
Inggris, Laut Ochostk terhalang oleh jasirah Kamsyatkan dan Kepulauan
Kurillen, Laut Tiongkok Selatan terhalang oleh Filipina dan Kepulauan
Indonesia, dan Laut Jepang terhalang oleh Kepulauan Jepang.
30
!
HIDROSFER
Menurut terjadinya, laut juga dapat dibedakan menjadi tiga golongan sebagai
berikut:
1. Laut transgressi atau laut meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan
permukaan air laut positif, baik yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air
laut itu sendiri atau oleh turunya daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian
dari daratan digenangi air. Laut jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir
zaman glasial. Contohnya: Laut Utara dan Laut Jawa.
2. Laut insgresi atau laut tanah turun. Laut ini terjadi karena turunnya tanah
sebagai akibat tekanan vertikal (gaya endogen) yang menimbulkan patahan.
Contoh: Laut Karibia, Laut Jepang, Laut Tengah.
3. Laut regressi atau Laut menyempit, yaitu laut yang terjadi pada zaman es
(merupakan kebalikan dari laut transgressi).
Menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa
zona sebagai berikut:
1. Zona litoral atau jalur pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak di
antara pasang naik dan pasang surut.
2. Zona Neritis, yaitu zona yang terletak di antara garis air surut sampai
kedalaman 200 m. Jadi, zona ini termasuk laut dangkal, yaitu Dangkalan Sunda
dan Dangkalan Sahul.
3. Zona Bathyal, yaitu bagian laut terletak antara kedalaman 200 m dan 1000m.
4. Zona Abysal, yaitu bagian laut yang dalamnya lebih dari 1000 m. Pada zona ini
terdapat palung laut yang kedalamannya melebihi 6000 m. Laut yang termasuk
31
!
HIDROSFER
32
!
HIDROSFER
33
!
HIDROSFER
!
HIDROSFER
!
HIDROSFER
Dari tabel kita dapat melihat salinitas rata-rata atau kandungan garam rata-
rata adalah sedikit kurang dari 35 bagian garam untuk setiap 1000 bagian air laut.
Ini berarti salinitas rata-ratanya adalah 3,5 %. Dari keseluruhan garam yang
36
!
HIDROSFER
terkandung itu, garam biasa (NaCl) mencapai 80 % dari seluruhnya, disusul oleh
Magnesium. Garam ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses hidup.
Salinitas ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:
! Pemasukan air tawar. Masuknya air tawar menyebabkan rendahnya
salinitas.
! Penguapan. Penguapan menambah besarnya salinitas. Makin besar
penguapannya makin besar salinitasnya.
! Campuran air permukaan dan air dari bagian dalam yang salinitasnya
berlainan. Begitu juga arus laut mempunyai pengaruh besar terhadap
salinitas.
37
!
HIDROSFER
terjadi adalah bahwa gangguan yang disebabkan oleh angin ditularkan dari satu
tempat ke tempat berikutnya dan bukan gerak air maju ke depan.
38
!
HIDROSFER
39
!
HIDROSFER
'"(")! +",)!
"!
$! #! *!
%!
&!
40
!
HIDROSFER
Keterangan:
a. Gelombang Osilasi d. Swash
b. Gelora e. Back Wash
c. Gelombang Translasi f. Arus Dasar
Di lepas pantai, antara kedua jenis gelombang tersebutterjadi pecahan
gelombang yang dinamakan gelora (surf atau breaker). Mulai dari
sinilah gelombang osilasi berubah menjadi gelombang translasi. Gelora
terjadi karena gelombang sampai ke daerah yang lebih dangkal,
sehingga bentuk gelombang tidak simetris lagi. Lereng gelombang
bagian depan menjadi miring dan kemudian tumpah, lalu air mengalir
di atas permukaan laut yang lain, seperti pada gambar di atas.
b. Arus Laut
Arus laut ialah gerakan molekul air laut yang pada umumnya
berarah mendatar (horizontal), namun di beberapa bagian laut terdapat
juga arus vertikal. Berdasarkan faktor penyebabnya arus laut dapat
diklafikasikan menjadi:
1. Arus tetap yaitu arus laut yang terjadi karena angin tetap dan
mempunyai arah yang tetap sepanjang tahun. Angin tetap yang
menyebabkan arus tetap adalah angin pasat (timur laut dan tenggara),
dan angin barat.
2. Arus musiman yaitu arus laut yang terjadi karena tiupan angin musim
(muson) dan berubah arah tiap setengah tahun. Pada bagian utara
Samudera Hindia, yaitu di sepanjang pantai india yang dipengaruhi
angin musim. Terjadinya arus musim barat daya pada bulan Juli dan
arus musim timur laut pada bulan Januari.
3. Arus kompensasi yaitu arus yang terjadi karena perbedaan tinggi
permukaan air laut, seperti arus sungsang di antara arus katulistiwa
utara dan selatan. Karena kedua arus khatulistiwa itu, molekul air
berpindah ke arah barat, sehingga permukaan air di bagian barat
samudera relative lebih tinggi daripada di bagian timur. Sebagai
kompensasinya, mengalirlah arus yang arahnya berlawanan dengan
kedua arus khatulistiwa tersebut. Arus itu dinamakan arus sungsang.
41
!
HIDROSFER
4. Arus vertikal yaitu arus yang naik atau turun adalah gerakan dua arus
yang berlawanan yang disebabkan karena perbedaan kadar garam. Pada
pangkal arus khatulistiwa terjadi arus vertikal yang naik. Sedangkan,
pada bagian barat samudera, yaitu di tempat permukaan air relatif lebih
tinggi, terjadi arus vertikal yang turun.
Sedangkan, berdasarkan suhunya dapat dibedakan menjadi:
1. Arus panas yaitu arus dengan suhu air yang lebih panas daripada suhu
air laut yang didatangi.
2. Arus dingin yaitu arus yang suh airnya lebih dingin daripada suhu air
laut yang didatanginya.
c. Pasang-Surut Air Laut
Pasang-surut air laut adalah perubahan ketinggian permukaan air
laut yang berlangsung secara periodik dalam periode setengah hari bulan
(satu hari bulan = 24 jam 50 menit). Laut sedang pasang naik jika
permukaannya paling tinggi dibandingkan dengan tinggi rata-rata dan
sedang pasang surut jika permukaannya paling rendah.
Pasang-surut air laut disebabkan oleh tarikan gravitasi antara Bumi
dan dua benda langit yaitu Bulan dan Matahari. Kerak bumi juga
dipengaruhi oleh penarikan ini, tetapi gerakannya demikian kecil. Planet-
planet lain pada tata surya dan bintang-bintang juga menarik bumi serta
ditarik oleh bumi, tetapi benda-benda itu terlalu kecil atau terlalu jauh
untuk mempunyai suatu pengaruh yang terlihat pada perairan laut.
Efek penimbul air pasang dari matahari hanya sekitar 0,46 kali efek
penimbul air pasang dari bulan, meskipun kenyataannya massa matahari
sekitar 28 juta kali lebih besar. Menurut hukum newton mengenai
gravitasi, gaya penarikan yang dimiliki berbagai benda untuk satu sama
lain berbanding langsung dengan hasil kali massanya tetapi berbanding
terbalik dengan kwadrat jarak benda-benda tersebut. Matahari berada
hampir 150 juta km dari bumi, sedangkan bulan sekitar 385.000 km. Jarak
yang lebih kecil antara bulan dan bumi lebih dipengaruhi daripada massa
matahari yang lebih besar. Oleh karena itu, perairan samudera terutama
dipengaruhi oleh tarikan gravitasi bulan.
42
!
HIDROSFER
"!
)!
Gambar 39. Tarikan Gravitasi Antara Bulan dan Samudera Serta
Litosfer Bumi Mengakibatkan Air Pasang
43
!
HIDROSFER
'&'!
"#$!
%&'! %&%!
*!
)! "!
(!
%!
'&"!
44
!
HIDROSFER
!
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari latar belakang dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik
simpulan sebagai berikut:
1. Hidrosfer atau lapisan air merupakan fisik bumi yang berguna bagi kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara khusus dipelajari pada ilmu yang
disebut dengan hidrologi.
2. Siklus hidrologi merupakan siklus air di mana air mengalami berbagai proses
sebelum kembali ke keadaan semula.
3. Siklus hidrologi dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
! Siklus kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan
dan hujan, lalu jatuh ke laut.
! Siklus sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan dibawa
angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu masuk ke
tanah, selokan, sungai dan ke laut lagi.
! Siklus besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk
kristal-kristal es di atas laut melalui proses sublimasi, dibawa angin ke
daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser (lapisan
es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.
4. Hidrosfer dalam kajiannya nencakup perairan darat dan perairan laut.
5. Perairan darat meliputi air tanah, sungai, danau, kolam, rawa, dan waduk.
6. Perairan laut membahas tentang kegaraman air laut (salinitas), gelombang laut,
arus laut, dan pasang naik-pasang surut.
3.2. Saran
Bagi para pembaca hendaknya dalam mempelajari materi hidrosfer bisa mengaitkan
fenomena yang terjadi di lingkungan kita dengan materi yang kita dapat melalui buku atau
pengajar agar pengetahuan kita bisa berkembang.
45
HIDROSFER
DAFTAR PUSTAKA
Pujani, N. M. 2004. Struktur bumi. Buku ajar. Fakultas pendidikan MIPA. Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.