Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan

Disusun Oleh:
AKHIRUDDIN (G2J119020)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb.

Tiada kata yang paling indah diutarakan selain rasa syukur atas kehadirat
Sang Ilahi yaitu Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, berkah, kesempatan,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
pengembangan instrumen penelitian pendidikan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah


ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya dan juga dapat berguna bagi diri penulis pribadi. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum.wr wb.
Kendari, November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal
Sampul......................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrumen................................................................................3
B. Jenis-Jenis Instrumen................................................................................5
1. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kualitatif.................................5
2. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kuantitatif...............................6
a. Instruemn Tes.......................................................................................6
b. Instrumen Non Tes.............................................................................13
C. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen....................................................24
D. Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen Penelitian.............................28
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................30
Daftar Pustaka.......................................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu hal yang penting dalam pengembangan


ilmu pengetahuan dan pendidikan, sekaligus sebagai bagian yang penting dalam
perkembangan peradaban manusia. Tanpa penelitian suatu ilmu tidak akan pernah
berkembang, tidak ada satu Negara yang sudah maju dan berhasil dalam
pembangunan, tanpa melibatkan banyak kegiatan di bidang penelitian. Manfaat
dari penelitian, banyak studi menyimpulkan bahwa kontribusi dari penelitian
mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan penelitian tersebut.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian
merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen
metodologi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang
sedang diteliti. Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan
realibitas yang baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus
diuji cobakan, dihitung validitas dan realibilitasnya juga harus dibuat sesuai
kaidah-kaidah penyusunan instrument. Oleh karena itu, instrument memegang
peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas suatu penelitian, karena
validitas atau kesahahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh
kualitas instrument yang digunakan, disamping prosedur pengumpulan data yang
ditempuh. Instrument juga berfungsi mengungkap fakta menjadi data, sehingga
jika instrument yang digunakan memiliki kualitas yang baik (valid dan reliabel),
maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan yang
sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika instrument yang digunakan memiliki
kualitas yang tidak baik maka data yang diperoleh juga tidak akan berkualitas
baik.
Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering digunakan karena selama
satu periode pendidikan berlangsung kita perlu mengetahui hasil atau prestasi
yang dicapai baik oleh pihak pendidik maupun oleh peserta didik tersebut. Hal ini

1
dapat dirasakan dalam semua bentuk dan jenis pendidikan baik pendidikan
formal, informal maupun non formal. Menyusun instrumen merupakan suatu
proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan mengevaluasi kita akan
memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena itu, menyusun
instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur penelitian yang tak dapat
dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk
menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan
yang dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu
kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat 2
penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan
teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Oleh sebab itu sangat penting untuk mengetahui apa itu instrument, apa saja
jenis instrument penelitian, contoh dari masing-masing instrument, kelebihan dan
kekurangan serta langkah-langkah dalam menyususn instrumen.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
a. Apa pengertian dari instrumen?
b. apa saja jenis-jenis instrumen dan contohnya?
c. Bagaimana kelebihan dan kekurangan instrumen?
d. Bagaimana langkah-langkah menyusun instrumen?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pada makalah ini yaitu:
a. untuk mengetahui pengertian dari instrumen
b. untuk mengetahui jenis-jenis instrumen dan contohnya
c. untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan instrumen
d. untuk mengetahui langkah-langkah menyusun instrumen

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrumen
Instrumen tidak selalu harus ada dalam semua penelitian, namun satu hal
yang harus diketahui bahwa instrumen adalah urat nadi dari sebuah penelitian.
Pembuatan instrumen penelitian merupakan satu mata rantai dalam kegiatan
penelitian setelah peneliti merumuskan secara jelas dan tegas permasalahan dan
tujuan penelitian. Dari instrumen penelitian akan diperoleh rangkaian jawaban
responden yang akan menjadi data untuk diolah, ditabulasi, dianalisis statistik,
analisis teoritis, uji hipotesis (jika ada) dan akhirnya diperoleh kesimpulan dari
penelitian itu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto yang mengatakan bahwa instrumen
penelitian merupakan sesuatu yang terpenting dan strategis kedudukannya di
dalam keseluruhan kegiatan penelitian. Instrumen penelitian tergantung jenis data
yang diperlukan dan sesuai dengan masalah penelitian. Keberadaan instrumen
penelitian merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen
metodologi penelitian karena instrument penelitian merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang
sedang diteliti. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Insturmen hanya
merupakan alat yang akan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang
akurat.
Berikut definisi dan pengertian instrumen penelitian, baik secara umum
maupun menurut pendapat para ahli:
1. Pengertian instrumen penelitian secara umum adalah suatu alat bantu yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur atau mengumpulkan informasi
kuantitatif maupun kualitatif sebagai bahan pengolahan yang berkenaan
dengan objek ukur yang sedang diteliti.
2. Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian merupakan alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan untuk
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.

3
3. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, instrumen penelitian merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variabel
yang berkarakter dan objektif. Adapun jenis data yang dimaksud
diantaranya:
 Data Kuantitatif
Merupakan jenis data yang berkaitan dengan jumlah atau kuantitas yang
dapat dihitung atau disimbolkan dengan ukuran-ukuran kuantitas.
 Data Kualitatif
Merupakan jenis data yang berkaitan dengan nilai kualitas seperti sangat
baik, baik, sedang, cukup, kurang dan lain-lain.
Instrumen mudah untuk dibayangkan jika apa yang diukur bersifat tangible
(jelas). Dan sulit dibayangkan jika apa yang diukur bersifat intangible (tidak
jelas). Instrumen yang baik harus bersifat valid dan reliabel (ajeg atau dapat
dipercaya). Instrumen valid ialah instrumen yang dengan tepat mengukur apa
yang harus diukur. Instrumen reliabel jika hasil pengukurannya bersifat ajeg atau
konsisten. Instrumen sebagai alat pengumpul data berperan sangat penting dalam
sebuah penelitian. Karena tanpa instrumen yang baik, maka tidak mungkin akan
memperoleh data yang betul-betul bisa dipercaya, sehingga dapat mengakibatkan
kesimpulan yang salah. Oleh karenanya instrumen penelitian harus ditetapkan
secara tepat sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian dan
menguji hipotesis. Instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut, suatu
instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga
diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam
benda, misalnya angket (questionnaire), daftar cocok (checklist), pedoman
wawancara (interview guide), lembar/panduan pengamatan (observation
sheet atau observation schedule), soal tes (test), dan skala (scale).
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian berperan penting dalam memperoleh
data. Sehingga instrumen adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

4
mengumpulkan dan mengukur informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang
diteliti. Sebagai alat bantu dalam pengumpulan data penelitian, mutu instrumen
sangat menentukan mutu data yang dikumpulkan.
B. Jenis-Jenis Instrumen
1. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kualitatif
Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan
data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau
pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri. Karena
dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri, maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti
meliputi pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian
baik secara akademik maupun logiknya (Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
 peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian,
 peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
 tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen
berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali
manusia,
 suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,

5
 peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika,
 hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).
2. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kuantitatif
Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya
sendiri maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi
perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat
instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu. Pada umumnya instrument
penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes dan non tes.
a. Instrumen Tes
Tes secara harfiah berasal dari bahasa Prancis kuno “testum” artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki
oleh sesesorang atau kelompok. Tes dapat didefinisikan sebagai suatu
pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan
atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar
(Zainul dan Nasoetion, 1993).
Mardapi (2012) menjelaskan bahwa tes merupakan salah satu instrumen
yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Tes terdiri atas sejumlah
pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau semua benar atau
sebagian benar. Tujuan melakukan tes adalah untuk mengetahui pencapaian
belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk bidang tertentu.
Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau

6
sekelompok orang. Karakteristik ini dapat berupa kemampuan kognitif atau
keterampilan seseorang.
Sedangkan Arifin (2012:129) menyatakan bahwa Tes merupakan suatu
teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik. Sedangkan menurut silvirius dalam
Sappaile (2007:4) menyatakan bahwa tes adalah suatu prosedur sistematis
untuk mengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik seseorang
dengan menggunakan skala numerik atau sistem kategori.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
alat penilaian yang memiliki prosedur sistematis yang tersusun dari berbagai
pertanyaan, pernyataan dan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
untuk mengetahui karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik
tersebut dapat berupa perilaku siswa, pengetahuan siswa, minat siswa, dan
aspek-aspek lainnya. Tes sebagai alat penilaian dapat diartikan sebagai
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban
dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Pada umumnya tes digunakan
untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran (Sudjana, 1989).
 Penggolongan Tes
1. Berdasarkan fungsi :
a) Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian
masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru,
dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong
paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang
dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan

7
dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa
baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa
baru.
b) Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran
yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal
adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada
peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah.
Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
 jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes sudah
dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah
ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi,
 jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja,
maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami
oleh para peserta didik tersebut.
c) Tes akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang
tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para
peserta didik.
d) Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara
tepat. Jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu
pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi
oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan
diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka
lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes
diagnostik juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “apakah
peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau
landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”.

8
Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan
pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit
dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis,
perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
e) Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan
program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau
subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes
formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif
adalah :
 jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka
pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
 jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan
dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi
bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
f) Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara
tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang
dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih
berat daripada butir-butir soal tes formatif.
Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai
yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Berdasarkan Aspek Psikis :
a. Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

9
b. Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh
testee.
c. Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
obyek-obyek tertentu.
d. Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap
ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
e. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian,
yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian
atau prestasi belajar.
3. Penggolongan Lain – Lain
a. Dari Segi Yang Mengikuti Tes:
 Tes individual
Yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
 Tes kelompok
Yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
b. Dari segi waktu :
 Power tes
yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan
tes tersebut tidak dibatasi.
 Speed tes
yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan
tes tersebut dibatasi.
c. Dari segi responnya :
 Verbal tes ,
yakni suatu tes yang menghendaki respon yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis.

10
 Non verbal tes,
yakni tes yang menghendaki respon dari testee bukan berupa ungkapan
kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi
respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.
d. Dari cara mengajukan tanya – jawab
 Tes tertulis
yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan
atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya
juga secara tertulis.
 Tes lisan
yakni tes dimana didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan
pula.
Bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan dapat di kategorikan
menjadi dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif disini dilihat dari
sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes yang
akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang non objektif adalah yang sistem
penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor.
Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda,
benar salah, menjodohkan dan uraian objektif. Tes uraian dapat dibedakan
uraian objektif dan uraian non objektif.
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta
tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa, lembar jawaban tes, cakupan
materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang di ujikan. Bentuk tes objektif
pilihan ganda, dan bentuk tes benar salah sangat tepat di gunakan bila jumlah
peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakpan materi yang diujikan
banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat di
periksa dengan komputer, sehingga objektifitas pengskoran dapat dijamin.
Namun membuat tes objektif yang baik tidak mudah.

11
Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang
batasnya jelas, misalnya mata pelajaran fisika, matematika, kimia, biologi, dan
sebagainya. Soal pada tes ini jawaban hanya satu, mulai dari memilih rusan
yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil, dan
menafsirkan hasilnya. Pada tes bentuk uraian objektif ini, sistem pengskoran
dapat dibuat dengan jelas dan rinci :
1) Tes Benar-Salah (True-False)
Tes benar-salah adalah tes yang memuat pernyataan pernyataan
(Statement). Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah.
Orang yang ditanyakan tugasnya hanya menandai masing- masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan benar, dan S
jika pernyataan salah.
Contoh: B-S, Mahasiswa kelas A2’15 pendidikan matematika UNM rajin
belajar.
2) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang
belum lengkap, dan untuk melengkapinya adalah dengan jalan memilih
dari berbagai alternatif pilihan yang sudah disediakan. Bentuk tes pilihan
ganda biasa merupakan bentuk tes yang paling umum digunakan dalam
penelitian. Ada empat variasi dalam pilihan ganda tersebut yang masu
biasa, (2) asosiasi, bungan antar hal, (4) dan(5) menjodohkan. Berikut
adalah penjelasan tentang semua bentuk tersebut beserta contohnya.
3) Tes Pilihan Ganda Biasa
Contoh soal: Di antara bangun-bangun berikut sebutkan bangun mana
yang merupakan bangun geometri berdimensi tiga
a. Lingkaran
b. Segitiga
c. Kubus
d. Trapesium
e. Persegi panjang

12
 Fungsi Tes
1. Fungsi Untuk Kelas
 Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
 Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
 Menaikkan tingkat prestasi
 Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
 Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara
perorangan
 Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
 Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak
2. Fungsi Untuk Bimbingan
 Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka
 Membantu siswa dalam menentukan pilihan
 Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
 Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam
memahami kesulitan anak
3. Fungsi Untuk Adminitrasi
 Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa
 Penempatan siswa baru
 Membantu siswa memilih kelompok
 Menilai kurikulum
 Memperluas hubungan masyarakat
 Menyediakan informasi untuk badan-badan lain
b. Instrumen Non Tes
Hasil belajar dan proses balajar tidak hanya dinilai dengan tes, baik
melalui bentuk soal tes obyektif maupun tes subyektif, tetapi juga dapat dinilai
oleh teknik dan alat penilaian bukan tes atau non-tes. Teknis non-tes ini
digunakan untuk menilai aspek-aspek pada diri siswa yang sulit atau tidak
dapat diukur dengan angka misalnya: menilai sikap, minat, kerajinan,
hubungan sosial dan sebagainya. Teknik non-tes dilaksanakan melalui

13
wawancara, obsevasi, angket/kuesioner dan studi kasus, adapun alat yang
dapat digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, angket,
catatan anekdot, inventory, sosiometri, skala penilaian, skala sikap, buku
pribadi, buku laporan pendidikan. Pelaksanaan wawancara, observasi, angket,
dan studi kasus dapat mempergunakan satu atau lebih alat penilaian dari
sepuluh yang ada, disesuaikan dengan kebutuhan penilaian. Jenis-jenis
instrument non tes dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Angket atau Kuesioner
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
dengan tujuan responden dapat memberikan respons sesuai dengan permintaan
pengguna. Angket aau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau halhal yang ia ketahui. Kuesioner banyak digunakan
dalam penelitian pendidikan dan penelitian sosial yang menggunakan
rancangan survei, karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama,
kuesioner dapat disusun secara teliti dalam situasi yang tenang sehingga
pertanyaaan-pertanyaan yang terdapat di dalamnya dapat mengikuti sistematik
dari masalah yang diteliti. Kedua, penggunaan kuesioner memungkinkan
peneliti menjaring data dari banyak responden dalam periode waktu yang
relatif singkat.
contoh kuesioner skala pilihan ganda :
1. Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan khusuk’ dalam
menjalankan ibadah shalat, saya:
a. Merasa tidak harus meniru mereka.
b. Merasa belum pernah memikirkan shalat yang rajin dan khusyu’
c. Merasa ingin jadi mereka, tepi terasa masih sulit.
d. Sedang berusaha agar saya rajin dan khusyu’ dalam shalat.
e. Merasa iri dan ingin seperti mereka.
Contoh kuesioner skala likert :
1. Membayar infaq atau sadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan
tetapi sebenarnya bagi orang yang telah membayarkan zalkatnya tidak

14
perlu lagi untuk menbayar infaq atau sadaqah. Terhadap pernyataan
tersebut saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
2. Membayar infaq atau sadaqah tanpa sepengetahuan orang lain itu tidak ada
gunanya, sebab orang lain itundi perlikan ssekali sebagai saksi untuk
membuktikan bahwa pembayaran infaq dab sadaqah itu bukan trmasuk
orang yang bakhil. Terhadap pernyataan itu, saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Angket dibedakan menjadi 3 Jenis, yaitu :
a. Angket Terbuka;
adalah angket yang disajikan dan diisi oleh responden sesuai dengan kehendak
dan keadaannya.
Contoh :
Bagaimana Pelayanan Referensi Perpustakaan Fakultas Pendidikan dan
Keguruan menurut anda?
Jawaban dari pertanyaan ini sulit untuk peneliti nominalkan apabila peneliti
belum mempunyai standarisasi jawaban.
b. Angket Tertutup
Angket yang disajikan dalam bentuk di mana responden hanya memberikan
tanda centang (√) pada kolom yang sesuai. Contoh :
Pernahkah anda memperoleh penataran yang menunjang tugas anda pada
layanan referensi? A. pernah B. tidak pernah

15
Jika pernah, penataran tentang apa saja (dapat memberikan centang lebih dari
satu). A. Komunikasi efektif. B. Teknik Penelusuran cepat. C. Menggunakan
media. D. Kerjasama antar perpustakaan
Menggunakan angket model ini dapat dinominalkan hasilnya dengan catatan
standarisasi katagori penilaian harus jelas.
c. Angket Gabungan (Terbuka dan tertutup).
Pernahkah anda mendapat penataran yang menunjang tugas anda di layanan
referensi ? Jika pernah berapa kali ?
Tidak pernah (langsung ke nomor 3)
Pernah, yaitu …. (teruskan ke no. 2)
Penataran apa saja yang anda ikuti dan berapa lama ?
Komunikasi efektif……... jam
Teknik Penelusuran cepat…….jam
Layanan OPAC…….jam
Kerjasama antar perpustakaan……….jam
Tahap-tahap Perancangan Angket
 Mendefinisikan Tujuan dari angket (sesuai dengan tujuan penelitian.
 Rincikan hipotesis dlm beberapa konsep yg lebih khusus
 Menentukan kelompok sampel (sesuai dengan sample penelitian)
 Menyusun butir pertanyaan
 Mengolah angket
 Menginterpretasi hasil
2. Interview atau Wawancara
Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang
diajukan secara lisan kepada responden. Umumnya teknik pengambilan data
dengan cara ini dilakukan jika peneliti bermaksud melakukan analisis
kualitatif atas penelitiannya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka di
antara peneliti dengan responden dan bisa juga melalui telepon. Interview atau
wawancara adalah percakapan orang-perorang (the person–to- person) dan
wawancara kelompok (group interviews). Percakapan dilakukan oleh kedua
belah pihak yaitu peneliti sebagai pewawancara dan subjek penelitian sebagai

16
informan (Ulfatin, 2014:189). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
digunakan untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data
tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap
terhadap sesuatu.
Wawancara dalam penelitian dapat dilakukan secara berentang mulai dari
situasi formal sampai dengan informal, atau dari pertanyaan yang terstruktur
sampai dengan tidak terstruktur. Ilustrasi situasi wawancara sebagaiman pada
Gambar di bawah ini.

Suatu bentuk dialaog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh


informasi dari responden dinamakan interview. Instrumennya dinamakan
pedoman wawancara atau interview guide. Dalam pelaksanaannya, interview
dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur (bebas). Secara bebas
artinya pewawancara bebas menanakan apa saja kepada terwawancara tanpa
harus membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini adalah
pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul. Lain halnya
dengan interview yang bersifat terpimpin, pewawancara berpedoman pada
pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada
juga interview yang bebas terpimpin, dimana pewawancara bebas melakuakan
interview dengan hanya menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya
saja. Peneliti harus memutuskan besarnya strukrtur dalam wawancara, struktur
wawancara dapat berada pada rentang tidak berstruktur sampai berstruktur.
Penelitian kualitatif umumnya menggunakan wawancara tidak berstruktur atau
semi berstruktur (Rachmawati, 2007).

17
 Wawancara tidak berstruktur, tidak berstandard, informal, atau berfokus
dimulai dari pertanyaan umum dalam area yang luas pada penelitian.
Wawancara ini biasanya diikuti oleh suatu kata kunci, agenda atau daftar
topik yang akan mencakup dalam wawancara. Namun tidak ada
pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya kecuali dalam wawancara yang
awal sekali.
 Wawancara semi berstuktur, wawancara ini dimulai dari isu yang
mencakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara bukanlah
jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Sekuensi pertanyaan tidaklah
sama ada tiap partisipan bergantung pada proses wawancara dan jawaban
tiap individu. Namun pedoman wawancara menjamin peneliti dapat
mengumpulkan jenis data yang sama dari partisipan.
 Wawancara berstruktur atau berstandard, beberapa keterbatasan pada
wawancara jenis ini membuat data yang diperoleh tidak kaya. Jadwal
wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan
sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan pertanyaan yang sama dengan
urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini menyerupai kuesioner survei
tertulis.
 Wawancara kelompok, wawancara kelompok merupakan instrumen yang
berharga untuk peneliti yang berfokus pada normalitas kelompok atau
dinamika seputar isyu yang ingin diteliti
 Faktor prosedural/ struktural, dimensi prosedural bersandar pada
wawancara yang bersifat natural antara peneliti dan partisipan atau disebut
juga wawancara tidak berstruktur.
 Faktor konstekstual, dimensi konsektual mencakupi jumlah isyu. Pertama,
terminology yang di dalam wawancara dianggap penting. Kedua, konteks
wawancara yang berdampak pada penilaian respon.
Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat
mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa
lampau, masa sekarang, dan masa yang akan dating dan data yang dihasilkan
dari wawancara bersifat terbuka, menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga

18
mampu membentuk informasi yang utuh dan menyuluruh dalam mengungkap
penelian kualitatif (Ulfatin, 2014).
Contoh wawancara:
 Apa pendapatmu tentang program adiwiyata di sekolah kita ?
 Bagaimana cara mensukseskan program tersebut?
 Mengapa kamu merasa perlu terlibat aktif dalam program tersebut?
 Apa yang bisa kamu terapkan di rumahmu dari program sekolah tersebut?
a. Wawancara Mendalam (in-depth interview)
Selain itu, dalam penelitian kualitatif juga memperoleh data dengan
metode wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview)
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
Tanya jawab sambil bertatap muka antar pewanwancara dengan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, dimana pewawancara terlibat dalam kehidupan sosial informan
(Rahmat,2009). Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas
wawancara mendalam yang perlu dikontrol oleh peneliti (Afrizal, 2014),
yaitu:
 Jenis kelamin pewawancara. Perbedaan jenis kelamin pewawancara
dengan orang yang diwawancarai dapat memengaruhi kualitas data.
Pewawancara perempuan mungkin mendapatkan informasi yang berbeda
dari pewawancara laki-laki dari seorang informan, bukan Karena kualitas
pertanyaannya atau karena cara mereka bertanya, tetapi lebih karena jenis
kelaminnya.
 Perilaku pewawancara. Perilaku pewawancara ketika proses wawancara
mendalam dapat pula memengaruhi kualitas informasi yang diperoleh dari
para informan. Pewawancara perlu sensitif terhadap perbuatannya yang
dapat menyinggung informannya.
 Situasi wawancara. Situasi wawancara seperti apakah wawancara
dilakukan secara santai atau tegang, apakah para informan dalam situasi
yang terburu-terburu karena ada pekerjaan yang ahrus diselesaikan segera,

19
apakah wawancara dilakukan dikantor atau dirumah dan sebagainya juga
dapat memengaruhi kualitas wawancara.
b. FGD (Focus Group Discussion)
FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif.
Karena FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data, maka FGD dilakukan
untuk mengumpulkan data tertentu bukan untuk disiminasi informasi dan
bukan pula untuk membuat keputusan. Sehubungan dengan itu, ketika akan
memilih untuk menggunakannya setiap penyelenggara FGD harus
merumuskan atau menetapkan data yang akan dikumpulkan dengan
melakukan GGD. Pada dasarnya, FGD adalah suatu wawancara mendalam
yang dilakukan oleh peneliti dengan sekelompok orang dalam waktu.
Sekelompok orang tersebut tidak diwawancarai terpisah, melainkan
bersamaan dalam suatu pertemuan (Afrizal, 2014). Menurut Kriyantono dalam
(Ardianto, 2010), terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh peneliti
dalam melaksanakan FGD, yaitu:
 Tidak ada jawaban benar atau salah dari responden. Setipa orang (peserta
FGD) harus merasa bebas dalam menjawab, berkomentar atau berpendapat
(positif atau negatif) asal sesuai dengan permasalahan diskusi.
 Selain interaksi dan perbincangan harus terekam dengan baik.
 Diskusi harus berjalan dalam suasana informal, tidak ada peserta yang
menolak menjawab. Meskipun tidak ditanya, peserta dapat memberikan
komentar sehingga terjadi tukar pendapat secarat erus-menerus.
 Moderator harus mampu membangkitkan suasana diskusi agar tidak ada
yang mendominasi pembicaraan dan tidak ada yang jarang berkomentar
(diam saja)
3. Observasi atau Pengamatan
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
indra jadi tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata saja.
Mendengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah satu bentuk dari
observasi. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah panduan
pengamatan dan lembar pengamatan. Observasi adalah mengadakan

20
pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,
ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar
jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Pedoman observasi
atau pengamatan diperlukan terutama jika peneliti menerapkan pengamatan
terfokus dalam proses pengumpulan data. Dalam pengamatan terfokus peneliti
memusatkan perhatiannya hanya pada beberapa aspek perilaku atau fenomena
yang menjadi objek sasarannya.
Penyusunan pedoman pengamatan yang perlu dilakukan diantaranya yaitu:
1) menetapkan objek yang akan diamati; 2) merumuskan definisi operasional
mengenai objek yang akan diamati; 3) membuat deskripsi tentang objek yang
akan diamati; 4) membuat dan menyusun butir-butir pertanyaan singkat
tentang indikator dari objek yang diamati; 5) melakukan uji coba; dan 6)
menyempurnakan dan menata butir-butir pertanyaan ke dalam satu kesatuan
yang utuh dan sistematis. Namun untuk uji coba bukanlah untuk menguji
kevalidan butir pertanyaan dengan menggunakan teknik analisis statistik,
melainkan untuk mengetahui kejelasan rumusan masalah pertanyaan yang
ditunjukkan dengan adanya kesamaan penafsiran oleh pengamat terhadap
objek yang sama.
Menurut peranan observer, dibagi menjadi observasi partisipan dan non
partisipan. Pada beberapa pengamatan juga dikenalkan kombinasi dari peran
observer, yaitu pengamat sebagai partisipan (observer as participant),
partisipan sebagai pengamat (participant as observation). Observasi menurut
situasinya dibagi menjadi free situation yaitu observasi yang dilakukan dalam
situasi bebas, observasi dilakukan tanpa adanya hal-hal atau faktor yang
membatasi; manipulated situation yaitu observasi yang dilakukan pada situasi
yang dimanipulasi sedemikian rupa. Observer dapat mengendalikan dan
mengontrol situasi; partially controlled situation yaitu observasi yang
dilakukan pada dua situasi atau keadaan free situation dan situasi manipulatif.
Menurut sifat observasi, terdiri dari observasi stematis yaitu observasi yang
dilakukan menurut struktur yang berisikan faktor-faktor yang telah diatur
berdasarkan kategori, masalah yang hendak diobservasi; dan observasi non

21
sistematis yaitu observasi yang dilakukan tanpa struktur atau rencana terlebih
dahulu, dengan demikian observer dapat menangkap apa saja yang dapat
ditangkap (Baskoro dalam Hasanah, 2017).
Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a) Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tiak
menggunakan instrumen pengamatan.
b) Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Sedangkan observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran
sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi
sederetan sub-variabel. Misalnya peneliti ingin meneliti tentang efektivitas
kegiatan apel pagi karyawan. Peneliti melakukan pengamatan setiapa
dilaksanakannya apel. Peneliti mencatat kejadian yang muncul dalam
kegiatan apel. Bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.
Kegiatan yang muncul lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan,
hanya dicek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa
kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
b. Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada
sejumlah variable misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau
partisipasi murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat
hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori
keaktifan atau partisipasi murid misalnya karyawan berbicara dengan
rekan saat melakukan apel berlangsung, karyawan terlambat mengikuti
apel, karyawan tidak memenuhi kelengkapan apel, dan sebagainya.
Selain itu, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
 Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam
menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui
secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi
secara langsung.

22
 Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam
menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak
diketahui responden yang bersangkutan.
 Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan
pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara
langsung di tengah-tengah responden.
contoh lembaran observasi
Mata pelajaran :
Topic :
Kelas :
No. :
Nama Siswa :
Skor/Nilai untuk tiap-tiap Kegiatan/Aspek:
Jumlah Rata-Rata (1),(2),(3),(4),(5),(6) dan (7)
Aspek :
1. ...................
2. ...................
3. ...................
4. ...................
5. ...................
6. ...................
7. ...................
8. dan seterusnya
Semester :
Dalam evaluasi hasil belajar dimana mempergunakan observasi nonsistematis,
yaitu observasi dimana observer atau evaluator dalam dalam melakukan
pengamatan dan pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti.
Maka kegiatan observasi hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.
Contoh: seorang guru mengadakan observasi pada beberapa mushola, guna
mengetahui dan kemudian menilai keaktifan siswa-siswanya dalam
menjalankan ibadah shalat taraweh dan witir.

23
C. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen
1. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kualitatif
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping
memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan.
Kelebihannya antara lain:
a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi
pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut
"memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang
kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai
melalui penelitian kualitatif.
b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi,
data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang
sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya,
melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun"
pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian
kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi
(tacit) di dalam masyarakat.
Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah
a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti.
Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika
tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara
data lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen
utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis,
menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki
sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-
simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan
"lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali
mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".

24
c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat
perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah
diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi
peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural
(beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan
selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal
(waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam
penelitian kuantitatif.
2. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kuantitatif
a. Instrumen Tes
a) Tes Subjektif
Pada umunya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau
uraian kata-kata.
 Kelebihan tes subjektif :
 Mudah disiapkan dan disusun
 Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan
 Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalam bentuk kalimat yang bagus
 Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
denga gaya bahasa dan cara sendiri
 Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan
 Kelemahan tes subjektif :
 Kadar validitas dan realibilitasnya rendah karena sukar diketahui segi-segi
mana dari siswa yang betul-betul telah dikuasai
 Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja

25
 Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
 Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
 Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
 Waktu untuk mengoreksinya lama dan dapat diwakilkan kepada orang
lain.
b) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan dari tes bentuk esai.
 Kebaikan tes objektif :
 Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, lebih representative
mewakili isi yang luas
 Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya
 Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain
 Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
 Kelemahan tes objektif:
 Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada esai karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain
 Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenal
kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
 Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
 “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka
b. Instrumen Non Tes
1. Angket atau Kuesioner
 Kelebihan Instrumen Tes/quisioner
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b. Dapat dibuat standarisasi
c. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden

26
d. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing
e. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu
menjawab
f. Biaya relatif murah
 Kekurangan Instrumen Tes/quisioner
a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab
b. Seringkali sukar dicari validitasnya
c. kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul
atau tidak jujur
d. Angket yang dikirim lewat email pengembaliannya sangat rendah
e. Waktu pengembaliannya tidak sama-sama
f. Hasil angket kurang mendalam
2. Interview atau Wawancara
 Kelebihan wawancara yaitu :
 Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
 Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya.
 Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi. Data tentang
keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan
dengan observasi dan angket.
 Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si
pewawancara dengan objek.
 Sedangkan Kelemahan wawancara:
 Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan
individu yang diwawancarai.
 Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan
wawancara.
 Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara.

27
 Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil
wawancara.
3. Observasi atau Pengamatan
 Kelebihan Observasi, antara lain:
 Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
 Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
 Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang
diperoleh dari tehnik lain, misalnya wawancara atau angket.
 Observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan
tidak langsung memegang peran.
 Kelemahan Observasi, antara lain:
 Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang
sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja
merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi.
Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah .
Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia
sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
 Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang
diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar
observer merasa senang.
 Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat
dikontrol sebelumya.
D. Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun sebuah instrumen
penelitian menurut (Margono, 1997) diantaranya.
a. Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian
sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan
data yang diinginkan peneliti.

28
b. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
atau sub variabel dan indikator-indikatornya.
c. Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi
lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak
pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah
kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti, misalnya kalau
diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari
kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis,
sintesis, dan evaluasi.
d. Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan
jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat
dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat
peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya,
prakiraan jawaban yang betul atau diinginkan harus dibuat peneliti.
e. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya.
Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penyusunan makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. instrumen adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan dan mengukur informasi kuantitatif tentang variabel yang
sedang diteliti.
2. Jenis-jenis instrument terbagi atas dua yaitu instrumen penelitian untuk
penelitian kualitatif dan instrumen penelitian untuk penelitian kuantitatif.
Untuk instrument penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sedangkan
untuk instrument penelitian kuantitatif terbagi atas dua yaitu instrument tes
dan instrument non tes (angket/quisioner, wawancara, observasi dan lain-
lain).
3. Untuk penelitian kualitatif memeiliki Kelebihan yaitu Peneliti akan
mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah
jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan
data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja
membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja. Sedangkan,
untuk kelemahannya yaitu tidak mudah menjaga obyektivitas dan
netralitas peneliti sebagai peneliti. Kelebihan instrument angket yaitu tidak
memerlukan hadirnya peneliti serta dapat dibuat standarisasi sedangkan
untuk kelemahannya adalah responden sering tidak teliti dalam menjawab
serta seringkali sukar dicari validitasnya. Kelebihan instrument wawancara
yaitu wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi. Data
tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket sedangkan kelemahannya
adalah keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan,
kemampuan individu yang diwawancarai. Kelebihan instrument observasi
yaitu observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar

30
dan tidak langsung memegang peran sedangkan kelemahannya adalah
apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi
maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa
senang.
4. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun sebuah instrumen
penelitian menurut (Margono, 1997) diantaranya yaitu (1) analisis variabel
penelitian yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya,
sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang
diinginkan peneliti. (2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel atau sub variabel dan indikator-indikatornya. (3)
Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi
lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak
pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah
kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti, misalnya kalau
diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari
kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis,
sintesis, dan evaluasi. (4) Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai
dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi.
Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai item
cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran
jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul atau
diinginkan harus dibuat peneliti. (5) Instrumen yang sudah dibuat
sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi intrumen, misalnya
membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang
baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba
validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut.

31
DAFTARPUSTAKA

Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers Ardianto.


Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hasanah, H. (2017). Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternative Metode
Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21-46.
Ibnu Hadjar.1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Narbuko, C., & Achmadi, A.H. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi
Aksara

32

Anda mungkin juga menyukai