Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI FISIK

“HIDROSFER”
Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Geografi Fisik
Dosen pengampu: Andri Noor Ardiyansyah M.SI

Disusun oleh:
Muhammad Hijrian Haikal 11220150000008
Devina Yuspasari Putri 11220150000012
Sifa Nurfadilah 11220150000014
Annanta Dwi Wicaksana 11220150000016

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sholawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W
karena berkat rahmat dan hidayahnya kita selalu berada dalam lindungannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas presentasi kelompok kami
dalam mata kuliah Teori Sosiologi yang diampu Ibu Cut Dhien Nourwahida, M.A., dengan
judul materi “HIDROSFER”. Penulis juga meminta maaf apabila dalam penulisan makalah
ini masih memiliki banyak kekurangan.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh karena itu,
penulis meminta kritik dan saran penulis harapkan untuk penyempurnaan karya ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umum dan pembaca.

Jakarta, 11 Mei 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................I
DAFTAR ISI.......................................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................3
BAB II .................................................................................................................................4
A. Riwayat Hidup George Simmel ..............................................................................4
B. Konseptual Teori George Simmel………………………………………………….6
C. Batasan Sosilologi Harus Ditentukan………………………………………………7
D. Munculnya masyarakat melalui proses interaksi timbal balik……………………..8
E. Superordinasi dan Subordinasi..................................................................................9
F. Konflik dan kekompakan.................................................................................................15
BAB III…………………………………………………………………………………….17
Kesimpulan.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup merupakan salah satu planet di tatasurya.
Keistimewaan bumi dibanding planet-planet lain di tata surya adalah mampu
menyokong kehidupan yang beraneka ragam. Keistimewaan tersebut diantaranya
adalahsuhu yang optimal, kadar oksigen yang baik, serta yang tidak kalah penting
adalah terdapatnya air di bumi sebagai sumber kehidupan. Bumi menjadi istimewa
karena sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air, baik air di darat maupun di
laut. Seperti kita ketahui bahwa sekitar 70,8 % bumi kita ini terdiri dari air, dimana air
adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup dan 29, 2%
daratan. Prosentase air di bumi paling banyak berada di lautan yakni sekitar 97,2%;
kemudiandalam bentuk es sekitar 1,75%; berada di daratan sebagai air sungai, air
danau, air tanahsekitar 0,62%; dan hanya 0,001% dalam bentuk uap di udara.Air di
bumi mengulangi terus menerus sirkulasi: penguapan, presipitasi, dan keluardari
tanah. Sirkulasi ini sering disebut dengan siklus hidrologi. Air berubah dalam
tigawujud menurut waktu dan tempat, yakni dalam bentuk padat, air sebagai cairan,
airsebagai uap seperti gas. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan
salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali keatas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapaitanah. Setelah mencapai tanah, siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tigacara yang berbeda: Air permukaan,
baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,waduk, rawa), dan sebagian air
bawah permukaan akan terkumpul dan mengalirmembentuk sungai dan berakhir ke
laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalamkomponen-komponen siklus
hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai(DAS).Sebagian besar
wilayah Indonesia terdiri dari laut. Jika dibandingkan dengan luasdaerah keseluruhan,
perairan Indonesia 62,9 % dan daratan 37,1 %. Di Indonesia terdapat perairan laut dan
berbagai macam perairan darat, di mana perairan darat dan perairan lautini merupakan
bagian hidrosfer. Hidrosfer atau lapisan air merupakan fisik bumi yang berguna bagi
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Untuk lebih mengetahui lebih jelasnya
mengenai hidrosfer, serta perairan laut dan perairan darat, maka hal ini akan di bahas
lebih lanjut pada pembahasan dalam makalah ini.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang akan diidentifikasi dalam
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Hidrosfer?
2. Apa saja ilmu penunjangnya?
3. Bagaimana pendekatan Geografi dalam mengkaji Hidrosfer?
4. Apa pengertian dari siklus air dan pembagiannya?
5. Apa pengertian air tanah dan apa saja sumbernya?
6. Bagaimana pembagian air tanah berdasarkan kedalamannya?
7. Apa saja jenis-jenis akuifer?
8. Apa pengertian daerah aliran sungai?
9. Bagaimana pembagian DAS beserta karakteristiknya?
10. Apa pengertian dari sungai?
11. Bagaimana pembagian jenis sungai?

C. Tujuan Penulisan
Setelah mengetahui latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dalam
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian Hidrosfer


2. Mengetahui apa saja ilmu penunjang Hidrosfer
3. Mengetahui pendekatan Geografi dalam mengkaji Hidrosfer
4. Mengetahui apa pengertian dari siklus air dan pembagiannya
5. Mengetahui pengertian air tanah dan sumbernya
6. Mengetahui pembagian air tanah berdasarkan kedalamannya
7. Mengetahui jenis-jenis akuifer
8. Mengetahui pengertian daerah aliran sungai
9. Mengetahui pembagian DAS berdsarkan karakteristiknya
10. Mengetahui pengertian dari sungai
11. Mengetahui pembagian jenis sungai

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hidrosfer

Hidrosfer adalah suatu lapisan air yang menyelimuti kerak bumi disebabkan karena hal
demikian berbentuk cair, hidrosfer berasal dari kata hidro yang yang artinya air serta shaire
yang yang artinya adalah lapisan. Permukaan bumi yang ditutupi oleh air, Lapisan yang
menutupi permukaan bumi ini disebut hidrosfer. Dengan demikian bisa atau dapat dikatakan
pula bahwa hidrosfer ini lapisan air sumber kehidupan utama bagi manusia. Hidrosfer
merupakan sebutan bagi air yang ada dipermukaan Bumi baik yang berupa lautan atau
samudra maupun air yang ada di daratan. Hidrosfer ini mempunyai beberapa cabang dari
ilmuwan adalah sebagai berikut :
 Potamologi, atau fluviologi adalah ilmu yang berhubungan dengan studi tentang
aliran air seperti sungai dan sungai. Itu milik bidang studi hidrologi dan secara
etimologis berasal dari bahasa Yunani "potamon" yang berarti sungai, dan "logo"
yang berarti studi.
 Limnologi, Limnologi adalah ilmu tentang ekosistem perairan darat. Kajiannya adalah
mengungkap struktur dan fungsi hubungan antara organisme perairan darat kaitannya
dengan dinamika fisik, kimia dan biologi lingkungannya.
 Geohidrologi, adalah ilmu yang mempelajari air yang berada di dalam tanah (ground
water/ air tanah). Air Tanah adalah air (yang berasal dari air hujan) yang tersimpan
pada rongga-rongga (porosity/ intencities) batuan atau tanah pada rongga jenuh yang
bergerak.
 Kriologi, adalah cabang hidrologi yang mempelajari tentang salju dan es.

 Pendekatan Geografi dalam mengkaji Hidrosfer

Pendekatan geografi diimplementasikan sebagai sebuah metode untuk melakukan kajian-


kajian ilmiah mengenai fenomena-fenomena geografi. Di lain sisi, pendekatan geografi ini
dikonseptualisasikan untuk mereduksi berbagai permasalahan-permasalahan di bidang
geografi. Mengutip dari buku Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer untuk kelas X
SMA/MA (2007) karya Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat, dijelaskan bahwa pendekatan
geografi dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pendekatan Keruangan (Spasial)
Pendekatan keruangan adalah pendekatan geografi pertama yang akan kita bahas.
Berdasarkan namanya dapat diketahui bahwa pendekatan geografi keruangan akan

5
menekankan pada keruangan. Pendekatan keruangan dalam geografi adalah pendekatan yang
mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat pentingnya seperti perbedaan struktur,
pola, dan proses.
Struktur keruangan berhubungan dengan elemen pembentuk ruang yang berupa
kenampakan titik, garis, dan area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi
distribusi ketiga elemen tersebut. Distribusi elemen geografi ini akan membentuk berbagai
macam pola, misalnya radial, memanjang, dan lainnya. Dengan demikian, proses keruangan
sendiri berkenaan dengan perubahan elemen pembentuk ruang.
2. Pendekatan Kelingkungan (Ekologi)
Pendekatan ilmu geografi yang kedua yaitu pendekatan kelingkungan atau ekologi.
Dalam pendekatan ekologi, kita tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan
lingkungan, tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada dan juga perilaku manusia.
Karena pada dasarnya lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu perilaku dan fenomena
lingkungan.
3. Pendekatan Kompleks Wilayah (Regional)
Pendekatan ini merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dengan pendekatan
kelingkungan. Para ahli geografi menyebut pendekatan ini kompleks wilayah karena
mengkaji masalah yang lebih rumit daripada pendekatan-pendekatan lain sebelumnya di
atas.

B. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi atau daur air yang dikenal juga dengan istilah siklus air adalah sirkulasi air
yang menggambarkan pergerakan molekul air (H2O) dari atmosfer ke bumi dan sebaliknya,
yang tidak pernah berhenti sehingga membentuk rangkaian melingkar perjalanan molekul air
di bumi yang disebut siklus. Berikut tiga proses utama siklus air atau siklus hidrologi yang
perlu kita ketahui.
a. Evaporasi/Transpirasi
Istilah evaporasi digunakan untuk menunjukkan proses penguapan air yang berasal dari
laut, sungai, danau, dan badan air lainnya. Sedangkan transpirasi merupakan pelepasan
molekul air sebagai hasil metabolisme dari tumbuh-tumbuhan. Pada prinsipnya keduanya
sama karena merupakan proses perubahan zat cair menjadi gas yang akan berkumpul di
atmosfer.

b. Kondensasi
Kondensasi adalah proses perubahan air dari gas menjadi cair, atau kita kenal dengan
istilah pengembunan, yang merupakan kebalikan dari evaporasi atau penguapan. Pada siklus
hidrologi, kondensasi terjadi di atmosfer akibat perubahan suhu dan tekanan. Akibat adanya
kondensasi, air akan berkumpul membentuk awan hitam yang siap turun sebagai hujan ketika
mencapai titik jenuh.

6
c. Presipitasi
Presipitasi merupakan produk dari kondensasi. Presipitasi dapat terjadi karena adanya
pendinginan dan penambahan uap air, sehingga air yang membentuk awan mencapai titik
jenuh. Semakin banyak uap air yang terbentuk di atmosfer, maka tetesan air yang ada di awan
akan semakin banyak dan semakin berat. Ketika awan tidak mampu menampung banyaknya
air yang terbentuk, maka air tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk hujan.
Air akan turun dalam bentuk salju ketika suhu berada di bawah titik beku (0 derajat
Celcius atau 32 derajat Fahrenheit). Karena rendahnya suhu ketika musim dingin, uap air di
atmosfer akan terkondensasi menjadi es yang padat tanpa melalui tahap cair. Kristal es yang
terbentuk akan menyerap dan membekukan uap air tambahan dari udara disekitarnya menjadi
kristal salju yang kemudian jatuh ke bumi.
Siklus air atau siklus hujan dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan panjang dan lama
proses pergerakan molekul air. Yaitu
 Siklus pendek
Siklus air pendek diawali dari evaporasi air laut ke atmosfer. Pada ketinggian tertentu,
uap air akan mengalami kondensasi yang akan membentuk awan. Awan yang tak mampu
menahan beban air akan mengalami presipitasi dan terjadi hujan sehingga air jatuh kembali
ke laut.
 Siklus sedang
Seperti yang terjadi pada siklus pendek, siklus sedang terjadi ketika air laut menguap.
Yang membedakan adalah uap air akan terbawa oleh angin menuju daratan. Di ketinggian
tertentu, uap air mengalami proses kondensasi menjadi awan.
Awan kemudian menjadi hujan yang jatuh di daratan, meresap ke dalam tanah, sebagian
akan diserap oleh akar tumbuhan, sebagian lagi akan terbawa aliran air permukaan seperti
sungai dan parit. Air akan melewati berbagai macam saluran-saluran air yang akan
membawanya kembali berakhir ke laut.
 Siklus panjang
Siklus panjang diawali dengan evaporasi dan kondensasi air laut. Awan yang terbentuk
dibawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di area daratan. Nah, awan yang terbentuk tadi
bergabung dengan uap air yang berasal dari evaporasi danau dan sungai, serta transpirasi
tumbuhan. Karena dipengaruhi ketinggian tempat, uap air mengenai lapisan udara dingin dan
berubah menjadi salju sehingga terjadilah hujan salju saat musim dingin dan juga membentuk
bongkahan es di pegunungan tinggi
Bongkahan es di pegunungan akan meluncur ke tempat lebih rendah akibat gaya
gravitasi. Bongkahan es yang meluncur karena gaya gravitasi ini disebut gletser. Gletser yang
terkena suhu tinggi kemudian mencair dan mengalir melalui perairan darat yang akan
kembali ke laut.

