PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam epistimologi, dibicarakan tentang sumber pengetahuan dan
sistematikanya. Selain itu, dibicarakan pula tentang hakikat ketepatan susunan
berpikir yang secara akurat pula digunakan untuk masalah-masalah yang
bersangkutan dengan maksud menemukan kebenaran isi sebuah pernyataan. Isi
pernyataan adalah sesuatu yang ingin diketahui. Oleh karena itu, epistimologi
relevan dengan ilmu pengetahuan yang disebut juga dengan filsafat ilmu.
Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan
individual, sosial, dan kultural. Pada skala mikro, pendidikan bagi individu dan
kelompok kecil berlangsung dalam skala relatif terbatas, seperti antara sesama
sahabat, antara seorang guru dan satu atau sekelompok kecil siswanya, antara
suami dan istri dalam keluarga, antara orang tua dan anak.
Pada skala makro, pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar,
seperti dalam masyarakat antardesa, antarsekolah, antarkecamatan, antarkota,
masyarakat antarsuku, dan masyarakat antarbangsa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Elias M.Awad,menjelaskan bahwa ciri-ciri sistem adalah:
Terbuka
Terdiri atas dua atau lebih subsistem
Saling kebergantungan
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Kemampuan untuk mengatur diri sendiri
Tujuan dan sasaran
William A.Schode dan voich Jr.menyebutkan ciri pokok sistem,yaitu:
Terbuka
Melakukan kegiatan tranformasi
Saling terkait mekanisme kontrol
Adanya tinkah laku yang saling berhubungan
Adanya kesepakatan mencapai target
Setiap sistem mempunyai tujuan, unsur atau komponen, mekanisme dan
kemampuan
Interaksi dengan linkungan merupakan sifat dasar dari semua sistem terbuka.
Andai kata semua siistem tertutup, berarti sistem yang diterapkan tersebut gagal
berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan merupakan sumber yang
menyuplai sumber daya yang digunakan oleh sistem terbuka, dan sebagai pemakai
nilai yang diciptakan oleh sistem tersebut.
Dengan beberapa pengertian sistem tersebut, dapat dipahami bahwa sistem
pendidikan merupakan himpunan unsur pendidikan yang saling berhubungan
untuk mencapai target yang disepakati dalam visi dan misi kependidikan. Salah
satu sifat pokok suatu sistem pendidikan adalah orientasi objektifitasnya dan
perilaku yang memiliki tujuan pendidikan, yaitu menciptakan nilai dengan
memfungsikan seluruh sumber daya secara kombinatif dalam memberdayakan
masyarakat.
Sistem pendidkan juga dapat diartikan sebagai himpunan berbagai komponen
dan subkomponen yang saling berhubungan dan integral dalam pendidikan.
Seluruh pendidikan memiliki hubungan timbal balik dan hibungan funsional yang
menyeluruh (a whole).
3
Dalam susatu sistem pendidikan terdapat beberap sistem kecil (secondary
system, subsystem), yaitu:
1. Subsistem struktur pendidikan
2. Subsistem teknik kelembagaan pendidikan
3. Subsistem personalia kelembagaaan pendidikan
4. Subsistem informasi kependidikan dan
5. Subsistem lingkungan atau masyarakat dalam kaitannya dengan kependidikan
Sebagai sebuah sistem , seluruh kerja sama para pelakku pendidikan secara
struktural maupun kultural berfungsi untuk mengejar target yang telah ditetapkan.
Target tersebut adalah tujuan pendidikan.
Sistem pendidikan merupakan sistem sosial karena alasan sebagai berikut:
1. Wadah untuk potensi manusia
2. Alat untuk mengemabngkan bakat manusia
3. Metode untuk mencapai tujuan bersama
4. Strategi untuk membangun masa depan umat manusia
5. Media untuk mengarahkan perilaku manusia dengan pijakan ilmu
pengetahuan yang benar
6. Visi dan misi dalam membangun pandangan dan mewujudkan cita-cita yang
beragam sesuai dengan motivasi masyarakat dalam memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dasi pendidikan
4
Unsur pendelegasian, yaitu memiliki hak dan wewenang
Unsur supervisi, yaitu berkewajiban membina dan mengarahkan anak
buahnya
Unsur strategi, yaitu menyiasati berbagai upaya mengembangkan lembaga
Unsur budaya, yaitu membentuk model dan pola perilaku
Unsur kharismatika, yaitumemiliki kewibawaan yang sifatnnya dibentuk
secara formal struktural maupun secara kultural.
5
Proses pelaksanaan tugas dan kewajiban pemimpin disebut dengan
kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul
tangggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan
wewenangnya yang telah didelegasikan kepada ortang-orang yang dipimpinnya.
Kepemimpinan yang orieter, artinya kepemimpinan yang kurang demokratis
dalam mengambil keputusan. Kekuasaan bersifat absolut karena seluruh roda
kekuasaan dikendalikan oleh dirinya. Jadi, sifat-sifat seorang pemimpin
menunjukkan pula sebagai bentuk dari kepemimpinannya.
Makna lain kepemimpinan adalah sebagai berikut.
1. Prajudi Atmosudiardjo dalam ngalim purwanto, mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah kepribadian (personality) seseorang yang
mendatangkan keinginan pada kelompok orang untuk mencontoh atau
mengikutinya, atau memancarkan suatu pengaruh tertentu, sehingga membuat
sekelompok orang ingin melakukan apa yang dikehendakinya.
2. Kepemimpinan dapat dipandang sebagai penyebab dari berbagai kegiatan,
proses atau kesediaan untu mengubah pandangan hidup atau sikap dari
kelompokorang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu sarana, suatu instrumen
atau alat, untuk membbuat sekelompok orang bekerja sama dan berdaya upaya
mentaatisegala peraturan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat kepribadian, termasuk
didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka ingin dan dapat melaksanakan tuga-
tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada
kegembiraaan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Ciri-ciri fungsional yang melekat pada seorang pemimpin, yaitu:
1. Watak dan kewibawaan seorang pemimpin
2. Kekuasaan dalm pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya
3. Hierarki kekuasaan struktural
4. Ketegasan pengambilan keputusan
5. Kecerdasan menganalisin persoalan yang menyangkut kepentingan umum
6
Sifat-Sifat pemimpin yang utama adalah:
1. Energik, artinya semangat yang tinggi
2. Emosinya stabil, yaitu telaten dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3. Mampu membangun relasi dengan semua bawahan
4. Memiliki motivasi yang kuat
5. Idealis, artinya memiliki gagsan dan cita-cita yang sangat tinggi
6. Ahli dalam membimbing dan mengarahkan anak buahnya
7. Terampil
8. Ahli membentuk budaya organisasi
9. Rasional dalam memecahkan masalah
10. Memiliki moralitas yang pantas diteladani
11. Inovatif, kreatif, dan konstruktif
12. Konseptor yang andal
13. Berwawasan luas dan mengedepan
14. Sehat jasmani dan rohani
15. Memiliki keahlian teknis
16. Jujur dan amanah
17. Berpengalaman
18. Penuh rasa tanggung jawab
19. Demokratis
20. Memahami keadaan dan keinginan anak buahnya
21. Ahli berkomunikasi
7
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan peletaan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik, kecerdasan, sosio-emosional, bahasa, komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu:
1. Tujuan utama, membentuk anak indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh dan berkemabng sesuai dengan tingkat perkembangannya sehinggga
memiliki kesiapan optimal dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
2. Tujuan penyerta, membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan bbelajar
(akademik) di sekolah.
Ruang lingkup pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut:
1. Infant(0-1 ntahun)
2. Toddler(2-3 tahun)
3. Preschool(kinderganten children) (3-6 tahun)
4. Early primary school(SD kelas awal) (6-8 tahun)
Pembentukan karakter dimulai sejak anak memasuki pendidikan usia dini.
Pendidikan anak usia dini dalam pendidikan berkarakter sangat penting. Fungsi
strategisnya adalah menumbuhkan kecakapan kesadaran diri.
Kecakapan kesadaran diri dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kecakapan kesadaran diri sebagai hamba Tuhan diharapkan
mendorong anak didik beribadah sesuai dengan tuntutan agama yang
dianut, berlaku jujur, bekerja keras, disiplin, dan amanah terhadap
kepercayaan yang dipegangnya.
