Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

BUMI BAGIAN CAIR


(HIDROSFER)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Ilmu Bumi dan Antariksa

Disusun Oleh:
AKHIRUDDIN (G2J119020)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
BUMI BAGIAN CAIR
(HIDROSFER)

Oleh :
AKHIRUDDIN
G2J119020

ABSTRAK

Telah dibuat makalah mengenai bumi bagian cair (hidrosfer). Makalah ini
bertujuan untuk mengetahui proses distribusi air di bumi, proses siklus hidrologi,
struktur vertikal laut serta cara mengukur kedalaman laut. Hidrosfer adalah
komponen Bumi yang tersusun dari semua air yang ditemukan di planet ini.
Hidrosfer mencakup area penyimpanan air seperti lautan, laut, danau, kolam,
sungai, dan sungai. Secara keseluruhan, hidrosfer sangat besar, dengan lautan saja
meliputi sekitar 71% dari luas permukaan Bumi. Hidrosfer memainkan peran
penting dalam pengembangan dan kelangsungan hidup. Diperkirakan bahwa
organisme hidup paling awal mungkin muncul dalam sup yang encer. Selain itu,
setiap kehidupan manusia dimulai di lingkungan berair (rahim ibu), sel-sel dan
jaringan kita sebagian besar air, dan sebagian besar reaksi kimia yang merupakan
bagian dari proses kehidupan terjadi dalam air. Siklus air, atau siklus hidrologi,
mengacu pada sirkulasi air yang terus menerus di dalam hidrosfer Bumi. Air
bergerak ke dan dari berbagai reservoir di atas, dan di bawah permukaan bumi,
dan dalam prosesnya berubah menjadi berbagai fase padat (es), cair (air), dan gas
(uap), dengan massa total air yang tersedia cukup konstan. Siklus Hidrologi
adalah salah satu proses terpenting di dunia alamah, dan mungkin merupakan
proses yang kita anggap remeh. Semua air di dunia tunduk pada proses ini, yang
melihat bentuk, lokasi, dan aksesibilitas perubahan air. Ada tiga macam siklus
hidrologi, yaitu siklus kecil, siklus sedang dan siklus panjang.

Kata Kunci: hidrosfer, siklus hidrologi


EARTH THE LIQUID PART
(HYDRAULIC)

By:
AKHIRUDDIN
G2J119020

ABSTRACT

A paper has been made on the liquid part of the earth (hydrosphere). This paper
aims to determine the process of water distribution on earth, the process of the
hydrological cycle, the vertical structure of the sea and how to measure the depth
of the sea. The hydrosphere is the Earth's component that is made up of all the
water found on this planet. The hydrosphere includes water storage areas such as
oceans, seas, lakes, ponds, rivers and streams. Overall, the hydrosphere is
enormous, with the oceans alone covering about 71% of the Earth's surface area.
The hydrosphere plays a vital role in development and survival. It is thought that
the earliest living organisms probably appeared in watery soups. In addition,
every human life begins in a watery environment (mother's womb), our cells and
tissues are mostly water, and most of the chemical reactions that are part of the
life process occur in water. The water cycle, or hydrological cycle, refers to the
continuous circulation of water within the Earth's hydrosphere. Water moves to
and from various reservoirs above, and below the earth's surface, and in the
process transforms into various solid (ice), liquid (water), and gas (vapor) phases,
with the total mass of water available fairly constant. The Hydrological Cycle is
one of the most important processes in the natural world, and perhaps one that we
take for granted. All water in the world is subject to this process, which looks at
the shape, location, and accessibility of water changes. There are three types of
hydrological cycles, namely small cycles, medium cycles and long cycles.
Keywords: hindrosphere, hydrological cycle
DAFTAR ISI

Hal
Sampul......................................................................................................................i
Abstrak.....................................................................................................................ii
Abstract...................................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Kata Pengantar........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan..................................................................2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Teori..........................................................................................3
1. Pengertian Hidrosfer.............................................................................3
2. Pengertian Hidrosfer Menurut Para Ahli..............................................3
B. Deskripsi Grafik, Tabel dan Gambar........................................................4
1. Siklus Hidrologi...................................................................................4
C. Analisis.....................................................................................................6

III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................10
Daftar Pustaka.......................................................................................................11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi...................................................................................5


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketersediaan Air di Bumi........................................................................4


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb.


Tiada kata yang paling indah diutarakan selain rasa syukur atas kehadirat
Sang Ilahi yaitu Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, berkah, kesempatan,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmu
bumi dan antariksa tentang bumi bagian cair (hidrosfer).
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi diri penulis pribadi. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum.wr wb.
Kendari, November 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi telah terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Bumi
merupakan planet dengan urutan ketiga dari sembilan planet yang dekat
dengan matahari. Jarak bumi dengan matahari sekitar 150 juta km, berbentuk
bulat dengan radius ± 6.370 km. Bumi merupakan satu-satunya planet yang
dapat dihuni oleh berbagai jenis mahluk hidup. Permukaan bumi terdiri dari
daratan dan lautan

Hidrosfer merupakan salah satu obyek geografi yang mengkaji tentang


air dan persebarannya yang ada di bumi baik itu berupa air hujan, air
permukaan, air tanah, air tawar dan laut dan keterkaitannya dalam siklus
hidrologi. Jumlah air di bumi tidak bertambah dan tidak berkurang, namun
wujud dan tempatnya sering mengalami perubahan. Perubahan wujud air
(padat,cair,dan gas) membentuk suatu siklus atau daur yang disebut
siklus/daur hidrologi. Siklus hidrologi adalah proses perputaran air seperti
proses terjadinya hujan dari air menguap menjadi awan, dan apabila sudah
mencapai titik jenuh awan tersebut akan jatuh dalam bentuk air hujan begitu
seterusnya. Dalam siklus hidrologi air mengalami perubahan bentuk.
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang karakteristik air bumi, proses
terjadinya air, sirkulasi air dan distribusi air, sifat kimia dan fisik air, dan
reaksi air dengan lingkungan, termasuk kaitannya dengan makhluk hidup
(Todd, 2005).

Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian yaitu kerak
bumi (crush), selimut atau selubung dan inti bumi (core). Pertama, kerak bumi
(crush) merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan
kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari
batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh
mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan
kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan
litosfer. Kedua, selimut atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang
terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km
dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi
mencapai 3.000oC.

Ketiga, inti bumi (core) yang terdiri dari material cair dengan
penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%) dan lain-lain yang terdapat
pada kedalaman 2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti
luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan
terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan
pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini
terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai4.500oC.
Berdasarkan susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat
bagian, yakni bagian padat (lithosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan,
bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan
seperti laut, danau dan sungai serta bagian udara (atmosfer) yang menyelimuti
seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai jenis
organisme (biosfer). Keempat komponen tersebut berinteraksi secara aktif satu
sama lain, misalnya dalam siklus biogeokimia dari berbagai unsur kimia yang
ada di bumi, proses transfer panas dan perpindahan materi padat.  Pada
makalah ini akan dibahas mengenai bumi bagian cair (hidrosfer).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana proses distribusi air di bumi?
2. Bagaimana proses siklus hidrologi?
3. Bagaimana struktur vertikal laut?
4. Bagaimana cara mengukur kedalaman laut?

C. Tujuan dan Manfaat


a. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini yakni:
1. Untuk mengetahui proses distribusi air di bumi
2. Untuk mengetahui proses siklus hidrologi
3. Untuk mengetahui struktur vertikal laut
4. Untuk mengetahui cara mengukur kedalaman laut
b. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, terutama mengenai bumi bagian
cair (Hidrosfer).
2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis mengenai bumi bagian cair
(Hidrosfer).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Teori

Hidrosfer adalah komponen Bumi yang tersusun dari semua air yang
ditemukan di planet ini. Hidrosfer mencakup area penyimpanan air seperti
lautan, laut, danau, kolam, sungai, dan sungai. Secara keseluruhan, hidrosfer
sangat besar, dengan lautan saja meliputi sekitar 71% dari luas permukaan
Bumi.
Gerakan hidrosfer dan pertukaran air antara hidrosfer dan kriosfer adalah
dasar dari siklus hidrologi. Pergerakan dan pertukaran air yang terus menerus
membantu membentuk arus yang memindahkan air hangat dari daerah tropis
ke kutub dan air yang lebih dingin dari daerah kutub ke arah daerah tropis,
serta membantu mengatur suhu Bumi. Arus ini ada di permukaan samudera
dan pada kedalaman yang sangat dalam di samudera (hingga sekitar 4 km).
1. Pengertian Hidrosfer
Dalam geografi fisik, istilah hidrosfer (hidro yang dalam Bahasa Yunani
artinya "air") menggambarkan massa air kolektif yang ditemukan di bawah,
dan di atas permukaan planet. Hidrosfer bumi terutama terdiri dari lautan, tapi
secara teknis mencakup awan, laut pedalaman, danau, sungai, dan perairan
bawah tanah.
Kelimpahan air di Bumi adalah kenampakan unik yang membedakan
"planet biru (blue planet)" kita dari planet-planet lain di tata surya. Sekitar
70,8 persen Bumi ditutupi oleh air dan hanya 29,2 persen terra firma (bagian
padat dari permukaan bumi). Kedalaman rata-rata lautan bumi adalah 3.794 m
(12.447 kaki) —lebih dari lima kali tinggi rata-rata benua. Massa lautan
adalah sekitar 1,35 × 1018 ton, atau sekitar 1/4400 dari total massa Bumi.
Hidrosfer memainkan peran penting dalam pengembangan dan
kelangsungan hidup. Diperkirakan bahwa organisme hidup paling awal
mungkin muncul dalam sup yang encer. Selain itu, setiap kehidupan manusia
dimulai di lingkungan berair (rahim ibu), sel-sel dan jaringan kita sebagian
besar air, dan sebagian besar reaksi kimia yang merupakan bagian dari proses
kehidupan terjadi dalam air.
2. Pengertian Hidrosfer Menurut Para Ahli
Adapun definisi hidrosfer menurut para ahli, antara lain:
a) National Geographic
Hidrosfer adalah jumlah total air di sebuah planet. Hidrosfer meliputi air
yang ada di permukaan planet, bawah tanah, dan di udara. Hidrosfer dapat
berupa cairan, uap, atau es.
Di Bumi, air yang berbentuk cair ada di permukaan dalam bentuk lautan,
danau dan sungai. Itu juga ada di bawah tanah, seperti air tanah, di sumur dan
akuifer. Uap air paling terlihat sebagai awan dan kabut. Bagian beku dari
hidrosfer Bumi terbuat dari es (gletser, tutup es, dan gunung es). Bagian beku
dari hidrosfer tersebut dinamakan kriosfer.
Kriosfer adalah bagian dari hidrosfer Bumi yang terdiri dari air yang beku.
Ini memainkan peran integral dalam sistem iklim global melalui pengaruhnya
terhadap ketersediaan energi permukaan, kelembaban atmosfer, hidrologi, dan
sirkulasi atmosfer dan lautan.
b) Earth Online Media
Hidrosfer sering disebut "lapisan air" karena mencakup semua air bumi
yang berada di lautan, gletser, sungai, danau, tanah, air tanah, dan di udara.
Hidrosfer berinteraksi dengan, dan dipengaruhi oleh, semua lapisan bumi
lainnya. Air dapat ditemukan dalam keadaan uap, cair dan padat di atmosfer.
Biosfer berfungsi sebagai interface antar lapisan Bumi yang memungkinkan
air bergerak antara hidrosfer, litosfer, dan atmosfer.
c) Encyclopedia Britannica
Hidrosfer adalah lapisan air yang terputus-putus di atau dekat permukaan
bumi. Ini mencakup semua air permukaan cair dan beku, air tanah yang
tersimpan di tanah dan batu, dan uap air atmosfer.
Air adalah zat yang paling melimpah di permukaan bumi. Sekitar 1,4
miliar km kubik (326 juta mil kubik) air dalam bentuk cair dan beku
membentuk samudera, danau, sungai, gletser, dan air tanah. Volume air yang
sangat besar ini, dalam berbagai manifestasinya, yang membentuk lapisan
terputus-putus, melingkupi sebagian besar permukaan daratan, yang dikenal
sebagai hidrosfer.
Tabel 1.1 Ketersediaan Air di Bumi
Tempat Volume (km³) Persen (%)
Laut dan samudra
1.338.000.000 96,53
Air dalam tanah
23.416.500 1,69
Es dan gletser
24.364.100 1,78
Air permukaan
(danau, rawa, dan
189.990 0,014
sungai)
1.120 0.0001
Air biologis
12.900 0,001
Air di atmosfer
1.385.984.610 100
Persediaan seluruhnya
35.029.210 2,53
Persediaan air tawar
B. Deskripsi Grafik, Tabel dan Gambar
1. Siklus Hidrologi

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi

Siklus air, atau siklus hidrologi, mengacu pada sirkulasi air yang terus
menerus di dalam hidrosfer Bumi. Air bergerak ke dan dari berbagai reservoir
di atas, dan di bawah permukaan bumi, dan dalam prosesnya berubah menjadi
berbagai fase padat (es), cair (air), dan gas (uap), dengan massa total air yang
tersedia cukup konstan. Siklus Hidrologi adalah salah satu proses terpenting di
dunia alamah, dan mungkin merupakan proses yang kita anggap remeh.
Semua air di dunia tunduk pada proses ini, yang melihat bentuk, lokasi, dan
aksesibilitas perubahan air.
Rasa asin air laut diakibatkan asamnya air laut yang terjadi karena saat itu
atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang
menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-
garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini.Unsur-
unsur kimia yang terdapat di dalam air laut atau tambak yaitu berupa garam-
garam, gas-gas, suspensi dan senyawa organik.
Berikut adalah penjelasan rinci langkah-langkah dalam siklus hidrologi:
 Air paling umum ditemukan dalam bentuk cair di sungai, lautan, danau,
dan aliran-aliran air lainnya yang ada di bumi. Sinar matahari secara
konstan menghangatkan air pada tempat-tempat tersebut, dan baik melalui
panas matahari atau melalui cara buatan manusia, partikel-partikel air
mendapatkan energi dan menyebar, mengubah air dari cairan menjadi uap
menjadi uap melalui penguapan.
Uap air, dengan demikian menjadi kurang padat, kemudian naik bersama
dengan udara hangat ke langit di mana ia menempel pada partikel air lain
untuk membentuk awan.
Proses fisik yang terlibat dalam hal ini meliputi:
 Evaporasi (Evaporation)
Evaporasi adalah proses dimana air berubah dari cairan menjadi gas atau
uap. Air mendidih pada suhu 212 derajat F (100 derajat C), tetapi
sebenarnya mulai menguap pada suhu 32 derajat F (0 derajat C); itu terjadi
sangat lambat. Saat suhu meningkat, laju penguapan juga meningkat.
Jumlah penguapan tergantung pada suhu, dan juga tergantung pada jumlah
air yang ada untuk menguap. Penguapan tersebut dipicu oleh sumber
energi panas dari radiasi matahari.
 Evapotranspirasi (Evapotranpiration)
Evapotranspirasi adalah nama gabungan untuk proses evaporasi
(penguapan) dan transpirasi Evapotranspirasi adalah proses penguapan air
dari daun melalui transpirasi tanaman selama fotosintesis.
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor seperti angin, suhu, kelembaban,
dan ketersediaan air.
Evapotranspirasi adalah proses penting dalam siklus air karena
bertanggung jawab atas 15% uap air atmosfer. Tanpa input uap air itu,
awan tidak akan terbentuk dan curah hujan tidak akan pernah turun.
 Sublimasi (Sublimation)
Sublimasi dalam fisika dapat diartikan sebagai konversi suatu zat dari
padatan ke bentuk gas tanpa menjadi cair. Bukan hanya air berbentuk cair
yang bisa menguap menjadi uap air, tetapi juga es dan salju pun juga bisa
menguap. Karena tekanan udara yang lebih rendah, dibutuhkan lebih
sedikit energi untuk menyublimkan es menjadi uap. Faktor-faktor lain
yang dapat membantu dalam sublimasi adalah angin kencang dan sinar
matahari yang kuat.
 Semakin jauh di atas permukaan laut, udara semakin dingin. Ketika uap air
mencapai bidang tersebut, ia mendingin secara signifikan dan mengumpul.
Begitu terjebak bersama, awan yang baru terbentuk ini mengikuti
pergerakan angin dan perubahan tekanan udara, yang menggerakkan air di
sekitar planet ini.

C. Analisis
Ada tiga macam siklus hidrologi, yaitu:
a. Siklus Kecil
Karena pemanasan matahari, terjadi penguapan air laut yang berkumpul
menjadi awan. Pada ketinggian tertentu karena kondensasi terjadi titiktitik air
yang berkumpul semakin lama semakin besar volumnya, kemudian jatuh
sebagai hujan. Selanjutnya air kembali ke laut.
b. Siklus Sedang
Mula-mula terjadi penguapan air laut sehingga terbentuk awan. Awan
terbawa oleh angin ke daratan dan terjadi kondensasi. Karena kondensasi
akhirnya awan jatuh sebagai hujan. Sebelum kembali ke laut, air hujan
tersebut masuk ke dalam tanah, selokan-selokan, terus mengalir ke sungai
sungai, dan kembali ke laut.
c. Siklus Panjang
Prosesnya sama dengan siklus sedang. Hanya setelah terjadi kondensasi,
titik-titik air terbawa angin ke tempat yang lebih tinggi sehingga menjadi
kristal-kristal es. Kristal-kristal es tersebut masih terbawa angin ke puncak
gunung kemudian jatuh sebagai salju, terjadi gletser, mengalir ke sungai, dan
akhirnya kembali ke laut.
Dengan memahami konsep daur hidrologi secara luas, pengertian istilah
daur dapat digunakan sebagai konsep kerja untuk analisis dari berbagai
permasalahan, misalnya dalam perencanaan dan evaluasi pengelolaan DAS
(Daerah Aliran Sungai). Di dalam daur hidrologi, masukan berupa curah hujan
akan didistribusikan melalui beberapa cara, yaitu air lolos (througfall), aliran
batang (stemflow), dan air hujan yang langsung ke permukaan tanah.
Sedangkan air larian dan air infiltrasi akan mengalir ke sungai sebagai debit
aliran dan sebagian lagi menjadi air tanah.
1. Pola Aliran Sungai
Ada berbagai pola aliran sungai sebagai berikut.
a) Paralel, adalah pola aliran yang lurus atau hampir lurus ke tempat yang
lebih rendah, terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali
sehingga gradien dari sungai itu besar.
b) Rectangular, merupakan pola aliran siku-siku di mana pola aliran ini
terdapat daerah yang mempunyai struktur patahan, atau hanya joint
(retakan).
c) Angulate, merupakan pola aliran yang hampir membentuk sudut 90o,
tetapi sungai-sungai masih terlihat mengikuti garis-garis patahan.
d) Radial centrifugal, merupakan pola aliran pada kerucut gunung berapi atau
dome sampai stadium muda dengan pola aliran menuruni lereng-lereng
pegunungan.
e) Radial centripetal, merupakan pola aliran pada suatu kawah atau crater dan
suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya
menuju ke pusat depresi tersebut.
f) Trellis, merupakan pola aliran yang berbentuk, seperti tralis dengan
bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
g) Annular, merupakan variasi dari radial pattern, yang terdapat pada suatu
dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul
sungai consequent, subsequent, resequent, dan obsequent.
h) Dendritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman,
terdapat pada daerah yang batu-batuannya homogen, dan lerenglerengnya
tidak begitu terjal, sehingga sungai-sungainya tidak cukup mempunyai
kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.
2. Kualitas Fisik Air Sungai dan Pemanfaatan Sungai
Di Pulau Jawa, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung,
Tangerang, dan Surabaya, kualitas airnya cenderung menurun. Adanya
perubahan kadar parameter tertentu seperti kadar pH, kebutuhan oksigen
biologi (Biological Oxygen Demand = BOD) dan kebutuhan oksigen kimiawi
(Chemical Oxygen Demand = COD) dapat dijadikan petunjuk terhadap
penurunan kualitas air sungai. Parameter BOD dan COD sungai-sungai di
seluruh provinsi di Pulau Jawa yang telah melampaui batas baku mutu yang
ditetapkan. Selain itu, kekeruhan air dan jumlah lumpur yang mencapai 25
ton/tahun pada sungai-sungai di Pulau Jawa dapat menunjukkan adanya erosi
tanah di bagian hulu sungai.
Nilai ambang batas pencemaran berhubungan dengan pengaturan terhadap
pemanfaatan sungai. Penentuan manfaat sungai dapat ditentukan oleh kualitas
air saat itu. Masyarakat pengguna dan para pengusaha yang andil dalam
terjadinya pencemaran air diharapkan dapat mengatasi permasalahan kuantitas
dan kualitas air. Program yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran air
sungai ini adalah program kali bersih (prokasih). Program ini difokuskan
untuk menurunkan jumlah beban zat pencemar yang masuk ke sungai.
Proses terbentuknya hujan dimulai dari penguapan air. Uap-uap air akan
mengalami proses kondensasi atau pemadatan yang akhirnya menjadi awan.
Awan-awan itu akan bergerak, gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan
awan bergumpal hingga berhasil mencapai atmosfir yang bersuhu lebih
dingin. Akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi atau
proses jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke bumi.
Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia
dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air
yang cukup. Dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan
dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh.
3. Kondisi Danau di Indonesia
Luas danau di Indonesia lebih kurang seluas 1,85 juta hektare atau 0,52
persen. Namun, sebagian besar belum dimanfaatkan secara maksimal.
Beberapa danau di Indonesia sudah tercemar, antara lain, Danau Pluit di
Jakarta yang telah tercemar nitrat, fosfat, klorida, dan sulfat yang sangat
tinggi.
Beberapa danau dapat hilang karena adanya pembentukan delta-delta dan
pelumpuran di danau yang disebabkan adanya erosi, akibat gundulnya hutan
di hulu sungai, kemudian terbawa oleh air yang berakibat pada pendangkalan
danau dan hilangnya danau; gerakan tektonik yang berupa pengangkatan dasar
danau; pengendapan jasad hewan dan tumbuhan yang mati berakibat pada
cepatnya pendangkalan danau; penguapan yang kuat, terutama di daerah arid;
banyaknya air yang keluar karena banyaknya sungai-sungai yang
meninggalkan danau yang menimbulkan erosi dasar pada bibir danau,
akibatnya danau dapat menjadi kering dan kehabisan air, atau karena ditimbun
oleh manusia.
Proses sedimentasi yang cukup tinggi di Rawa Pening (Jawa Tengah),
Danau Sentani (Papua), Danau Tempe (Sulawesi Selatan), Danau Tondano
dan Danau Limboto (Sulawesi Utara), dan Danau Singkarak (Sumatra Barat)
harus segera ditanggulangi dengan pengelolaan dan menjaga hutan di sekitar
danau. Cara ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dan menghambat
pengendapan lumpur yang berlebihan. Selain hal tersebut, upaya lain yang
dapat dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan
pentingnya menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan yang berupa
hutan, tanah, dan air.
4. Gambaran Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang terbentuk dari
kumpulan sungai dalam suatu sistem cekungan dengan aliran keluar atau muara
tunggal. Daerah aliran sungai merupakan areal tampungan air yang masuk ke
dalam wilayah air sungai. Pengukuran DAS dapat dilakukan dengan cara
menarik garis yang pada titik-titik tertinggi menghubungkan wilayah aliran
sungai yang satu dengan yang lain. Saat ini ada 36 DAS di Indonesia berada
dalam kondisi kritis dengan kerusakan yang sangat parah. Di bagian hulu
sungai sebagian areal hutan telah ditumbuhi banyak semak belukar dan ada
juga yang sudah gundul. Seperti pernah kita lihat adanya berbagai masalah
yang timbul dengan terjadinya banjir bandang di Sinjai, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Masalah ini dapat timbul karena
gundulnya hutan di bagian hulu, sehingga tidak mampu menampung luapan air
jika terjadi hujan secara terus-menerus. Demikian juga yang terjadi di bagian
bawah, karena erosi tanah yang terbawa oleh air akan mengendap sebagai
lumpur dan menyebabkan pendangkalan di sungai, waduk, ataupun saluran air,
sehingga ketika terjadi hujan yang terus-menerus air sungai akan meluap dan
terjadilah banjir. Gundulnya hutan merupakan akibat dari penggunaan tanah
yang tidak tepat, seperti sistem perladangan berpindah dan pertanian lahan
kering, tanpa perlakuan konservasi yang tepat dan tidak mengikuti pola tata
guna tanah.
DAS banyak dipengaruhi oleh faktor iklim, jenis batuan, dan banyaknya
tumbuhan yang dilalui DAS, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur pada
waktu hujan. Bentuk lereng DAS sangat berpengaruh terhadap kecepatan
terkumpulnya air hujan di dalam aliran. Meander, dataran banjir, dan delta
adalah bagian dari DAS. Banyaknya hujan di DAS dapat dihitung dengan cara
isohyet dan thiessen. a. Isohyet, merupakan garis dalam peta yang
menghubungkan tempattempat yang mempunyai jumlah curah hujan yang
sama selama satu periode tertentu. Isohyet digunakan jika luas DAS lebih besar
dari 5.000 km2. b. Thiessen, digunakan kalau bentuk DAS tidak memanjang
dan sempit, dengan luas antara 1.000–5.000 km2. DAS dapat dibagi menjadi
tiga daerah yaitu daerah hulu sungai, tengah sungai, dan hilir sungai. DAS di
hulu sungai berbukit-bukit, berlereng curam, banyak digunakan untuk areal
ladang sayuran, perkebunan, atau hutan yang merupakan daerah penyangga dan
banyak permukiman penduduk di sekitar aliran sungai. DAS di bagian tengah
sungai, relatif landai, biasa digunakan untuk jalur transportasi, karena
daerahnya yang datar daerah ini merupakan pusat aktivitas penduduk, seperti
pertanian, perdagangan, perindustrian, dan merupakan pusat-pusat permukiman
penduduk. DAS di bagian hilir merupakan daerah yang landai, subur, dan
banyak dimanfaatkan untuk permukiman dan areal pertanian (misalnya, areal
tanaman padi, jagung, dan tanaman kelapa).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rasa asin air laut diakibatkan asamnya air laut yang terjadi karena saat itu
atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang
menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-
garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini.
2. Unsur-unsur kimia yang terdapat di dalam air laut atau tambak yaitu
berupa garam-garam, gas-gas, suspensi dan senyawa organik.
3. Proses terbentuknya hujan dimulai dari penguapan air. Uap-uap air akan
mengalami proses kondensasi atau pemadatan yang akhirnya menjadi
awan. Awan-awan itu akan bergerak, gerakan angin vertikal ke atas
menyebabkan awan bergumpal hingga berhasil mencapai atmosfir yang
bersuhu lebih dingin. Akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami
presipitasi atau proses jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke
bumi.
4. Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia
dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air
yang cukup. Dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus
dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya
awan jenuh.
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah disusun, semoga bermanfaat bagi
pembaca. Saran dan kritik yang membangun dari dosen pembimbing dan
teman-teman sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya.
DAFTARPUSTAKA
Pramono,Heru.2003.Geomorfologi Dasar. UNY Press: Yogyakarta..
Simandjuntak. 2004. Tektonika. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi:
Bandung.
Watt, Fiona. 2004. Gempa Bumi dan Gunung Berapi. Pakar Raya.Buletin Mina:
Bandung.
MAKALAH
STRUKTUR BUMI MELIPUTI HIDROSFER, ATMOSFER
DAN
MEDAN MAGNET BUMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas MID


Ilmu Bumi dan Antariksa

Disusun Oleh:
AKHIRUDDIN (G2J119020)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
STRUKTUR BUMI MELIPUTI HIDROSFER, ATMOSFER
DAN
MEDAN MAGNET BUMI

Oleh :
AKHIRUDDIN
G2J119020

ABSTRAK
Telah dibuat makalah mengenai struktur bumi meliputi hidrosfer, atmosfer
dan medan magnet bumi. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses
terjadinya struktur bumi meliputi atmosfer dan hidrosfer dan arti dari medan
magnet bumi. Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara
menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km. Gerakan udara dalam atmosfer
terjadi terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta
perputaran bumi. Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi dan
mengandung beberapa unsur gas diantaranya 78%, gas nitrogen, 21%, oksigen,
0.9% argon, dan 0.03% karbondioksida. Atmosfer berfungsi untuk melindungi
bumi dari serangan luar dan melindungi unsur gas yang ada. Selain itu, atmosfer
juga berfungsi mengatur sinar matahari yang masuk ke bumi dengan menyerap
dan kemudian memantulkan panas yang dihasilkan oleh matahari. Lapisan air
yang menyelubungi bumi disebut dengan hidrosfer. Hidrosfer merupakan wilayah
perairan yang mengelilingi bumi. hidrosfer meliputi samudra, laut, danau, air,
tanah,mata air, hujan, dan air yang berada di atmosfer. Sekitar tiga perempat dari
permukaan bumi ditutupi oleh air. Air di bumi bersirkulasi dalam lingkaran
hidrologi, dimana air jatuh sebagai hujan dan mengalir ke samudra-samudra
sebagai sungai dan menguap kembali ke atmosfer. Magnet adalah suatu materi
yang mempunyai suatu medan magnet. Medan magnet ini tidak terlihat tetapi
bertanggung jawab untuk properti yang paling menonjol dari magnet, yaitu
kekuatan yang menarik pada bahan feromagnetik, seperti zat besi, dan menarik
atau mengusir magnet lainnya. Magnet bisa dalam wujud magnet tetap atau
magnet tidak tetap. Magnet yang ada sekarang ini, hampir semuanya adalah
magnet buatan. Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N)
dan kutub selatan (south/ S). Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang
sangat besar dengan suatu medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu
dihasilkan oleh suatu dipole magnet yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole
ini bergeser sekitar 11o dari sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis
bumi tidak terletak pada tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi.

Kata Kunci: struktur bumi, hidrosfer, atmosfer dan medan magnet bumi
EARTH STRUCTURE INCLUDING HYDROSPHERE, ATMOSPHERE
AND
EARTH MAGNETIC FIELD

By:
AKHIRUDDIN
G2J119020

ABSTRACT

Paper has been made regarding the structure of the earth including the
hydrosphere, atmosphere and the earth's magnetic field. This paper aims to
determine the process of the earth's structure including the atmosphere and
hydrosphere and the meaning of the earth's magnetic field. The atmosphere is a
layer of air that covers the earth as a whole with a thickness of more than 650 km.
The movement of air in the atmosphere occurs mainly due to the heating effect of
sunlight and the rotation of the earth. The atmosphere is the layer of air that
covers the earth and contains several gaseous elements including 78%, nitrogen
gas, 21%, oxygen, 0.9% argon, and 0.03% carbon dioxide. The atmosphere serves
to protect the earth from external attacks and protect the existing gaseous
elements. In addition, the atmosphere also functions to regulate sunlight entering
the earth by absorbing and then reflecting the heat generated by the sun. The layer
of water that covers the earth is called the hydrosphere. The hydrosphere is an
area of water that surrounds the earth. hydrosphere includes oceans, seas, lakes,
water, land, springs, rain, and water in the atmosphere. About three quarters of the
earth's surface is covered by water. Water on earth circulates in a hydrological
circle, where it falls as rain and flows into the oceans as rivers and evaporates
back into the atmosphere. Magnet is a material that has a magnetic field. This
magnetic field is invisible but is responsible for the most prominent property of
magnets, namely, the forces that attract ferromagnetic materials, such as iron, and
attract or repel other magnets. Magnets can be in the form of fixed magnets or
non-permanent magnets. Magnets that exist today, almost all of them are artificial
magnets. Magnets always have two poles, namely: a north pole (north / N) and a
south pole (south / S). Earth acts like a very large spherical magnet with a
magnetic field surrounding it. The field is generated by a magnetic dipole located
at the center of the earth. This dipole axis is shifted about 11 o from the earth's axis
of rotation, which means that the earth's geographic north pole is not located in
the same place as the earth's magnetic south pole.

Keywords: Earth's structure, hydrosphere, atmosphere and Earth's magnetic


field.
DAFTAR ISI

Hal
Sampul......................................................................................................................i
Abstrak.....................................................................................................................ii
Abstract...................................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Kata Pengantar........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN
D. Latar Belakang.........................................................................................1
E. Rumusan Masalah ....................................................................................2
F. Tujuan dan Manfaat Penulisan..................................................................2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Deskripsi Teori..........................................................................................3
1. Struktur Bumi.......................................................................................3
E. Deskripsi Grafik, Tabel dan Gambar........................................................8
1. Komposisi Atmosfer.............................................................................8
2. Siklus Hidrologi...................................................................................9
F. Analisis...................................................................................................10
1. Manfaat Medan Magnet Bumi...........................................................10

III PENUTUP
C. Kesimpulan.............................................................................................12
D. Saran.......................................................................................................12
Daftar Pustaka.......................................................................................................13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Bumi Bagian Luar..................................................................8


Gambar 2.2 Perubahan Fasa Air..............................................................................8
Gambar 2.3 Siklus Hidrologi Pendek......................................................................9
Gambar 2.4 Siklus Hidrologi Sedang......................................................................9
Gambar 2.5 Siklus Hidrologi Panjang...................................................................10
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Gas Utama dalam Udara Kering............................................8


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb.


Tiada kata yang paling indah diutarakan selain rasa syukur atas kehadirat
Sang Ilahi yaitu Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, berkah, kesempatan,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmu
bumi dan antariksa tentang struktur bumi meliputi hidrosfer, atmosfer dan medan
magnet bumi
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi diri penulis pribadi. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum.wr wb.

Kendari, November 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

D. Latar Belakang

Permulaan terjadinya bumi merupakan sebagian dari gumpalan gas


dari matahari. Gumpalan gas yang besar tersebut selalu dalam keadaan
berputar dikarenakan sesuatu hal, sebagian gumpalan terlepas walaupun
seolah-olah dicampakkan sangat jauh tetapi gumpalan itu masih tetap berputar
terus menerus mengelilingi gumpalan besar ( matahari ) tersebut. Gumpalan-
gumpalan yang terpisah dan masih tetap berputar tersebut setelah mengalami
proses pendinginan akan menjadi padat, itulah yang disebut dengan planet-
planet jumlah-Nya delapan. Berturut-turut nama planet yang masuk susunan
matahari yaitu merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus, Uranus dan
neptunus. Dari gumpalan yang terlepas tersebut ( planet ), terlepas pula
sebagian dari planet tetapi juga tetap berputar dan mengelilingi gumpalan
yang ditinggalkan, itulah yang disebut bulan atau satelit. Kejadian tersebut
memakan waktu yang sangat lama. Jadi bumi yang seperti sekarang ini baru
terjadi setelah berjuta-juta tahun sesudah bumi bertambah dingin berubah lah
gas tersebut menjadi cairan dan lama kelamaan bagian luarnya makin padat
sehingga pada permukaan bumi dapat ditempati manusia, tumbuhan serta
makhluk hidup lainnya.
Di bumi ini tentunya kita tidak asing dengan benda yang bernama
magnet, benda yang memiliki medan magnet dan dua kutub ini dapat menarik
benda-benda yang mengandung unsur logam, bumi sendiri merupakan sumber
medan magnet statik alami yang membentang dari utara ke selatan. Kita dapat
menemukan magnet dimana saja misalnya di toko mainan, toko bangunan,
bahkan di bumi yang kita pijak ini terdapat sumber medan magnet yang sangat
banyak. Selain bumi sebagai sumber medan magnet statik alami banyak
sumber medan magnet statik lain yang diciptakan oleh manusia. Meskipun
sumber kelistrikan menggunakan arus AC tapi berbagai alat kebutuhan
manusia itu menggunakan arus DC dan menghasilkan medan magnet
statik.Sumber medan magnet statik dalam kehidupan sehari-hari contohnya
seperti peralatan elektronik, alat-alat kesehatan, alat transportasi dan lain-lain.
Perkembangan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat.
Penelitian untuk menunjang berbagai kebutuhan manusia dilakukan. Salah
satunya adalah penelitian tentang medan magnet dinamik. Berbagai penelitian
dengan berbagai kasus dan pendekatan tentang medan magnet dinamik telah
dilakukan di negara-negara maju. Namun, di beberapa negara berkembang
seperti Indonesia belum banyak dilakukan penelitian yang membahas
mengenai medan magnet dinamik. Sebagian besar penelitian ilmiah tentang
sumber medan magnet dinamik yang banyak dilakukan lebih sering
memfokuskan tentang radiasi yang dihasilkan oleh sumber medan magnet
dinamik. Padahal penelitian tentang radiasi yang ditimbulkan oleh medan
magnet dinamik yang dilakukan belum terbukti tentang bahaya atau efek
samping yang ditimbulkan.
Seperti halnya kebanyakan benda langit, Bumi berbentuk bola,
meskipun agak pepat pada kedua kutubnya. Kepepatan itu akibat gerak rotasi
mengelilingi sumbunya. Oleh karena itu, jarak pusat Bumi terhadap
khatulistiwa lebih panjang daripada terhadap kutubnya. Panjang diameter pada
khatulistiwa = 12.762 km, sedangkan panjang diameter pada kutub = 12.306
km. Diameter rata-rata Bumi = 12.784 km. Berat jenis Bumi adalah 5.5,
sedangkan beratnya adalah 6,6 x 102' ton.
Bumi diselimuti oleh gas yang disebut atmosfer. Pada permukaan
Bumi terdapat lapisan air yang disebut hidrosfer. Bagian Bumi yang padat
terdiri atas kulit (kerak) atau lithosfer, dan bagian inti yang disebut centrosfer.
Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian yaitu kerak bumi
(crush), selimut atau selubung dan inti bumi (core).
Pertama, kerak bumi (crush) merupakan kulit bumi bagian luar
(permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan
lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini
menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah
kerak bumi mencapai 1.100oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya
hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
Kedua, selimut atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang
terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km
dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi
mencapai 3.000oC.
Ketiga, inti bumi (core) yang terdiri dari material cair dengan
penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%) dan lain-lain yang terdapat
pada kedalaman 2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti
luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan
terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan
pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini
terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai4.500oC.
Berdasarkan susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat
bagian yakni bagian padat (lithosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan,
bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan
seperti laut, danau dan sungai, bagian udara (atmosfer) yang menyelimuti
seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai jenis
organisme (biosfer). Keempat komponen tersebut berinteraksi secara aktif satu
sama lain, misalnya dalam siklus biogeokimia dari berbagai unsur kimia yang
ada di bumi, proses transfer panas dan perpindahan materi padat. Pada
makalah ini akan dibahas mengenai struktur bumi meliputi hidrosfer, atmosfer
dan medan magnet bumi.
E. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penyusunan makalah ini sebagai berikut:
5. Bagaimana proses terjadinya struktur bumi meliputi atmosfer dan
hidrosfer?
6. Apa arti dari medan magnet bumi?

F. Tujuan dan Manfaat


c. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini yakni:
5. Untuk mengetahui proses terjadinya struktur bumi meliputi atmosfer dan
hidrosfer
6. Untuk mengetahui arti dari medan magnet bumi
d. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh pada makalah ini adalah sebagai berikut:
3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, terutama mengenai struktur
bumi meliputi atmosfer, hidrosfer dan medan magnet bumi.
4. Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis mengenai struktur bumi
meliputi atmosfer, hidrosfer dan medan magnet bumi.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Deskripsi Teori
1. Struktur Bumi
Bumi adalah salah satu planet di tata surya (sistem matahari) yang terdapat
dalam suatu galaksi yang bernama Galaksi Bima Sakti (The Milky Ways atau
Kabut Putih). Dalam tata surya kita planet bumi menduduki nomor tiga dari
matahari. Selain planet-planet dalam tata surya ada juga benda-benda angkasa
lain dan 200 milyar bintang yang ada pada Galaksi Bima Sakti. Pada sebuah
penelitian galaksi Bima Sakti ternyata buka satu-satunya galaksi namun
terdapat ratusan,jutaan bahkan milyaran galaksi lainnya yang mengisi jagat
raya ini. Adapun proses pembentukan batu-batuan terjadi secara bertahap di
dalam bumi dan reliefnya berdasarkan dengan zaman sejarah dalam ilmu
geologi.
Dalam ilmu geologi akan dipelajari mengenai kejadian, struktur, dan
komposisi batu-batuan kulit bumi diselidiki oleh,sedangkan dalam ilmu
geofisika dipelajari sifat batu-batuannya.Hasil penelitian ilmu geologi
menunjukkan bahwa unsur bumi telah berusia ±4.700 tahun dari mulai proses
pendinginan sampai pada akhirnya mengalami pembekuan. Planet bumi terus
berputar mengelilingi sumbunya yang disebut berotasi selama 24 jam tepatnya
23 jam 56 menit dalam satu hari. Berevolusi mengelilingi matahari dengan
lintas garis edar berupa elips.Satu putaran/berevolusi memakan waktu 365 hari
5 jam 48 menit atau satu tahun.
 Struktur bumi menurut pada ahli 
Ada juga ahli mengidentifikasi struktur bumi berdasarkan klasifikasi
struktur dan unsur kimianya. Latar belakang klasifikasi yakni berdasarkan
ketika planet bumi telah terbentuk dari massa gas, maka akan lambat laun
mengalami sebuah proses pendinginan. sehingga bagian terluar planet bumi
berubah menjadi keras, sedangkan bagian dalam bumi masih tetap dimana itu
merupakan massa zat yang panas dalam keadaan lunak.
Pada saat proses pendinginan berlangsung dalam waktu yang
menghabiskan jutaan tahun, maka zat-zat pembentuk bumi yang terdiri dari
berbagai jenis sifat kimia dan fisikanya telah sempat memisahkan diri
berdasarkan dengan perbedaan sifat-sifat tersebut. Dari hasil-hasil penelitian
terhadap bagian fisik bumi menunjukkan bahwa batuan-batuan pembentuk
sistem tata surya  pada bagian planet bumi dimulai dari bagian kerak bumi
sampai inti bumi dengan  komposisi kandungan mineral dan unsur kimia yang
berbeda-beda.
Secara struktur, berikut adalah penjelasan mengenai struktur bumi :
a. Kerak bumi (crush)
Kerak bumi atau Crush merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi).
Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan
yang terdiri dari batu-batuan dan masam. Lapisan menjadi tempat tinggal bagi
seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100
derajat Celcius. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalamn
100 km dinamakan litosfer. Kerak dean mantel dibatasi oleh Mohorovivic
Discontinuity. Susunan kerak bumi yaitu terdiri dari feldsfar dan mineral
silikat. Lapisan bagian atas kerak bumi yang berada di daerah daratan,
biasanya dilapisi oleh tanah. Tanah, yang terdiri atas kandingan partikel
batuan yang telah ditimpa cuaca, dan juga mengandung banyak zat organik
yang berasal dari pembusukan makhluk hidup pada zaman purba.Tanah bisa
mendukung kehidupan tanaman di bumi dan juga binatang karena makanan
hewan, baik langsung maupun tidak berasal dari tanaman.
b. Selimut atau selubung bumi (mantle)
Lapisan ini juga disebut juga astenosfer. Selimut atau selubung merupakan
lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tebal selimut bumi
mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Selimut bumi terdiri
dari campuran berbagai bahan yang memiliki baik cair,padat dan gas dengan
suhu yang tinggi. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 derajat
celcius. Mantel atau selimut bumi ini yang membungkus inti bumi. adapun
komposisinya kaya dengan magnesium. Mantel bumi terdiri atas dua yaitu
mantel atas yang memiliki sifat plastis hingga semiplastis dengan kedalaman
sampai 400 km sedangkan mantel bagian bawah memiliki sifat padat dengan
kedalaman hingga 2.900 km.
c. Inti bumi (core)
Inti bumi yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi
(90 %),nikel (8 %), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900-5200
km. Lapisan ini dibedakan menjadi dua yaitu lapisan inti luar (outer core) dan
lapisan inti dalam (innner core). Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km
dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 derajat Celcius.
Adapun inti bagian dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan
diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang
suhunya mencapai 4.500 derajat Celcius. Pada penelitian geofisikia,inti bumi
memiliki material dengan berat jenis yang sama dengan berat jenis meteorit
logam yang terdiri atas material besi dan nikel. Sehingga para ahli percaya inti
bumi tersusun dari beberapa senyawa besi dan nikel. Berdasarkan penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik lapisan bumi paling dalam
(inti) memiliki sifat pejal atau keras yang diselubungi lapisan cair relatif
kental, sedangkan pada bagian luar atau atasnya berupa litosfer yang pejal dan
keras pula.
Berdasarkan susunan kimianya,bumi dapat dibagi menjadi empat
bagian,yakni bagian padat (lithosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan,bagian
cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan seperti
laut,danau,dan sungai dan bagian udara (atmosfer) yang menyelimuti seluruh
permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai jenis organisme
(biosfer). Keempat komponen tersebut berinteraksi secara aktif satu sama
lain,misalnya dalam siklus biogekimia dari berbagai unsur kimia yang ada di
bumi,proses transfer panas dan perpindahan materi padat. Dari empat macam
susunan kimia yang terdapat pada bumi yang bisa dijelaskan yakni dua yaitu:
a) Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara menyeluruh
dengan ketebalan lebih dari 650 km. Gerakan udara dalam atmosfer terjadi
terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta perputaran
bumi. Rata-rata tekanan atmosfer di permukaan Bumi adalah 101,325 kPa,
dengan ketingggian skala sekitar 5 km. Atmosfer merupakan lapisan udara
yang menyelimuti bumi dan mengandung beberapa unsur gas diantaranya
78%, gas nitrogen, 21%, oksigen, 0.9% argon, dan 0.03% karbondioksida.
Atmosfer berfungsi untuk melindungi bumi dari serangan luar dan melindungi
unsur gas yang ada. Selain itu, atmosfer juga berfungsi mengatur sinar
matahari yang masuk ke bumi dengan menyerap dan kemudian memantulkan
panas yang dihasilkan oleh matahari. Panas matahari yang dipantulkan oleh
atmosfer sekitar 34% kemudian akan diserap oleh awan dan atmosfer sekitar
19%, dan sisanya mencapai permukaan bumi. Ketinggian troposfer beragam
menurut garis lintang, berkisar antara 8 km di wilayah kutub hingga 17 km di
wilayah khatulistiwa, dan beberapa variasi yang diakibatkan oleh faktor
musim dan cuaca.
Biosfer bumi secara perlahan telah memermak komposisi atmosfer.
Fotosintesis oksigenik berevolusi 2,7 miliar tahun yang lalu, yang membentuk
atmosfer nitrogen-oksigen utama saat ini. Peristiwa ini memungkinkan
terjadinya proliferasi organisme aerobik, serta pembentukan lapisan ozon yang
menghalangi radiasi surya ultraungu memasuki Bumi dan menjamin
kelangsungan kehidupan di darat. Fungsi atmosfer lainnya yang penting bagi
kehidupan di Bumi adalah mengangkut uap air, menyediakan gas bernilai
guna, membakar meteor berukuran kecil sebelum menghantam permukaan
Bumi, dan memoderatori suhu. Fenomena yang terakhir dikenal dengan efek
rumah kaca; proses penangkapan energi panas yang dipancarkan dari
permukaan Bumi pada atmosfer sehingga meningkatkan suhu rata-rata. Uap
air, karbon dioksida, metana, dan ozon merupakan gas rumah kaca utama pada
atmosfer Bumi. Tanpa pemancaran panas ini, suhu rata-rata di permukaan
Bumi akan mencapai −18 °C, berbeda jauh dengan suhu rata-rata saat ini (+15
°C) dan kehidupan kemungkinan besar tidak akan bisa bertahan.
b) Hidrosfer
Lapisan air yang menyelubungi bumi disebut dengan hidrosfer. Hidrosfer
merupakan wilayah perairan yang mengelilingi bumi. hidrosfer meliputi
samudra, laut, danau, air, tanah,mata air, hujan, dan air yang berada di
atmosfer. Sekitar tiga perempat dari permukaan bumi ditutupi oleh air. Air di
bumi bersirkulasi dalam lingkaran hidrologi, dimana air jatuh sebagai hujan
dan mengalir ke samudra-samudra sebagai sungai dan menguap kembali ke
atmosfer. Air yang ada di permukaan bumi dapat berupa air sungai, air danau,
air telaga dan air rawa. Air yang ada di bawah permukaan bumi dapat berupa
air tanah preatis, air tanah artesis dan kelembaman tanah. Sedang air yang ada
di atas permukaan tanah air berupa air meteorit (awan dan air hujan).
Jumlah air yang ada di bumi ini relatif tetap, namun sebarannya yang
berubah-ubah. Keterdapatan air di bumi berkisar antara 1,3-1,4 milyar km3.
Air tersebut terdiri atas air laut (97,5%), salju dan es (1,75%), berupa air tawa
0,73% dan berupa air meteorit 0,001%. Air di bumi yang jumlahnya tetap ini
senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut siklus
hidrologi/siklus air atau juga disebut dengan daur hidrologi.
c) Medan Magnet Bumi
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan
magnet. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos
yang berarti batu Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di
Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di wilayah
Turki) di mana terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di
wilayah tersebut.
Magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Medan
magnet ini tidak terlihat tetapi bertanggung jawab untuk properti yang paling
menonjol dari magnet, yaitu kekuatan yang menarik pada bahan feromagnetik,
seperti zat besi, dan menarik atau mengusir magnet lainnya. Magnet bisa
dalam wujud magnet tetap atau magnet tidak tetap. Magnet yang ada sekarang
ini, hampir semuanya adalah magnet buatan. Magnet selalu memiliki dua
kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan kutub selatan (south/ S). Walaupun
magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap
memiliki dua kutub. Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda
bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak
semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan
baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh
magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya
tarik yang rendah oleh magnet. Satuan intensitas magnet menurut sistem
metrik pada Satuan Internasional (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total
fluks magnetik adalah weber. 1 weber/m2 = 1 tesla, yang memengaruhi satu
meter persegi.
Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu
medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu dipole
magnet yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar 11o
dari sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak
pada tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi. Menurut IGRF
(2000), melalui perhitungan posisi simetris dimana dipole magnetik
memotong permukaan bumi, letak kutub utara magnet bumi adalah 79,3 N,
71,5 W dan 79,3 S , 108,5 E untuk kutub selatan. Medan magnet bumi
terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur yaitu arah dan
intensitas kemagnetannya. Parameter fisis itu adalah deklinasi magnetik D,
intensitas horisontal H dan intensitas vertikal Z. Dari elemen-elemen ini,
semua parameter medan magnet lainnya dapat dihitung. Parameter yang
menggambarkan arah medan magnetik adalah deklinasi D (sudut antara utara
magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I (sudut antara bidang horisontal
dan vektor medan total), yang diukur dalam derajat. Intensitas medan
magnetik total F digambarkan dengan komponen horisontal H, komponen
vertikal Z dan komponen horisontal kearah utara X dan kearah timur Y.
Intensitas medan magnetik bumi secara kasar antara 25.000 – 65.000 nT.
Untuk Indonesia, wilayah yang terletak di utara ekuator mempunyai intensitas
40.000 nT, sedangkan yang di selatan ekuator 45.000 nT. 2.3 Efek Dinamo
Efek Dinamo adalah suatu teori geofisika yang menjelaskan tentang asal-
muasal medan magnet Bumi. Dalam mekanisme dinamo ini, gerakan fluida
pada inti luar Bumi yang berupa besi cair (liquid iron) melintasi medan
magnetik lemah yang telah ada dan membuat arus listrik. Arus listrik ini
kemudian menyebabkan sebuah medan magnet yang berinteraksi dengan
gerakan fluida tadi sehingga membentuk secondary magnetic field. Teori
Dinamo di ajukan oleh Walter M. Elsasser, seorang fisikawan Jerman-
Amerika, dan Edward Bullard, geofisikawan asal Inggris pada tahun 1900-an.
Walaupun banyak mekanisme dalam asal medan geomanetik yang diajukan
oleh peneliti lain, namun hanya teori Dinamo yang di pelajari dengan serius
sampai saat ini.

