Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………….1

Daftar Isi ………………………………………………………………………....2

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………...3


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….4
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………………….5

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru ………………6

2.2 Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………….7

2.3 Tahap-Tahap Dalam Mewujudkan Guru Profesinal ……………………8

2.4 Alur Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru ……………………..11

2.5 Jenis-Jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru ……………………..12

2.6 Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Guru ………………………15

2.7 Tantangan Atau Hambatan ………………………………………………16

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..19


3.2 Saran ……………………………………………………………………....19

Daftar Pustaka ………………………………………………………………..20

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap bangsa, termasuk Indonesia, profesi guru mempunyai makna strategis
karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses belajar terhadap
kemanusiaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembangun
karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru
sebagai profesi. Lahirnya Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala
dimensinya.
Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani
proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat
sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam jabatan,
yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015. Pada spektrum yang lebih
luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral memunculkan banyak gagasan.
Pertama, diperlukan kapasitas ekstra untuk menyediakan guru yang
profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang
memasuki bangku sekolah mendapat layanan pendidikan dan pembelajaran yang
baik.

1
Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan
penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi
mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di tempat-tempat yang
sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh konflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem
pendidikan.
Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga
kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan
profesional mereka.
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender,
ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi
politik atau opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta
mendorong pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya
komunitas.
Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan
yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan
kerjasama di antara anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi
kekaryaan internasional, dan masyarakat madani.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk merumuskan pembinaan dan
pengembangan profesi guru. Hal ini ditunjukkan oleh adanya, makin kuat
dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama
berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem
distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja,
uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta
pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan
masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu
berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan dan
pengembangan profesi guru.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dapat dirumuskan seperti berikut ini:
1. Apa manfaat dari pembinaan dan pengembangan profesi guru?
2. Bagaimana tahap-tahap pembinaan dan pengembangan profesi dan karir?
3. Bagaimana pembinaan dan pengembangan profesi guru?
4. Bagaimana kebijakan pemerataan guru?
5. Bagaimana tantangan atau hambatan dalam pembinaan dan pengembangan
profesi guru?

1.3 Tujuan Masalah


1. Manfaat dari pembinaan dan pengembangan profesi guru?
2. Mengetahui taha-tahap pembinaan dan pengembangan profesi dan karir 
3. Mengetahui pembinaan dan pengembangan profesi guru
4. Mengetahui kebijakan pemerataan guru
5. Mengetahui tantangan atau hambatan dalam pembinaan dan
pengembangan profesi guru

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Sebelum menguraikan definisi pembinaan dan pengembangan profesi


guru, terlebih dahulu kita mengetahui apa sebenarnya definisi dari keempat kata
tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pembinaan adalah proses,
cara, perbuatan membina; pembaharuan; penyempurnaan; usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan
mengembangkan: pemerintah selalu berusaha dalam ~ pembangunan secara
bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Dan guru adalah orang yang pekerjaannya
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar.

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen).

Pembinaan dan pengembangan pada dasarnya adalah upaya pendidkan


baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana,
terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang

4
seimbang, utuh, dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat,
kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya, sebagai bekal untuk
selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan, dan mengembangkan
dirinya, sesamanya maupun lingkunganya kearah tercapainya martabat, mutu, dan
kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri (Iskandar dan
Mandalika, 1982).

Dengan demikian pembinaan dan pengembangan profesi guru dapat


didefinisikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
taraf atau derajat profesi seorang guru, baik dalam penguasaan materi ajar, atau
penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap keprofesionalan dalam
menjalankan tugasnya sebagai guru.

Program tersebut dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi


keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern
terpengaruh arus globalisasi. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi
pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial.
Sedangkan pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan
pangkat, dan promosi. Keduanya disesuaikan dengan jabatan fungsional masing-
masing.

Pembinaan dan pengembangan tersebut didasarkan pada asusmsi bahwa


tidak semua guru dan tenaga kependidikan yang dihasilkan telah memenuhi
kriteria guru profesional. Oleh karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusinya secara maksimal untuk pencapaian tujuan pendidikan dan
peningkatan mutu bagi peserta didik di Indonesia, maka harus ada usaha atau
upaya pengembangan profesi guru yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan (terus-menerus). Kegiatan pembinaan dan pengembangan
profesi guru dilaksanakan atas prakarsa dari pemerintah pusat maupun daerah,
penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, dan individu guru secara pribadi.

