Anda di halaman 1dari 27

ILMU KEBUMIAN

“HIDROSFER”

DOSEN PENGAMPU
Dr. Ni Made Pujani, M.Si.,
Putu Hari Sudewa, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh
Lintang Safitri 2110410065
M. Ulul Albab Kholifatul Ardli 2110410098
Margaretha Octavia Salsabila 2110410119
Maya Susanti 2110410066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, dimana telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Hidrosfer” ini tepat pada waktunya.
Adapun tak lain tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan pada mata kuliah Ilmu Kebumian. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ni
Made Pujani, M.Si.,. selaku dosen bidang studi Ilmu Kebumian yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang disusun masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang anda berikan sangat membantu kami dalam meningkatkan
kemampuan penulisan makalah secara baik dan benar. Atas perhatian dan waktunya, kami
mengucapkan terima kasih.

Jember, 06 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................


1.2 Rumusan Makalah...............................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................

2.1 Pengertian hidrosfer.............................................................................................................


2.2 Siklus hidrologi....................................................................................................................
2.3 Komponen pembentuk siklus hidrologi...............................................................................
2.4 Perbedaan siklus hidrologi...................................................................................................
2.5 Perairan darat.......................................................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan
agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk
hubungannya dengan mahluk-mahluk hidup (International glossary of Hidrologi,
1974). Karena perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi dasar
dari pengelolaan sumberdaya-sumberdaya air rumah tangga yang merupakan
pengembangan, agihan dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya air secara terencana.
Banyak proyek di dunia (rekayasa air, irigasi, pengendalian banjir, drainase, tenaga air
dan lain-lain) dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan survey kondisi-kondisi
hidrologi yang cukup.
Salah satu planet dalam tata surya yang mempunyai kandungan air yang cukup
banyak adalah bumi. Lapisan air yang menyelimuti bumi disebut hidrosfer. Hidrosfer
merupkan lapisan yang terdapat dibagian luar bumi terdiri ata air laut, sungai, danau,
air dalam tanah, dan resapan-respan. Presentase air paling banyak terdapat dilautan,
yakni sekitar 97,5%, dalam bentuk es 75%, dan dalam bentuk uap di udara sekitar
0,001%.
Air merupakan salah satu unsur yang vital dalam kehidupan. Air dapat
ditemukan disemua tempat dipermukaan bumi ini. Air merupakan sumber daya abiotik
yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir semua
kegiatan hidup manusia bersinggungan langsung dengan air. Misalnya, air digunakan
untuk keperluan minum, memasak, mencuci, dan lain-lain. Dari contoh-contoh itu bisa
kita jadikan titik tolak untuk menyimpulkan seberapa penting peran air bagi kehidupan
yang ada dibumi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian hidrosfer?
1.2.2 Apa yang dimaksud siklus hidrologi?
1.2.3 Apa saja komponen pembentuk siklus hidrologi?
1.2.4 Bagaimana perbedaan siklus hodrologi (pendek, sedang, panjang)?
1.2.5 Apa saja yang termasuk perairan darat?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mendeskripsikan pengertian hidrosfer.
1.3.2 Mendeskripsikan siklus hidrologi.
1.3.3 Mendeskripsikan komponen siklus hidrologi.
1.3.4 Mendeskripsikan perbedaan siklus hidrologi (pendek, sedang, panjang).
1.3.5 Mendeskripsikan perairan darat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hidrosfer


Hidrosfer adalah daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat.
Hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti ’air’ dan sphere yang berarti ’daerah’
atau ‘bulatan’. Daerah perairan meliputi samudra, laut, danau, sungai, gletser, air tanah,
dan uap air yang terdapat di atmosfer. Hidrosfer menempati sebagian besar muka bumi
karena 75% muka bumi tertutup oleh air. Jumlah air yang tetap dan selalu bergerak
dalam satu lingkaran peredaran membentuk suatu siklus yang dinamakan siklus
hidrologi, siklus air, atau daur hidrologi. Penguapan air yang terjadi di permukaan bumi
terutama samudra dan laut disebabkan oleh panas matahari.
Bentangan air yang terdapat di daratan dipelajari dalam ilmu hidrologi. Bentangan
air yang terdapat di lautan dipelajari dalam ilmu oceanografi. Bentangan air yang
terdapat di atmosfer, yang mempengaruhi iklim dan cuaca, dipelajari dalam ilmu
meteorology dan klimatologi. Melihat pengertian hidrosfer maka air menjadi kebutuhan
pokok bagi makhluk hidup, dengan adanya air semua makhluk hidup dapat
mempertahankan hidupnya, sehingga siswa mampu melakukan upaya pemanfaatan dan
pelestarian air.
2.2 Siklus Hidrologi
Beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian hidrologi. Menurut Asdak (1995),
hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas, padat) pada,
dalam, dan di atas permukaan tanah. Sedangkan Arsyad (2009) berpendapat bahwa hidrologi
adalah ilmu yang mempelajari proses penambahan, penampungan, dan kehilangan air di bumi.
Singh (1992), menjelaskan pengertian hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik
kuantitas dan kualitas air di bumi menurut ruang serta waktu, termasuk proses hidrologi,
pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan maupun manajemen.
Serta Linsley (1986) mengatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membicarakan tentang air di
bumi baik itu mengenai kejadiannya, jenis-jenis, sirkulasi, sifat kimia dan fisika serta reaksinya
terhadap lingkungan maupun kehidupan.
Air secara alami mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang
lebih rendah. air mengalir diatas permukaan tanah namun air juga mengalir di dalam tanah. di
dalam lingkungan alam, proses, perubahan ujud, gerakan aliran air (di permukaan tanah, di
dalam tanah, dan di udara) mengikuti suatu siklus keseimbangan yang dikenal dengan siklus
hidrologi (Kodatie, 2010). Siklus Hidrologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer kebumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi.
2.3 Komponen Pembentuk Siklus Hidrologi

