Disusun Oleh :
Puji syukur atas rahmat Allah SWT. Kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa, berkat rahmat serta karunia-Nya. Sehingga makalah dengan judul “Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif di Negara Asia “ dapat selesai.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen selaku dosen pengampu mata
kuliah pendidikan inklusi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami
berkaitan dengan topik yang diberikan
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan yang pembaca temukan
dalam makalah ini. Kami juga berharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan ............................................................................................................................ 4
BAB 2 ..................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
A. Penyelenggaraan Pendidikan inklusif di Jepang ....................................................... 5
Strategi Scrum untuk Membangun Karakter Mandiri ABK ...................................... 6
B. Penyelenggaraan Pendidikan inklusif di Korea Selatan ........................................... 8
C. Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di China ........................................................ 9
D. Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Malaysia ................................................. 10
BAB 3 ...................................................................................................................................... 13
PENUTUP ............................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara-negara di seluruh dunia menyarankan untuk setiap anak mendapatkan
kesempatan untuk pergi ke sekolah umum, namun kenyataannya banyak anak,
khususnya anak-anak penyandang disabilitas/cacat, ditolak untuk kesempatan ini
(UNICEF 2013, p. 3)[1]. Hal ini terutama terjadi di negara-negara berkembang.
Misalnya, di 2005 diperkirakan kurang dari 10% anak-anak penyandang disabilitas
memiliki akses terhadap segala bentuk pendidikan di negara-negara Asia Tenggara
(Chapman & Sarvi, 2017, p. 30). Fenomena ini dapat dihubungkan dengan berbagai
alasan, seperti keterlibatan kementerian dan pemangku kepentingan nonpemerintah
dalam mendukung penyandang disabilitas, usaha terbatas dilakukan untuk
mengumpulkan data dan kepekaan budaya tentang tingkat pengakuan adanya
penyandang hambatan/cacat (Sharma & Ng, 2014). Walau demikian, Negara-negara
di Asia Tenggara terus mengembangkan program pendidikan atau sekolah inklusi. Di
Asia, penyelenggaraan pendidikan inklusi menuntut pihak sekolah pelaksanaan
penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana maupun tenaga pengajar
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, (Kuyini & Desai, 2007; Wu-Tien,
Ashman & Yong-Wook, 2008, pp. 14-15). Secara khusus, salah satu kebijakan
pendidikan yang dikeluarkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, dalam Peraturan Menteri (Permendiknas) No. 70 (2009) adalah
pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi yaitu pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa, melalui
pendidikan inklusi ABK dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan
pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah
terdekat, di kelas regular secara bersama-sama dengan teman seusianya (Winter,
2006).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan inklusif di negara Jepang?
2. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan inklusif di negara Korea Selatan?
3. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan inklusif di negara China?
4. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan inklusif di negara Malaysia?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyelenggaraan pendidikan inklusif di Jepang
2. Mengetahui penyelenggaraan pendidikan inklusif di Korea Selatan
3. Mengetahui penyelenggaraan pendidikan inklusif di China
4. Mengetahui penyelenggaraan pendidikan inklusif di Malaysia
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Langkah kedua dalam strategi scrum, yaitu membuat program pendidikan dalam rangka
penanganan disabilitas di Jepang. Ketika ABK menempuh pendidikan di sekolah dasar di
Jepang, guru yang tergabung dalam tim scrum akan membimbing dan merencanakan
kelanjutan pendidikan anak tersebut pada tingkat SMP. Di tingkat SMP juga demikian,
guru-guru menggunakan data rekam jejak untuk mengarahkan kelanjutan studi di tingkat
SMA. Saat duduk di bangku kelas 2 SMA, siswa ABK mulai diproyeksikan masa
depannya: mereka perlu melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi atau memulai karier
dalam dunia kerja. Implementasi strategi scrum sebagai program pendidikan inklusif
tersebut antara lain; 1) Penelitian di bidang pendidikan inklusif yang ditujukan untuk
mendapatkan pembaharuan strategi dan metode mengajar; 2) Proyek pelatihan
pemahaman yang benar tentang penyandang disabilitas; 3) Diklat bagi pengajar yang
memiliki pengetahuan praktik dan ahli di bidang gangguan perkembangan; 4)
Penempatan school counsellor pada masingmasing sekolah yang selalu hadir setiap
seminggu sekali. Secara struktural, school counsellor bekerja di bawah dinas pendidikan
dan digaji oleh pemerintah kota. Tugas school counsellor di sekolah inklusif antaralain
memberikan layanan konsultasi bagi siswa ABK, guru dan orangtua ABK, melakukan
rapat internal di sekolah, rekonsiliasi dan pelatihan untuk murid dan guru, penanganan
dan diagnosa secara psikologis, melakukan manajemen stress bagi guru dan murid, serta
melakukan penanganan darurat apabila terdapat kasus kecelakaan dan bencana. Latar
belakang pendidikan school counsellor biasanya psikologi klinis, namun beberapa orang
diantara mereka yang memiliki latar belakang pendidikan lain.