2.2 Tujuan dan Manfaat

5
Pembinaan guru memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan
professional guru dalam meningkatkan proses belajar dan hasil belajar melalui
pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan professional kepada guru.
Jika proses belajat meningkat maka hasil belajar diharapkan juga meningkat.
Dengan demikian rangkaian usaha pembinaan professional guru akan
mempelancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Ali Imbron, 1995
“dalam” Akmal, 2008).

Manfaat pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan


proses dan hasill belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap guru-
guru dan tenaga pendidik dalam wujud layanan professional. Agar pembinaan
guru dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip pembinaan
guru sesuai dengan sudut tinjau mereka (Uno,2008 : 172).

Depdikbud mengemukakan prinsip-prinsip pembinaan guru sebagai berikut


(Depdikbud 1986 “dalam” Uno, 2008 : 172).

1) Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru,


2) Hubungan antara guru dengan Pembina didasarkan atas kerabat kerja,
3) Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka,
4) Dilakukan secara terus-menerus,
5) Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada,
6) Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi horizontal
dan vertical, baik di tingkaat pusat maupun daerah.

Dalam penggolongan yang lebih rinci, prinsip pembinaan guru


digolongkan menjadi prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental
adalah pembinaan guru atau supervise dipandang sebagai bagian dan keseluruhan
proses pendidikan yang tidak tterlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional
Indonesia, yakni Pancasila. Sedangkan prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang
harus dijadikan pedoman praktis dalam pelaksanaan supervise (Djajadisastra,
1976 “dalam” Uno, 2008 :172).

6
2.3 Tahap-Tahap Dalam Mewujudkan Guru Profesinal

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah, (UU RI No. 14 Th. 2005 Pasal 1). Seperti halnya yang
dikatakan Soetjipto dan Kosasi (2007:42), guru sebagai pendidik profesional
mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada
masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Oleh karena itu, dalam mewujudkan pendidik yang profesional
diperlukan tahapan-tahapan, diantaranya yaitu: (1) penyediaan guru berbasis
perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3) profesionalisasi
guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis individu
atau menjadi guru madani.

Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru


dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah
menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru
berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan
tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan
menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu
kependidikan dan nonkependidikan. Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi
akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang
guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh negara sebagai guru
profesional.

UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74


tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi
S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat
sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus

7
pendidikan profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta
pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas
kuota kebutuhan formasi. Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat
penting yang dapat dijalankan, diantaranya yaitu:

1)   peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV

2)   sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi


yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah

3)   sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif,


transparan, dan akuntabel

4)   jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh
Menteri

5)   program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik

6)   uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja
sesuai dengan standar kompetensi

7)   ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan:


(1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi
hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar
isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya;
dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara
konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau
program yang diampunya

8)   ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik


Kebijakan Pengembangan Profesi Guru – Badan PSDMPK-PMP 7 pembelajaran
yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,
dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.

8
Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui
sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang
dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan
pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu, pembinaan dan
pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya
pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan
fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam
melaksanakan pembinaan profesi dan karir guru. Pengembangan profesi dan karir
diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka
pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan
upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan terhadap guru.

2.4 Alur Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru

Terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu:


pembinaan dan pengembangan profesi dan pembinaan dan pengembangan karir.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan
profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional. Semua
guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas.
Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan
profesi beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima
kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan
materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman
tentang teori-teori terkini.

9
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh
institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah,
penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini
dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan
sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah.
Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi
dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri
oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis.

Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan
karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan
pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem
pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau
dedikasi yang luar biasa.

2.5 Jenis-Jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Inisiatif pengembangan keprofesian guru idealnya banyak berasal dari


prakarsa lembaga. Atas dasar ini, diasumsikan munculnya proses pembiasaan,
yang kemudian guru dapat tumbuh dengan sendirinya. Tentu saja, semua itu juga
berawal dari prakarsa guru secara individual. Menurut Sudarwan Danim (2011 :
94) Apabila dilihat dari sisi prakarsa lembaga, pengembangan profesi guru
dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan
(diklat) maupun bukan diklat, antara lain:

 Pendidikan dan Pelatihan


1) In-House Training (IHT)

Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara


internal di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT

10
dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam
meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara
eksternal, tetapi bisa juga secara internal.