Siklus atau perputaran air dibentuk oleh tujuh komponen. Komponen tersebut yaitu
transpirasi, intersepsi, evaporasi, evapotranspirasi, infiltrasi, kondensasi, dan presipitasi.
a. Transpirasi
Transpirasi merupakan penguapan atau hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Pada
proses ini tumbuhan mengeluarkan uap H2O dan CO2 pada siang hari yang panas.
Transpirasi berlangsung melalui pori-pori daun yang berhubungan dengan udara luar, seperti
stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi juga terjadi melalui jaringan epidermis
pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan akar. Air paling banyak menguap pada
bagian stomata yaitu lebih dari 80%. Semakin cepat laju transpirasi proses pengangkutan air
dan zat hara yang terlarut dalam tumbuhan juga akan semakin cepat dan sebaliknya. Proses
transpirasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor dalam dan luar. Beberapa faktor dalam ialah
ukuran daun, tebal tipis daun, bulu-bulu di permukaan daun, stomata, serta bentuk dan
lokasi stomata. Sedangkan faktor luar yang memengaruhi proses transpirasi tumbuhan yaitu
sinar Matahari, temperatur udara, kelembapan udara, angin, dan keadaan air tanah.
b. Intersepsi
Intersepsi merupakan proses
tertahannya air hujan di permukaan
tanaman yang kemudian diuapkan
kembali ke atmosfer. Air hujan yang
jatuh di atas tanaman tidak langsung
sampai ke permukaan tanah menjadi
aliran permukaan (surface run off).
Akan tetapi, air hujan ditampung oleh
tajuk atau kanopi, batang, dan cabang
tanaman beberapa waktu. Setelah
bagian-bagian dari tumbuhan tersebut jenuh, air hujan akan sampai ke permukaan tanah
melalui lolos air (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Akibat proses penguapan,
terdapat air hujan yang tidak pernah sampai ke permukaan tanah. Air yang tidak sampai ke
permukaan tanah karena penguapan ini disebut air intersepsi. Hilangnya air melalui
intersepsi merupakan bagian dalam analisis keseimbangan air (water balance) yang
berkaitan dengan produksi air pada daerah aliran sungai (DAS). Dalam analisis
keseimbangan air tersebut, intersepsi dinyatakan sebagai kehilangan air. Hujan yang jatuh di
atas tanaman disebut dengan hujan kotor (gross rainfall), sedangkan air hujan yang
mencapai permukaan tanah melalui aliran batang disebut dengan hujan efektif (net
precipitation). Besar intersepsi hujan pada suatu tanaman dipengaruhi oleh umur tegakan
tanaman. Semakin tua tanaman, tajuk daun, cabang, dan batang semakin luas. Semakin luas
atau rapat tajuk daun, batang, dan cabang, semakin banyak pula air hujan yang tertahan
sebelum diuapkan ke atmosfer. Faktor lain yang memengaruhi besar intersepsi adalah
jumlah percabangan batang. Semakin tua tanaman, jumlah percabangan batang semakin
banyak sehingga laju intersepsinya besar. Sementara itu, beberapa faktor luar yang
memengaruhi besarnya intersepsi yaitu intensitas curah hujan, kecepatan angin, temperatur
udara, dan sinar Matahari.
c. Evaporasi
Evaporasi adalah proses
penguapan air dari tubuh
perairan, baik perairan darat
(sungai, danau, waduk, rawa), dan
perairan laut. Proses
evaporasi sangat dipengaruhi
oleh faktor iklim di
lingkungan perairan, seperti radiasi Matahari, temperatur udara, kelembapan udara, dan
kecepatan angin. Laju evaporasi sangat bergantung pada besarnya energi yang diterima.
Semakin besar jumlah energi yang diterima, semakin banyak pula molekul air yang
diuapkan. Sumber energi utama proses evaporasi adalah radiasi Matahari. Oleh karena itu,
laju evaporasi akan maksimal pada waktu siang hari yang terik. Perairan di muka Bumi yang
mendapatkan penyinaran Matahari penuh akan memicu terjadinya evaporasi dalam skala
besar. Umumnya radiasi Matahari yang tinggi diikuti oleh temperatur udara yang tinggi pula
sehingga kelembapan udara menjadi rendah. Selain itu, angin yang bertiup dengan
kecepatan tinggi membuat laju evaporasi semakin cepat.
d. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi ialah penguapan uap air yang dihasilkan dari proses transpirasi dan
evaporasi. Dua proses ini merupakan salah satu komponen penting dalam hidrologi karena
mampu mengurangi simpanan air di tubuh air, tanah, dan tanaman. Secara umum
evapotranspirasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu evapotranspirasi potensial dan
evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh sejumlah faktor
meteorologi seperti sinar matahari, temperatur udara, kelembapan udara, dan kecepatan
angin. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh faktor dalam seperti fisiologi tanaman dan
unsur tanah
Evapotranspirasi potensial terjadi apabila kondisi air tersedia dalam jumlah banyak
berlebihan). Apabila jumlah air dalam proses transpirasi besar, laju evapotranspirasi aktual
akan semakin besar. Ada beberapa rumus empiris yang digunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial, yaitu Thornthwaite, Blaney-Criddle, Penman, dan Turc-
Langbein. Sementara itu, ketersediaan air dalam proses evapotranspirasi aktual tidak
berlebihan. Evapotranspirasi aktual sangat dipengaruhi oleh luasan permukaan tumbuhan
yang tidak tertutup pada musim kemarau.