2. Kesadaran diri bahwa manusia sebagai makhluk sosial akan
mendorong anak didik berlaku toleran kepada sesama, suka
menolong, dan menghindari tindakan yang menyakiti orang lain.
3. Kesadaran diri sebagai makhluk lingkungan merupakan kesadaran
bahwa manusia diciptakan Tuhan YME sebagai khalifah di muka
bumi dengan amanah memelihara lingkungan.
4. Kesadaran diri akan potensi yang dikaruniakan Tuha kepada
manusia yang merupakan bentuk syukur kepada Tuhan.
8
5. Kesadaran pemeliharaan potensi diri (jasmani dan rohani) diharapkan
mendorong untuk memelihara jasmani dan rohaninya karena
merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri.
Menurut Lickona, agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif terdapat
tiga belas prinsip, yaitu sebagai berikut.
1. Kembangkanlah nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja
pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik.
2. Definisikan ‘karakter’ secara komprehensif mencakup pikiran, perasaan
dan perilaku.
3. Gunakan pendekatan komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam
pengembangan karakter.
4. Ciptakan komunitas sekolah dengan penuh perhatian.
5. Berilah siswa kesempatan melakukan tindakan moral.
6. Buatlah kurikulum akademik yang bermakna, menantang, menghormati
semua anak didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa
untuk berhasil.
7. Usahakan mendorong motivasi diri siswa.
8. Libatkanlah staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran, moral yang
berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter, dan membantu
siswa untuk berhasil.
9. Tumbuhkan kewbersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan
jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.
10. Libatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra dalam upaya
pembangunan pendidikan karakter.
11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik
karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
12. Kembangkanlah nilai-nilai etika yang utama, seperti kepedulian,
kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan
orang lain, bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya, seperti
ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai basis karakter
yang baik.
13. Sekolah berkomitmen mengembangkan karakter anak didik berdasarkan
nilai-nilai tersebut, dan mendefinisikannya dalam perilaku yang dapat
diamati dalam kehidupan sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu,
9
mengkaji, mendiskusikan, menggunakannya sebagaai dasar dalam
hubungan antar manusia, dan mengapresiasi manifestasi nilai-nilai
tersebut disekolah dan masyarakat.
Sekolah yang berkomitmen mengembangkan karakter melihat diri mereka
sendiri melalui lensa moral, untuk melihat bahwa segala sesuatu yang
berlangsung disekolah memengaruhi perkembangan karakter siswa.
Di samping itu, sekolah dan keluarga perlu meningkatkan efektivitas
kemitraan dengan merekrut bantuan dari komunitas yang lebih luas (bisnis,
organisasi pemuda, lembaga keagamaan, pemerinah, dan media) dalam
mempromosikan pembangunan karakter.
Ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1. Karakter sekolah, yaitu sampai sejauh mana sekolah menjadi
komunitas yang lebih peduli dan saling menghargai.
2. Pertumbuhan staf sekolah sebagai pendidik karakter, yaitu sampai
sejauh mana staf sekolah mengembangkan pemahaman tentang apa
yang dapat mereka lakukan untuk mendorong pengembangan
karakter.
3. Karakter siswa, yaitu sejauh mana siswa memanifestasikan
pemahaman, komitmen, dan tindakan atas nilai-nilai etis inti.
Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini. Jika karakter tidak terbentuk
sejak dini, karakter anak akan susah untuk diubah. Dalam menanamkan karakter
pada anak didik, hal yang paling penting adalah kejujuran, karena kejujuran
bersifat universal.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan
karena pendidikan tidak hanya menjadikan anak didik menjadi cerdas, juga
mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai
anggota masyarakat menjadi bermakna, baik bagi dirinya maupun orang lain.
Pembinaan karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan
hingga perguruan tingi karena perguruan tinggi harus mampu berperan sebagai
mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas, santun,
sejahtera, dan bermartabat, serta mampu bersaing dengan bangsa mana pun.
BAB III
10
PENUTUP
Kesimpulan:
11