3. Langkah ketiga dalam strategi scrum adalah membuat program dan dukungan bagi
penyandang disabilitas, diantaranya; 1) Social skill training; 2) Parenting training; 3)
Pelatihan assessment tool; 4) Pengembangan parent mentor; 5) Menempatkan manajer
tim scrum di instansi regional yang bertugas melakukan penanganan kasus yang sulit,
berkoordinasi dengan instansi medical treatment serta mendukung pihak pemerintah kota
dan perusahaan dalam menyediakan sistem dukungan bagi anak yang mengalami
gangguan perkembangan. Salah satu teknik yang digunakan untuk mengelola ABK
adalah Positive Behavior Support (PBS) melalui program parenttraining, yaitu pelatihan
untuk orang tua agar memiliki pemahaman pada fase pengobatan, dengan selalu
memberikan semangat dan sanjungan yang positif kepada ABK. Selain ditujukan bagi
orangtua ABK, pelatihan juga diberikan kepada guru yang menangani ABK. Gangguan
perkembangan pada anak dapat dideteksi dengan analisis ABA (Applied Behavior
Analysis). Bentuk teknik ABA antaralain analisis perilaku dengan menggunakan ABC
Model. ABC model merupakan salah satu teori yang digunakan untuk melakukan analisis
terhadap perilaku spesifik yang kerap muncul, termasuk perilaku anak autis yang kurang
dipahami oleh orang lain. ABC model merupakan akronim dari Antecedent: Kejadian
sebelum perilaku muncul; Behavior: perilaku yang dapat diamati; Consequence: apa yang
terjadi setelah perilaku muncul. (Sukinah, 2005).
Selain itu terdapat juga layanan pendidikan inklusif untuk peserta didik
berkebutuhan khusus di Korea Selatan yaitu, hospital school operation/sekolah rumah
sakit, tempat ini difungsikan untuk mengakomodir kebutuhan belajar siswa yang tidak
dapat mengikuti pembelajaran pada setting kelas reguler karena kondisi kesehatan dan
rutinitas pengobatan yang mengharuskan tetap berada di lingkungan rumah sakit. Jadi
pelaksanaan hospital school operation ini tetap menggunakan kurikulum dalam
pengajarannya dan mengedepankan rencana pendidikan individual. Layanan
pendidikan inklusif dengan metode hospital school operation ini tidak dipungut biaya/
gratis bagi anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan.
a. membuat perencanaan dan kerjasama antara guru pendidikan luar biasa dan
guru kolaboratif yangmemiliki filosofi pendidikan yang sama;
b. pelatihan yang memadai untuk dapat memodifikasi dengan tepat pengajaran
bagi siswa berkebutuhan khusus; dan
c. dukungan dari administrasi, sesama pendidik, dan keluarga siswa selama
proses kolaboratif.