e. Infiltrasi
Infiltrasi merupakan proses peresapan air ke dalam tanah. Dalam infiltrasi dikenal dua
istilah penting, yaitu kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi. Kapasitas infiltrasi ialah laju
infiltrasi maksimum pada jenis tanah tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah kecepatan
infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan. Keduanya
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kedalaman genangan dan ketebalan lapisan tanah, kelembapan tanah, tanaman penutup,
intensitas hujan, tekstur, serta struktur tanah.
Ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan masuk ke
dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses peresapan air hujan ke dalam tanah
ini disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh gaya
gravitasi. laju infiltrasi karena faktor ini akan dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori
tanah sehingga air hujan mengalir tegak lurus. Pada sisi lain gaya kapiler akan mengalirkan
air hujan di dalam tanah ke segala arah. Air hujan ini selalu bergerak dari tempat basah
menuju tempat kering. Tanah kering memiliki gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah.
f. Kondensasi
Kondensasi salah satu proses yang cukup penting dalam siklus air. Tanpa adanya
kondensasi, awan tidak akan terbentuk Kondensasi dapat diartikan sebagai perubahan wujud
zat dari gas (uap air) menjadi cair atau pengembunan. Kondensasi memerlukan suatu ruang
yang dinamakan inti kondensasi, di ruang tersebut molekul air menyatu dengan sendirinya.
Inti kondensasi dapat berupa partikel debu yang melayang di udara. Molekul-molekul air
yang kecil makin membesar dan menyatu membentuk butir-butir air. Dalam keadaan jenuh,
gaya gravitasi akan mengakibatkan butirbutir air tersebut jatuh sebagai hujan.
g. Presipitasi
Presipitasi yaitu hujan yang turun dari atmosfer ke permukaan Bumi dalam bentuk titik-titik
air atau salju. Presipitasi merupakan faktor utama yang mengendalikan kelangsungan siklus
air dalam suatu wilayah. Presipitasi dipengaruhi oleh faktor kelembapan udara, sinar
Matahari, angin, dan temperatur udara. Mekanisme terjadinya presipitasi melibatkan tiga
faktor utama, yaitu kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi (atmosfer) sampai
menjadi jenuh, kondensasi partikel-partikel uap air di atmosfer, serta partikel-partikel uap
air menjadi besar dan kemudian jatuh ke permukaan tanah atau laut.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan presipitasi, yaitu tebal hujan, durasi hujan, intensitas
hujan, dan frekuensi hujan. Tebal hujan adalah jumlah presipitasi yang dinyatakan sebagai
tebal lapisan air di atas permukaan tanah (mm/inch). Durasi hujan adalah lama presipitasi
berlangsung (menit/jam). Intensitas hujan adalah ketinggian air yang jatuh per satuan waktu
(mm/menit, mm/jam, inch/ jam). Sementara itu, frekuensi hujan adalah banyaknya kejadian
hujan yang dinyatakan dalam periode ulang.

2.4 Perbedaan Siklus Hidrologi


Ada 3 jenis siklus hidrologi :
2.4.1 Siklus pendek
Siklus pendek ini artinya suatu siklus hidrologi yang pendek Siklus pendek ini air laut
mengalami penguapan. Terjadi penguapan air laut ke atmosfer. Kemudian diketinggian
tertentu, uap air akan mengalami proses kondensasi. Yang mana pada proses kondensasi ini
uap air akan berubah menjadi awan. Kemudian awan yang punya kandungan uap air akan
berubah jadi air hujan yang jatuh ke laut.
Perlu diketahui bahwa kondensasi itu artinya uap air berubah menjadi titik titik air.
Selain membahas evaporasi atau penguapan air. Disisi lain juga ada transpirasi dan
intersepsi. Transpirasi artinya suatu proses penguapan air dari tumbuhan dengan melalui
daun dan batangnya. Sedangkan intersepsi artinya air hujan terjebak diatas tanaman yang
kemudia menguap lagi sebelum mencapai tanah.

2.4.2 Siklus sedang

Siklus sedang itu artinya suatu siklus air yang mana hujan itu tidak jatuh ke laut tapi
jatuh ke daratan. Siklus sedang itu terjadu saat uap air laut dibawa angin menuju ke daratan.
Lalu uap itu akan berkondensasi diketinggian tertentu. Sehinggan akan terbentuk awan. Lalu
uap air akan jatuh ke daratan seperti hujan. Nah air hujan itu kemudian meresap ke dalam
tanah dan selanjutnya diserap oleh akar tanaman. Berikutnya air kembali ke lau dengan cara
menguap melalui tanaman atau bisa juga dengan melewati sungai.

2.4.3 Siklus panjang


Siklus panjang itu merupakan suatu siklus yang prosesnya panjang. Pada siklus
panjang itu sesudah proses kondensasi maka angin membawa titik titik air ke suatu tempat
yang lebih tinggi. Dengan demikian titik titik air itu berubah menjadi kristal es. Lalu angin
membawa kristal es tersebut ke puncak gunung. Oleh sebab itu kristal itu jatuh ke bumi
sebagai salju. Kemudian terjadilah glester. Sesudah itu mengalir ke arah sungai dan kembali
lagi ke laut.
2.5 Perairan Darat

Perairan di daratan secara umum dibedakan menjadi 2, yaitu perairan mengalir (lotic water)
dan perairan menggenang (lentic water). Ciri perairan lotic terdapat arus yang terus menerus
dengan kecepatan berbeda sehingga perpindahan massa air berlangsung terus-menerus,
contohnya: sungai, kanal, kali, parit, dan lainnya. Perairan menggenang disebut juga perairan
tenang ialah perairan yang aliran airnya lambat atau bahkan tidak ada massa air terakumulasi
dalam periode yang lama. Arus tidak menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang hidup
dalam perairan ini. Contohnya: waduk, danau, situ, belik, kolam, telaga, dan lainnya (Ismainar,
2015). Adapun perbandingan antara banyaknya air yang meresap dan mengalir di permukaan
bergantung dari faktor berikut:
a. Jumlah curah hujan yang jatuh
b. Kekuatan jatuhnya butiran air hujan di permukaan bumi
c. Lamanya curah hujan
d. Penutupan vegetasi di permukaan bumi
e. Derajat permeabilitas dan struktur bumi
f. Kemiringan topografi
2.5.1 Macam-Macam Perairan Darat
A. Sungai
Sungai merupakan aliran air permukaaan yang memiliki bentuk memanjang, mengalir
terus-menerus. Air sungai mengalir ke danau, laut, bahkan samudra luas.
1. Bagian sungai
Adapun bagian-bagian sungai secara umum dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
a. Bagian hulu; terletak di daerah pegunungan atau perbukitan. Memiliki ciri: arus
deras, daya erosi vertikal yang besar, saluran sungai yang berbentuk v, serta
tidak ada pengendapan.
b. Bagian tengah; umumnya terletak di daerah datar. Bagian tengahnya memiliki
arus yang tidak deras, daya erosi berkurang, arah erosi yang horizontal dan
vertikal, terjadi pengendapan.
c. Bagian hilir; terletak di dataran rendah sampai muara suangai. Memiliki ciri arus
tenang, terjadi eorsi ke arah horizontal, terjadi pengendapan, dan terkadnag
bagian muaranya berbentuk delta sungai.

2. Pola aliran sungai


Terdapat 7 pola aliran sungai, yaitu:
a. Pola aliran radial atau menjari, terdiri atas radial sentrifugal dan radial sentripetal.
Pola aliran radial sentrifugal ialah pola aliran sungai yang menyebar meninggalkan
pusatnya. Contoh pola aliran sungai di pengunungan. Pola aliran radial sentripetal
adalah pola aliran sungai yang sumbernya berasal dari berbagai arah kemudian
menuju pusat, contohnya pola aliran ini adalah di daerah lembah.
b. Pola aliran dentritik, seperi cabang-cabang pohon yang tidak teratur. Biasanya ada di
dataran pantai dan daerah plato.
c. Pola aliran trellis, pola alirannya berbentuk tulang daun atau teralis. Terbentuk di
daerah pegunungan.
d. Pola aliran rektangular, membentuk sudut siku-siku. Pola jenis ini terdapat di daerah
patahan atau daerah yang tingkat kekerasan batunya berbeda-beda.
e. Pola aliran pinnate, yaitu pola aliran muara-muara anak sungainya memebentuk
sudut lancip.
f. Pola aliran anular, berbentuk lingkarang. Pola aliran anak sungainya berbentuk
hampir tegak lurus dengan sungai utamanya. Terdapat di daerah kutub (dome)
stadium dewasa atau pegunungan tua.
g. Pola aliran paralel, pola aliran anak sungainya saling sejajar, bermuara ke sungai
utama dengan sudut lancip atau bermuara ke laut. Terdapat di lereng yang terkontrol
oelh proses struktural atau dekat pantai.
3. Jenis-jenis sungai
Jenis sungai dapat dibedakan berdasarkan sumber air, debit, ataupun volume air,
struktur lapisan batuan, arah aliran yang dilalui, serta tempat bermuaranya.
Berdasarkan sumber airnya, suangi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a) Sungai hujan, sumber aliran airnya berasal dari proses presipitasi (hujan) dan keluar
dari mata air bagian hulu. Contoh: Sungai Citarus, Sungai Bengawan Solo, dan
lainnya.
b) Sungai gletser, sumber aliran airnya berasal dari es atau salju yang mencair.
Contohnya: Sungai Mamberamo yang airnya berasal dari es mencair di Puncak
Jayawijaya (Papua).
c) Sungai campuran, sumber alirannya berasal dari proses presipitasi dan pencairan es
atau salju. Contohnya Sungai Digul di Papua.
Adapun jika berdasarkan debit atau volume airnya, jenis sungai dibedakan
menjadi sebagai berikut:
a) Sungai permanen (parenial), debit airnya relatif tetap tiap tahunnya. Contoh: Sungai
Kapuas, Sungai Bario, Sungai Kahayan, Sungai Musi, dan lainnya.
b) Sungai periodeik (intermiten), memiliki debit air besar pada musim hujan. Pada
musim kemarau debitnya mengecil. Terdpat banyak di Pulau nJawa, seperti: Sungai
bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Prongo, Sungain Code, dan sungai Brantas.
c) Sungai episodik, debit airnya hanya ada pada musim hujan, pada musim kemaraun
menjadi kering. Contohnya: Sungai Kalada di Pulau Sumba.
d) Sungai ephemeral, irnya hanya ada pada musim hujan. Banyak dijumpai di Nusa
Tenggara.
Berdasarkan struktur lapisan batuannya sungai dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Sungai anteseden, sungai yang dapat mengimbangi pengangkatan lapisan yang
dilaluinya. Kali Madiun (Jawa Timur) mengikis Pegunungan Kendeng dan Sungai
Oya (Yogyakarta) mengikis Plato wonosari meupakan contoh sungai anteseden.
b) Sungai epigenesa, sungai yang terus menerus mengikis batuan yang dilalui secara
vertikal sehingga mencapai batuan induk. Contohnya Sungai Colorado yang
meembentuk Grand Canyon.
Adapun jenis sungai yang berdasarkan arah aliran yang dilalui, yaitu:
a) Sunagi Konsekuen, arah alirannya sesuai kemiringan batuan yang dilalui. Banyk
terdapat di pegunungan muda, contohnya Sungai Progo di lereng gunung Merapi.
b) Sungai subsekuen, arah alirannya tegak lurus dengan induk sungainya (sungai
konsekuen) dan bermuara pada sungai konsekuen. Contoh: Sungai Opak di
Yogyakarta.
c) Sungai obsekuen, arah alirannya berlawanan dengan arah kemiringan lapisan
batuan dan arah aliran sungai konsekuen. Contoh: sungai-sungai bawah tanah di
daerah karst Gunung Kidul.
d) Sungai insekuen, arah alirannya tidak dikontrol oleh kemiringan lereng dan struktur
batuan. Contohnya: sungai di dataran rendah yang berupa cekungan.
Untuk yang terakhir yaitu sungai berdasarkan tempat bermuara, dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu:
a) Sungai areic, sungai yang airnya habis dalam perjalanan menuju muara. Contoh:
Sungai Kalada di Nusa Tenggara Timur.
b) Sungai edoraic, arah muaranya menuju danayu. Contohnya: Sungai Lau Renun
yang bermuara di danau Toba.
c) Sungai exoric, arah muaranya menuju laut. Sebagian besar sungai di permukaan
bumi memiliki pola ini.
4. Tingkat usia sungai
Ditentukan proses erosi yang dialaminya. Berikut tingkat usia sungai yang
ditentukan erosi:
a. Tingkat muda awal; jika terjadi keseimbangan antara proses erosi dan sedimentasi.
Banyak dijumpai pada air terjun kecil.
b. Tingkat muda akhir; jika bentukan lembahnya mulai berkembang. Secara terus-
menerus mengerosi secara vertikal hinga membentuk relief.
c. Tingkat dewasa; jika terdapat keseimbangan antara proses erosi dan sedimentasi.
Pembentukan relief akan terhenti dan emncapai kondisi maksimal.
d. Tingkat dewasa akhir; memiliki bagian lembah yang rendah dan aliran air yang
lambat.
e. Tingkat tua; jika terjadi pengendapan cukup besar pada bagian hilir. Sementara itu,
bauan hulu terjadi erosi yang tidak intensif.
5. Daerah Aliras Sungai (DAS)
Yaitu wilayah yang dikelilingi dan dibatasi topografi berupa punggung bukit atau
pegunungan. Dikenal juga dengan watershed atau daerah tangkapan (catchment area).
Daerah aliran sungai terdiri dari hulu, tengah, dan hilir. Bentuk daerah aliran sungai
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
 Bulu burung; aliran air beberapa anak sungai mengalir ke sungai utama,
namun tidak saling bertemu pada titik yang sama. Potensi terjadinya banjir
sangat kecil.
 Radial; menyerupai kipas atau lingkaran. Banjir besar sering terjadi di titik
pertemuan aliran air anak sungai.
 Paralel; memiliki 2 jalur aliran sungain utama yang bersatu di bagian hilir.
Potensi banjir tinggi karena aliran bertemu pada satu titik.
 Kompleks; dalam satu DAS terdiri tiga bentuk, bulu burung, radial, dan
paralel.

6. Pengelolaan Manajemen Daerah aAliran Gungai


Pengelolaan DAS dijalankan berdasarkan prinsip kelestarian sumber data. Tujuan
pengolahan ini tercapainya keseimbangan ekologis lingkungan, terjaminny akualitas
dan jumlah air, pengendalian aliran permukaan dan banjir, serta pengendalian erosi
tanah.
7. Stasiun Pengamat Arus Sungai
Merupakan alat pemantau output (hasil air) berupa besar debit air, muatan sedimen,
polutan yang terbawa aliran air, serta distribusi aliran air tahunan. Pemasangan stasiun
pengamat arus sungai berfungsi untuk mendeteksi keadaan hulu. Secara umum stasiun
pengamat arus sungai terdiri 2 tipe, yaitu peilskal dan tipe otomoatis (Automatic Water
Level Recorder-AWLR).

B. Rawa
Merupakan dataran bertanah basah yang selalu digenangi air secara alami yang
disebabkan sistem drainase (pelepasan air) yang sangat buruk dan letaknya lebih rendah dari
daerah sekelilingnya. Dengan adanya kondisi genangan ini komposisi tanahnya akan
berlapis yang dasarnya bahan organik bercampur dengan endapan.
1. Jenis-jenis Rawa
Jenis rawa dapat dibedakan berdasarkan vegetasi yang tumbuh, kondisi air,
serta letaknya. Berdasarkan vegetasi yang tumbuh, rawa dibedakan menjadi
 Swamp; yaitu lahan basah yang selalu digenangi air dengan berbagai jenis
tumbuhan, seperti lumut, rumput, semak, dan pohon besar.
 Marsh, hampir sama dengan swamp, namun jenis vegetasi yang hidup
didominasi lumut, rumput, dan alang-alang.
 Bog; lahan basa yang permukaan tanahnya relatif kering, sedangkan bagian
dalamnya basah dan jenuh air.
 Rawa pasang surut; terletak di sekitar pantai. Volume air rawanya selalu
berubah-ubah karena pengaruh pasang air laut. Didominasi tumbuhan bakau.
 Rawa lebak; memiliki karakteristik berbeda dari rawa lain. Genangan airnya
bertahan dalam waktu yang cukup lama. Genangan airnya berasal dari aliran
air permukaan di wilayah sekitar.
Adapun jenis rawa berdasarkan kondisi airnya adalah sebagai berikut:
a. Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian; jenis rawa ini memiliki pintu
pelepasan air sehingga selalu tergenang. Tidak dapat digunakan untuk
mengairi tanaman karena sifatnya yang payau hingga asam. Sifat asam
berasal dari lapisan gambut yang menutupi bagian dasar rawa.
b. Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian; dapat digunakan untuk
mengairi tanaman. Beberapa organisme yang hidup ialah cacing tanah, ikan,
enceng gondok, dan pohon rumbia.
Jika berdasarkan letaknya rawa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Rawa dataran rendah; memiliki 2 jenis permukaan, yaitu datar dan cekung.
Air rawanya berasal dari air hujan dan air sungai.
b) Rawa dataran tinggi; memiliki permukaan yang cekung. Sumber rawanya
berasal dari air hujan dan tidak terlalu asam.
c) Rawa peralihan; dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan tanaman
pertanian.

