Anda di halaman 1dari 22

PRINSIP DAN LANDASAN

PENDIDIKAN INKLUSIF
NAMA KELOMPOK:
1 RIF’ATUL MAHMUDAH
(18010644016)
2 RESTU NUR AVIKA RITMA RATRI
(18010644067)
3 AFIFA AISAH FITRI
(18010644198)
TOPIK PEMBAHASAN
01 Pendidikan Inklusif

02 Tujuan Pendidikan Inklusif

03 Landasan – Landasan Pendidikan Inklusif

04 Prinsip – Prinsip Pendidikan Inklusif


Pendidikan
Inklusif

Definisi pendidikan inklusif terus menerus berkembang sejalan dengan semakin


mendalamnya renungan orang terhadap praktik yang ada. Jika pendidikan inklusif ingin tetap
menjadi jawaban yang nyata dan berharga untuk mengatasi tentang pendidikan dan hak
asasi manusia. Indonesia dan dunia memiliki banyak keberagaman. Seperti yang kita tahu
negeri ini kaya akan suku, bangsa dan bahasa, itu salah satu contoh keberagaman. Contoh
lain ada pribadi yang “lengkap”, dalam artian memiliki dua mata, satu hidung, dua telinga,
satu mulut, dua tangan, dua kaki dan anggota – anggota tubuh lain yang berfungsi dengan
baik. Tetapi ada juga pribadi yang berbeda dengan kita (manusia mayoritas), yaitu tuna
rungu, tuna wicara, tidak punya kaki, lumpuh (difable), dan lain-lain. Di dalam individu
berkelainan pastilah ditemukan keunggulan – keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam
setiap individu – individu pasti terdapat juga kecacatan terntentu, karena tidak ada makhluk
yang yang diciptakan sempurna.
Tujuan Pendidikan
Inklusif

Tujuan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua


peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan ynag bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan.
Landasan – Landasan
Pendidikan Inklusif
1 Landasan Filosofis

2 Landasan Yuridis

3 Landasan Pedagogis

4 Landasan Empiris
1 Landasan Filosofis
Landasan Selama ini kita pahami bahwa anak-anak dengan
Filosofis diagnosis medis yang sama dapat diberikan layanan
pendidikan yang sama, namun kini kita menyadari
Landasan filosofis utama penerapan pendidikan bahwa diagnosis yang sama layanan pendidikan yang
inklusi di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan berbeda-beda. Karena pada dasarnya anak-anak
lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi mempunyai kebutuhan pendidikan yang berbeda-beda.
yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhinneka Diagnosis seperti yang diberikan dimasa lalu
Tunggal Ika (Mulyono Abdulrahman, 2003). Filsafat ini menyebabkan anak-anak diberi label, akibat nya guru
sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik memfokuskan pada keterbatasan yang di sebabkan oleh
kebhinekaan vertikal maupun horizontal, yang kecatatannya.
mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi. Sebagai contoh, seorang anak yang mengalami
Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan hambatan dalam belajar karena adanya gangguan
kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, pendengaran. Anak tersebut membutuhkan layanan
kepangkatan, kemampuan pengendalian diri dan keterampilan khusus misalnya dalam berkomunikasi
sebagainya. Sedangkan kebhinekaan horizontal diwarnai maka media komunikasi dan metode pembelajaran harus
dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, di sesuaikan agar anak tidak mengalami hambatan
agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi, politik dan dalam belajar.
sebagainya. Konsekuensi yang paling penting dalam
perubahan ini adalah pengakuan dan penghargaan akan
adanya keberagaman. Apabila hal tersebut tidak
mendapat respon dari berbagai pihak,maka adanya
kecendrungan untuk kembali kepada falsafah semula
yaitu memisahkan atau disegregasikan oleh mayoritas
masyarkat, karena mereka memang berbeda.
2 Landasan Yuridis
Landasan Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusi
Yuridis adalah Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri
pendidikan sedunia. Deklarasi ini adalah penegasan kembali atas
deklarasi lanjutan yang berujung pada Peraturan Standar PBB
tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu
penyandang cacat memperoleh pendidikan sebagai bagian integral
dari sistem pendidikan yang ada. Deklarasi Salamanca menekankan
bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar
bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang
mungkin ada pada mereka. Di Indonesia, penefrapan pendidikan
inklusi dijamin oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang dalam penjelasannya menyebutkan
bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik penyandang
cacat atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara
inklusif atau berupa sekolah khusus.
3 Landasan Pedagogis
Landasan Melalui pendidikan, peserta didik penyandang cacat dibentuk menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu individu
Pedagogis yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat.
Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari
teman sebayanya di sekolah-sekolah luar biasa. Betapapun kecilnya,
mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya.c

Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah berkembang menjadi


salah satu bidang pendidikan utama dalam disiplin ilmu pendidikan secara
keseluruhan. Menciptakan kesempatan baru bagi anak yang
membutuhkan layanan khusus dari berbagai tingkatan usia (Befring,
Tangen, 2001). Pendidikan kebutuhan khusus merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan nasional.
4 Landasan Empiris
Landasan Landasan empiris ditunjukkan melalui penelitian tentang
Empiris inklusi yang telah banyak dilakukan negara-negara barat sejak
tahun 1980-an, namun penelitian yang berskala besar
dipelopori oleh The National Academy Of Sciences (Amerika
Serikat). Hasilnya, menunjukkan bahwa klasifikasi dan
penempatan anak penyandang cacat di sekolah, kelas atau
tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif.
Prinsip – Prinsip Pendidikan Inklusif
Menurut Abdul Salim Choiri (2009: 89) menyebutkan beberapa prinsip
pendidikan inklusi sebagai berikut :

01 1.Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dasar yang ebih baik.

1.Setiap anak berhak memperoleh layanan pendidikan pada sekolah-sekolah


02 yang ada di sekitarnya.

1.Setiap anak memiliki potensi, bakat, dan irama perkembangan masing-


03 masing yang harus diberikan layanan secara tepat.

04 1.Pendekatan pembelajaran bersifat fleksibel, kooperatif, dan berdayaguna.

05 1.Sekolah adalah bagian integral dari masyarakat.


Prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusif
Tuna Prinsip Kebutuhan dan Keaktifan Prinsip Kebebasan yang Terarah Prinsip Penggunaan Waktu
Anak • Anak tunalaras memiliki sikap Luang
Laras • Anak tunalaras selalu ingin tidak mau dikekang. Ia selalu • Anak tunalaras biasanya tidak
memenuhi kebutuhan dan menggunakan peluang yang bisa diam, dia termasuk
keinginannya tanpa ada untuk berbuat sesuatu hiperaktif.
memperdulikan kepentingan sehingga hatinya merasa
orang lain. puas.

Prinsip Kekeluargaan dan Prinsip Setia Kawan dan Idola serta Prinsip Minat dan Kemampuan
Kepatuhan Perlindungan • Guru harus memperhatikan
• Anak tunalaras berasal dari • Karena tinggal di rumah tidak minat dan kemampuan anak
tahan, anak tunalaras biasanya lari
keluarga yang tidak harmonis, keluar rumah. Kemudian ia terutama yang berhubungan
hubungan orang tua retak bertemu dengan orang-orang dengan pelajaran.
(broken home). (kelompok) yang dirasa dapat
memebuat dirinya merasa aman.

Prinsip Emosional, Sosial, dan Prinsip Disiplin Prinsip Kasih Sayang


Perilaku • Pada umumnya anak tunalaras • Anak tunalaras umumnya haus
ingimn memanfaatkan kesempatan
• Karena problem emosi yang akan kasih sayang, baik dari
yang ada untuk memenuhi
disandang anak tunalaras, keinginannya,tanpa mengindahkan orang tua maupun dari
maka ia mengalami norma-norma yang berlaku, keluarganya.
ketidakseimbangan emosi. sehingga ia hidup lepas dari
disiplin.
Prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusif
Tuna Prinsip Keterarah Wajahan
• Dalam menyampaikan materi
Prinsip Keterarah Suaraan Prinsip Intersubyektifitas
• Dalam pembelajaran guru dan siswa
• Bagi anak tunarungu suara
Rungu pembelajaran, guru harus berdiri di
depan sehingga wajah guru tidak perlu keras dan kencang,
tunarungu sebagai unsur yang penting
harus dapat membangun suatu
khususnya mulut guru dapat dilihat namun guru harus berbicara kesamaan dalam proses pengamatan,
oleh anak tunarungu tanpa terhalang apa yang akan diucapkan oleh anak
jelas dengan artikulasi yang dengan perantara visualnya harus segera
apapun, sehingga anak tunarungu tepat sehingga dapat dipahami direspon dan dibahasakan kembali oleh
dapat memahami apa yang guru.
disampaikan oleh gurunya. oleh tunarungu.

Prinsip Kekonkritan Prinsip Visualisasi Prinsip Keperagaan


• Pendengaran anak tunarungu tidak dapat • Setiap kata yang keluar dari
• Dalam memberikan berfungsi maka melalui indera
pembelajaran kepada anak penglihatannya anak tunarungu berusaha mulut guru hendaknya diulas
tunarungu harus konkrit. memperoleh informasi, untuk itu semua lebih lanjut hingga anak
pembelajaran yang diberikan oleh guru tunarungu betul-betul paham
hendaknya dapat diilustrasikan dalam maksud dari kata tersebut,
bentuk gambar yang bercerita tentang
materi yang diberikan atau lebih dikenal kemudian memperagaan atau
dengan visualisasi. mempraktekkannya.

Prinsip Pengalaman yang Prinsip Belajar Sambil Melakukan


Menyatu • Pembelajaran hendaknya dapat
bermakna bagi semua siswa tidak
• Pengalaman visual cenderung
terkecuali bagi anak tunarungu,
menyatukan informasi yang untuk itu segala sesuatu yang
diterima. dipelajari harus dapat dipraktekkan
dan dilakukan oleh anak
tunarungu.
Prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusif
Tuna Prinsip Multisensory (Banyak Prinsip Individualisasi
Indra) • Individualisasi mengandung
Daksa • Proses pendidikan anak tuna arti bahwa titik tolak layanan
daksa sedapat mungkin pendidikan adalah
memanfaatkan dan kemampuan anak secara
mengembangkan indra - indra individu.
yang ada dalam diri.
Prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusif
Tuna Prinsip Kasih Sayang Tuna
Grahita
Prinsip Keperagaan Kelemahan Prinsip Habilitasi dan
Rehabilitasi
anak Tuna Grahita
Grahita • Adalah anak yang mengalami • Dalam hal kemampuan berfikir • Meskipun dalam bidang
kelainan/penyimpangan dalam abstrak, Mereka sulit akademik anak tunagrahita
segi intelektual (inteligensi), membayangkan sesuatu. memiliki kemampuan yang
yakni inteligensinya di bawah terbatas, namun dalam
rata-rata anak seusianya (di bidang-bidang lainnya mereka
bawah normal). Akibatnya, masih memiliki kemampuan
dalam tugas-tugas akademik atau potensi yang masih dapat
yang menggunakan dikembangkan.
intelektual, mereka senang
mengalami kesulitan.
Prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusif
Tuna Prinsip Kekonkritan.
• Anak tunanetra belajar
Prinsip Pengalaman yang Prinsip Belajar Sambil
Melakukan
Menyatu
Netra terutama melalui pendengaran • Pengalaman visual cenderung • Prinsip ini sebenarnya tidak
dan perabaan. Bagi mereka menyatukan informasi. jauh berbeda dengan prinsip
untuk mengerti dunia belajar sambil berkerja.
sekelilingnya harus bekerja Perbedaannya adalah, bagi
dengan benda - benda konkrit anak tunanetra, melakukan
yang dapat diraba dan dapat sesuatu adalah pengalamanya
dimanipulasikan nyata yang tidak mudah
terlupakan seperti anak normal
melihat sesuatu sebagai
kebutuhan utama dalam
rnenangkap informasi.
Prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusif
Anak Prinsip Percepatan (AkseIeras) Prinsip Pengayaan (Enrichment)
Belajar • Ada anak berbakat yang tidak
Berbakat • Anak berbakat adalah anak tertarik dengan program
yang memiliki kemampuan percepatan belajar Mereka
(intelegensi), kreatvitas, dan kurang berminat mempelajari
tanggung jawab (task materi di atasnya (berikutnya)
commitmeni) terhadap tugas di mendahului teman-temannya.
atas anakanak seusianya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai