Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat


diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan
konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur
penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative.

Dalam penyusunan tes, rencana itu disebut dengan tabel spesifikasi atau kisi-
kisi soal ujian akan memberikan bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes.
Kisi-kisi atau tabel spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes
sesuai dengan dan mewakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar
mengajar aau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang
tertentu (yang diujikan).

Tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item
yang akan digunakan. Juga dikaitkan di dalamnya jenjang kemampuan yang ingin
diukur. Banyak jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi
mahasiswa serta kegunaannya di dalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan
studinya nanti.

Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan yang paling penting adalah


melakukan tes, karena dengan melakukan tes, seorang guru dapat mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Dalam
penyusunan soal-soal tes terkadang guru mengalami kesulitan, karena dalam
pembuatan soal tersebut diperlukan berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat
tidak terlalu sulit, terlalu mudah dan emmbingungkan peserta didik ketika hendak
menjawab soal-soal tersebut.

1
Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu
validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan
guru dalam penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kisi-kisi ?


2. Apa pengertian dari penyusunan ?
3. Apa kegunaan dan fungsi dari kisi-kisi ?
4. Bagaimana syarat kisi-kisi yang baik ?
5. Apa saja komponen dari kisi-kisi ?
6. Bagimana langkah-langkah penyusunan tes ?
7. Bagaimana perencanaan sebuah tes ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui pengertian dari kisi-kisi.


2. Agar mengetahui pengertian dari penyusunan.
3. Agar mengetahui keguunaan dan fungsi dari kisi-kisi.
4. Agar mengetahui bagaimana syarat pembuatan kisi-kisi yang baik.
5. Agar mengetahui komponen dari kisi-kisi.
6. Agar mengetahui langkah-langkah penyusunan tes.
7. Agar mengetahui bagimana perencanaan tes.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kisi-Kisi

Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk
dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Penyusunan
kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal.
Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Dengan demikian dapat
diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk
menyusun soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisi-kisi
tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal prestasi belajar. Kisi-kisi yang
dimaksudkan untuk menyusun tes penempatan juga berbeda dengan kisi-kisi yang
dimaksudkan untuk menyusun tes kompetisi. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk
menyusun tes ulangan umum juga beerbeda dengan kisi-kisi yang digunakan untuk
menyusun tes ujian akhir nasional. Hal yang harus diperhatikan adalah tidak ada
satupun kisi-kisi yang dapat digunakan untuk semua tujuan semua tes. (Surapranata,
2005 : 50).
Contoh Format Kisi-Kisi Penulisan Soal :
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis Sekolah : ........................... Alokasi Waktu : ......................


Mata Pelajaran : ............................ Jumlah soal : .......................
Kurikulum : ............................

3
2.2. Pengertian Penyusunan

Penyusunan adalah kombinasi partisipasif atau usulan dari bawah (bottom


up) dengan kebijakan dari atas (top down).Menurut Ardios (2006:315)
mengemukakan bahwa pengertian penyusunan yang terdapat dalam kamus besar
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

”Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun yang artinya kelompok atau
kumpulan yang tidak beberapa banyak, sedangkan pengertian dari Penyusunan
adalah merupakan suatu kegiatan atau kegiatan memproses suatu data atau
kumpulan data yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perorang secara baik dan
teratur”.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan adalah


suatu kegiatan untuk memproses data-data yang dilakukan oleh suatu organisasi
perusahaan atau perorang secara baik dan teratur.

2.3 Kegunaan dan Fungsi Kisi-Kisi

Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan
tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang
sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan
mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal
yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalyang relative sama, baik dari
tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.berikut perbandingan
fungsi tes :

1. Fungsi untuk Kelas :


a. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
b. Mengevaluasi celah antra bakat dengan pencapaian.
c. Menaikkan tingkat prestasi.

4
d. Mengelompokan siswa di kelas pada waktu metode kelompok.
e. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa siswa
secra perseorngan.
f. Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
g. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.

2 Fungsi untuk Bimbingan :


a. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak
mereka.
b. Membantu siswa dalam menentukan plihan.
c. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
d. Memberi kesempatan kepada pembingbin, guru, dan orang tua dalam
memahami kesulitan anak.

3. Fungsi untuk Administrasi


a. Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
b. Penempatan siswa baru
c. Membantu siswa memilih kelompok.
d. Menilai kurkulum.
e. Memperluas hubungan masyarakat (public relation).
f. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah.

2.4. Syarat Kisi-Kisi yang Baik

Dengan adanya berbagai variasi kisi-kisi yang disajikan, dapat disimpulkan


bahwa kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
1. Mewakili isu kurikulum yang akan diujikan.
2. Komponen-komponennya rinci, jelas, mudah dan mudah dipahami.
Soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal yang
ditetapkan.

5
2.5. Komponen Kisi-Kisi

Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh tujuan
tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok identitas dan kelompok matriks. Kelompok identitas
dicantumkan dibagian atas matriks, sedangkan kelompok matriks dicantumkan dalam
kolom-kolom yang sesuai dengan tujuan tes. Komponen-komponen yang biasa
digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Jenis sekolah/jenjang sekolah.


2. Mata pelajaran.
3. Tahun ajaran.
4. Kurikulum yang diacu.
5. Alokasi waktu.
6. Jumlah soal.
7. Bentuk Soal.
8. Standar kompetensi.
9. Kompetensi dasar.
10. Indikator.
11. Bahan kelas.
12. Nomor urut soal.

Idealnya semua kompetensi dasar dan indicator yang ada dalam kurikulum, yang
tentunya telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan di kelas. Namun demikian, dari
berbagai komponen tersebut di atas, khusus untuk tes ulangan umum, tes kenaikan
kelas, ujian sekolah dasar, ataupun ujian akhir nasional komponen kompetensi dasar
dan indikator merupakan salah satu komponen yang perlu dipilih secara mendalam.
Hal ini dikarenakan menyangkut pemilihan yang akan diujikan. Pemilihan ini
dilakukan karena didalam suatu tes, tidak mungkin semua kompetensi dasar dan
indikato yang terdapat dalam kurikulum dapat diujikan dalam waktu singkat.

6
Oleh karena itu, perlu dipilih kompetensi dasar dan indicator yang penting-penting saja.
Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai
berikut:

1. Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indicator yang secara teoritis,


mutlak harus dikuasai oleh peserta didik.
2. Kontinuitas, yaitu kompetensi dasar atau indicator lanjutan yang
merupakan pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau
indikator yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang
sama maupun antar jenjang.
3. Relevansi, merupakan kompetensi dasar atau indicator yang diperlukan
untuk mempelajari atau memahami bidang studi lain.
4. Keterpakaian, merupakan kompentasi dasar dan indicator yang memiliki
nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk pemilihan kompetensi dasar dan indicator, selain perlu diperhatikan


kriteria pemilihan di atas, perlu pula diperhatikan bahwa penguasaan materi
kompetensi dasar dan indikator terpilih harus dapat diukur dengan menggunakan
bentuk soal yang sudah ditetapkan. Misalnya kalau sudah ditetapkan untuk membuat
tes pilihan ganda, maka penguasaan kompetensi dasar dan indicator yang dapat
diukur dengan menggunakan pilihan ganda. Sebaliknya kalau sudah ditetapkan
untuk membuat tes uraian, maka penguasaan kompetensi dasar atau indikator yang
terpilih juga harus dapat diukur dengan menggunakan tes uraian.

Semua kompenen kisi-kisi yang disebutkan terdahulu adalah komponen-


komponen yang diperlukan dalam pennyusunan kisi-kisi. Namun demikian, tidak
ada tuntunan atau keharusan untuk menggunakan semua komponen tersebut.
Penggunaan komponen tersebut disesuaikan dengan keperluan berdasarkan jenis
dan tujuan tes yang akan disusun.
Setelah ditentukan komponen-komponen yang perlu dimasukan ke dalam kisi-kisi,
maka langkah selanjutnya adalah memasukan semua komponen tersebut ke dalam
suatu format atau matriks.