E. Deskripsi Grafik, Tabel dan Gambar


1. Komposisi Atmosfer

Gambar 2.1 Struktur Bumi Bagian Luar (Bayong, 2007)

Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas yang tidak tampak dan
tidak berwarna. Empat gas, nitrogen, oksigen, argon dan karbondioksida
meliputi hampir seratus persen dari volume udara kering.
Tabel 2.1 Komposisi Gas Utama dalam Udara Kering (Bayong, 2007)
Macam Gas N2 O2 Ar CO2 Total
Volume % 78,088 20,949 0,930 0,030 99,997
Massa % 75,527 23.143 1,282 0,045 99,997
Air dalam atmosfer dapat berada dalam ketiga wujud (fasa). 

Gambar 2.2 Perubahan Fasa Air


Atmosfer selalu dikotori oleh debu. Debu ialah istilah yang dipakai untuk
benda yang sangat kecil sehingga sebagian tidak nampak kecuali dengan
mikroskop. Di pegunungan jumlah debu hanya beberapa ratus partikel tiap
cm3, tetapi di kota besar, daerah industri dan daerah kering jumlah debu dapat
mencapai 5 juta tiap cm3. Konsentrasi debu pada umumnya berkurang dengan
bertambahnya ketinggian, meskipun debu meteorik dapat dijumpai pada
lapisan atmosfer atas. Partikel debu yang bersifat higroskopis akan bertindak
sebagai inti kondensasi. Debu higroskopis yang penting adalah partikel garam,
asap batu bara atau arang. Kabas (smog) singkatan dari kabut dan asap
(smoke and fog) adalah kabut tebal yang sering dijumpai di daerah industri
yang lembap. Debu dapat menyerap, memantulkan dan menghamburkan
radiasi yang datang. debu atmosferik dapat tersapu turun ke permukaan bumi
oleh curah hujan, tetapi kemudian atmosfer dapat terisi partikel debu kembali. 
Atmosfer juga mengandung jenis bahan yang bukan bagian dari
komposisi gas. Beberapa jenis dari bahan ini adalah partikel garam, partikel
debu dan tetes air. Bila uap air yaitu bagian dari udara natural (alam) berubah
menjadi cair atau padat (partikel air dan es) maka partikel-partikel ini menjadi
benda asing dalam atmosfer,dan menyebabkan awan, kabut, hujan, salju,
embun atau batu es (hailstone). Perubahan wujud (fasa) uap air di udara
sangat penting dalam menentukan kondisi cuaca.
2. Siklus Hidrologi
a) Siklus Pendek/Kecil

Gambar 2.3 Siklus Hidrologi Pendek


Air laut menguap, mengalami kondensasi lalu membentuk awan di atas
permukaan air laut, dan kemudian terjadi hujan di atas permukaan air laut.
b) Siklus Sedang

Gambar 2.4 Siklus Hidrologi Sedang


Air di laut dan darat menguap kemudian mengalami kondensasi dan
membentuk awan. Akibat konveksi atau adveksi maka terjadilah hujan di
daratan. Air kemudian meresap ke dalam tanah dan mengalir di permukaan
tanah melewati sungai yang akhirnya ke laut.
c) Siklus Panjang

Gambar 2.5 Siklus Hidrologi Panjang

Air laut menguap menjadi gas, membentuk kristal-kristal es di atas


permukaan air laut. Kemudian dibawa angin ke daratan (pegunungan
tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser, mencair lalu sebagian
meresap ke dalam tanah dan sebagian masuk ke aliran sungai lalu kembali
ke laut.

F. Analisis
1. Manfaat Medan Magnet Bumi
a. Mempengaruhi arah jarum kompas
Dari hari ini timbul pertanyaan, apakah jarum kompas selalu menunjuk ke
arah utara-selatan? Jawabannya ternyata “tidak selalu”. Kutub magnet bumi
tidak sama dengan kutub geografis bumi. Medan magnet bumi yang
digambarkan dengan gari putus-putus itu ternyata arahnya berbeda-beda di
tiap tempat di muka bumi ini.
b. Menjadi Perisai Bumi
Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan
magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang
mengancam planet kita.  Dr Hugh Ross telah meneliti peran penting Sabuk
Van Allen bagi kehidupan Manusia. ”Bumi ternyata memiliki kerapatan
terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri
atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan
magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung
berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari
luar angkasa.”
”Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin
dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang
berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius – tapi kekuatan
medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet
kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini
merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.(Dr Hugh
Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA).
Bahkan hal ini telah diungkapkan di dalam Al-Qur’an , Al-Anbiya [21]
ayat 32. “Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara,
sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) itu
(matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain).”
c. Menjadi Jalur Alternatif untuk Terapi Kesahatan
Magnet sudah lama diyakini memiliki kekuatan penyembuhan untuk nyeri
otot dan kekakuan pada bagian tubuh. Penggunaan magnet untuk manfaat
medis ini bisa dirunut kembali ke Mesir kuno dan juga Yunani kuno ketika
Hippocrates (bapak kedokteran) yang menggunakan batu magnet untuk
mengobati kemandulan. Orang kuno di India menggunakan magnet untuk
mengatasi Insomnia.
Teks medis kuno Cina yang dikenal sebagai Prinsip Dasar Ilmu
Kedokteran Penyakit Dalam Kekaisaran Kuning menggambarkan prosedur ini.
Veda, atau tulisan suci Hindu kuno, juga menyebutkan pengobatan penyakit
dengan Batu Magnet. Kata “batu magnet” atau batu terkemuka, berasal dari
penggunaan batu ini sebagai kompas.
Ada dua teori yang digunakan untuk menjelaskan terapi magnetik. Satu
teori menyatakan bahwa magnet menghasilkan sedikit arus listrik. Saat
magnet diterapkan pada daerah tubuh yang sakit, syaraf-syaraf di daerah itu
akan di rangsang, sehingga melepaskan obat penghilang rasa sakit alami pada
tubuh. Teori lainnya menyatakan bahwa ketika magnet diterapkan pada daerah
tubuh yang sakit, semua sel di daerah itu akan bereaksi untuk meningkatkan
sirkulasi darah, pertukaran ion, dan aliran oksigen ke daerah ini. Medan
magnet menarik dan menolak partikel-partikel bermuatan dalam aliran darah,
meningkatkan aliran darah dan menghasilkan panas. Peningkatan oksigen
dalam jaringan dan aliran darah dianggap punya kontribusi yang cukup besar
dalam kecepatan penyembuhan.
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan susunan kimianya,bumi dapat dibagi menjadi empat
bagian,yakni bagian padat (lithosfer) yang terdiri dari tanah dan
batuan,bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem
perairan seperti laut,danau,dan sungai dan bagian udara (atmosfer) yang
menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh
berbagai jenis organisme (biosfer). Keempat komponen tersebut
berinteraksi secara aktif satu sama lain,misalnya dalam siklus biogekimia
dari berbagai unsur kimia yang ada di bumi,proses transfer panas dan
perpindahan materi padat. Dari empat macam susunan kimia yang terdapat
pada bumi yang bisa dijelaskan yakni dua yaitu atmosfer dan hidrosfer.
2. Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu
medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu
dipole magnet yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser
sekitar 11o dari sumbu rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis
bumi tidak terletak pada tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik
bumi.

D. Saran
Demikianlah makalah yang telah disusun, semoga bermanfaat bagi
pembaca. Saran dan kritik yang membangun dari dosen pembimbing dan
teman-teman sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya.
DAFTARPUSTAKA

Bumi, Omie. (2017). Dampak Medan Magnetik Bumi Dan Manfaatnya Bagi
Kehidupan Manusia. http://www.ilmukitabaru.com/2017/03/dampak-
medan-magnetik-bumi-dan.html#. (di Akses 14 April 2020).

Khairullah. 2009. Komposisi dan Struktur Atmosfer Bumi. [internet]:


http://ustadzklimat.blogspot.co.id/2009/02/komposisi-dan-struktur atmosfer-
bumi.html diakses tanggal 7 April 2020.

Putra, S. Y. S. (2017). Magnet Bumi. Pdf. (diakses pada 15 april 2020)


Suhartanto, Ery., dan Jadfan Sidqi. 2016. Bahan Ajar Hidrometeorologi Tatap
Muka Ketiga (Atmosfer).

Tjasyono, Bayong. 2007. Sains Atmosfer dan Iklim dalam Short Course, Ilmu
Kebumian untuk Masyarakat. Bandung.
UJIAN AKHIR SEMESTER
ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA
(IPBA)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Ilmu Bumi dan Antariksa

Disusun Oleh:
AKHIRUDDIN (G2J119020)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
Analisis Kurikulum Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa pada Jenjang
Sekolah Menengah Atas

Oleh :
AKHIRUDDIN
G2J119020

ABSTRAK

Pengetahuan tentang bencana alam dan cara penanggulangannya seharusnya


diperoleh oleh masyarakat ketika bersekolah melalui mata pelajaran IPA/Fisika,
Geografi atau IPBA. Menurut UNISDR tahun 2010, Indonesia menduduki
peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang
menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Ada beberapa kemungkinan yang
menyebabkan hal tesebut terjadi. Pertama, materi tersebut telah di pelajari di
sekolah, tetapi dalam proses pembelajarannya sulit dipahami. Kedua, bahan kajian
mengenai fenomena alam tersebut tidak termasuk dalam kurikulum IPBA di
sekolah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perkembangan kurikulum
IPBA di Indonesia, serta membandingkannya dengan kurikulum IPBA di Jepang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif komparatif
dengan pendekatan kualitatif. Data kurikulum IPBA di Indonesia dan di Jepang
dianalisis urutan pemberian materi, kedalaman materi, dan kompetensinya. Hasil
analisis dan perbandingan menunujukkan bahwa kurikulum IPBA di Indonesia
materi yang dibahasnya masih secara umum dari tahun ke tahunnya. Sedangkan
kurikulum IPBA di Jepang, kurikulumnya sudah dibahas dengan dikaitkan
terhadap fenomena alam yang terjadi. Dari segi kompetensinya Indonesia sangat
jauh ketinggalan. Oleh karena itu hasil penelitian ini merekomendasikan agar
kurikulum IPBA di Indonesia dibahas secara mendalam dengan dikaitkan
terhadap fenomena alam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Ilmu bumi dan antariksa, fenomena alam, kurikulum


Analysis Of The Earth and Space Sciences Curriculum at High School Level

By:
AKHIRUDDIN
G2J119020

ABSTRACT

Knowledge about natural disasters and how to tackling should be obtained


by the public when studied through subjects Physics, geography or earth and
space science. According to UNISDR of 2010, Indonesia was ranked first in the
exposure to the population or the number of human victims died due to natural
disasters. There are several possible causes of things are happening. First, the
material has been learned at school, but in the process the lesson that is difficult to
understand. Second, the study of natural phenomena is not included in the
curriculum of earth and space science in the school. This research was conducted
to analyze the development of curriculum in Indonesia, as well as the earth and
space science compared it to the curriculum in Japan. The research was carried
out using the method of comparative descriptive qualitative approach. earth and
space science curriculum in Indonesia and in Japan analyzed a sequence of
content, depth of content, and competencies. Result analysis and comparison of
show earth and space science in the curricula that matter dealt with at Indonesia
still generally from year to year. While in Japan, the curriculum already discussed
with the associated to the natural phenomena that occur. In terms of competencies
Indonesia greatly missed. Therefore it is recommended that the results of research
curriculum in Indonesia earth and space science discussed in depth with the
associated to the natural phenomenon that often occurs in life

Keywords: earth and space sciences, natural phenomena, curriculum


DAFTAR ISI

Hal
Sampul......................................................................................................................i
Abstrak.....................................................................................................................ii
Abstract...................................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Kata Pengantar...................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
G. Latar Belakang.........................................................................................1
H. Rumusan Masalah ....................................................................................2
I. Tujuan dan Manfaat Penulisan..................................................................2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Urutan Pemberian Materi.....................................................................3
3. Kedalaman Materi................................................................................3
4. Kompetensi...........................................................................................4
5. Interior Bumi........................................................................................7

BAB III PENUTUP


E. Kesimpulan.............................................................................................10
F. Saran.......................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gelombang pada Bumi ……………………………………… 8


Gambar 2.2 Interior Bumi ……………………………………… 9

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rekomendasi Kurikulum IPBA materi ………………… 4
Interior Bumi Panas dari dalam Bumi

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr. wb.
Tiada kata yang paling indah diutarakan selain rasa syukur atas kehadirat
Sang Ilahi yaitu Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, berkah, kesempatan,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmu
bumi dan antariksa.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi diri penulis pribadi. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum.wr wb.
Kendari, November 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

G. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk


dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan cakupan
materi yang mempelajari berbagai gejala alam di bumi maupun antariksa. “Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SMA, materi IPBA
terintegrasi dalam mata pelajaran Fisika dan Geografi dengan porsi Fisika 2,70%
dan Geografi 55,56% dari keseluruhan materi dikelas X atau 19,23% untuk
program IPS.” (Ramlan, 2008).
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa materi IPBA untuk siswa SMA
diberikan di dalam dua mata pelajaran, yaitu Fisika dengan porsi 2,70% untuk
program IPA dan geografi 55,56% di kelas X. Materi IPBA pada mata pelajaran
Fisika hanya diberikan di kelas XI IPA semester 1 dalam materi keteraturan gerak
planet yang berkaitan dengan hukum Kepler. Sedangkan materi IPBA pada mata
pelajaran Geografi diberikan di kelas X semester 1 dan semester 2 dengan
cakupan materi yang cukup lengkap baik dalam pembahasan ilmu kebumian
maupun ilmu antariksa.
Materi IPBA dibahas hampir menyeluruh pada mata pelajaran Geografi di
kelas X dengan porsi 55,56%. Pada kenyataannya materi IPBA tidak benar benar
diberikan secara menyeluruh oleh guru Geografi kepada siswa SMA kelas X.
Menurut Ramlan (2008), guru Geografi mengalami kesulitan dalam menjelaskan
materi IPBA khususnya materi mengenai tata surya dan jagad raya karena selama
kurikulum sebelumnya yakni kurikulum 2004, materi IPBA yang dibahas oleh
guru Geografi lebih banyak mengenai ilmu kebumian dibandingkan dengan ilmu
antariksa sehingga guru cenderung memberikan materi seadanya. Keterbatasan
tersebut mengakibatkan penyampaian materi IPBA mengenai tata surya dan jagad
raya kepada siswa diberikan seadanya saja, pembelajaran yang berlangsung di
kelas hanya terpusat pada kemampuan verbal siswa dan biasanya fenomena-
fenomena yang sangat erat dengan kehidupan siswa hanya disajikan dalam fakta
teoritis tanpa dijelaskan runtutan proses mengenai fenomena yang terjadi. Selain
itu, menurut Ramlan (2008), guru belum menemukan suatu model pembelajaran
yang baik dan tepat yang dapat menarik siswa untuk belajar astronomi.
Menurut National Conference on the Revolution in Earth and Space Science
Education (2001), semua sekolah harus meninjau kembali kurikulum Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa, untuk menjamin bahwa isi dan pedagogi
kurikulum IPBA sudah sesuai dengan standar nasional. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk menganalisis perkembangan kurikulum IPBA di Sekolah Menengah
Atas (SMA) pada kurikulum tahun 1984 sampai kurikulum tahun 2006 atau
KTSP.
H. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana urutan pemberian materi IPBA di SMA dalam kurikulum
tahun 1984 sampai KTSP?
2. Bagaimana kedalaman materi IPBA di SMA dalam kurikulum tahun 1984
sampai KTSP?
3. Bagaimana kompetensi materi IPBA di SMA dalam kurikulum tahun 1984
sampai KTSP?
4. Bagaimana perbandingan kurikulum IPBA di SMA dalam KTSP di
Indonesia dengan kurikulum IPBA di Jepang ?
5. Bagaimana kurikulum Ilmu Pengetahuan Bumi Antariksa (IPBA) yang
seharusnya di berikan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)?
I. Tujuan dan Manfaat
e. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan makalah ini yakni:
7. Untuk mengetahui urutan pemberian materi IPBA di SMA dalam
kurikulum tahun 1984 sampai KTSP
8. Untuk mengetahui kedalaman materi IPBA di SMA dalam kurikulum
tahun 1984 sampai KTSP
9. Untuk mengetahui kompetensi materi IPBA di SMA dalam kurikulum
tahun 1984 sampai KTSP
10. Untuk mengetahui perbandingan kurikulum IPBA di SMA dalam KTSP di
Indonesia dengan kurikulum IPBA di Jepang
11. Untuk mengetahui kurikulum Ilmu Pengetahuan Bumi Antariksa (IPBA)
yang seharusnya di berikan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)
f. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh pada makalah ini adalah sebagai berikut:
5. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, terutama mengenai kurikulum
Ilmu Pengetahuan Bumi dan antariksa pada jenjang sekolah menengah
atas.
6. Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis mengenai kurikulum Ilmu
Pengetahuan Bumi dan antariksa pada jenjang sekolah menengah atas.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis perbandingan kurikulum IPBA pada jenjang SMA