7
C. Air Tanah
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU No. 7/2004)
mendefinisikan air sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
Sementara beberapa ahli di dalam buku-buku teks memberikan definisi seperti berikut:
1. Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan
dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan.
Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui
pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996).
2. Curah hujan yang masuk ke dalam tanah dan meresap ke lapisan yang ada di
bawahnya, yang kemudian tertampung pada lapisan di bawah pemukaan tanah disebut
air tanah (Wilson, 1993).
3. menurut Soemarto (1989) air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam
lapisan geologi. Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan
lajur jenuh (saturated zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh sampai
ke permukaan tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara.

 Air tanah mempunyai 3 (tiga) fungsi bagi manusia (Toth, 1990) yaitu:

a) Sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia.


b) Bagian dari hidrologi dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan siklus hidrologi
global.
c) Sebagai anggota/agen dari geologi.

 Proses terbentuknya air tanah

Air tanah terbentuk berkaitan dengan adanya siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah
suatu siklus yang terjadi di lingkungan perairan. Siklus ini akan terus berjalan dan tidak
akan berhenti, dimana proses air dari atmosfer yang turun ke bumi dalam bentuk hujan
atau salju akan kembali lagi ke atmosfer secara berulang terus menerus. Air yang turun ke
bumi sebagai air hujan sebagian besar akan mengalir dipermukaan tanah sebagai air
permukaan, seperti sungai, danau, atau rawa. Sebagian kecil air hujan tersebut juga
meresap ke dalam tanah dan masuk ke dalam zona jenuh, sehingga menjadi air tanah.

Air tanah yang berada dekat dengan permukaan tanah akan diserap oleh tanaman melalui
evapotranspiration dan kembali menguap ke atmosfer. Selain itu, penguapan atau
evaporasi secara langsung juga dapat terjadi pada tubuh air yang terbuka. Air memiliki
manfaat penting bagi seluruh aspek kehidupan, baik untuk air minum, kegiatan rumah
tangga, serta kepentingan industri. Ketergantungan manusia akan air bersih saat ini telah
mencapai 70% dan kemungkinan akan meningkat jika musim kemarau melanda. Apabila
pasokan atau cadangan air menipis, maka akan terjadi ancaman bencana kekeringan.

Air tanah dapat berada dibawah permukaan tanah dalam bentuk kumpulan air, seperti
pada gua bawah tanah atau sungai bawah tanah. Keberadaan air bawah tanah dapat

8
mencapai kedalaman puluhan bahkan ratusan meter dibawah permukaan bumi. Semakin
kedalam akan ditemukan lapisan-lapisan batuan yang lolos air dan tidak lolos air. Lapisan
permeable atau lapisan lolos air adalah lapisan batuan yang terdiri dari kerikil, pasir, batu
apung, dan batuan yang retak.

Sedangkan, lapisan impermeable atau lapisan tidak lolos air adalah lapisan batuan yang
kedap air dan terdiri dari napal, tanah liat, dan tanah lempung. Meski tanah lempung
dapat menyerap air, akan tetapi memiliki sifat jenuh air sehingga daya serapnya terbatas.
Air hujan yang turun ke bumi akan meresap secara infiltrate ke zona tak jenuh (zone of
aeration). Setelah itu akan masuk lebih dalam secara percolate hingga mencapai zona
jenuh air dan menjadi air tanah.

 Sumber air tanah


Air tanah memiliki jumlah yang jauh lebih besar dibanding air permukaan. Menurut data
UNESCO, 1978 dalam Chow et al, 1998 menyatakan bahwa 98% dari seluruh air di
daratan tersimpan dibawah permukaan tanah, pori-pori batuan, dan material butiran.
Oleh karena itu, sumber air tanah dapat dibagi menjadi 2 jenis sumber, yaitu:
a) Air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam formasi
batuan
b) Air permukaan yang dapat berasal dari sungai, danau, dan reservoir yang meresap
melalui tanah dan batuan ke dalam tanah

D. Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS atau Daerah Aliran Sungai adalah istilah untuk menyebut suatu ekosistem tempat
unsur organisme, lingkungan biofisik, dan unsur kimia berinteraksi secara dinamis,
sehingga di dalamnya terjadi keseimbangan inflow dan outflow material dan energi.
Ekosistem DAS terdiri dari beberapa komponen, yang meliputi: Manusia, Hewan,
Vegetasi, Tanah, Iklim, dan air.
Masing-masing komponen dari ekosistem DAS mempunyai sifat khasnya sendiri, tapi
tetap berhubungan satu sama lain sehingga membangun kesatuan sistem ekologis atau
ekosistem yang saling menyeimbangkan.
 Pengertian

Pengertian DAS secara lebih detail bisa kita pelajari lanjut berdasarkan definisi DAS
menurut para ahli. Jika merujuk pada PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1,
disebutkan bahwa “DAS termasuk suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.”

9
Pengertian daerah aliran sungai menurut Dharmawan, dkk (2005), merupakan suatu
“bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu
punggung bukit atau gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian
mengalirkannya melalui saluran-saluran pengaliran ke suatu titik (outlet) yang umumnya
berada di muara sungai biasa atau danau.”

Menurut Asdak (2010), DAS diartikan sebagai suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung serta menyimpan
air hujan sehingga selanjutnya bisa disalurkan menuju laut melalui sungai utama.
Pengertian Daerah Aliran Sungai juga disampaikan Suripin (2002), sebagai “suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit-bukit atau gunung,
maupun batas batuan, seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan turun di wilayah
tersebut memberi kontribusi aliran ke titik kontrol (outlet).”

Adapun Kodoatie dan Sugiyanto (2002), menyebutkan bahwa pengertian daerah aliran
sungai sebagai suatu kesatuan daerah/ wilayah/ kawasan tata air yang secara alamiah
terbentuk dengan adanya air yang tertangkap dan berasal dari curah hujan, sehingga dapat
mengalir dari daerah/ wilayah/ kawasan tersebut ke arah sungai-sungai yang
berhubungan.

Secara sederhana, pengertian DAS disampaikan oleh Sugiharto (2001), sebagai “suatu
daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, menampung,
menyimpan, dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut.”