2) Program magang

Program magang merupakan pelatihan yang dilaksanankan di dunia kerja


atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi
profesional guru. Program magang ini diperuntukkan bagi guru dan dapat
dilakukan selama periode tertentu misalnya, magang di sekolah.

3) Kemitraan sekolah

Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa agar


terjadi transfer nilai-nilai kebaikan dari beberapa keunikan dan kelebihan
yang dimiliki mitra kepada mitra lain. Misalnya dalam bidang manajemen
sekolah

4) Belajar jarak jauh

Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa


menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu,
melainkan dengan sistem pelatihan internet dan sejenisnya.

5) Pelatihan berjenjang dan khusus

Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis


kompetensi. Sedangkan pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan
berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan
baru dalam keilmuan tertentu.

6) Pembinaan internal oleh sekolah

Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru


yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas
mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan
rekan sejawat.

11
7) Pendidikan lanjut

Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan


dengan memberikan tugas belajar baik dalam maupun luar negeri bagi
guru yang berprestasi.

 Non-pendidikan dan pelatihan


1) Diskusi masalah pendidikan

Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai


dengan masalah yang dialamai sekolah. melalui diskusi berkala diharapkan
para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan
proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi
dan pengembangan kariernya.

2) Seminar

Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara


ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan.

3) Workshop

Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yamng bermanfaat


bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi mauapun pengembangan
kariernya. Workshop dapat dilakukan,misalnya dalam kegiatan menyusun
KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, sertapenulisan rencana
pembelajaran.

4) Penelitian

Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,


penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.

5) Penulisan buku/ bahan ajar.

12
Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran,
ataupun buku dalam bidang pendidikan.

6) Pembuatan media pembelajaran.

Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat
praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi
pembelajaran.

7) Pembuatan karya teknologi/ karya seni.

Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya yang


bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni
yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

2.6 Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Guru

            Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru harus dilakukan


secara berkelanjutan, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan
calon guru, rekruitmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir,
hingga menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara
terus-menerus. Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya
adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat
otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi.

Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian


kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru
dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan
profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi
salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian

13
kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program
peningkatan kompetensi guru.

Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah


satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara
efektif dan efisien. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
guru yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian
kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai
dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru
bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan
sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi
pengembangannya

Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu


diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam
proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi
dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan
kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan
menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar
kompetensi yang diujikan.

Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki


rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji
kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru. Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan
segala cabang aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan,
perlindungan, kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang
relevan dengan masa depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang
sistemik dan sistematik terutama sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan
dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian
kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan

14
karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta
pengelolaan guru di daerah khusus.

2.7 Tantangan Atau Hambatan


Untuk menyiapkan tenaga pendidik tidak hanya diperlukan suatu proses
pendidikan akademik yang handal akan tetapi juga diperlukan suatu prosess
pendidikan yang mampu mengembangkan kepribadian dan karakter seorang
pendidik. Oleh karena itu infrastruktur Lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK) haruslah dilengkapi dengan asrama mahasiswa dan laboratorium
kependidikan (sekolah model) dan lain-lain.
Proses penempatan guru yang tidak terarah, tidak adil, dan todak
proporsional akan berpengaruh negative terhadap guru dalam mengembangkan
kemampuan dan pengabdian professional kependidikannya. Selain itu juga
menyurutkan niat generasi muda untuk memasuki profesi keguruan. Kenyataan
yang dihadapi banyak guru yang berada di daerah terpencil tidak memiliki masa
depan, baik bagi pengembangan karirnya maupun kesehatan rohani dan
jasmaninya. Dihapuskan program rotasi semakin menjadikan ciut semangat guru
untuk meningkatkan profesionalismenya, karena dalam benaknya sudah merasa
bahwa sampai pension dia tetap berada di sekolah tersebut.
Rasio jumlah guru terhadap jumlah peserta didik semakin tidak seimbang.
Adanya sekolah yang kelebihan guru, namun di sisi lain ada yang kekurangan
guru. Sekolah-sekolah yang kekurangan guru atau tenga pendidik harus terpaksa
mengangkat guru honorer/ guru tidak tetap yang gajinya jauh di bawah upah
minimum.
Di sisi lain kepala sekolah yang seharusnya merupakan atasan langsung
dari guru sibuk dengan proyek-proyek pembangunan fisik sekolah dibandingkan
membina guru. Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kadang-kadang hanya
secara massal, misalnya pada saat rapat dinas. Pada sudah sewajarnya jika
pembinaan guru harus dilakukan secara langsung.
Dalam pelaksaaan manajemen pendidikan yang modern, praktik guru
mencari penghasilan tambahan dilarang, dan bagi pelanggarnya harus memmilih
untuk tetap bekerja sebagai guru atau meninggalkannya. Di negara yang