di Indonesia dari tahun 1984-2006 dan di Jepang didapatkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Urutan Pemberian Materi
Urutan pemberian materi IPBA di Indonesia setiap tahunnya berubah, sebut
saja untuk kurikulum tahun 1984 materi IPBA diberikan dikelas XII, untuk
kurikulum tahun1994 materi IPBA diberikan dikelas XI, Kemudian untuk
kurikulum tahun 2004 materi IPBA diberikan dikelas X, kemudian untuk tahun
2006 materi IPBA dipelajari dikelas X dan dikelas XI. Sama dengan di Indonesia,
kurikulum IPBA di Jepang juga terintegrasi kedalam dua rumpun mata pelajaran,
yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Umum dan Ilmu Bumi, dimana Ilmu
Pengetahuan Umum tersebut menjadi mata pelajaran wajib yang harus dipelajarai
dikelas X dan mata pelajaran Ilmu Bumi merupakan mata pelajaran pilihan yang
dipelajari dikelas XII atau XII. Karena di Indonesia materi IPBA terintegrasi
dalam mata pelajaran IPA/Fisika dan IPS/Geografi sehingga timbul masalah yang
terjadi seperti dalam kesiapan guru dan kemampuan guru Geografi untuk
mengajarkan materi IPBA yang hampir 12 tahun sejak berlakunya kurikulum
1994.
Merujuk kepada Jurnal Winny Liliawati dan Taufik Ramlan Ramalis (2008)
mengenai perbaikan urutan pemberian materi IPBA dalam KTSP, bahwa apabila
ditinjau dari materi penunjangnya yaitu materi Fisika dan Matematika yang
dipelajarisebelumnya, maka urutan materi IPBA itu seharusnya diberikan dikelas
XI semester 2 untuk materi kebumiannya, materi Tata Surya dikelas XI semester
1 dan materi Jagad Raya dikelas X semester 1.
2. Kedalaman materi
Materi IPBA pada kurikulum di Indonesia secara umum hampir sama dari
materi yang diberikan setiap tahunnya, baik itu untuk materi Kebumiannya
maupun materi Antariksanya, tetapi yang membedakan adalah dari kedalaman
materi yang diberikan untuk setiap tahunnya. Pada kurikulum tahun 1984
kedalaman materi IPBA secara umum lebih menekankan kepada siswa untuk bisa
belajar secara aktif, apabila dilihat dari tujuan intruksional untuk setiap bahasanya
juga sesuai dengan ciri kurikulum tahun 1984 yang mengedepankan
pemebelajaran berpusat kepada anak didik atau biasanya disebut dengan Cara
Belajar Siswa Akif (CBSA). Kemudian pada kurikulum tahun 1994 materi IPBA
yang diberikan sudah mendalam dilihat dari materi yang diberikannya, karena
apabila kita lihat hal yang paling menonjol dari kurikulum tahun 1994 adalah
pembelajaran di sekolah lebih menekankan kepada materi pelajaran yang cukup
padat dalam arti berorientasi kepada isi dan juga pembelajaran disekolah
hendaknya disesuaikan dengan tingkatan berfikir siswa. Sedangkan untuk
kurikulum tahun 2004 materi IPBA yang diberikan bisa disebut merupakan
perbaikan dari kurikulum tahun 1994, karena kurikulum tahun 2004 itu lebih
mengutamakan kepada penguasaan keterampilan (skill) berbeda dengan tahun
1984 dan 1994 yang lebih dominan kepada penguasaan kognitif, sehingga
kedalaman materi IPBA pada kurikulum tahun 2004 lebih berorientasi kepada
hasil belajar utuk memenuhi kebutuhan hidup masa kini dan masa depan dilihat
dari materi yang diberikannya, yang secara umum materinya lebih menjelaskan
kepada persitiwa yang berhubungan dengan kehidupan sekitar. Untuk kurikulum
tahun 2006 atau KTSP, apabila dilihat dari kedalaman materinya secara umum
hampir sama dengan kurikulum tahun 2004 karena secara umum dari struktur
kurikulumnya sendiri perubahan dari kurikulum tahun 2004 ke tahun 2006 lebih
menekankan kepada terwujudnya otonomi daerah, yang membedakannya adalah
adanya pengurangan atau penambahan materi dari setiap bahasannya.
Pada kurikulum Jepang itu sendiri, kedalaman materi yang dipelajarinya lebih
menekankan kepada apa yang sering terjadi dinegara Jepang itu sendiri, seperti
materi yang berhubungan dengan bencana alam dibahas secara mendalam.
Kemudian apabila dilihat dari struktur kurikulumnya itu sendiri, di Indonesia
dimana kurikulumnya itu bersifat desentralisasi, berbeda dengan di Jepang dimana
kurikulumnya itu masih bersifat sentralisasi.
3. Kompetensi
Kompetensi materi IPBA pada kurikulum di Indonesia apabila kita
bandingkan dengan kurikulum di Jepang memiliki perbedaan yang tidak cukup
jauh dalam hal kompetensi materi yang dicapai berdasarkan taksonomi Anderson
(revisi atau penyempurnaan taksonoi Bloom), di Indonesia kata kerja oprasional
yang digunakan mencapai tingkat kognitif C4 yaitu Menganalisis (analyze).
Berbeda dengan kurikulum di Negara Jepang kata kerja oprasionalnya sudah
mencapai tingkat kognitif C6 yaitu Membuat (create). Berdasarkan hasil analisis
dan pembahasan mengenai kurikulum Ilmu Pengetahun Bumi dan Antariksa,
maka peneliti merekomendasikan kurikulum IPBA yang seharusnya dipelajari di
Sekolah Menengah Atas sebagai berikut :
Tabel 1. Rekomendasi Kurikulum IPBA Materi Indikator Interior Bumi Panas
dari dalam bumi

MATERI INDIKATOR
Interior Bumi  Mengaplikasikanmetode geofisika,
Panas dari dalam bumi seperti analisis gelombang seismik,
Litosfer gravitasi, dan magnet untuk
 Klasifikasi batuan menafsirkan struktur Bumi
 Proses pembentukan batuan yang  Menyelidiki pembentukan dan
 menggantung diatas gua dan struktur medan magnet bumi
didasar  Memahami panas dari dalam bumi
 Erupsi (Ekstrusi Magma) secara konveksi
 Manfaat Vulkanisme  Meng klasifikasi batuan berdasarkan
 Penyebab terjadinya Gempa Bumi proses terjadinya dan dihubungkan
 Hiposentrum dan Episentrum dengan tempat pembentukannya
 Alat pengukur Gempa Bumi  Menyelidiki proses terbentuknya
 Skala Gempa Bumi batuan Stalaktit dan Stalagmit
 Memahami proses Ektrusi Magma
 Menyelidiki proses terbentuknya
Hidrosfer sumber air panas, Tenaga panas
 Siklus Hidrologi Bumi
 Evavorasi, Transpirasi, Kondensasi,  Menganalisis mekanisme terjadinya
 Presipitasi, Run-off gempa bumi
 Upwelling dan efek terhadap  Menentukan Hiposentrum dan
perairan Episentrum
 Membuat Seismograf sederhana
Atmosfer
 Memprediksi kekuatan Gempa Bumi
 Klasifikasi Atmosfer
 Menganalisis unsur-unsur utama
 Ramalan Cuaca
siklus Hidrologi
 Fenomena El Nino terhadap hasil  Menghubungkan fenomena
 tangkapan ikan di laut Indonesia Upwelling dengan efek yang terjadi
 Efek rumah kaca terhadap perairan laut
 Perubahan cuaca dan iklim di  Mengidentifikasi pembagian lapisan
Indonesi Atmosfer berdasarkan sifat suhunya
Mitigasi Bencana di Indonesia  Menganalisis dan menafsirkan data
 Mekanisme kerusakan untuk menentukan ramalan cuaca
 Parameter kedahsyatan  Memprediksi pengaruh fenomena El
 Penyebab Nino terhadap hasil tangkapan ikan
di laut Indonesia
 Pengkajian bahaya dan teknik-
 Menyelidiki penyebab dan akibat
teknik
dari efek rumah kaca
 pemetaan
 Mengidentifikasi karakteristik
 Potensi untuk mengurangi bahaya
perubahan cuaca dan iklim di
 Serangan dan peringatan
Indonesia
 Elemen-elemen yang paling
 Memahami bencana di Indonesia
beresiko
meliputi Gempa Bumi, Letusan
 Strategi-strategi Mitigasi utama Gunung Berapi, Tsunami, Banjir,
 Partsisipasi masyarakat Tanah Longsor, Kekeringan, Angin
Bumi Sebagai Anggota Tata Surya Topan, Gelombang Pasang
 Bukti Bumi itu bulat  Merencanakan Mitigasi bencana di
 Pengukuran jari-jari dan massa Indonesia
Bumi  Menunjukan bukti-bukti bahwa bumi
 Sistem koordinat Bumi itu bulat
 Sistem koordinat Bola Langit  Menghitung jari-jari dan massa Bumi
 Akibat Rotasi Bumi  Menentukan sistem koordinat Bumi
 Akibat Revolusi Bumi meliputi garis Lintang, garis Bujur
 Kalender Bulan dan Kalender  Menentukan letak tempat di Bumi
Matahari  Menentukan sistem koordinat
Horison, Ekuator, Ekliptika
Tata Surya  Memahami akibat dan bukti dari
 Konfigurasi Planet rotasi Bumi
 Perioda sinodis  Menganalisis Perbedaan waktu,
 Pengukuran jarak planet ke Pembelokan arah angin, Gerak semu
Matahari harian Matahari,
 Fase dan Apek Bulan  Perbedaan percepataan gravitasi
 Gerhana Bumi merupakan akibat dari Rotasi
 Fenomena Supermoon Bumi
 Potensi bencana saat bulan baru  Menganalisis Gerak semu tahunan
dan matahari,
 purnama  Perbedaan lamanya siang dan
 Penentuan Hisab dan Rukyat malam,
 Arah Kiblat  Paralaks bintang merupakan akibat
 Komet dan Asteriod dari Revolusi Bumi
 Meteoroid  Mengimplementasikan mekanisme
siklus gerak fase Bulan dalam
Matahari menentukan kalender bulan
 Dimensi Matahari  Mengimplementasikan mekanisme
 Kegiatan dipusat dan dipermukaan gerak tahunan dalam menentukan
 Matahari kalendermatahari
 Badai radiasi Matahari  Merumuskan konfigurasi planet
 Angin Matahari dan Aurora berdasarkan orbitnya
 Pengaruh badai magnetik terhadap  Menggambarkan orbit Planet-Planet
sistem komunikasi di Bumi  Merumuskan klasifikasi planet
Bintang berdasarkan sifat fisisnya
 Magnitudo Bintang  Menghitung jarak planet ke matahari
 Pengukuran jarak Bintang  Menghitung jarak Bulan dari Bumi
 Klasifikasi Bintang  Mengamati perubahan fase dan
 Rasi Bintang Aspek Bulan
 meliputi Konjungsi, oposisi, kuarter
Galaksi  Memahami mekanisme terjadinya
 Klasifikasi Galaksi berdasarkan gerhana
bentuknya  Menjelaskan fenomena Supermoon
 Galaksi Bima Sakti dan galaksi  Melakukan penentuan Hilal dan
Lainnya Rukyat
 Pengukuran jarak Galaksi  Menentukan Arah Kiblat
 Teori Kosmologi  Menggambarkan orbit Asteroid
 Prinsip Kosmologi Modern  Mengetahui informasi tentang
 Teori Jagat Raya Komet dan Asteroid
 Sinar Kosmik  Mengkategorikan meteorid yang
 Usia Jagat Raya jatuh ke Bumi
 Menghitung jarak Matahari dari
Bumi
 Menghitung jari-jari Matahari
 Menghitung massa Matahari
 Memahami proses pembentukan
energi Matahari
 Mengidentifikasi kejadian
dipermukaan Matahari dengan
melakukan pengamatan atau melihat
gambar
 Menganalisis pengaruh badai
magnetic terhadap sistem
komunikasi di Bumi
 Menentukan Magnitudo Bintang
 Menghitung jarak Bintang dari Bumi
 menggunaka metode paralaks
 Menginterpretasikan spektrum
Bintang dan pengelompokannya
 Mengamati susunan bintang-bintang
di Bola Langit
 Menentukan klasifikasi Galaksi
berdasarkan bentuknya
 Menjelaskan tentang struktur dasar
Galaksi
 Bima Sakti dan Galaksi lainnya
 Menghitung jarak Galaksi
 Memahami prinsip Kosmologi
Modern
 Memahami teori terjadinya Jagat
Raya
 Menguraikan fakta-fakta yang
membuktikan adanya sinar Kosmik
 Menghitung usia Jagat Raya