Jadi, kita juga bisa menyimpulkan pengertian daerah aliran sungai sebagai wilayah yang
dibatasi pembatas topografi yang menampung air hujan, sedimen maupun unsur hara, lalu
mengalirkannya lewat saluran air sehingga dapat berkumpul menuju muara sungai, danau,
waduk atau laut. Ini berarti seluruh permukaan bumi merupakan DAS dan terbagi habis
dalam DAS. Terganggunnya fungsi DAS dapat mengakibatkan sistem atau siklus
hidrologi juga terganggu. Selain itu, penangkapan curah hujan, resapan hingga
penyimpanan air juga dapat mengalami gangguan. Akibat selanjutnya, bisa membuat
vegetasi penutup tidak seimbang dan menyebabkan perubahan pada aliran sungai.

Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui betapa pentingnya DAS bagi kehidupan,
sehubungan dengan pentingnya pula air bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Inilah
yang membuat pentingnya pengelolaan DAS maupun konservasi DAS. Konservasi DAS
merupakan berbagai upaya pelestarian lingkungan yang berdasarkan pada peran dan
fungsi wilayah-wilayah yang ada pada DAS, mencakup perlindungan, pemeliharaan dan
pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan.

10
Masing-masing komponen dari ekosistem DAS mempunyai sifat khasnya sendiri, tapi
tetap berhubungan satu sama lain sehingga membangun kesatuan sistem ekologis atau
ekosistem yang saling menyeimbangkan.
Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui betapa pentingnya DAS bagi kehidupan,
sehubungan dengan pentingnya pula air bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Inilah
yang membuat pentingnya pengelolaan DAS maupun konservasi DAS. Konservasi DAS
merupakan berbagai upaya pelestarian lingkungan yang berdasarkan pada peran dan
fungsi wilayah-wilayah yang ada pada DAS, mencakup perlindungan, pemeliharaan dan
pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan.

 Pembagian Daerah Aliran Sungai


Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi tiga bagian utama yakni bagian hulu, tengah dan
hilir. Masing-masing bagian ini membutuhkan koservasi tersendiri berdasarkan fungsinya.
Berikut adalah pembagian dan pemanfaatannya.
a) Bagian hulu adalah bagian dengan fungsi konservasi yang pengelolaannya bertujuan
mempertahankan kondisi lingkungan DAS sehingga tidak terdegradasi, dilihat dari
indikasi kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air
(debit), dan curah hujan.
b) Bagian tengah adalah bagian dengan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk pemanfaatan kepentingan sosial dan ekonomi, dengan melihat pada indikasi
kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air
tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan
danau.
c) Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang pengelolaannya
guna memberi manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, dengan melihat pada
indikasi kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah
hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah

Karakteristik DAS ini adalah gambaran secara spesifik terkait DAS yang dilihat dari
ciri parameter yang berhubungan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi,
vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Secara umum, karakteristik DAS dibagi
menjadi dua yaitu: karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan
kelembagaan.
 Karakteristik biogeofisik, meliputi karakteristik meteorologi DAS, karakteristik
morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan
karakteristik kemampuan DAS.
 Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, ini meliputi karakteristik
sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial
ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.

2
 Pengelolaan DAS

Daerah aliran sungai sangat beragam, dengan pemanfaatannya masing-masing yang juga
beragam. Ada wilayah hutan, pertanian, jalan hingga desa. Karenanya, pengelolaan DAS
juga harus dilakukan dengan melihat dari fungsi wilayahnya masing-masing.
Pengelolaan DAS penting dilakukan agar DAS mampu berjalan sesuai fungsinya, sikluh
hidrologi berjalan baik, serta lahan dan ketersediaan air bagi masyarakat dan makhluk
hidup lainnya bisa terjaga. Tujuan pengelolaan DAS adalah untuk mengkonservasi tanah
pada lahan, seperti pengelolaan di lahan pertanian, memanen kelebihan air di musim
hujan, sehingga dapat memanfaatkannya di musim kemarau, mendorong usaha tani
berkelanjutan dengan perbaikan sistem pertanian, memperbaiki keseimbangan ekologi
dari hulu ke hilir.

Pengeloaan DAS penting dikarenakan DAS juga sering mengalami permasalahan.


Adapun permasalahan utama DAS yang sering muncul, adalah berhubungan dengan
jumlah atau kuantitas dan kualitas atau mutu air. Misalnya, pada air sungai, ketika
jumlahnya berlebih, akan mengakibatkan banjir, sedangkan bila jumlahnya terlalu sedikit,
akan mengakibatkan kekeringan. Oleh karena itu, dari kuantitas maupun kualitas, DAS
harus terjaga secara seimbang.

E. Sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-
menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Ada juga sungai yang terletak di bawah
tanah, disebut sebagai "underground river". Misalnya sungai bawah tanah di Gua Hang Soon
Dong di Vietnam, sungai bawah tanah di Yucatan (Meksiko), sungai bawah tanah di Gua
Pindul (Filipina) Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke
dalam tanah sebelum menemukan badan air lannya. Melalui sungai merupakan cara yang
biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang
besar seperti danau.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak
sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air
biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan
Pengujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sunga
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitas, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di
beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selan air, sunga juga mengalirkan
sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian,
bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan ar limbah, bahkan
sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat
5.950 daerah aliran sungai (DAS)

3
 Bagian sungai terbagi menjadi 2, yaitu hulu dan hilir.

1. Sungai Bagian Hulu


Sungai bagian hulu adalah bagian sungai yang ada di daerah pegunungan atau
perbukitan. Pada dasarnya, bagian hulu ini merupakan awalan dari aliran air sungai sehingga
letaknya harus ada di dataran tinggi. Air yang ada di hulu umumnya masih jernih karena
tidak terkontaminasi dengan aliran air sebelumnya.
Ciri Sungai Bagian Hulu
 Punya arus yang deras.
 Terjadi pengikisan atau erosi yang lebih rentan. Alasannya karena alirannya yang ada
di dataran tinggi.
 Saluran berbentuk VI
 Tidak ada pengendapan karena alirannya yang deras.
 Dapat menemukan batu yang masih besar-besar.
 Memiliki Jeram atau air terjun.

2. Sungai Bagian Hilir


Bagian berikutnya dari sungai adalah hilir. Sungai bagian hilir disebut dengan muara
sungai karena berada di ujung dari aliran sungai.
Ciri Ciri Sungai Bagian Hilir
 Memiliki arus yang tenang dan cenderung lambat.
 Di badan sungainya mudah ditemukan lumpur dan pasir halus.
 Pengikisan melebar ke dinding sungai.
 Banyak terjadi pengendapan yang berasal dari erosi di bagian hulu.
 Muara yang ada terkadang membentuk delta, sungai mati (oxbow lake).

 Jenis Sungai Berdasarkan Sumber Airnya


Berdasarkan sumber airnya, jenis sungai terbagi menjadi tiga, yaitu:
a) Sungai hujan: sungai ini berasal dari air hujan dari proses siklus hidrologi. Keluarnya
sungai ini dimulai dari mata air yang terletak di bagian hulu. Contohnya adalah
Sungai Bengawan Solo, Sungai Ciliwung, dan Sungai Citarum.
b) Sungai gletser: air sungai yang berasal dari mencairnya salju atau es di puncak
pegunungan. Contohnya adalah sungai Mamberamo yang airnya dari gletser di
Puncak Jaya, Papua.
c) Sungai campuran: sungai ini terbentuk dari kombinasi air hujan dan gletser.
Contohnya adalah Sungai Digul.
 Jenis Sungai Berdasarkan Arah Alirannya
1) Sungai Konsekuen
Sungai konsekuen adalah sungai dengan arah aliran yang sesuai dengan kemiringan
permukaan bumi. Jadi, ciri ciri sungai konsekuen ada di dataran tinggi yang membuat