2. Manfaat Rawa
Rawa memiliki beberapa manfaat bagi makhluk hidup, diantaranya
a. Sumber cadangan makanan; perairan rawa mampu menyerap dan
menyimpan kelebihan air dari daerah sekitar.
b. Pencegahan banjir; pada saat hujan turun intensitas naik, rawa berfungsi
menampung air hujan yang dapt mecegah banjir.
c. Pencegahan intrusi air laut; dapat mencegah perembesan air laut ke dalam
lapisan tanah sehingga tidak terjadi pencampuran air laut dengan air tanah
dan air sungai.
d. Habitat tumbuhan dan hewan;
e. Sumber energi; dapat dimanfaatkan sebagai PLTA; meski daya yang
dihasilkan tidak terlalu besar.
f. Obyek wisata; Rawa Aopa di Kabupaten Konawe (Sulawesi Tenggara)
dijadikan tempat wisata dan termasuk rawa paling unik di Indonesia. hidup
pula jenis fauna liar dan flora unik
C. Danau
Danau merupakan tubuh perairan yang dikelilingi daratan dan terletak di daerah
cekungan. Danau memiliki kedalaman dangkal hingga dalam. Airnya berasal dari berbagai
sumber, seperti mata air, air tanah, air sungai, dan air hujan. Terdapat pula danau yang
dibangun oleh manusia dengan cara membendung sungai, danau ini dinamakan situ atau
embung. Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk, danau terbagi menjadi 3 zona yaitu:
fotik; zona yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi proses fotosintesis secara
intensif. Zona kedua yaitu afotik; zona yang dapat ditembus cahaya matahari. Zona yang
ketiga adalah kompensasi; yaitu batas antara fotik (temperatur hangat) dan afotik (temperatir
dingin), zona ini disebut lapisan termoklin karena terjadi perubahan temperatur air yang
sangat drastis.
1. Jenis Danau
Berdasarkan spesies tumbuhan dan hewan yang menempati wilayah danau
sesuai kedalaman dan jarak dari tepi, danau dibedakan menjadi empat daerah,
yaitu:
a. Daerah litoral; merupakan perairan dangkal yang bisa ditembus matahari.
Hidup tumbuhan air berakar dan daunnya muncul di atas permukaan air,
seperti enceng gondok dan teratai. Hewan yang hidup ialah katak, serangga,
dan ikan.
b. Daerah limnetik; disebut perairan bebas yang jauh dari bagian tepi danau.
Cahaya masih dapat menembius daerah ini. Makhluk hidup yang hudup ialah
fitoplankton, ganggang, dan zooplankton.
c. Daerah profundal, yakni perairan yang cukup dalam. Cahaya tidak dapat
menembus daerah ini. Beberapa organisme yang bertahan hidup adalah
cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik, merupakan dasar danau, terdapat bentos dan sisa organisme
yang telah mati.
Berdasarkan proses terbentuknya, danau dibedakan menjadi tujuh,
diantaranya:
a) Danau Tektonik; terbentuk karena adanya proses perubahan bentuk
(deformasi) kulit bumi, seperti lipatan, patahan, dan gerakan perut bumi.
Contohnya danau yang terbentuk akibat gempa penyebab patahan
permukaan tanah.
b) Danau Vulkanik; terbentuk dari hasil kegiatan gunung api. Contohnya
Danau Kerinci, Danau Kawah Bromo, Danau Gunung Lamongan, dan
lainnya.
c) Danau Tektovulkanik; terjadi akibat proses gabungan tektonik dan vulkanik.
Ketika gunung meletus, sebagian tanah dan batuan yang menutupi gunung
longsor, kemudian membentuk cekungan. Contoh danau ini ialah Danau
Toba, Danau Tondano, dan Danu Singkarak.
d) Danau Karst; terbentuk dari proses erosi atau pelarutan batuan kapur oleh air
hujan yang ada di wilayah berbatu kapur yang menghasilkan bentukan
cekungan.
e) Danau Glasial; terbentuk akibat pengikisan dasar lembah oleh gletser. Danau
glasial yang ada di dunia, yaitu Great (amerika Utara), Danau Finger (New
York), dan Danau Superior (Amerika Serikat).
f) Danau Tapal Kuda; terbentuk dari material hasil erosi yang terendapkan saat
kecepatan aliran sungai menurun. Pengedapannya menutup aliran sungai
pada meander sehingga meander terpisah dari aliran sungai yang baru.
Meander sungai yang terpisah dan terisi air membentuk danau tapal kuda
atau kali mati.
g) Waduk atau bendungan; terbentuk karena adanya pembendungan aliran
sungai. Pembendungan dapat terjadi karena 2 hal, yaiu adanya longsoran
(proses alami) dan dibua manusia. Pembendungan dilakukanberkaitan
dengan beberapa kepentingan, seprti pembangkit listrik, perikanan,
pertanian, dan rekreasi. Beberapa jenis waduk yang terbentuk alami Danau
Pengilon di Dieng. Contoh waduk buatan yaitu Waduk jatiluhur, Waduk
Gajah Mungkur, dan lainnya.
Adapun terdapat jenis danau dengan tipe unik sebagai berikut:
 Danau distrofik, berwarna cokelat karena asam humat.
 Danau purba; di dalam danau ini terdapat fauna purba. Contohnya Danau
Baikal di Rusia.
 Danau gurun berair asin; terdapat di daerah beriklim kering.
 Danau berair sadah; terdapat id saluran drainase di bawah kawasan gunung
berapi yang beriklim kerinh. Contoh: Pyramid Lake di Nevada.
 Danau kutub; temperatur di bwah 40C atau sedikit diatasnya dalam periode
pendek pada musim panas.

2. Manfaat Danau
Beberapa manfaat danau ialah
a) Sumber pengairan areal pertanian di sekitar danau
b) Tempat membudidayakan ikan, udang dan kepiting
c) Sebagai penpencegahan dan pengendalian banjir
d) Sumber energi pembangkit listrik
e) Sarana transportasi
f) Sarana rekreasi
g) Tempat riset dan peneltian untuk mnegetahi informasi lebih lanjut mengenai
danau tersebut.
D. Air tanah
Air tanah merupakan air yang terdapat dalam ruang antarbutir-butir tanah dan meresap
ke dalam tanah. Jumlah air yang meresap ke dalam tanah sangat bergantung pada jenis tanah
dan batuannya. Tinggi dari air sumur menunjukkan tinggi muka air tanah, dimana di setiap
daerah berbeda-beda tergantung banyaknya air yang meresap dalam tanah.
1. Aliran air tanah
Ketika hujan turun air akan masuk dalam tanah. Air yang meresap ke tanah
akan bergerak mencapai lapisan-lapisan tanah tertentu. Air yang tidak dapat
turun lagi ke bawah hanya mengisi ruang di antara butiran batuan di bagian
atasnya. Ketika air tidak bisa menembus suatu lapisan, maka air akan mengisi
rongga-rongga antarbutiran dan tersimpan di tempat tersebut. Air yang
tersimpan dalam tanah disebut air tanah.
2. Lapisan batuan dalam tanah
Batuan terdiri dari 2 lapisan utama yakni lapisan yang mudah dilalui air
disebut permeable dan yang sulit dilalui air disebut impermeable. Pada lapisan
permeable terdiri dari kerikil, pasir, batu apung, serta batuan retak-retak (batu
kapur). Pada lapisan impermeable batuan yang tidak bisa ditembus misalnya
napal dan lempung.
Terdapat lapisan batuan yang dapat menampung dan meloloskan air disebut
dengan akuifer. Lapisan ini mengandung formasi batuan yang mampu
melepaskan air dalam jumlah banyak yang dapat membentuk mata air. Akuifer
sendiri divbedakan menjadi 4 jenis, yaitu akuifer bebas, akuifer tertekan, akuifer
semi tertekan, dan akuifer semi bebas.

3. Wilayah tanah
Secara umum terdapat 4 wilayah yaitu:
a. Wilayah yang masih terpengaruh udara
Wilayah ini berada di bagaian paling atas dan mengandung banyak air.
Airnya akan bergerak ke abawah. Tumbuhan mampu memanfaatkan air
untuk menopang kelangsungan hidupnya.
b. Wilayah jenuh air atau wilayah kedalaman sumur
Kedalamannya tergantung pada topografi, jenis tanah, serta musim.
c. Wilayah kapiler udara
Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah yang terpengaruh udara
dengan wilayah jenuh air. Air tanah di wilayah ini berasal dari proses
perembesan dari wilayah jenuh air.
d. Wilayah air dalam
Wilayah ini berada pada lapisan batuan yang tidak tembus air, terdapat
banyak air yang terkurung karena tidak dapat menembus bagian bawahnya.

4. Jenis air tanah


Ada berbagai jenis air tanah yang terdapat dalam lapisan tanah ini. Berikut
jenis-jenis air berdasarkan karakteristik yang dimiliki.
A. Berdasarkan letak kedalaman
 Air tanah dangkal; berada di bawah permukaan tanah dan di atas lapisan
batuan kedap air. Air jenis ini berada di akuifer bgaian tas yang disebut
dengan air freatis. Dapat dimanfaatkan penduduk dengan cara membuat
sumur.
 Air tanah dalam; berada di bawah lapisan air tanah dangkal dan diantara
dua lapisan kedap air. Berada di akuifer bagian bawah serta umumnya
dimanfaatkan untuk sumber air minum. Air tanah dalam berada pada
lapisan akuifer tertekan dan mengandung banyak air. Adanya daya tekan
menyebabkan air memancar keluar melalui patahan batuan. Sumber
airnya dinamakan air artesis. Jika digali atau dibor hingga dalam dan
mencapai akuifer bertekanan, air akan memancar melalui lubang sumur.
B. Berdasarkan sumber air
 Meteoric water (Vadose Water); yakni air tanah yang berasal dari air
hujan, terdapat pada lapisan tanah tidak jenuh.
 Air tanah tubic (Connate Water); air yang terperangkap dalam rongga
batuan yang mengendap.
 Air tanah fosil (fossil Water); air yang terperangkap di rongga-rongga
batuan dan tetap berada dalam batuan sejak penimbunan.
 Air tanah magma (Juvenile Water); air tanah magma berasal dari dalam
bumi.
 Air tanah pelikular (Pellicullar Water); tersimpan dalam tanh karena
adanya tarikan molekul antartanah.

5. Permasalahan air tanah


Permasalahan ini terdapat 2 faktor, yakni faktor ilmiah dan aktivitas manusia.
Adapun masalah yang sering muncul ialah penurunan muka air tanah serta
instrusi air tanah.
a. Penurunan muka air tanah
Penyebabnya ialah penyedotan air tanah secara berlebihan. Laju
pembangunan di kota besar serta banyaknya sumur bor menjadi salah satu
penyebab muka air tanah cepat turun. Selain itu dapat pla disebabkan
b. Intrusi air laut
Penyusupan air laut ke dalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang
terkandung di dalamnya disebut intrusi air laut. Secara ilmiah air laut tidak
dapat masuk ke daratan karena air tanah memiliki piezometric (tinggi muka
air pada akuifer tertekan) yang menekan lebih kuat dari pada air laut. Oleh
karena itu, terbentuk lapisan interface sebagai batas antara air laut dan air
tanah. Secara umum terdapat 4 penyebab terjadinya intrusi air laut, yaitu
aktivitas manusia, faktor batuan, karakteristik pantai, dan fluktuasi air tanah
di pantai.
E. Gletser
Gletser, glasier atau glesyer ialah bongkahan es besar yang terbentuk di atas permukaan
tanah. Bongkahan ini merupakan akumulasi endapan salju yang membantu dalam waktu
yang sangat lama dan bertahan lama serta bergerak karena pengaruh gaya gravitasi. Gletser
terbentuk oleh akumulasi es dan faktor-faktor pendukung, yaitu: a) tingkat prespitasi (hujan)
yang tinggi; b) temperatur lingkungan yang sangat rendah; c) pada musim dingin es
terakumulasi dalam jumlah besar; d) pada musim panas tingkat peleburannya rendah.
1. Proses Terjadinya Gletser
Gletser terbentuk ketika salju turun ke lereng pegunungan. Kemudian, udara
yang terperangkap diantara serpihan salju akan terdorong keluar sehingga
membentuk keping salju yang lebih padat (firn). Semakin banyak salju yang
turun dari puncak peunungan, firn akan terpadatkan menjadi es gletser. Glerser
berisi berbagai macam material, sepert bebatuan, salju, dan sedimen. Gletser
yang meluncur ke bawah akan mengubah bentuk lereng pegunungan.di daerah
curam, bongkahan es akan terpecah menjadi rekahan-rekahan. Pada saat bagain
ujungnya mencair. Gletser akan membentuk aliran sungai yang mengalir ke
bawah pegunungan.
Ilmuwan memperkirankan fenomena pemanasan global dapat menyebabkan
gletser mencair karena temperatur udara semakin panas. Secara bertahap, gletser
yang mengapung di perairan akan berkurang. Jika pencairan bongkahan es
terjadi, maka ketinggian muka air laut akan bertambah, sehingga beberapa
negara atau pulau akan tenggelam.

2. Tipe Gletser
Gletser memiliki tipe berbeda di sejumlah wilayah permukaan bumi,
diantaranya:
a) Valley glacier, tipe gletser yang berada di lembah dan meluncur dari tempat
tinggi ke tempat rendah.
b) Ice sheet, massa es yang tidak mengalir, tetapi dapat menutupi dataran luas
(50000 km2). Terdapat di Greenland dan Antartika.
c) Ice cap, yaitu ice cheet yang kecil terdapat di daerah pegunungan, seperti
Laut Arktik, Canada, Rusia, dan Siberia.
d) Ice berg, massa es yang bergerak ke bawah karena pengaruh gaya gravitasi.
Jika mengenai perairan, balok es akan pecah dan mengapung bebas di
permukaan air (Sulistyowati, 2015: 9-34).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hidrosfer adalah daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Hidrosfer
berasal dari kata hidros yang berarti ’air’ dan sphere yang berarti ’daerah’ atau ‘bulatan’.
hidrologi adalah ilmu yang membicarakan tentang air di bumi baik itu mengenai kejadiannya,
jenis-jenis, sirkulasi, sifat kimia dan fisika serta reaksinya terhadap lingkungan maupun
kehidupan. Siklus Hidrologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer kebumi
dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi.
Siklus hidrologi terdiri dari 3 macam, yaitu siklus pendek, siklus sedang, siklus panjang.
Siklus pendek ini air laut mengalami penguapan, Kemudian diketinggian tertentu, uap air akan
mengalami proses kondensasi dan berubah menjadi awan lalu turun sebagai hujan di laut. Siklus
sedang itu terjadu saat uap air laut dibawa angin menuju ke daratan. Lalu uap itu akan
berkondensasi diketinggian tertentu. Sehinggan akan terbentuk awan. Lalu uap air akan jatuh ke
daratan seperti hujan. Nah air hujan itu kemudian meresap ke dalam tanah dan selanjutnya
diserap oleh akar tanaman. Pada siklus panjang itu sesudah proses kondensasi maka angin
membawa titik titik air ke suatu tempat yang lebih tinggi. Dengan demikian titik titik air itu
berubah menjadi kristal es. Lalu angin membawa kristal es tersebut ke puncak gunung.
Siklus atau perputaran air dibentuk oleh tujuh komponen. Komponen tersebut yaitu
transpirasi, intersepsi, evaporasi, evapotranspirasi, infiltrasi, kondensasi, dan presipitasi.
Transpirasi merupakan penguapan atau hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Intersepsi
merupakan proses tertahannya air hujan di permukaan tanaman yang kemudian diuapkan
kembali ke atmosfer. Evaporasi adalah proses penguapan air dari tubuh perairan, baik perairan
darat (sungai, danau, waduk, rawa), dan perairan laut. Evapotranspirasi ialah penguapan uap air
yang dihasilkan dari proses transpirasi dan evaporasi. Infiltrasi merupakan proses peresapan air
ke dalam tanah. Kondensasi salah satu proses yang cukup penting dalam siklus air. Presipitasi
yaitu hujan yang turun dari atmosfer ke permukaan Bumi dalam bentuk titik-titik air atau salju.
Perairan di daratan secara umum dibedakan menjadi 2, yaitu perairan mengalir (lotic
water) dan perairan menggenang (lentic water). Macam-macam perairan darat terdiri dari,
sungai, rawa, danau, air tanah, gletser. Sungai merupakan aliran air permukaaan yang memiliki
bentuk memanjang, mengalir terus-menerus. Rawa merupakan dataran bertanah basah yang
selalu digenangi air secara alami yang disebabkan sistem drainase (pelepasan air) yang sangat
buruk dan letaknya lebih rendah dari daerah sekelilingnya. Danau merupakan tubuh perairan
yang dikelilingi daratan dan terletak di daerah cekungan. Air tanah merupakan air yang terdapat
dalam ruang antarbutir-butir tanah dan meresap ke dalam tanah. Gletser ialah bongkahan es
besar yang terbentuk di atas permukaan tanah. Bongkahan ini merupakan akumulasi endapan
salju yang membantu dalam waktu yang sangat lama dan bertahan lama serta bergerak karena
pengaruh gaya gravitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Mufidah Akhtinatun. 2016. Pengembangan Buku Saku Sebagai Bahan Ajar Geografi Pada Materi
Dinamika Hidrosfer Dan Dampaknya Bagi Kehidupan Di Kelas X IPA SMA Negeri 1
Gedangan. Swara Bhumi. 1 (1) : 33.
Pujani, N. M. 2004. Struktur bumi. Buku ajar Fakultas pendidikan MIPA : Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
Salsabila Annisa, Nugraheni Lusi Irma. 2020. Pengantar Hidrologi. Bandar Lampung : AURA.
Ismainar. (2015). Perairan Darat. Ekp. 13(3): 1576–1580.
Sulistyowati, E. S. 2015. Dinamika Hidrosfer. Klaten: Saka Mitra Kompetensi.
Sulistyowati, Eka S. 2018. Dinamika Hidrosfer. Klaten: Saka Mitra Kompetensi

Anda mungkin juga menyukai