China memiliki sistem pendidikan yang bagus bagi rakyatnya. Tidak hanya
kepada anak normal, namun juga bagi anak berkebutuhan khusus (children with
disabilities). Di negara China memiliki sistem pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus yang sangat baik, setelah diterbitkan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional China Tahun 1986 yang menyatakan semua anak memiliki hak yang sama
dalam pendidikan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa
pendidikan khusus bagi anak-anak berkebutuhankhusus adalah bagian dari sistem
pendidikan nasional mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi [7].
Dalam mewujudkan cita-cita pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, Pemerintah
China memperbaiki sistem pendidikan untuk memberikan hak bagi anak
berkebutuhan khusus agar dapat bersekolah di sekolah normal, tidak hanya di Sekolah
Luar Biasa (SLB).
Implementasi dari undang-undang sistem pendidikan itu adalah pemerintah
membuat model pembelajaran Learning in Regular Classroom (LRC). Melalui model
itu setiap anak berkebutuhan khusus dapat belajar/sekolah bersama-sama dengan
anak-anak pada umumnya di sekolah reguler. Pemerintah Tiongkok juga membuat
peraturan bahwa setiap sekolah wajib menerima anak-anak berkebutuhan khusus.
Melalui model LRC telah melejitkan angka partisipasi sekolah bagi anak
berkebutuhan khusus [6].
Dengan adanya penerapan model LRC ini sesungguhnya pendidikan di
Tiongkok telah memasuki babak awal pendidikan inklusif. Meskipun demikian,
pemerintah Tiongkok tidak mau menyebut LRC sebagai pendidikan inklusif. Mereka
hanya menyatakan bahwa pendidikan di Tiongkok menuju ke arah model pendidikan
inklusif. Hingga saat ini pemerintah, pakar pendidikan, dan praktisi pendidikan
Tiongkok masih menggunakan istilah LRC. Hal itu didasari fakta bahwa dalam
praktek LRC masih banyak kekurangan seperti :
1. Para pendidik hanya sebatas mampu menerima kehadiran anak
berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya.
2. Para pendidik belum mampu memberikan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
3. Adanya keterbatasan tenaga pendidik yang memiliki kompentensi/keahlian
pendidikan khusus.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di
sekolah reguler terus dilakukan dengan bermacam layanan inovasi, berupa
disediakannya kelas khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan
berat di sekolah reguler, membuat sistem kerjasama dengan guru ahli pendidikan
khusus atau pemerintah menugaskan guru pendidikan khusus memberikan layanan
pendidikan khusus di sekolah reguler, bekerjasama secara kelembagaan dengan SLB
terdekat, dan kementerian pendidikan membuat program peningkatan kompetensi
bagi guru-guru umum mengenai layanan pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus.Proses perbaikan kelemahan terus berlanjut di Negeri Tirai Bambu. Semua
pemangku kepentingan pendidikan setiap hari bekerja keras, untuk meningkatkan
kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus agar sistem pendidikan di negeri
China dapat berjalan dengan baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pendidikan inklusif di Jepang Berkembang dengan baik dan profesional
sejak tahun 2006. Peraturan tentang Pendidikan inklusif di Jepang terdapat di UU No.
24 Tahun 2007 direvisi pada tahun 2013, untuk memasukkan mendidik anak
berkebutuhan khusus di sekolah normal. Sebelum aturan seperti itu, ABK hanya
menawarkan untuk menghadiri SLB. Dalam undang-undang tersebut disebutkan
bahwa masalah persamaan hak penyandang disabilitas ketidakabsahan total adalah
4% populasi Jepang. Orang cacat memiliki kesempatan yang sama untuk pendidikan
dan kehidupan sehari-hari sebagai kesempatan untuk melihat konser, sepak bola, dan
lain-lain. Dengan demikian, pemerintah Jepang menyediakan transportasi umum yang
ramah kru. Ada 5 pilar pendidikan inklusif di Jepang yaitu menciptakan masyarakat
yang simbiosis, konsultasi pendidikan dan karier, penanganan maksimal, tempat
belajar yang bervariasi, dan meningkatkan keahlian para guru.
Pendidikan inklusif di Korea Selatan sudah dimulai pada tahun 1971, ditandai
dengan dibangunnya sekolah khusus atau SLB di Korea Selatan. Pada awalnya
pendidikan khusus di Korea Selatan dimulai dalam pengaturan yang terpisah dari
pendidikan umum. Keterpisahan pendidikan khusus ini tidak ditantang sampai
undang-undang pendidikan khusus Korea Selatan diamandemen pada tahun 1994[3],
dan ditambahkan istilah pendidikan inklusif yang diartikan sebagai mendidik siswa
berkebutuhan khusus di sekolah pendidikan umum atau siswa sekolah khusus untuk
sementara berpartisipasi dalam kurikulum pendidikan umum untuk mengasah
perkembangan sosial mereka.
China memiliki sistem pendidikan yang bagus bagi rakyatnya. Tidak hanya
kepada anak normal, namun juga bagi anak berkebutuhan khusus (children with
disabilities). Di negara China memiliki sistem pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus yang sangat baik, setelah diterbitkan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional China Tahun 1986 yang menyatakan semua anak memiliki hak yang sama
dalam pendidikan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa
pendidikan khusus bagi anak-anak berkebutuhankhusus adalah bagian dari sistem
pendidikan nasional mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi. Dalam
mewujudkan cita-cita pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, Pemerintah China
memperbaiki sistem pendidikan untuk memberikan hak bagi anak berkebutuhan
khusus agar dapat bersekolah di sekolah normal, tidak hanya di Sekolah Luar Biasa
(SLB).
Malaysia memliki sistem pendidikan yang bagus..tidak hanya hanya kepada anak
normal, namun juga bagi anak berkebutuhan khusus. Malaysia mengamalkan sistem
pendidikan berpusat dan kementrian pelajaran bertanggung jawab terhadap
pembangunan dan pengurusan pendidikan formal untuk setiap anak-anak termasuk
yang berkebuthan khusus. Jadi dapat di simpulkan bahwasanya Malaysia sudah
memiliki pendidikan inklusif yang berjalan, keberlangsungan pendidikan inklusif ini
sebenarnya bergantung pada beberapa aspek penting yang selalu timbul berkenan
dengan pendidikan inklusif ini adalah sikap guru di aliran perdana tidak dapat
menerima murid murid berkeperluan khas di dalam kelas mereka. Maka, guru tersebut
tidak memberikan kerja sama atau perhatian kepada murid-murid berkeperluan khas
ini semasa proses pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas. Hal ini berlaku karena
kebanyakan guru di aliran perdana masih lagi kurang memahami konsep pendidikan
inklusif. Mereka harus tau bahwa murid-murid berkeperluan khas ini sebenarnya
mampu belajar dan berpaya mencapai perkembangan yang baik seperti yang lain.
Semua ini adalah bergantung kepada corak interaksi guru dengan murid berkeperluan
khas tidak normal dan tidak mau berbaur dengan mereka
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa banyaknya kekurangan
didalamnya. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan dalam pembuatan
makalah berikutnya agar lebih baik lagi. Kami memohon maaf atas kesalahan kata
atau mungkin kandungan dalam pembahasan di atas. Referensi jurnalyang kami ambil
hanya sebagian saja dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu para pembaca bisa
mencari pembahasan lebih lengkap di buku atau jurnal lain.
DAFTAR PUSTAKA
[6] https://www.kompasiana.com/iimimandala/pendidikan-inklusif-dibalik-
tembok-raksasa_591b7a64317a61727e29b2b6
[7] https://www.kompasiana.com/iimimandala/pendidikan-inklusif-dibalik-
tembok-raksasa_591b7a64317a61727e29b2b6
https://www.acehtrend.com/2018/12/18/melirik-pendidikan-anak-difabel- di-
china/
[8] H. Titik, R. Angga, S, "PERATURAN PERUNDANGAN DAN IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN INKLUSIF" vol. 39, no. 1, Juni 2013.
[9] A. M. Norliah, Y. M. Hanafi Mohd, "PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN
INKLUSIF MURID BERKEPERLUAN KHAS DALAM PELAN PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN MALAYSIA 2013-2015"2016.