4
alirannya jatuh ke daerah yang lebih rendah. Ciri lain dari sungai ini yaitu bentuknya yang
berkelok-kelok. Contoh sungai konsekuen adalah Sungai Progo.
2) Sungai Insekuen
Sungai Insekuen merupakan jenis sungai yang arah alirannya tidak beraturan. Hal ini
dikarenakan sungai insekuen tidak dipengaruhi oleh bentuk lereng atau batuan. Nah, jika
dilihat dari gambar di atas, posisi sungai insekuen itu tidak ada, ya, karena sungai ini
umumnya muncul dalan DAS dendritik.
3) Sungai Subsekuen
Berikutnya adalah sungai subsekuen. Sungai subsekuen memiliki aliran lurus
mengikuti formasi daerah atau wilayah tempat terbentuknya sungai. Ciri ciri sungai
subsekuen adalah terbentuk dari sungai konsekuen yang mengalami erosi. Dari erosi ini akan
membentuk sungai baru yang tegak lurus dengan konsekuen atau yang dikenal dengan
sungai subsekuen. Adapun, contoh sungai subsekuen ada di Indonesia adalah Sungai Opak.
4) Sungai Resekuen
Jenis jenis sungai selanjutnya adalah sungai Resekuen. Ciri ciri sungai resekuen
adalah arah alirannya searah dengan aliran konsekuen utama tetapi sungai ini adalah cabang
dari subsekuen. Jadi, dapat dikatakan bahwa sungai resekuen juga punya arah aliran yang
mengikuti kemiringan mirip seperti sungai konsekuen. Bisa juga dikatakan bahwa arah
alirannya tegak lurus dengan aliran subsekuen.
Karena termasuk cabang dari subsekuen, maka ukuran dari sungai ini relatif lebih
kecil dari sungai induknya yaitu konsekuen dan subsekuen. Contoh sungai resekuen adalah
Sungai Oyo yang merupakan anak sungai dari Sungai Opak di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Lokasi tepatnya adalah di bagian tengah selatan dari pulau Jawa. Gambar sungai resekuen
bisa kamu lihat di penjelasan sebelumnya.
5) Sungai Insekuen
Terakhir ada sungai insekuen. Sungai insekuen merupakan sungai yang arah alirannya
tidak dipengaruhi oleh kemiringan atau batuan. Jadi, ciri ciri sungai insekuen adalah
memiliki aliran yang tidak beraturan, memiliki arah aliran anak sungai yang sejajar dengan
subsekuen, dan berada di dataran rendah atau cekungan. Contoh sungai insekuen adalah
sungai di daerah Bandung yang terdiri dari Sub DAS Cihaur dan Sub DAS Cikapundung.
 Jenis Sungai Berdasarkan Debit Airnya
Kemudian, ada juga jenis jenis sungai berdasarkan debit alirannya. Pembagian jenis ini
terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Sungai Permanen
Sungai permanen memiliki debit air yang relatif terjadi sepanjang tahun. Contoh dari
sungainya cukup banyak, yaitu Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, Sungai Barito, Sungai
Mahakam, Sungai Indragiri, dsb.
2. Sungai Periodik

5
Sesuai dengan namanya, sungai periodik punya aliran debit yang hanya terjadi di
periode tertentu. Debit air sungai akan besar pada musim hujan. Sedangkan untuk musim
kemarau, debitnya akan kecil. Contohnya adalah Sungai Bengawan Solo, Sungai Code,
Sungai Brantas, Sungai Opak, dsb.
3. Sungai Episodik
Mirip dengan sungai periodik, sungai episodik juga hanya ada di musim hujan.
Bedanya, jika periodik memiliki debit yang kecil di musim kemarau, maka episodik tidak
punya sama sekali air di musim kemarau. Hal ini terjadi karena kekeringan sehingga tidak
ada sungai sama sekali. Contohnya yang terjadi di Sungai Kalada di Pulau Sumba.
4. Sungai Ephemeral
Jenis sungai terakhir berdasarkan debit airnya adalah sungai ephemeral. Jenis sungai
ini hanya ada di musim hujan. Contohnya yang biasa dijumpai di Nusa Tenggara.

6
7

Anda mungkin juga menyukai