4. Interior Bumi
Bumi berbentuk seperti bola yang besar jari-jari dari kutub ke inti dan ekuator
ke inti berbeda. Bumi memiliki interior bawah permukaan dengan lapisan-lapisan
yang bervariasi sampai ke pusat bumi. Bumi memiliki densitas dengan persebaran
yang bervariasi di segala tempat. Permukaan bumi tidak rata melainkan
bertopografi yang bervariasi. Keberadaan gunung-gunung merupakan contoh kecil
yang menunjukkan permukaan bumi tidak rata. Kesetimbangan sistem gunung
pada pada posisinya (sehingga dapat bertahan kokoh) disebabkan oleh adanya
isostasi. Isostasi adalah suatu kesetimbangan antara batuan-batuan berat dan
ringan dalam kerak bumi. Istilah isostasi diciptakan oleh ahli geologi, C.E.
Dutton.
Susunan interior bumi dapat diketahui berdasarkan dari sifat-sifat fisika bumi
(geofisika). Sebagaimana kita ketahui bahwa bumi mempunyai sifat-sifat fisik
seperti misalnya gaya tarik (gravitasi), kemagnetan, kelistrikan, merambatkan
gelombang (seismik), dan sifat fisika lainnya. Melalui sifat fisika bumi inilah para
akhli geofisika mempelajari susunan bumi, yaitu misalnya dengan metoda
pengukuran gravitasi bumi (gaya tarik bumi), sifat kemagnetan bumi, sifat
penghantarkan arus listrik, dan sifat menghantarkan gelombang seismik.
Metoda seismik adalah salah satu metoda dalam ilmu geofisika yang
mengukur sifat rambat gelombang seismik yang menjalar di dalam bumi. Pada
dasarnya gelombang seismik dapat diurai menjadi gelombang primer (P) atau
gelombang longitudinal dan gelombang sekunder (S) atau gelombang transversal.
Sifat rambat kedua jenis gelombang ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari material
yang dilaluinya. Gelombang P dapat menjalar pada material berfasa padat maupun
cair, sedangkan gelombang S tidak dapat menjalar pada materi yang berfasa cair.
Perbedaan sifat rambat kedua jenis gelombang inilah yang dipakai untuk
mengetahui jenis material dari interior bumi.
Dengan seismologi, manusia dapat memperkirakan lapisan bawah permukaan
bumi. Dengan melihat karakteristik gelombang, interior bumi dapat diketahui.
Gelombang yang dihasilkan oleh gempa bumi, misalnya gelombang P yang bisa
melewati segala medium dan gelombang S yang hanya bisa melewati medium
dalam fase padat.

Gambar 1. Gelombang pada Bumi


Struktur internal bumi secara umum dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Kerak Bumi
Kerak bumi merupakan lapisan teratas bumi. Kerak bumi dibagi ke dalam
dua jenis, yaitu kerak benua dengan ketebelan sekitar 20-70 km dan kerak
samudera dengan ketebalan sekitar 5-10 km. Kerak samudra mempunyai
ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan
sekitar 20-70 km. Semakin ke bawah, suhu kerak semakin meningkat.
Pada batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 200º-400ºC.
Kerak dan bagian mantel yang relatif padat membentuk lapisan litosfer.
b. Mantel Bumi
Di bawah kerak, terdapat mantel atau selubung bumi. Lapisan ini
menyelubungi inti bumi dan merupakan bagian terbesar dari bagian bumi
sekitar 83,2% dari volume dan 67,8% dari keseluruhan masa bumi. Terdiri
dari material yang berfase cair, sering pula selubung bumi disebut sebagai
lapisan astenosfer. Pada lapisan ini tempat terjadinya pergerakan-
pergerakan lempeng-lempeng yang disebabkan oleh gaya konveksi atau
energi dari panas bumi. Pergerakan tersebut sangat mempengaruhi bentuk
muka bumi. Mantel memiliki ketebalan sekitar 2.883 km dengan densitas
berkisar 3,3 gr/cc – 5,7 gr/cc yang meningkat seiring bertambahnya
kedalaman.
Lapisan ini disebut juga dengan selubung bumi dengan ketebalan
mencapai 2.900 km. Bagian atas dari lapisan ini merupakan lapisan batuan
padat dan di bagian bawah merupakan lapisan batuan yang likuid (cair-cair
padat). Suhu di lapisan ini dapat mencapai 3000 derajat Celsius. Lapisan
ini berfungsi sebagai pelindung bagian dalam Bumi. Selimut Bumi ini
terbagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu:
 Litosfer: Litosfer adalah lapisan paling luar dari selimut bumi dengan
ketebalan mencapai 50-100 km. Lapisan ini tersusun dari bahan-bahan
padat terutama batuan. Litosfer memiliki 2 lapisan utama, yaitu lapisan
sima (silisium dan magnesium) serta lapisan sial (silisium dan aluminium).
 Astenosfer: Astenosfer adalah lapisan yang berada di bawah lapisan
litosfer. Lapisan ini memiliki ketebalan antara 100 sampai 400 km.
Disinilah diduga tempat formasi magma terbentuk.
 Mesosfer: Mesosfer adalah lapisan yang memiliki ketebalan 2.400-2.700
km dan berada di bawah lapisan astenosfer. Lapisan ini sebagian besar
terususun dari campuran besi dan batuan basa. 
c. Inti Bumi
Inti bumi terletak mulai kedalaman sekitar 2900 km dari dasar kerak bumi
sampai ke pusat bumi. Inti bumi dibagi menjadi inti bumi bagian luar yang
berfase cair dan inti bumi bagian dalam yang berfase padat. Batas antara
selubung bumi dan inti bumi ditandai dengan penurunan kecepatan
gelombang P secara drastis dan gelombang S yang tidak diteruskan.
Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya berat jenis material
penyusun inti bumi dan perubahan sifat meterialnya dari yang bersifat
padat menjadi bersifat cair.

Gambar 2. Interior Bumi


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa:
Pada kurikulum tahun 1984, urutan materi IPBA terintegrasi ke dalam rumpun
mata pelajaran IPS/Geografi, materi IPBA yang dipelajari di kelas XII, di kelas X
dan XI tidak dipelajari materi mengenai IPBA. Materi yang dipelajari di kelas XII
meliputi materi Tata surya, Jagad raya, Bumi sebagai anggota Tata surya,
Penjelajahan Ruang Angkasa, Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer. Pada kurikulum
1994, urutan pemberian materi IPBA terintegrasi ke dalam rumpun mata pelajaran
IPA/Fisika yang dipelajari dikelasXI, materi IPBA diberikan adalah materi
Struktur Bumi, Tata surya, Jagad raya. Pada kurikulum 2004, urutan pemberian
materi IPBA terintegrasi kedalam rumpun mata pelajaran IPA/Fisika dan mata
pelajaran IPS/Geografi, materi yang diberikan hanya pada kelas X dan kelas XII.
Untuk kelas X materi yang dipelajari meliputi materi Tata surya, Penerbangan
Luar Angkasa, proses terjadinya Bumi, Atmosfer, Litosfer, Hidrosfer. Sedangkan
untuk kelas XII materi yang dipelajari adalah materi Jagad Raya, Teori Big-Bang.
Pada kurikulum 2006/KTSP, materi IPBA dipelajari dikelas X untuk rumpun
mata pelajaran IPS/Geografi dan dikelas XI untuk rumpun mata pelajaran
IPA/Fisika, materi IPBA yang dipelajari yaitu mengenai Gejala geografi dalam
kehidupan sehari-hari, Jagad Raya, Terbentuknya Bumi dan Tata Surya, Tata
Surya, Atmosfer, Hidrosfer, Litosfer untuk kelas X dan materi Keteraturan gerak
Planet dalam Tata Surya berdasarkan Hukum Newton untuk kelas XI.
Kedalaman materi IPBA pada kurikulum 1984 – KTSP untuk jenjang SMA
mengalami peningkatan apabila kita lihat mulai dari kurikulum tahun 1984,
kurikulum 1994 sampai dengan kurikulum 2004, materi yang dibahas sudah
cukup mendalam dan lengkap, namun pada kurikulum selanjutnya yaitu
kurikulum 2006 (KTSP) semakin menurun, bahkan ada beberapa bahasan yang
dihilangkan atau tidak diajarkan. Materi-materi yang diberikan untuk setiap
tahunnya secara umum masih sama hanya saja kurang mendalam. Kompetensi
materi IPBA dari kurikulum tahun 1984-2006, apabila dianalisis menggunakan
taksonomi Anderson (revisi taksonomi Bloom), kompetensi kurikulum IPBA
tahun 1984-2006 mencapai tingkat kognitif C4 yaitu menganalisi (Analyze),
sedangkan untuk kurikulum 1984-2004 kompetensi materinya sudah mencapai
tingkat kognitif C2 yaitu memahami (Understand). Dalam urutan pemberian
materi di Indonesia pada kurikulum tahun 1994 dan kurikulum di Jepang memiliki
urutan yang hampir sama, yaitu dimulai dengan materi mengenai Kebumian,
kemudian Antariksa. Berbeda untuk kurikulum tahun 1984, 2004, 2006, dimana
urutan pemberian materinya meliputi materi mengenai Kebumian, kemudian
materi mengenai Antariksa, kemudian materi mengenai Kebumian kembali.
Kedalaman materi di Indonesia pada kurikulum tahun 1984-KTSP, apabila
dibandingkan dengan kurikulum di Jepang, ada beberapa materi yang dalam
kurikulum di Indonesia dibahas secara mendalam seperti materi Hidrosfer, Tata
Surya dan Jagad Raya, materi tersebut pada kurikulum di Jepang kurang dibahas
secara mendalam. Kemudian untuk kedalaman materi yang lainnya pada
umumnya hampir sama, tetapi yang membedakannya pada kurikulum di Jepang
kedalaman materinya lebih menekankan kepada kondisi alam yang terjadi di
Negara Jepang tersebut seperti materi Litosfer dan Atmosfer. Berdasarkan
taksonomi Anderson etal. (revisi atau penyempurnaan taksonomi Bloom),
kompetensi materi IPBA di Indonesia sudah mencapai tingkat kognitif C4 yaitu
Menganalisis (analyze), sementara pada kurikulum di Jepang kompetensi
materinya sudah mencapai tingkat kognitif C6 yaitu Membuat (create). Penulis
juga memberi saran agar kurikulum IPBA dikaji ulang kembali, konten materi
IPBA dibahas secara mendalam dengan dikaitkan dengan kehidupan seharihari
dan kompetensi untuk materi IPBA ditingkatkan level kognitifnya, selain itu
materi IPBA dipelajari oleh siswa SMA pada tiap tingkatan kelas yaitu kelas X,
XI, dan XII secara berkesinambungan dengan memperhatikan materi yang terkait
dalam mata pelajarannya serta dimasukkan dalam rumpun mata pelajaran IPA
atau dengan membuat mata pelajaran khusus mengenai IPBA.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis ajukan pada kesempatan ini yaitu:
1. Untuk SLTP : Hendaknya diajarkan pengertuan tentang bumi dan atariksa
sesuai dengan pengamatan siswa . Perlu ditekankan bahwa ini adalah
lanjutan dari pelajaran di SD, sehingga di SLTP bukan merupakan hal
yang baru . Tidak perlu dengan bolalangit.
2. Untuk SLTA: Kalau dimasukkan ke dalam Feografi dan Fisika, maka
untuk antariksa dimasukkan juga bolalangit tapi secara singkat saja, sebab
hal itu ada sangkut-pautnya dengan pengertian iklim.
3. Sesuai dengan otonomi perguruan tinggi, di tingkat universiter tidak
dipaksakan adanya matakuliah Astronomi di prodi Fisika, tapi untuk prodi
Pendidikan Fisika sangat dianjurkan .

DAFTAR PUSTAKA
Liliawati, Winny dan Ramlan, Taufik. 2008. Identifikasi Miskonsepsi Materi
IPBA di SMA dengan Menggunakan CRI (Certainly of Respos Index) dalam
Upaya Perbaikan dan Pengembangan Materi IPBA pada KTSP. Laporan
Penelitian Pembinaan UPI. Bandung: Lembaga Penelitian UPI.
Suyatna, Agus. 2007. Pengembangan Program Pendidikan IPBA untuk Calon
Guru. Disertasi pada Fakultas Pasca Sarjana UPI: tidak diterbitkan.
Tanudidjaja, Ma’mur dan Kartawidjaja, Omi. 1987. Penuntun Pelajaran Geografi
SMA Kelas III. Bandung: GANECA EXACT BANDUNG.

Anda mungkin juga menyukai