15
mendudukkan pendidikan sebagai prioritas utama, penghasilan guru demikian
bersaing dengan profesi lain, sehingga larangan rangkap profeesi dapat
diterapkan. Oleh karena itu, upaya apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan tidak akan dapat dicapai selama masalah jaminan kesejahteraan
minimal seorang guru atau tenga pengajar tidak terpenuhi.
Pengembangan karier bagi guru belum memperoleh porsi yang sesuai
karena dengan dicanangkannya otonomi daerah ternyata menimbulkan
kebimbangan para biokrat daerah untuk memberikan kewenangan pengelolaan
aspek-aspek pendidikan terhadaap para guru. Menurut Worldbank, terjadi
kerancuan tentang pemngembangan karier guru diartikan sebagai pengalihan
tugas-tugas guru yang tadinya sebagai pengajar berubah menjadi administrator.
Tentu saja hal itu bertentangan dengan tujuan seorang guru. Oleh karena itu,
pengembangan karier guru sebenarnya adalah tambahan kewenangan bagi guru
selain tugas sebagai pengajar.
Masalah ekonomi untuk melanjutkan sekolah bagi guru juga memberikan
hambatan bagi pembinaan dan pengembangan profesinya. Guru yang merasa
dirinya tidak mampu secara ekonomi untuk melanjutkan sekolah ke perguruan
tinggi baik S2 maupun S3 akan memilih untuk tidak lanjut karena biayanya terlalu
besar dan ada kebutuhan lain yang lebih penting. Guru yang punya kewajiban
mengajar sehingga sulit untuk melaksanakan haknya yaitu mendapatkan
pembinaan dalam rangka meningkatakn kualifikasi dirinya.

16
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasakan pembahasan mengenai pembinaan dan pengembangan profesi
guru dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan dan pengembangan profesi guru
adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan taraf atau derajat
profesi seorang guru, baik dalam penguasaan materi ajar, atau penguasaan
metodologi pengajaran, serta sikap keprofesionalan dalam menjalankan tugasnya
sebagai guru.

Program tersebut sangat penting bagi guru, dosen, dan tenaga pendidik
untuk mendapat mengikuti atau menerima kegiatan pembinaan yang
diselenggarakan baik dari instansi sekolah, pemerintah daerah maupun pusat,
penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, dan individu guru secara pribadi.
Sehingga mampu menjadi guru yang professional dan memiliki kedisiplinan serta
tanggung jawab yang tinggi.

Cara yang dapat dilakukan untuk memberikan pembinaan dan


pengembangan profesi guru agar tercapai guru professional yaitu dengan
pendidikan dan pelatihan seperti in-House training (IHT), program magang,
kemitraan sekolah, belajar jarak jauh, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,
diklat, dll; non-pendidikan dan pelatihan seperti seminar, diskusi masalah
pendidikan, workshop, penelitian, pembuatan karya seni, dll.

17
3.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca khususnya mahasiswa jurusan kependidikan dan
calon guru serta para guru supaya lebih meningkatkan dan mengembangkan
profesinya sehingga menjadi guru yang berkualitas dan professional dalam upaya
menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan baik peserta didik maupun
individu guru. Dengan guru yang berkualitas maka tercipta peserta didik yang
berkualitas pula.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai
Tenaga Profesi.
Putri, Servilla Difa, dkk. 2016. “Pengembangan Profesi Keguruan”. Makalah
Etika Profesi Guru. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi.
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. 2012. Pembinaan dan Pengembangan
Profesi Guru Buku 1: Pendoman Pengelolaan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Edisi Revisi. Jakarta :
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, BPSDM dan PMP
Kementerian Dan Kebudayaan.
Mustika, Pupah. 2017. “Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan Pembinaan Guru
Terhadap Disiplin Kerja Dalam Mewujudkan Pelayanan
Pendidikan”. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 11, No. 01; 50-
57.
Disas, Eka Prihatin. “Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan
Dan Peningkatan Profesi Guru”. Jurnal Penelitian Pendidikan.
hlm: 158-166.

18

Anda mungkin juga menyukai