PENDIDIKAN INKLUSIF
NAMA KELOMPOK:
1 RIF’ATUL MAHMUDAH
(18010644016)
2 RESTU NUR AVIKA RITMA RATRI
(18010644067)
3 AFIFA AISAH FITRI
(18010644198)
TOPIK PEMBAHASAN
01 Pendidikan Inklusif
2 Landasan Yuridis
3 Landasan Pedagogis
4 Landasan Empiris
1 Landasan Filosofis
Landasan Selama ini kita pahami bahwa anak-anak dengan
Filosofis diagnosis medis yang sama dapat diberikan layanan
pendidikan yang sama, namun kini kita menyadari
Landasan filosofis utama penerapan pendidikan bahwa diagnosis yang sama layanan pendidikan yang
inklusi di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan berbeda-beda. Karena pada dasarnya anak-anak
lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi mempunyai kebutuhan pendidikan yang berbeda-beda.
yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhinneka Diagnosis seperti yang diberikan dimasa lalu
Tunggal Ika (Mulyono Abdulrahman, 2003). Filsafat ini menyebabkan anak-anak diberi label, akibat nya guru
sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik memfokuskan pada keterbatasan yang di sebabkan oleh
kebhinekaan vertikal maupun horizontal, yang kecatatannya.
mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi. Sebagai contoh, seorang anak yang mengalami
Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan hambatan dalam belajar karena adanya gangguan
kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, pendengaran. Anak tersebut membutuhkan layanan
kepangkatan, kemampuan pengendalian diri dan keterampilan khusus misalnya dalam berkomunikasi
sebagainya. Sedangkan kebhinekaan horizontal diwarnai maka media komunikasi dan metode pembelajaran harus
dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, di sesuaikan agar anak tidak mengalami hambatan
agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi, politik dan dalam belajar.
sebagainya. Konsekuensi yang paling penting dalam
perubahan ini adalah pengakuan dan penghargaan akan
adanya keberagaman. Apabila hal tersebut tidak
mendapat respon dari berbagai pihak,maka adanya
kecendrungan untuk kembali kepada falsafah semula
yaitu memisahkan atau disegregasikan oleh mayoritas
masyarkat, karena mereka memang berbeda.
2 Landasan Yuridis
Landasan Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusi
Yuridis adalah Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri
pendidikan sedunia. Deklarasi ini adalah penegasan kembali atas
deklarasi lanjutan yang berujung pada Peraturan Standar PBB
tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu
penyandang cacat memperoleh pendidikan sebagai bagian integral
dari sistem pendidikan yang ada. Deklarasi Salamanca menekankan
bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar
bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang
mungkin ada pada mereka. Di Indonesia, penefrapan pendidikan
inklusi dijamin oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang dalam penjelasannya menyebutkan
bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik penyandang
cacat atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara
inklusif atau berupa sekolah khusus.
3 Landasan Pedagogis
Landasan Melalui pendidikan, peserta didik penyandang cacat dibentuk menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu individu
Pedagogis yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat.
Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari
teman sebayanya di sekolah-sekolah luar biasa. Betapapun kecilnya,
mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya.c
Prinsip Kekeluargaan dan Prinsip Setia Kawan dan Idola serta Prinsip Minat dan Kemampuan
Kepatuhan Perlindungan • Guru harus memperhatikan
• Anak tunalaras berasal dari • Karena tinggal di rumah tidak minat dan kemampuan anak
tahan, anak tunalaras biasanya lari
keluarga yang tidak harmonis, keluar rumah. Kemudian ia terutama yang berhubungan
hubungan orang tua retak bertemu dengan orang-orang dengan pelajaran.
(broken home). (kelompok) yang dirasa dapat
memebuat dirinya merasa aman.