7
2.6. Langkah-Langkah Penyusunan Tes

1. Langkah- Langkah Penyusunan Tes


Dalam penysusnan sebuah tes, harus mengikuti sebuah langkah-
langkah penyusunan tes agar penyusunan tes menjadi terstruktur, berikut
langkah-langkah penyusunan tes :

a. Menentukan tujuan utama.


b. Menentukan tingkah laku yang menggambarkan konstruk yang
hendak diukur untuk menentukan domain.
c. Menyiapkan spesifikasi tes, menetapkan proporsi butir yang harus
terpusat pada setiap jenis tingkah laku yang di tentukan pada langkah 2.
d. Menyusun proposal awal butir.
e. Mengadakan penelaah kembali terhadap butuir-butir yang diperoleh
pada langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu.
f. Melakukan uji coba butir pendahuluan dan melakukan bila perlu.
g. Melaksanakan uji-lapangan terhadap butir-butir hasil langkah 6 pada
sampel yang besar yang mewwakili populasi untuk siapa tes
dimaksudkan
h. Menentukan ciri-ciri statistic skor butir, dan apabila perlu, sisihkan
butir-butir yang di tetapkan.
i. Merencanakan dan melaksanakan pengkajian reliabilitas dan validitas
untuk bentuk akhir tes.
j. Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan
penafsiran skor tes (sebagai missal, siapkan table norma, prestasi
standar, dan sebagainya.)

Langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini dapat
berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan soal-soal tes
yaitu:
1. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.

8
2. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda/membingungkan.
3. Cara mengenal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu diperhatikan
agar tidak ditafsirkan salah.
4. Petunjuk mengerjakan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa
sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dri yang dikehendaki
guru.
5. Untuk memperoleh sebuah tes yang standar, harus dilakukan uji coba (try out)
berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji
coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, maka akan memperoleh
manfaat yaitu: pengalaman menggunakan tes tersebut, mengetahui kesukaran
bahasa, mengetahui variasi jawaban siswa, mengetahui waktu yang
dibutuhkan, dan lain-lain.

2. Tabel Spesifikasi
Tabel spesifikasi membantu guru dalam mengadakan penilaian
terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya lebih
profesional dalam menyusun tes. Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak
menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan
dicakupi dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi.

Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau


blueprint. Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian
materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh
penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal
(Suhasimi, 2007:185).

Contoh:

Aspek yang diungkap Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah


Pokok Materi (I) (P) (A)
Bagian I ............ ................ ............. .............
Bagian II ............ ................. ............. ............

9
Bagian n(terakhir) ............ ................. ............. ............
Jumlah ........... ................ .............. ............

Dalam pembuatan tabel spesifikasi ini langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan
imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.

Contoh:

Akan membuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok materinya adalah;


a. Pengertian (2)

b. Fungsi Efaluasi (3)

c. Macam-macam cara evaluasi (5)

d. Persyaratan evaluasi (4)

Angka-angka yang tertera dalam kurung merupakan imbangan bobot untuk masing-
masing pokok materi. Langkah kedua yaitu memindahkan pokok-pokok materi ke
dalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase

TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI

Aspek yang diungkap Ingatan pemahaman Aplikasi Jumlah


Pokok materi
Pengertian evaluasi 7
(14%)
Fungsi evaluasi (20%) 10
Macam-macam cara 18
evaluasi (36%)
Persyaratan evaluasi 15
(30%)
Jumlah 50 butir

10
soal

Langkah ketiga yaitu merinci banyaknya butir soal untuk tiap pokok-pokok materi, dan
angka ini ditulis pada kolom paling kanan. Caranya yaitu dengan membagi jumlah butir
soal (disini ada 50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera
sebagai persentase.
Dalam contoh ini dimisalkan akan disusun tes berbentuk obyektif dengan
jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan adalah
75 menit, maka sebagai ancar-ancar waktu adalah bahwa untuk mengerjakan satu
buah soal tes objektif membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca dan
menjawabnya sehingga jika disediakan waktu 75 menit untuk tes, maka dapat
disusun butir soal sejumlah: 50 buah soal berbentuk objektif (50 menit), dan 5 buah
soal berbentuk uraian (25 menit). Jadi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh
waktu yang tersedia dan bentuk soal.

Tindak lanjut sesudah penyususnan tabel spesifikasi untuk memperoleh


seperangkat soal tes yaitu:
a. Memnentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat
materi yang diteskan.
b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah
penulisan soal-soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah
penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal.

2.7. Perencanaan Tes


A. Perencanaan Tes
Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan
yang penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
secara representative. Untuk itu maka peranan perencanaan dalam pengujian
menjadi sangat penting. Tes tanpa rencana yang dapat dipertanggung jawabkan
dapat menjadi usaha sia-sia, bahkan mungkin akan mengganggu proses

11
pencapaian tujuan. Enam hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
tes :

1. Pengambilan sample dan pemilihan butir soal


2. Tipe tes yang akan digunakan
3. Aspek yang akan diujikan
4. Format butir soal
5. Jumlah butir soal
6. Distribusi tingkat kesukaran butir soal.

B. Pengambilan sample dan pemilihan butir soal


Tes hasil belajar ( achievemen te) haruslah disusun atas butir-butir soal
yang terpilih, yang secara akademik dapat dipertanggung-jawabkan sebagai
sample yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan
perangkat tes tersebut. Proses pemilihan atau sampling butir soal itu tidak
mungkin dapat dilakukan secara acak (random). Hanya seorang ahli dalam
bidang studi yang tahu secara lebih baik apakah butir-butir soal itu cukup
respresentatif atau tidak. Pemilihan itu dilakukan atas dasar pertimbangan
pentingnya konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang diuji dalam hubungannya
dengan peranannya terhadap bidang studi tersebut secara keseluruhan. Karena
itu tidak mungkin pemilihan itu dilakukan oleh awam dalam bidang studi
tersebut.
C.
Untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang
penting dalam suatu bidang studi, biasanya bidang studi itu dipilah-pilah
menjadi beberapa pokok bahasan (major content areasi) dan sub pokok bahasan
(specific content areas). Tentu saja tidak perlu ada jumlah butir soal yang sama
untuk setiap pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau sub-
pokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok
bahasan atau sub-pokok bahasan tersebut. Sebagai pedoman tentang tingkat
kepentingan dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi itu atau, untuk

12
mudahnya, keluasan pembahasan pokok bahasan dan atau subpokok bahasan
atau suatu subpokok bahasan itu. Tidak ada batasan jumlah butir soal untuk satu
pokok bahasan atau suatu subpokok bahasan.

C. Tipe tes yang digunakan


Ebel dan frisble membagi tiga tipe soal : (1) esai, (2) objektif, dan (3)
problem matemattika. Disamping itu masih juga dikenal soal-soal penampilan
dan soal lisan. Ada keslahfahaman yang umum terjadi dikalangan pengguna tes,
yaitu anggapan yang menyatakan suatu tipe tes lebih baik dari tipe tes lainnya
dalam mengukur ranah kognitif tertentu. Berbagai penelitian telah menunjukkan
perbedaan yang berarti dalam mengukur level ranah kognitif yyang sama. Soal
esai yang baik dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat
rangking subyek yang tidak berbeda. Pemilihan tipe tes yang akan digunakan
lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada
penusunan tes dari pada kemampuan peserta tes aspek yang ingin diukur.

D. Aspek kemampuan yang diuji


Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda-
beda. Karena itu aspek yang diujipun haruslah yang berbeda pula. Disinilah
aspek ranah kognitif yang mana yang akan diuji harus sinkron dengan
kemampuan yang ditentukan oleh tujuan pendidikan yang telah dirumuskan
terlebih dahulu. Dalam hubungan inilah kita mengenal adanya 6 tingkatan
kemempuan yang diuji, yaitu lazim siberi simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6.
Disamping itu tentu juga harus diperhatikan kemampuan dari ranah lain seperti
afektif dan psikomotor. Jumlah soal untuk setiap ranah atau untuk setiap level
dalam ranah kognitif juga tiak perlu sama. Pada umumnya tes hasil belajar lebih
berorentasi kepada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan
kemampuan yang disebut terdahulu. Hal ini tentu saja berarti bahwa jumlah soal
yang mewakili tiga level yang pertama diharapkan lebih banayk dari jumlah soal
untuk tiga level berikutnya.

13
E. Format butir soal
Baik tes objektif maupun tes esai mengenal berbagai format biasa.
Misalnya, dalam tes objektif, acapkali dipilih format A (pilihan ganda biasa),
format B (pilihan ganda analisis hubungan antar hal), format C (pilihan ganda
analisis kasus), atau format D (pilihan ganda kompleks) dan E (pilihan ganda yang
menggunakan diagram, gambar, garis, atau tabel). Berbagai penelitian juga telah
menunjukan bahwa berbagai format butir soal ini tidak menunjukan perbedaan
efektifitas yang berarti untuk mengukur berbagai level ranah kognitif, asalkan
dikonstruksikan sama baiknya. Bahkan format butir soal B-S pun dapat mengukur
level ranah kognitif yang tinggi, asalkan dikonstruksinya secara cermat oleh ahli
bidang studi dan ahli konstuksi tes. Perbedaab antar format butir soal tersebut tidak
terletak pada efektifitasnya mengukur level kemampuan, tetapi lebih banyak pada
penekanannya (dalam hal peserta tes kurang mengusasai bahan tes dites).

F. Jumlah butir soal


Jumlah butir soal tentu saja ada ketentuan yang asli. Tetapi yang harus
diingat ialah jumlah butir soal berhubungan alngsung dengan reabilitas tes dan
reprensi isi bidang studi yang dites, makin besar jumlah butir soal yang
digunakan dalam suatu tes maka kemungkinan akan makin tinggi reabilitasnya,
baik dalam arti stabilitas maupun internal konsistensinya. Dilihat dari segi
jumlah inilah maka tes objektif mempunyai kekuatan yang lebih dari tes esai.
Karena tugas yang harus diselesaikan dalam tes objektif itu sangat singkat, maka
kemungkinan untuk menggunakan jumlah butir soal yang besar menjadi lebih
besar pula. Sedangkan tes esai tidak memungkinkan menggunakan jumlah item
yang banyak. Dengan demikian representasi bidang studi dan reabilitas tes
objektif akan lebih baik dari tes esai.

Jumlah butir soal itu haruslah direncanakan:

a. Jumlah keseluruhan
b. Jumlah untuk setiap pokok bahasa/ topic/ conten area
c. Jumlah untuk setiap format

14
d. Jumlah untuk tiap kategori tingkat kesukaran
e. Jumlah untuk setiap level ranah kognitif

Tentu saja dalam menentukan jumlah ini harus mempertimbangkan waktu


yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas tugas yang dituntut oleh tes, dan waktu
ujian diadakan.

G. Distribusi Tingkat Kesukaran


Pada umumnya semua ahli kontruksi tes sependapat bahwa tes yang terbaik
adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,50. Makin dekat ketitik
itu makin mampu tes itu membedakan antara kelompok yang belajar dan kelompok
yang kurang belajar. Tetap tentu saja itu bukanlah satu-satunya pertimbangan untuk
mentukan distribusi tingkat kesukaran. Penentuan harus lebih mengarah kepada
yang mempunyai tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Tetapi yang harus diingat
adalah tes yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak akan memberi informasi yang
baik. Dalam hubungan dengan distribusi tingkat kesukaran ini juga harus
diperhatikan bahwa tes yang mempunyai tingkat kesukaran rendah sebaiknya
diletakan di awal tes dalam yang tinggi pada akhir perangkap tes ketentuan ini
tidaklah menunjukan perbedaan yang berarti pada “ power tes “. Perbedaan iu lebih
bersifat memberi motif untuk lebih terdorong mengerjakan seluruh butir soal.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kisi-Kisi adalah Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang
memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal
menjadi tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan
sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes.
Penyusunan adalah suatu kegiatan untuk memproses data-data yang
dilakukan oleh suatu organisasi perusahaan atau perorang secara baik dan teratur.
Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan
tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapatmenghasilkan soal-soal yang
sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan
mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal
yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalyang relative sama, baik dari
tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan, Komponen-komponen
yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar adalah sebagai
berikut: Jenis sekolah/jenjang sekolah,Mata pelajaran,Tahun ajaran, Kurikulum
yang diacu, Alokasi waktu, Jumlah soal, Bentuk Soal, Standar kompetensi,
Kompetensi dasar, Indikator, Bahan kelas, Jumlah soal, Nomor urut soal, Bentuk
soal.
Perencanaan Tes : Perencanaan Tes, Pengambilan Sampel dan pemilihan
Butir Soal, Tipe Tes yang Digunakan, Aspek Kemampuan yang diuji, Format Butir
Soal, Jumlah Butir Soal.

3.2 Saran
Pada pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan
serta kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan
saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini dan makalah yang dibuat
selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah Sabarti. 1988. Evaluasi Dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.


Jakarta: bumi aksara.
Basroi & Siskandar. 2012. Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung:
Karyaputra Darwati.

Penulisan.pdf. 2015. Tersedia di Wikipedia.org (Diakses tanggal 22


Maret 2015) Penyusunan.pdf. 2015 . Tersedia di Felib.unikom.ac.id
(Diakses tanggal 22 Maret
2015)

Sudijono Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:


Kharisma Putra Utama Offset.

Syrapranata Sumarna. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Inplementasi


Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai